EFEKTIVITAS ALAT TANGKAP BERBASIS SENAPAN SEMI MODERN BERDASARKAN CCRF
Mata Kuliah : Teknologi Penangkapan Ikan
Dosen Pengampu : : Prof. Dr. Aristi Dian Purnama Fitri, S. Pi., M.Si
Disusun Oleh :
Akbar Riza (26030120140090)
DEPARTEMEN PERIKANAN TANGKAP
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Panah merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang cukup produktif di perairan Kepulauan Karimunjawa. Jenis dan ukuran ikan yang menjadi tujuan penangkapannya dapat ditentukan sendiri oleh nelayan pemanah. Beberapa jenis ikan karang yang menjadi tujuan penangkapannya adalah ekor kuning, kakap dan kerapu. Selain itu, panah jugadigunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis besar, seperti tuna dan marlin.
Penangkapan ikan dengan panah dapat diarahkan untuk hanya menangkap jenis-jenis ikan yang diperbolehkan ditangkap dengan ukuran layak tangkap. Penerapan konsep seperti ini sesuai dengan code of conduct for responsible fisheries (CCRF) yang dikeluarkan oleh FAO bagi negara-negara anggotanya. Dalam ketentuan tersebut, setiap negara ± tak terkecuali Indonesia-- dianjurkan untuk menerapkan konsep penggunaan teknologi penangkapan ikan yang bertanggungjawab, yakni selektif, rendah hasil tangkapan sampingan dan tidak merusak lingkungan.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa operasi penangkapan ikan dengan panah sangat bermasalah. Permasalahan pertama adalah keributan sering muncul antara nelayan panah dengan nelayan yang mengoperasikan jenis alat tangkap lainnya dan komunitas penyelam SCUBA. Nelayan panah disinyalir menangkap semua jenis dan ukuran ikan yang bernilai ekonomis, termasuk jenis-jenis ikan yang dilindungi. Sementara permasalahan kedua adalah kesadaran nelayan untuk menerapkan prosedur keselamatan masih rendah. Ini disebabkan alat bantu pernapasan yang digunakan oleh nelayan untuk menyelam tergolong sangat sederhana dan membahayakan keselamatan. Nelayan hanya menggunakan selang yang menghubungkannya dengan kompresor sebagai pemasok oksigen. (Nihe, Salam and Baruadi, 2017)
Setiap jenis alat penangkapan ikan umumnya mempunyai spesifikasi dan ciri khas tersendiri, hal ini menunjukan bahwa satu alat tangkap tertentu ditujukan untuk menangkap spesies tertentu pula dan disesuaikan dengan desain ukuran alat tangkap yang akan digunakan (Dirjen Perikanan Tangkap, 2005). Maka dari itu saya ingin mengembangkan satu teknologi penangkapan ikan yang dimana mungkin nanti teknologi ini bisa menjadi pengganti alternatif pemakaian alat tangkap panah sehingga bisa mempermudah para nelayan untuk berburu ikan.
Rumusan Masalah
1. Kurang efektifnya penggunaan alat tangkap panah untuk menangkap ikan 2. Kesadaran nelayan akan keselamatan masih rendah
3. Perlunya ada peningkatan alat tangkap yang lebih modern lagi sehingga para nelayan menjadi lebih mudah dalam berburu ikan
PEMBAHASAN
Deskripsi Unit Tangkap Modern Berbasis Senapan
Deskripsi unit penangkapan digunakan untuk menggambarkan secara rinci keadaan unit penangkapan senapan. Cakupannya adalah desain alat tangkap dan alat bantu penangkapan,metode operasi penangkapan,jenis dan ukuran ikan tangkapan.
Analisis Perikanan Senapan Berdasarkan CCRF
Beberapa aspek dari unit tangkap panah yang perlu dikaji agar dapat mengikuti ketentuan CCRF adalah:
1. Aspek biologi yang meliputi konservasi spesies target, konservasi spesies yang ada pada suatu ekosistem atau terkait atau tergantung pada spesies target, meminimumkan hasil tangkapan non-target, sampingan dan yang dibuang, baik ikan maupun non-ikan, dan mencegah lebih tangkap atau penangkapan ikan yang melebihi kapasitas;
2. Aspek teknologi (unit penangkapan selektif, aman digunakan, mudah digunakan dan produktif); 3. Aspek ekonomi (menguntungkan);
3. Aspek sosial (tingkat penerimaan nelayan cukup baik terhadap unit penangkapan, tidak menimbulkan konflik sosial dan tidak berisiko tinggi atau tidak membahayakan keselamatan jiwa nelayan);
4. Aspek lingkungan (unit penangkapan tidak merusak lingkungan atau ekosistem, tidak menangkap di habitat kritis seperti hutan bakau dan terumbu karang);
5. Aspek pasca panen (proses penangkapan, penanganan, pengolahan dan distribusi dengan tetap mempertahankan nilai gizi, mutu dan keamanan ikan dan produk perikanan); dan
6. Aspek hukum (unit penangkapan legal atau tidak dilarang untuk dioperasikan, tidak menangkap biota yang dilindungi dan operasi penangkapan mematuhi peraturan yang berlaku). (Mubarok, Wisudo and Iskandar, 2016)
Desain dan Kontruksi Alat Tangkap
Gambar 1. Desain Alat Tangkap Berbasis Senapan
Seperti yang di lihat dari (Gambar 1), pada desain ini terjadi peningkatan teknologi pana senapan tersebut. Peningkatan alat tangkap seperti adanya fish finder, remote control, dan tenaga berbasis electric ini harapanya akan ada suatu alat tangkap yang simpel namun bisa mencakup semua kebutuhan yang nelayan butuhkan. Karena seperti yang kita ketahui ketertinggalanya peralatan yang di gunakan para nelayan khususnya nelayan indonesia ini terbilang cukup jauh.
Alat tangkap senapan semi modern ini sudah di lengkapi dengan Fishfinder.
Fishfinder yang di gunakan sama dengan fishfinder pada umumnya yaitu untuk mendeteksi objek bawah air yang bekerja berdasarkan prinsip suara (akustik). Fishfinder ini mampu memberikan informasi yang cukup detail yaitu tentang kelimpahan (kepadatan), sebaran, ukuran dan posisi kedalaman renang ikan (Suteja, 2019). Dengan di lengkapinya fishfinder ini itu berarti alat tangkap ini sudah memiliki kelebihan yaitu mampu menjadikan data yang bersifat real time, harga relative terjangkau dan friendly bagi ekosistem (Bhagya dan Prakarsa 2016).
Gambar 2. Penempatan Fishfinder pada alat tangkap
Gambar 3. Ilustrasi Fishfinder yang akan di gunakan
Alat tangkap ini juga akan di lengkapi dengan remote control yang memiliki beberapa fitur penting yang akan menjadi teknologi unggulan pada alat tangkap ini. Remote control adalah alat pengendali jarak jauh yang berfungsi mengendalikan sebuah benda/peralatan.
Benda yang di kendalikan tersebut akan memberikan respon sesuai jenis intruksi yang diberikanya (Son, 2018).
Gambar 4. Ilustrasi remote yang akan di gunakan
Seperti pada ilustrasi (Gambar 4) diatas. Ada beberapa fitur dan tombol yang bisa digunakan pada remote control diataranya ;
1. Pada nomor satu fungsi tombol tersebut adalah untuk mengangkat jaring yang sudah berada di bawah air, memeliki beberapa fitur lagi didalamnya seperti meningkatkan kecepatan pengangkatan ataupun memperlambat pengangkatan jaring.
2. Pada nomor dua fungsi dari tombol tersebut adalah untuk melempar jaring/umpan pada jarang yang dekat. Untuk jarak dekat bisa menggunakan opsi tombol dua ini dan tidak menggunakan pelatuk senapan.
3. Pada nomor tiga fungsi dari tombol tersebut adalah untuk mengarahkan jaring/umpan yang berada dalam air. Kita bisa mengarahkan kemanapun bahkan menurunkan kembali jaring/umpan ketempat yang lebih dalam lagi jika kita mau sesuai batasan pada jaring/umpan tersebut.
4. Pada nomor empat berfungsi untuk membuka dan melepas capit jaring yang berada pada benang dibawah laut.
5. Pada nomor lima berfungsi untuk menutup jaring yang sudah di buka.
Untuk benang yang digunakan pada alat pancing ini terbilang benang yang cukup kuat namun untuk harga benangnya sendiri bisa terbilang cukup pricely benang yang di gunakan yaitu YGK Galis Ultra Jigman WX8 PE-8
Gambar 5. Benang YGK Galis Ultra Jigman WX8 PE-8
• Panjang senar : 300 meter
• Line PE : 8 / 0.5 mm (113 Lbs)
• Max. Drag : 48 kg
• Made In Japan
Dengan panjang 300 meter dan size 0.5 mm mampu meladeni ikan seberat 50 kilogram tanpa menyebabkan kriting. Tentu untuk benang ini akan menjadi alternatif dan balik lagi ke pilihan nelayan, jika ingin menggunakan benang yang biasa saja itu juga tidak di masalah karena ini tergantung pada kondisi dan ikan apa yang ingin di tangkap.
Lalu dibagian jaring pada alat tangkap ini menggunakan fitur seperti halnya pada mainan capit boneka, yang dimana jaring ini bisa melebar dan menyebar sehingga ketika ikan berkumpul disekitar umpan, maka dengan remote control kita bisa membuat jaring melebar dan menyebar.Umpan yang digunakan pada alat tangkap ini adalah umpan palsu.
Dikarenakan kita harus menunggu dan menarik sekumpulan ikan untuk berada di daerah sekitar umpan.
Gambar 6. Ilustrasi jaring pada alat tangkap
Terakhir untuk alat tangkap ini adalah alat tangkap ini menggunakan tenaga berbasis energi listrik. Kita menggunakan energi listrik karena selain menghasilkan panas, listrik juga memberikan manfaat sebagai penghasil gerak. Energi listrik termasuk energi yang bisa diubah ke dalam berbagai jenis energi lainnya (Latif and Rahman, 2017). Untuk sumberdaya nya kita menggunaka charger seperti hal nya alat elektronik pada umumnya dan untuk pengisian batrei berada pada bagian bawah seperti yang terlihat pada (Gambar 7)
Gambar 7. Ilustrasi tempat pengisian daya pada alat tangkap Cara Pengoperasian
Cara pengoperasian pada alat tangkap ini cukup sederhana pertama tekan tombol ON pada alat tangkap untuk mengaktifkanya setelah itu tarik pelatuk senapan, setelah jaring dan umpan telah sampai di perairan, makan gunakan remote control untuk menenggelamkan umpan lebih cepat. Setelah itu tunggu ikan berkumpul di sekitar umpan dan ketika ikan sudah berkumpul, maka gunakan remote control lagi untuk melepas dan menyebarkan jaring lalu menutupnya. Setelah ikan dapat maka tarik kembali jaring menggunakan remote control.
Hasil Tangkapan
Rencana target tangkapan pada alat tangkap ini adalah ikan ekor kuning (Caesio sp.), baronag(Siganus sp.), biji nangka (Upeneus sp.), kuwe (Gnatodon sp.), kakatua (Scarus sp.), kakap merah (Lutjanus sp.), lencam (Lethrinus sp.), butana (Acanthurus sp.), kerapu macan (Epinephelus sp.), kerapu tikus (Choromileptes sp.), kerapu sunu (Plectropoma sp.), kerapu batik (Epinephelus sp.).
Kesimpulan
Alat tangkap ini di ciptakan dikarenakan alat tangkap menggunakan panah sudah cukup tidak efektif untuk di gunakan. Selain itu peningkatan inovasi sehingga terdapat teknologi penangkapan yang cukup modern yang bisa mempermudah para nelayan untuk mencari ikan. Pada desain ini terjadi peningkatan teknologi pana senapan. Peningkatan alat tangkap seperti adanya fish finder, remote control, dan tenaga berbasis electric ini harapanya akan ada suatu alat tangkap yang simpel namun bisa mencakup semua kebutuhan yang nelayan butuhkan.
REFERENSI
Latif, M. and Rahman, A. (2017) ‘Pemanfaatan Teknologi Listrik Tenaga Surya Bagi Kelompok Masyarakat Pulau Gili Raja’, Jurnal Pengabdhi, 3(1), pp. 38–44.
Mubarok, H. A., Wisudo, S. H. and Iskandar, B. H. (2016) ‘STATUS PERIKANAN PANAH DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH BERDASARKAN CCRF (CCRF Perspective on Spearfisheries in Karimunjawa Islands, Jepara District Central Java)’, Marine Fisheries : Journal of Marine
Fisheries Technology and Management, 3(2), p. 155. doi: 10.29244/jmf.3.2.155-122.
Nihe, M., Salam, A. and Baruadi, A. S. R. (2017) ‘Efektivitas alat tangkap panah ikan di Desa Bajo’, Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 5, pp. 8–11.
Son, M. S. (2018) ‘Pengembangan Mikrokontroler Sebagai Remote Control Berbasis Android’, Jurnal Teknik Informatika, 11(1), pp. 67–74. doi: 10.15408/jti.v11i1.6293.
Suteja, Y. (2019) ‘Pelatihan Penggunaan Fishfinder Bagi Nelayan’, 18, pp. 143–148.
Dirjen Perikanan Tangkap. 2005. Petunjuk Teknis Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 2 (Oktober 2010).