• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS BERKARYA KOLASE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS BERKARYA KOLASE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B "

Copied!
90
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembuatan kolase terhadap keterampilan motorik halus anak kelompok B RA Al-Burhan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Serta menganalisis perbedaan sebelum dan sesudah membuat kolase terhadap motorik halus anak dalam pembelajaran.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Oleh karena itu, sehubungan dengan berbagai permasalahan tersebut, renovasi dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik halus anak sangat diperlukan. Oleh karena itu peneliti memilih kegiatan kolase dengan media yang berbeda sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Identifikasi Masalah

Kegiatan kolase dengan media yang berbeda diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak terutama dalam melatih kemampuan jari tangan, keterampilan menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas, serta melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran anak dalam melakukan tugas motorik halus. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan dengan judul Efektivitas Bermain Kolase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B RA Al-Burhan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.

Pembatasan Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

  • Kegunaan Teoritis
  • KegunaanPraktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan wawasan yang berbeda tentang bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus melalui metode demonstrasi kolase pada anak. Memberikan petunjuk kepada guru PAUD tentang cara mengembangkan keterampilan motorik halus melalui rich collage.

Deskripsi Teoretik 1. Anak Usia Dini

  • Fisik Motorik
  • Bahasa
  • Kognitif
  • Sosial Emosional
  • Efektifitas Berkarya Kolase dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak

Tidak hanya itu, anak usia dini juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi dengan rasa ingin tahu yang besar. Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi, hal ini penting untuk perkembangan kreativitas dan bahasanya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan individu yang memiliki ciri dan keunikan tersendiri yang berbeda dengan orang dewasa.

Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami masa perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan motorik halus adalah perkembangan otot halus yang meliputi mengelem, mewarnai, menulis, menggambar, melukis dan menggunting. Masa perkembangan anak usia dini merupakan masa yang paling tepat untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kolase merupakan karya seni yang dapat merangsang perkembangan motorik halus pada anak usia dini. Martini Jamaris juga menyatakan bahwa perkembangan motorik halus anak TK ditekankan pada koordinasi gerak motorik halus, dalam hal ini berkaitan dengan aktivitas meletakkan atau memegang suatu benda dengan jari24. Rumini dan Sundari mengemukakan bahwa faktor yang mempercepat atau memperlambat perkembangan motorik halus antara lain 29.

Senada dengan hal tersebut di atas, Rita Eka Izzaty menjelaskan bahwa perkembangan motorik halus anak di Taman Kanak-kanak meningkat jika dilihat dari koordinasi tangan-mata34. Perkembangan motorik pada anak usia 4-5 tahun pada dimensi motorik halus menurut kurikulum 2013, tingkat kinerja perkembangan anak dapat mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang kompleks, mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus (mengetik, membelai, menyodok, menjepit, memutar, memutar, meremas) Edward L.

Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam Sumant's Law of Practice, Thorndike menyatakan bahwa hubungan atau asosiasi antara stimulus dan respon akan semakin kuat jika sering digunakan. Hukum ini menyatakan bahwa hubungan atau hubungan antara stimulus dan respon akan lemah tanpa adanya latihan. Peningkatan motorik halus anak akan terjadi jika anak selalu berlatih, sehingga guru dapat membantu meningkatkan motorik halus anak dengan menggunakan rangsangan yang dapat meningkatkan motorik halus anak melalui kolase dengan media yang berbeda35.

Mengingat pada saat sebelum tindakan 20% atau 2 anak dari 10 anak mencapai kriteria baik, pada siklus I 70% atau 7 anak dari 10 anak memenuhi kriteria baik, dan pada siklus II 90% atau 9 anak dari 10 anak memenuhi kriteria baik. pada kriteria baik. Pada siklus II persentase peningkatan keterampilan motorik halus lebih tinggi dari indikator keberhasilan yaitu 80% (8 anak) dari 10 anak memenuhi kriteria baik36. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Kolase Berbagai Media oleh Nur Halimah Tahun 2016 Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus meningkat setelah dilakukan tindakan melalui permainan kolase yang memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar mandiri dan tanpa tekanan. Peningkatan ini terlihat dari data dari siklus I ke siklus II, kemampuan motorik halus anak meningkat, hasil akhir rata-rata yang diperoleh dari motorik halus adalah 100%. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena hasil yang diperoleh mencapai angka yang ditentukan37.

Kerangka Berfikir

Bermain kolase merupakan salah satu media kreatif yang dapat merangsang kemampuan motorik halus. Seperti diungkapkan Sumanto, mengungkapkan bahwa kolase adalah suatu kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan teknik melukis (hand painting) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu39. Lebih lanjut Tim Pembina Guru menyampaikan bahwa kolase adalah melukis dengan cara ditempel dan direkatkan40.

Proses pembelajaran melalui kegiatan kolase diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus seseorang, karena dalam kegiatan kolase anak dapat berkreasi sesuai dengan kreativitas masing-masing anak, dan merupakan kegiatan yang menarik bagi anak, sehingga anak dapat bergerak bebas sambil melakukan gerakan mata secara sinkron. . Anak-anak dapat mengeksplorasi kegiatan merekat dan merekatkan bahan-bahan yang tersedia sesuai kreativitas masing-masing. Selama kegiatan kolase sama seperti anak bermain sambil bekerja, agar proses belajar berlangsung menyenangkan dan kemampuan motorik halus anak dapat meningkat.

Hipotesis Penelitian

Desain Penelitian

  • Tempat Penelitian
  • Sampel

Bentuk desain pra-eksperimen yang peneliti pilih adalah model one-group pretest-posttest design. Model penelitian ini melakukan treatment terhadap kelompok eksperimen kemudian mendapatkan pre-test untuk mengetahui kondisi awal dari kelompok eksperimen, kemudian mendapatkan treatment dan mendapatkan post-test. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara langsung dengan mengambil subjek bukan berdasarkan strata, random atau wilayah.

Gambar 1. Bagan One-Group Pretest-Posttest Design   Dimana:
Gambar 1. Bagan One-Group Pretest-Posttest Design Dimana:

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

  • Instrumen Pengumpulan Data

Observasi adalah teknik data yang dilakukan peneliti dengan cara melihat langsung atau bahkan terlibat langsung dengan situasi yang diteliti53. Observasi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana proses penelitian dilakukan, dimulai dari sebelum penelitian hingga proses penelitian terhadap 28 responden kelompok TK B3 RA Al-Burhan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2017-2018. Dokumentasi dari penelitian ini diperoleh data mengenai jumlah populasi dan sampel yang digunakan untuk penelitian.

Tes adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan alat penilaian untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, bakat, dan lainnya55. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap 28 responden TK B3 RA Kelompok Al-Burhan Kecamatan Gebang.

Teknik Analilis Data

  • Tabel Penolong Uji t

Kemudian hasil perhitungan diinterpretasikan menggunakan normalized gain menurut klasifikasi Meltzer sebagai berikut56: 0.7

Tabel Nilai Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Berkarya Kolase
Tabel Nilai Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Berkarya Kolase

Hasil Penelitian

  • Hasil Penelitian Keterampilan Motorik Halus Siswa Sebelum Penerapan Berkarya kolase (Variabel X1)
  • Hasil Penelitian Keterampilan motorik halus Siswa Sesudah Penerapan Berkarya kolase (Variabel X2)
  • Hasil Penelitian Evektifitas Penerapan Berkarya Kolase Terhadap Peningkatan Keterampilan motorik halus Siswa
  • Melakukan Analisis Uji Gain

Berdasarkan data di atas, dilakukan uji distribusi frekuensi X1 dengan menggunakan langkah-langkah menurut Sugiyono sebagai berikut; Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas, rata-rata (mean) nilai kemampuan motorik halus siswa kelompok B3 RA Al-Burhan Kecamatan Gebang sebelum penerapan pembuatan kolase adalah 76,42. Berdasarkan tabel di atas, nilai yang sering muncul atau skor motorik halus siswa kelas B3 RA Al-Burhan kecamatan Gebang sebelum melakukan kerja kolase adalah 80, yang berarti kemampuan motorik halus siswa untuk mengaplikasikan kerja kolase lebih banyak. dari cukup.

Hasil Penelitian Kemampuan motorik halus siswa setelah penerapan pembuatan kolase (Variabel X2) Penerapan pembuatan kolase (Variabel X2). Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas, rerata (mean) postes keterampilan motorik halus siswa kelompok B3 RA Al-Burhan Gebang setelah penerapan pembuatan kolase adalah 85,89. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus siswa setelah penerapan pembuatan kolase mencapai 85,89 yang berarti nilai kemampuan motorik halus siswa dalam kriteria penilaian tergolong tinggi.

Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas, rata-rata skor kemampuan motorik halus siswa kelompok B3 RA Al-Burhan di Kecamatan Gebang setelah penerapan pembuatan kolase adalah 87,5. Sehingga skor yang muncul paling sering atau paling banyak dari hasil post test kemampuan motorik halus kelompok B3) Kelurahan RA Al-Burhan Gebang setelah pelaksanaan tugas Kolase adalah 90. Peningkatan motorik halus siswa.

Artinya terdapat perbedaan kemampuan motorik halus siswa kelompok B3 RA Al-Burhan Kecamatan Gebang sebelum dan sesudah pelaksanaan kerja kolase menunjukkan adanya perbedaan atau perbedaan yang signifikan. Dari hasil analisis Gain Test di atas, perbedaan kemampuan motorik halus sebelum dan sesudah mengerjakan kolase diinterpretasikan dengan perhitungan menggunakan normalized gain menurut klasifikasi Meltzer dalam kategori sedang.

Tabel  dan  histogram  tersebut,  menunjukkan  frekuensi  variabel  X1  paling banyak terletak pada interval 77-78 sebanyak 10 siswa (35,7 %) dan  paling sedikit terletak pada interval 81-84 yaitu 0 siswa (0%)
Tabel dan histogram tersebut, menunjukkan frekuensi variabel X1 paling banyak terletak pada interval 77-78 sebanyak 10 siswa (35,7 %) dan paling sedikit terletak pada interval 81-84 yaitu 0 siswa (0%)

Pembahasan

0,05 maka nilai t-tabel adalah 1,703 sedangkan pada taraf signifikansi 0,01 nilai t-tabel adalah 2,473, terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, sehingga hipotesis kerja diterima. Artinya kemampuan motorik halus siswa sebelum dan sesudah menggunakan karya kolase menunjukkan perbedaan yang signifikan jumlah kegiatan pembuatan kolase yang efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak sesuai dengan teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa kolase adalah sebuah karya seni. yang dapat merangsang perkembangan motorik halus pada anak usia dini, dan dengan membuat kolase, anak dapat lebih mudah menggerakkan jari-jarinya untuk melekatkan dan mengkoordinasikan gerakan mata dan tangan sehingga perkembangan motorik halus anak menjadi lebih baik. Begitu juga dengan hasil yang diterapkan dengan menggunakan analisis Gain Test, yaitu pengujian selisih nilai dari hasil sebelum diberi perlakuan (pekerjaan kolase) dan sesudah diberi perlakuan, dengan perhitungan yang diinterpretasikan dengan menggunakan normalized gain menurut klasifikasi Meltzerit adalah berada pada kategori sedang dengan nilai 0,51.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan kreasi kolase untuk meningkatkan kemampuan motorik halus siswa telah menunjukkan pengaruh yang nyata dan dapat diandalkan sebagai pembelajaran yang baik, terhadap peningkatan kemampuan motorik halus siswa. Penerapan pembuatan kolase untuk meningkatkan kemampuan motorik halus siswa telah menunjukkan efek yang nyata dan dapat diandalkan sebagai pembelajaran yang baik. Perhitungannya dengan membandingkan t-score 6,482 dengan t-tabel pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,703 sedangkan pada taraf signifikansi 0,01 diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,473 dengan pengujian hipotesis bahwa t-score lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak atau hipotesis kerja diterima.

Hal ini berarti kemampuan motorik halus siswa sebelum dan sesudah menggunakan karya kolase menunjukkan perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu, kegiatan membuat kolase sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik anak usia dini. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pengembangan kegiatan PAUD dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat diteruskan ke semua lembaga sehingga kegiatan membuat kolase sangat efektif dalam meningkatkan perkembangan motorik anak.

Gambar

Gambar 1. Bagan One-Group Pretest-Posttest Design   Dimana:
Tabel 3.1  Jadwal Penelitian
Tabel Nilai Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Berkarya Kolase
Tabel  dan  histogram  tersebut,  menunjukkan  frekuensi  variabel  X1  paling banyak terletak pada interval 77-78 sebanyak 10 siswa (35,7 %) dan  paling sedikit terletak pada interval 81-84 yaitu 0 siswa (0%)
+3

Referensi

Dokumen terkait

148–149 Die bedoeling is nie om die hedendaagse klem op missionaal enigsins gering te skat nie, maar op grond van die keuse vir die twee genoemde ekklesiologiese uitgangspunte as ’n