Bahwa untuk menciptakan kepastian hukum dipandang perlu untuk menetapkan keputusan mengenai agenda acara KONFERCAB V PC. Masa Khidmat PMII Tangerang sehubungan dengan pelaksanaan program kerja dan kebijakan umum PMII (ART pasal 34 ayat 6 huruf a). Peserta pengamat adalah Pengurus Rayon atau Komisariat Persiapan, Pengurus Cabang dan Anggota Gerakan PMII Tangerang lainnya.
Calon potensial adalah kader PMII Tangerang yang siap mengabdikan diri untuk menjadi calon Ketua Umum PC. Ketua sidang terdiri atas seorang ketua yang merangkap anggota dan didampingi oleh 1 orang sekretaris dan 1 orang anggota yang dipilih dan diangkat oleh peserta sidang KONFERCAB V. Ketua sidang komisi terdiri atas ketua dan sekretaris komisi yang dipilih oleh dan dari komisi itu.
Apabila BAB VI Pasal 9 ayat 5 di atas diabaikan, maka ketua ujian berhak mengeluarkan peserta ujian dan pengamat dari tempat ujian. Segala sesuatu yang tidak diatur dalam keputusan ini akan disampaikan kepada Sidang Paripurna KONFERCAB V sesuai dengan Konstitusi dan norma yang berlaku. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, dipandang perlu menetapkan Tata Tertib KONFERCAB V PC.
Bahwa untuk menciptakan kepastian hukum dipandang perlu untuk menetapkan keputusan mengenai LPJ KOPRI PC.
KONFERCAB V PC. PMII TANGERANG
Bahwa untuk menciptakan kepastian hukum dipandang perlu menetapkan keputusan mengenai pernyataan pemberhentian PC KONFERCAB V. Bahwa untuk menciptakan kepastian hukum, dipandang perlu untuk menetapkan keputusan mengenai Surat Pernyataan Demisioner PC KOPRI. Sebagai lembaga pergerakan nasional, PMII tidak bisa lepas dari perjalanan kenegaraan dan kenegaraan.
Pada gilirannya, makna sebenarnya dari gerakan tersebut merupakan bentuk pandangan historis PMII ke dalam standar ganda, yang secara mendasar diterjemahkan ke dalam dimensi kultural dan teologis, yang mengarah pada makna independensinya melalui pendekatan epistemologis. Kebudayaan yang mengarah pada kemandirian gaya gerak dan langkah PMII sendiri, sehingga makna budaya Ahlussunnah dimaknai sebagai kritik akal yang bersifat universal dan tidak kaku atau stagnan dalam dimensi sosial masyarakat, sehingga sebaliknya terjadi metamorfosis. kemerdekaan mengalami akselerasi, sehingga ketika terjadi titik keresahan itulah yang menjadi kekuatan masyarakat untuk sadar akan kritik konstruktif terhadap proses demokrasi. Keberadaan kader masih melalui pendekatan kuantitatif dan belum dirasakan secara bermakna sehingga mengarah pada pendekatan kualitatif.
Latar belakang personel PMII Tangerang terbagi menjadi dua, yakni personel berlatar belakang kampus umum dan personel kampus keagamaan. Peran berdasarkan keahlian tertentu masih stagnan, sehingga pencapaian profesionalisme yang utuh belum terwujud secara maksimal. Permasalahannya adalah sektor publik belum mampu beradaptasi untuk mencapai aktualisasi potensi yang mengarah pada profesionalisme pegawai.
Pembacaan Struktur Organisasi
Strategi dan Solusi Problem
Strategi dan Pengembangan Organisasi
- IFTITAH
- IDENTIFIKASI PROBLEM A. Problem Eksternal
- Sosial Keagamaan
- Kebangsaan
- Sosial Budaya
- Pengembangan Jaringan Networking
- Pembidangan dan Sasarab Program
- Bidang Pengembangan Organisasi (Internal)
- Bidang Hubungan Organisasi Eksternal dan Pengabdian terhadap Masyarakat
Dan bahwa PMII adalah organisasi kepegawaian yang ditempa segenap potensi personelnya hingga mempunyai kesiapan spiritual dan intelektual sesuai disiplin keilmuan dan kematangan manajerialnya (leadership skill) sehingga tercipta personel yang beradab, bermartabat, dan terhormat di masyarakat. Pertama, sosok tokoh agama muda yang mengetahui cara mengakses dan selalu kritis terhadap upaya penyelesaian permasalahan sosial keagamaan tanpa kekerasan, baik dalam maupun antar umat beragama. Kedua, sosok intelektual organik yang mampu berpikir dan bertindak serta menganalisis permasalahan masyarakat universal secara akurat.
Ketiga, sosok pekerja sosial yang mampu melaksanakan pekerjaan sosial kemanusiaan dan kemasyarakatan (profesional). Penipuan, UU Pencemaran Nama Baik, Ujaran Kebencian, dan Ujaran Kebencian pada umumnya menjadi sorotan publik secara intens. Pemanfaatan agama/lingkungan/lembaga/organisasi masyarakat keagamaan sebagai alat politik oleh kepentingan elit, memposisikan agama sebagai simbol dan terlepas dari substansi agama itu sendiri sebagai ruh yang ingin membentuk masyarakat yang bermoral dan beradab.
Komunikasi antara Pemerintah/Negara dengan masyarakat terhambat sehingga terjadi kebuntuan antar masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya. Kekacauan yang tiada habisnya antara pengambil kebijakan dan penguasa (DPR, KPK, Polri, TNI, pemerintah, lembaga hukum lainnya) dalam pengambilan dan implementasi kebijakan. Lahirnya kebijakan Mendiknas mengenai FDS yang menimbulkan kisruh nasional karena dianggap tidak sesuai dengan semangat dan nafas budaya dan budaya pendidikan Indonesia sendiri.
Maraknya sikap intoleransi yang ditunjukkan oleh tokoh dan elite juga diikuti oleh masyarakat luas. Timbulnya permasalahan mengenai kebangkitan organisasi-organisasi yang tidak sesuai dengan semangat bangsa Indonesia yang saleh, majemuk, beradab, dan humanis (Neo PKI, Neo DI/TII, dll) yang mengancam keberlangsungan eksistensinya. Pancasila dan bangsa Indonesia. Masih ada sebagian kader PMII yang berkorban untuk mengurus pembentukan kader, padahal ini merupakan bagian terpenting bagi naik turunnya PMII Kabupaten Tangerang ke depan.
Minimnya kader PMII Kabupaten Tangerang yang mengikuti PKL, TOI dan diklat umum menyebabkan terjadinya stagnasi pembaharuan organisasi dan mungkin dalam beberapa kesempatan kader PMII Kabupaten Tangerang tidak dapat tampil di jenjang yang lebih tinggi. Terwujudnya pola pembentukan kader yang mengarah pada pemahaman nilai-nilai PMII secara komprehensif serta pengembangan keterampilan dan profesionalisme kader untuk menguasai sektor unggulan.
Kerangka Umum dan Arah Kebijakan KONFERENSI CABANG (KONFERCAB) V PC. PMII TANGERANG
Gerakan Kesetaraan dan Partisipasi Gender
Wacana gender dalam ensiklopedia kajian perempuan menjelaskan bahwa gender merupakan sebuah konsep budaya yang berupaya membedakan peran, perilaku mental, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Padahal, menurut Elaine Showwater, pengertian gender bukan sekedar perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial dan budayanya, namun menekankannya sebagai konsep analitis untuk memahami dan menjelaskan sesuatu. Ivan Illich sendiri mengatakan ketika berbicara tentang gender: 'Setiap institusi modern, mulai dari sekolah hingga keluarga dan dari serikat pekerja hingga peradilan, menjalankan mandat asumsi kelangkaan ini dan dengan demikian menyebarkan proposisi unisex ke semua lapisan masyarakat.
Misalnya, pria dan wanita tumbuh dengan sendirinya. Dalam masyarakat tradisional, mereka menjadi dewasa tanpa memenuhi persyaratan pertumbuhan yang dianggap langka. Kini lembaga-lembaga pendidikan mengajarkan kepada mereka bahwa pendidikan dan persaingan adalah objek langka yang diperebutkan oleh laki-laki dan perempuan. Yang pertama kita bisa melihat bagaimana Illich dan pemikirannya yang sangat kritis, dan yang kedua adalah pandangannya mengenai kesetaraan gender.
Kemudian jika kita menganalisis lebih jauh perspektif kesetaraan gender yang sebenarnya merupakan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan dalam konteks saat ini kesetaraan diarahkan pada suatu bentuk gerakan kesetaraan gender dengan mendukung kesadaran akan kesetaraan gender dalam masyarakat. divisi. pekerjaan, sehingga tidak ada diskriminasi dan masing-masing mengambil bagian yang sama di ruang publik atau lebih menekankan bahwa perempuan bukanlah suami kedua, melainkan pasangan. Namun penjabarannya tidak begitu sederhana untuk dikonfigurasikan apalagi diimplementasikan dalam bentuk gerakan, namun untuk lebih sistematisnya gerakan kesetaraan dan partisipasi gender dapat digolongkan di bawah ini.
Agenda Gerakan Kesetaraan dan Partisipasi Gender
Agenda Penguatan Institusi
Kesetaraan dan Partisipasi Gender KONFERENSI CABANG (KONFERCAB) V PMII TANGERANG
Ketentuan Umum
Teknik Pemilihan
Keseluruhan susunan kepengurusan diserahkan kepada Pengurus Umum (PB) PMII berdasarkan rekomendasi PKC asli untuk mendapat persetujuan lebih lanjut.
Aturan Tambahan
Untuk menjamin kelancaran kegiatan, dipandang perlu adanya Peraturan Pemilihan Ketua Umum dan Ketua KP KOPRI. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, dipandang perlu menetapkan keputusan tentang Peraturan Pemilihan Ketua Umum dan Ketua KP KOPRI. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, dipandang perlu menetapkan keputusan mengenai Ketua Umum KP Terpilih.
Bahwa dipandang perlu untuk membuat keputusan terhadap Ketua KOPRI terpilih untuk memberikan kepastian hukum. Keputusan ini berkuat kuasa dari tarikh yang ditetapkan dan sekiranya terdapat kekeliruan akan dikaji semula kelak Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamit Tharieq.