• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIFITAS HERBISIDA FLUROKSIPIR TERHADAP GULMA PENTING PADA BUDIDAYA TANAMAN KARET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UJI EFEKTIFITAS HERBISIDA FLUROKSIPIR TERHADAP GULMA PENTING PADA BUDIDAYA TANAMAN KARET"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

Pada bulan September 2015 menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Medan Area pada Program Studi Agroteknologi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Ketua Kewirausahaan Mahasiswa Pemerintahan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area pada tahun 2018, Asisten Lapangan pada Mata Kuliah Dasar Ilmu Tanah pada tahun 2018-2020 Asisten Lapangan pada Mata Kuliah Pemupukan dan Pemupukan Bumi. Artikel ini berjudul : “UJI EFEKTIFITAS HERBISIDA FLUROXYPIR TERHADAP GULMA PENTING DALAM PRODUKSI TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)”.

Azwana, Anggota DPR, selaku Sekretaris Ujian Tesis yang mendukung terlaksananya Ujian Tesis ini. Semua teman-teman yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsinya. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan secara spesifik.

Beberapa jenis herbisida yang umum digunakan untuk pengendalian gulma di perkebunan karet adalah isopropilamina glifosat (Supawan dan Haryadi, 2010), paraquat diklorida (Tomlin, 2010), aminopyralid (Aini, 2010), fluroxypyr meptyl (Tomlin, 2010).

19. Tabel rangkuman bobot kering gulma total pada 2 MSA ........ 87 20. Tabel rangkuman bobot kering gulma Asystasia intrusa
19. Tabel rangkuman bobot kering gulma total pada 2 MSA ........ 87 20. Tabel rangkuman bobot kering gulma Asystasia intrusa

Rumusan Masalah

Oleh karena itu, upaya untuk mencari senyawa kimia baru yang berpotensi menjadi herbisida komersial atau memperoleh formulasi baru dari bahan aktif yang sudah ada atau sekadar melakukan tindakan regulasi terus dilakukan (Afdilah, 2010). Fluroxipyr merupakan salah satu jenis herbisida yang terus dikembangkan dalam upaya pengendalian gulma di areal perkebunan karet. Herbisida Fluroxipyr merupakan herbisida sistemik dan pasca tumbuh berbentuk konsentrat yang dapat diemulsikan dan efektif mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Mikania micrantha dan gulma polong-polongan seperti Pueraria javanica (Tomlin,2010,).

Adakah perbedaan hasil antara pengendalian gulma secara manual dengan pengendalian gulma menggunakan herbisida yang mengandung bahan aktif fluroxipyr pada tanaman karet dewasa?

Tujuan penelitian

Hipotesis penelitian

Manfaat penelitian

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Karet2.1Tanaman Karet

Persyaratan Tumbuh Tanaman Karet .1 Iklim.1Iklim

  • Tanah
  • Defenisi Gulma di Perkebunan Karet
  • Persaingan Gulma Terhadap Tanaman Karet

Pada ketinggian >400 meter di atas permukaan laut dan suhu harian lebih dari 30°C akan mengakibatkan tanaman karet tidak dapat tumbuh dengan baik (Damanik, dkk., 2010). Selain itu, angin yang kencang dan terus-menerus juga dapat meningkatkan laju penguapan air tanaman (transpirasi) dan laju penguapan air tanah (evaporasi) sehingga menyebabkan tanaman mengalami kekeringan. Daerah dengan kecepatan angin yang tinggi dan konstan tentu tidak menguntungkan untuk budidaya karet (Cahyono, 2010).

Menurut Cahyono (2010), tanaman karet pada dasarnya dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah dan kondisi tanah. Tanah aluvial yang terlalu banyak mengandung air dan tanah yang teksturnya ringan (pasir) maupun yang teksturnya berat (lempung) masih dapat bertahan. Gulma pada perkebunan karet adalah segala jenis tanaman yang tumbuh pada perkebunan karet yang mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman karet serta menyebabkan terganggunya kegiatan perkebunan karet.

Penting atau tidaknya suatu jenis tanaman sebagai gulma pada perkebunan karet tergantung pada tingkat kehilangan atau gangguan yang ditimbulkannya. Gulma merupakan salah satu jenis tumbuhan yang berkerabat dengan tumbuhan budidaya dan beradaptasi dengan habitat buatan manusia. Gulma populer dalam ilmu pertanian karena mereka bersaing dengan tanaman budidaya di habitat buatan manusia.

Interaksi yang terjadi antara gulma dengan tanaman budidaya dapat terjadi baik interaksi positif maupun negatif. Interaksi negatif merupakan peristiwa persaingan antara dua spesies yang berbeda, yaitu persaingan antara gulma dan tanaman budidaya. Gulma yang dianggap sangat merugikan tanaman karet adalah sebagai berikut: Imperata cylindrica, Mikania micranta, Melastoma malabathricum, Melastoma affine, Chromolaena odorata, Lantana camara, Paspalum conjugatum dan Scleria sumatrensis (Dinas Perkebunan Jawa Barat, 2015).

Asystasia intrusa

Pada penelitian ini terdapat beberapa gulma yang tumbuh di areal perkebunan karet yaitu: Asystasia intrusa, Cyclosorus aridus, Cyrtococum oxyphyllum, Caladium redstar, Cyperus kyllingia dan Colocasia. Pada kondisi alami, benih dapat berkecambah pada umur 30 hari setelah berkecambah, dan 10 minggu setelah berkecambah dapat tumbuh dengan cepat, kemudian menghasilkan polong berbiji setelah berumur 8 bulan atau lebih (Haryatun, 2008). Pada saat buah belum matang kulit buahnya berwarna hijau, namun pada saat buah matang kulit buahnya berwarna coklat (gambar 6).

Biji Asystasia inrusa yang berukuran kecil berwarna hitam sampai coklat, berukuran kecil dan ringan sehingga mudah tertiup angin. Benih-benih ini akan keluar dari polongnya pada kondisi lingkungan yang tepat, termasuk suhu dan cahaya yang cukup.

Gambar 3. Batang Asystasia intrusa
Gambar 3. Batang Asystasia intrusa

Cyclosorus Aridus

Caladium

Selain warna primer, satu daun keladi biasanya mengandung satu atau lebih warna lain. Pola daun keladi dapat berupa titik-titik, bulat, bergaris atau tidak beraturan dengan jumlah dan ukuran yang berbeda-beda (Yuliarti, 2008). Menurut Yuliarti (2008), keladi berasal dari hutan Amazon dan daerah Amerika Selatan yang beriklim tropis seperti Argentina, Brazil, Peru, Kolombia dan Venezuela.

Meski berasal dari benua Amerika, namun budidaya keladi pertama kali dilakukan di benua Eropa pada tahun 1700. Beragamnya bentuk, corak dan warna daun yang indah, serta perawatannya yang mudah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk membudidayakan keladi. Sebaliknya jika intensitas sinar matahari yang diterima lebih dari 70% maka daun keladi akan terbakar sehingga daun menjadi kuning atau coklat (Yuliarti, 2008).

Colocasia

Umbinya bisa mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk silinder atau bulat, ukuran 30 cm x 15 cm, warnanya coklat. Talas banyak mengandung senyawa kimia hasil metabolisme sekunder seperti alkaloid, glikosida, saponin, minyak atsiri, resin, gula dan asam organik. Sebelum mengolah talas menjadi berbagai jajanan (olahan lainnya) dan jika salah mengolah talas, maka bukan makanan yang dihasilkannya yang lebih nikmat melainkan penderitaan yang bisa dituai.

Batangnya tegak dan terdiri dari pelepah daun yang menyatu membentuk batang semu, warnanya hijau agak keputihan.

Gambar 10. Colocasia (foto koleksi pribadi,2019)
Gambar 10. Colocasia (foto koleksi pribadi,2019)

Mucuna bracteata

  • Metode Pengendalian Gulma
    • Pengendalian Gulma pada Tanaman Karet Menghasilkan
  • Herbisida Fluroksipir

Mucuna bracteata mempunyai sistem perakaran seperti kacang-kacangan lainnya, berwarna putih sampai coklat, menyebar di permukaan tanah dan dapat mencapai 1 meter di bawah permukaan tanah. Batang yang lebih tua akan menghasilkan bintil-bintil kecil berwarna putih yang bila bersentuhan dengan tanah akan berdiferensiasi menjadi akar baru. Bunga mucuna bracteata termasuk dalam kelompok bunga sempurna karena mempunyai benang sari dan putik dalam satu bunga.

Dalam satu rangkaian bunga dihasilkan 4-15 polong, tergantung umur tanaman dan lingkungan setempat, termasuk perubahan musim. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat pertanian, baik dengan tenaga manusia (manual) dan peralatan seperti cangkul, parang babat, garu, dan lain-lain, atau dengan menggunakan traktor yang dilengkapi peralatan seperti bajak, tajak, garu, arit atau babat. Misalnya dengan menentukan jarak tanam yang berdekatan, sehingga tercipta naungan yang menekan pertumbuhan gulma, pergiliran tanaman, dan lain sebagainya.

Herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menekan pertumbuhan normal tanaman. Pengelolaan gulma terpadu menggunakan kombinasi metode mekanis, teknis budaya, fisik, biologi dan kimia untuk mengendalikan populasi gulma secara memadai dan mempertahankannya pada tingkat yang tidak merugikan, dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan (Soerjani & Motooka, 1975). Dampak negatif tumbuhnya gulma secara langsung di sekitar lingkungan tanaman budidaya menyebabkan menurunnya produktivitas tanaman, namun di sisi lain terdapat jenis gulma tertentu yang dapat menjaga keseimbangan terhadap organisme pengganggu lainnya.

Upaya pengendalian gulma yang dilakukan saat ini telah mengikuti perkembangan teknologi, upaya pengendalian tidak hanya mengandalkan tenaga kerja manual, namun telah berkembang ke arah pengendalian kimia. Pengalaman menunjukkan bahwa masing-masing dari kedua metode pengendalian gulma memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu pengendalian gulma terpadu adalah pilihan yang tepat. Pengendalian gulma pada lahan perkebunan lebih mengutamakan cara kimia yaitu penggunaan herbisida, karena dengan cara ini pekerjaan skala besar dapat diselesaikan lebih cepat, serta pada situasi dan kondisi tertentu relatif lebih hemat biaya (Girsang, 2005).

Gambar 12. Mucuna  bracteata (foto koleksi pribadi,2019) 1.  Akar
Gambar 12. Mucuna bracteata (foto koleksi pribadi,2019) 1. Akar

BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian3.1Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Metode dan Analisa Penelitian

  • Pembuatan Petak Percobaan
  • Aplikasi Herbisida Fluroksipir
  • Penyiangan Mekanis dan Kontrol
  • Pengambilan Sampel Gulma

F3: Perlakuan dengan herbisida Fluroxypyr 400 ml/jam F4: Perlakuan dengan herbisida Fluroxypyr 600 ml/jam F5: Perlakuan dengan herbisida Fluroxypyr 800 ml/jam F6: Perlakuan dengan herbisida Fluroxypyr 1000 ml/jam 3.4 Penerapan Penelitian. Satuan petak terdiri dari gulma dibawah 4 tanaman karet atau luas 2,5 mx 3 m. Lahan terbatas dan gulma tidak seragam. Penerapan dilakukan pada hari Selasa tanggal 17 September 2019, penerapan dilakukan satu kali dan pada saat kondisi lingkungan mendukung (pagi hari (WIB), cuaca cerah dan kecepatan angin rendah).

Dosis yang ditentukan untuk setiap petak perlakuan dilarutkan dalam air sebanyak hasil kalibrasi, kemudian disemprotkan secara merata pada jalur tanaman penghasil karet. Gulma di petak percobaan semuanya dibersihkan dengan cangkul dan ditebar langsung ke permukaan tanah. Pengambilan sampel gulma dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis khasiat herbisida pada setiap unit plot perlakuan dan empat plot sampel akan disurvei menggunakan kuadran berukuran 0,5 mx 0,5 m.

Pra-aplikasi: pengambilan sampel gulma untuk data biomassa akan dilakukan pada 0 MSA (sebelum aplikasi herbisida fluroxipyr).

Pengamatan

  • Analisis Vegetasi
  • Tingkat dominansi gulma
  • Bobot kering gulma total .1 Sebelum aplikasi.1 Sebelum aplikasi
  • Bobot kering gulma terpenting .1 Sebelum aplikasi.1 Sebelum aplikasi
    • Setelah aplikasi

Berat kering per Spesies dan total diukur dengan menimbang gulma yang telah dikeringkan dioven hingga berat konstan pada suhu 105 – 115 ºC selama 3 jam. Jenis gulma yang tumbuh diamati dan dihitung dari nilai summed dominansi rasio (SDR) yang diamati pada minggu ke 0, 1, 2 dan 3 setelah aplikasi. Dominasi absolut adalah berat kering total gulma. Frekuensi absolut adalah jumlah kemunculan gulma. Sumber: (Syafei, 1990).

Berat kering gulma diamati dan sampel diambil 1, 2 dan 3 minggu setelah aplikasi dalam gram. Cara pengambilan sampelnya adalah dengan menghilangkan gulma yang masih hidup di permukaan tanah dengan menggunakan metode persegi berukuran 0,5 x 0,5 m, setelah dipotong gulma dipisahkan berdasarkan jenisnya kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 3 jam dengan suhu kering 105 - 115 ºC atau sampai diperoleh berat konstan (Winarno.

Gulma yang masih segar dihilangkan secara perlahan dari dalam tanah dengan menggunakan metode persegi berukuran 0,5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan5.1Kesimpulan

Saran

Efektivitas herbisida Fluroxipyr terhadap gulma di perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) belum terbukti. Diakses Jumat, 15 Oktober 2019. http://www.deptan.go.id/ditjentan/admin/rb/Talas.pdf. Pengaruh tingkat dosis herbisida isopropilamina glifosat dan waktu pencucian pasca aplikasi terhadap efektivitas pengendalian gulma di perkebunan karet TBM (Havea brasilensis).

Potensi dan pemanfaatan Mucuna Bracteata sebagai penutup tanah pada perkebunan karet. Lembaga Penelitian Karet Sungai Putih. Petak Penyiangan 0 Petak Penyiangan MSA 1 Petak Penyiangan MSA 2 Petak Penyiangan MSA 3 MSA.

Lampiran 5. Tabel rangkuman bobot kering gulma total pada 0 MSA
Lampiran 5. Tabel rangkuman bobot kering gulma total pada 0 MSA

Gambar

19. Tabel rangkuman bobot kering gulma total pada 2 MSA ........ 87 20. Tabel rangkuman bobot kering gulma Asystasia intrusa
Gambar 1. Asystasia intrusa
Gambar 3. Batang Asystasia intrusa
Gambar 6.  Buah Asystasia intrusa (Sumber: Eka Rahmawati, 2014) g. Biji Asystasia intrusa
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

311 fetiterer Wrf nftigen Unferf udjungen, beren stoften l frung5gemi:ifl ber oufoeroiiljrte ~djmu onbern geJlo·rfen tvirb, f o bofi booei• Cf.t.5 lj~rouilfommt.. g bes bollen 2f