• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi Sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual Di SOS Children Village Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi Sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual Di SOS Children Village Banda Aceh "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat September 2022 pISSN 2685-0303

97

Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi Sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual Di SOS Children Village Banda Aceh

Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar

Martina1, Ambia Nurdin2, Fauziah3, Tarmizi4

1,2,3

Universitas Abulyatama, Aceh Besar, Indonesia. 23372

4Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Banda Aceh, Indonesia

Email :1 yuli_kebidanan@abulyatama.ac.id

Email Korespondensi :2 ambianurdin_fkm@abulyatama.ac.id

Email :3 fauziah_d3kep@abulyatama.ac.id Email : 4 mizi.pala@gmail.com

ABSTRACT

Maintaining reproductive health is very important, especially for teenagers.

Because adolescence is the best time to build good habits, especially in maintaining cleanliness which is an important asset in the long term, especially young women. To maintain sexual and reproductive health, adolescents must know and understand how to live with healthy reproduction so that they do not fall into wrong associations that can be detrimental to adolescents.The basic knowledge that teenagers need to know includes an introduction to the systems, processes, and functions of the reproductive organs, the risk of disease.Adolescent reproductive health is more susceptible to various diseases, especially sexually transmitted diseases (STIs).By knowing the risks that may occur to reproductive and sexual health, adolescents will certainly be more careful and take better care of their reproductive health. Teenagers need to be introduced to their reproductive rights. In addition, knowledge is also needed about sexual violence that may occur, what types it is, and how to prevent sexual violence. Additional knowledge that teenagers must have about how to maintain healthy reproductive health is by implementing a healthy diet, exercise and by consuming vitamins and supplements, maintaining the cleanliness of intimate organs in a healthy way.regularly clean the genitals with a clean, dry, soft, odorless or damp towel, use underwear with a material that easily absorbs sweat and change underwear at least 2 times a day. Adolescent sexual and reproductive health refers to the physical and emotional well-being of adolescents and includes their ability to remain free from unwanted pregnancies, unsafe abortions, STIs (including HIV/AIDS), and all forms of sexual violence and coercion.

Keywords : Sexual Health, Reproductive, Sexual Violence.

ABSTRAK

Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan terutama bagi para remaja. Karena pada masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik terutama dalam menjaga kebersihan yang menjadi

(2)

98

aset penting dalam jangka panjang khususnya remaja putri.Untuk menjaga kesehatan seksual dan reproduksi remaja harus mengetahui dan mengerti cara hidup dengan reproduksi yang sehat agar tidak terjerumus ke pergaulan yang salah yang dapat merugikan bagi remaja. Pengetahuan dasar yang perlu diketahui remaja meliputi pengenalan terhadap sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi, risiko penyakit. Kesehatan reproduksi remaja lebih rentan terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit menular seksual (IMS) .Dengan mengetahui risiko yang mungkin terjadi terhadap kesehatan reproduksi dan seksual, remaja tentu akan lebih berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan reproduksi. Remaja perlu dikenalkan dengan hak-hak reproduksi yang dimiliki. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan tentang kekerasana seksual yang mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara mencegah terjadinya kekerasan seksual. Pengetahuan tambahan yang harus dimiliki remaja tentang cara menjaga kesehatan reproduksi agar lebih sehat yaitu dengan menerapkan pola makan sehat, olahraga serta dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen, menjaga kebersihan organ intim dengan cara rajin membersihkan alat kelamin dengan handuk yang bersih, kering, lembut, tidak berbau atau lembab, menggunakan celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat dan mengganti pakaian dalam paling sedikit 2 kali sehari. Kesehatan seksual dan reproduksi remaja mengacu pada kesejahteraan fisik dan emosional remaja dan mencakup kemampuan mereka untuk tetap bebas dari kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, IMS (termasuk HIV/AIDS), dan semua bentuk kekerasan seksual dan paksaan.

Keywords : Kesehatan Seksual, Reproduksi, Kekerasan Seksual.

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan suatu transisi periode kehidupan dari masa anak ke masa dewasa. Perubahan yang terjadi diikuti dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Sebayang, 2018 ). Menurut WHO, batasan usia remaja terjadi pada umur 12-24 tahun. Pada masa transisi ini, remaja tidak hanya tumbuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar, tetapi juga terjadi perubahan perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) (Sebtalesy C, dkk, 2019 )

Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan terutama bagi para remaja. Karena pada masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik terutama dalam menjaga kebersihan yang menjadi aset sangat penting dalam jangka panjang khususnya remaja putri (Nelwan, 2019).

Kesehatan reproduksi remaja lebih rentan terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit menular seksual (IMS) (Sari N, dkk. 2020 ). Untuk menjaga kesehatan seksual dan reproduksi remaja harus mengetahui dan mengerti cara hidup dengan reproduksi yang sehat agar tidak terjerumus ke pergaulan yang salah yang merugikan bagii remaja (Supriyani, dkk. 2019 ).

Kurangnya informasi dan edukasi dapat memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada remaja, diantaranya hubungan seksual pranikah, tertularnya infeksii menular seksual, kehamilan diusia muda. Selain itu kerentanan dan kekerasan seksual

(3)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat September 2022 pISSN 2685-0303

99 pada remaja sering terjadi dan ini dilakukan oleh orang–orang terdekatnya seperti pacar, teman, atau keluarga (Nelwan, 2019).

WHO memperkirakan ada 333 juta kasus baru mengenai IMS setiap tahunnya, dengan prevalensi tertinggi berada pada kelompok umur 20-24 tahun, diikuti kelompok umur 15-19 tahun (Primadevi I, dkk, 2021 ). Usia remaja juga rentan terhadap kasus HIV/AIDS, dimana 30% total kasus baru HIV didapatkan pada kelompok remaja usia 15-24 tahun (Fadhlullah, MH, dkk. 2019 ).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja adalah perilaku seksual remaja. Hasil Survei Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2012 menyebutkan perilaku seks pranikah pada remaja sebanyak 4,5%

pada laki-laki dan 0,7% pada perempuan usia 15-19 tahun (Anonimous, tt ).

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dapat didefinisikan sebagai pemahaman remaja tentang fungsi organ reproduksi, perilaku seksual, infeksi meular seksual dan HIV/AIDS[9]

Pengetahuan remaja tentang kesehatan seksual dan reproduksi sangat berpengaruh terhadap upaya pencegahan kekerasan seksual. Pengetahuan merupakan salah satu domain yang dapat membentuk perilaku seseorang dimana seseorang dapat melakukan suatu tindakan karena pengetahuan yang dimilikinya. Dengan adanya pengetahuan yang baik remaja dapat membetuk sikap dan kepercayaan diri agar tidak terpengaruh pada perilaku seksual yang dapat merugikan disi sendiri (Fadhlullah, MH, dkk. 2019 ).

Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan pengabdian kepada masyarakat melalui edukasi kesehatan seksual dan reproduksi sebagai upaya pencegahan kekerasan seksualremaja di SOS Children Village Banda Aceh Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar

METODE PELAKSAAAN

Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini yaitu pre dan post test.Penyuluhan ini dilaksanakan di SOS Children Village Banda Aceh Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar pada hari Jum’at Tanggal 20Mei 2022 dengan responden berjumlah 25 orang. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang berisi 20 pertanyaan. Uji analisis statitik dilakukan dengan SPSS 24.

Sebelum diberikan penyuluhan, terlebih dahulu dilakukan pre test dengan meminta responden untuk mengisi kuesioner yang berisi 20 pertanyaan terkait materi penyuluhan. Selanjutnya setelah diberikan penyuluhantentang edukasi kesehatan seksual dan reproduksi sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual, dilakukan post test untuk mengukur pengetahuan responden tentang penyuluhan kesehatanyang telah diberikan.

(4)

100

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari Pre Test

Tabel 1. Distribusi indeks pengetahuan responden berdasarkan pertanyaan pada kuesioner

No Pengetahuan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1 Baik 3 12

2 Cukup 7 28

3 Kurang 15 60

Total 25 100

Pengetahuan remaja tentang kesehatan seksual dan reproduksi sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual sebelum diberikan edukasi yaitu sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang yaiu sebanyak 15 orang (60%). Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan meminta remaja untuk mengisi kuesioner yang berisi 20 pertanyaan tentang kesehatan seksual dan reproduksi sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual. Hasil nilai rata-rata pengetahuan ibu adalah 56

Hasil dari Post Test

Tabel 2. Distribusi indeks pengetahuan responden berdasarkan pertanyaan pada kuesioner

No Pengetahuan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1 Baik 17 68

2 Cukup 6 24

3 Kurang 2 8

Total 25 100

Pengetahuan remaja tentang kesehatan seksual dan reproduksi sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual setelah diberikan edukasi yaitu sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaiu sebanyak 17 orang (68%). Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan meminta remaja untuk mengisi kuesioner yang berisi 20 pertanyaan tentang kesehatan seksual dan reproduksi sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual.

Hasil nilai rata-rata pengetahuan ibu adalah 84

Pembahasan:Evaluasi terhadap kegiatan pengabdian dilakukan untuk mengukur keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode post test, yaitu dengan menyebarkan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan tentang upaya pencegahan kekerasan seksual.

Setelah diberikan edukasi tentangkesehatan seksual dan reproduksi sebagai upaya pencegahan kekerasan seksualremaja terdapat adanya peningkatan pengetahuan remaja. Hal ini merupakan salah satu aspek kemampuan yang dicapai remaja sebagai akibat proses belajar. Keberhasilan proses belajar ini bisa dicapai karena didukung oleh media yang digunakan dalam kegiatan ini memberikan kemudahan dalam penerimaan informasi yaitu menggunakan media proyektor, leaflet dan tanya jawab.

(5)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat September 2022 pISSN 2685-0303

101 Hasil post test menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan seksual dan reproduksi meningkat dibandingkan dengan tingkat pengetahuan sebelum diberikan edukasi. Perbedaan ini membuktikan bahwa pemberian informasi melalui edukasi dapat meningkatkan pengetahuan dan menanamkan keyakinan tentang kesehatan seksual dan reproduksi. Proses evolusi pengetahuan yang terjadi dapat membentuk sikap dan pada akhirnnya dapat mempengaruhi terciptanya perilaku.

Karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng.

Pengetahuan dasar yang perlu diketahui remaja meliputi pengenalan terhadap sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi, risiko penyakit. Dengan mengetahui risiko yang mungkin terjadi terhadap kesehatan seksual dan reproduksinya, remaja tentu akan lebih berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan reproduksi. Remaja perlu dikenalkan dengan hak-hak reproduksi yang dimiliki. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan tentang kekerasana seksual yang mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara mencegah terjadinya kekerasan seksual (Sari N, dkk. 2020 ).

Pengetahuan tambahan yang harus dmiliki remaja tentang cara menjaga kesehatan reproduksi agar lebih sehat yaitu dengan menerapkan pola makan sehat, olahraga serta dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen, menjaga kebersihan organ intim dengan cara rajin membersihkan alat kelamin dengan handuk yang bersih, kering, lembut, tidak berbau atau lembab, menggunakan celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat dan mengganti pakaian dalam paling sedikit 2 kali sehari (Primadevi I, dkk, 2021 ).

Kesehatan seksualdan reproduksi remaja mengacu pada kesejahteraan fisik dan emosional remaja dan mencakup kemampuan mereka untuk tetap bebas dari kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, IMS (termasuk HIV / AIDS), dan semua bentuk kekerasan seksual dan paksaan (Supriyani, dkk. 2019 ).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asna (2011) menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku seksual remaja pranikah pada remaja. Pengetahuan merupakan salah satu domain yang dapat membentuk perilaku seseorang dimana seseorang dapat melakukan suatu tindakan karena pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo S. 2012 ).

Remaja yang mempunyai pengatahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi dan seksual dapat akan mempunyai sikap dan kepercayaan diri agar tidak terpengaruh pada perilaku seksual yang buruk. Hal ini disebabkan karena pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang diberikan disertai dengan penanaman sikap dan nilai-nilai, sehingga tidak akan berpengaruh terhadap perilaku remaja yang melenceng.

SIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan edukasi kepada remaja, menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan seksual dan reproduksi sebagai upaya pencegahan kekerasan seksualremaja. Kegiatan ini dihadiri oleh 25 remaja dengan hasil pengukuran diperoleh remaja yang berpegetahuan baik sebanyak 17 orang (68%), pengetahuan cukup sebanyak 6 orang (24%) dan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (8%).

(6)

102

.

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Terimakasih kepada seluruh keluarga besar civitas akademik Universitas Abulyatama yang telah memberikan kepercayaan kepada pengabdi untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat

2. Terimakasih kepada PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indoesia) yang telah memfasilitasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat di bidang kesehatan

3. Terimakasih kepada dosen pendamping dan mahasiswa yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan pengabdian kepada masyarakat

4. Terimakasih kepeda siswa/remaja di SOS Children Village Banda Aceh Kecamatan Darul Imarah yang telah ikut dalam kegiatan penyuluhan ini

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, tt. Badan Pusat Statistik. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan, Macro Internasional. Survei Demografi dan Kesehatan.

Fadhlullah, MH, dkk. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Remaja. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Volume. 8 No. 4 Oktober 2019.

Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Nelwan, 2019. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Gramedia. Jakarta

Primadevi I, dkk, 2021. Kesehatan Reproduksi Wanita di Sepanjang Daur Kehidupan.

Syiah Kuala Univrsity Press. Banda Aceh

Sari N, dkk. 2020. Kesehatan Reproduksi Wanita. IPB Press. Bogor

Sebayang, Wellina. 2018. Perilaku Seksual Remaja. Deepublish. Yokyakarta

Sebtalesy C, dkk, 2019. Menopause: Kesehatan Reproduksi Wanita. Wais Inspirasi Indonesia. Bandung

Supriyani, dkk. 2019. Promosi Kesehatan dalam lingkup kesehatan. Kencana. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Transmission coefficient of an electron incident on a heterostructure potential with nanometer-thick trapezoidal barrier grown on anisotropic materials are derived by solving

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi responden untuk menambah pengetahuan tentang cara memanajemen hipertensi dengan baik yaitu pola makan dengan menerapkan pola diet