• Tidak ada hasil yang ditemukan

efektivitas implementasi uu no. 23 tahun 2004 tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "efektivitas implementasi uu no. 23 tahun 2004 tentang"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : NURUL HIKMAH

NIM. 160202023

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

(2)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG UU PKDRT PADA MASYARAKAT SAMAWA DI

KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh : NURUL HIKMAH

NIM. 160202023

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Nurul Hikmah, NIM: 160202023 dengan judul “Efektivitas Implementasi UU NO. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT pada Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 05 Juli 2021

(4)

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 5 Juli 2021 Hal : Ujian Skripsi

Yang Terhormat

Dekan Fakultas Syariah di Mataram

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat bahwa Skrisi saudara:

Nama Mahasiswa : Nurul Hikmah

NIM : 160202023

Judu : Efektivitas Implementasi UU NO. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT pada Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat.

telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syariah UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.

Wassalmualaikum, Wr. Wb.

(5)

PENGESAHAN

Skripsi oleh: Nurul Hikmah, NIM: 160202023 dengan judul “Efektivitas Implementasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT pada Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat” telah dipertahankan didepan dewan penguji Prodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah UIN Mataram pada tanggal 22 Juli 2021.

(6)

MOTTO

Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukan dirinya, dan manusia yang paling banyak memiliki kelebihan adalah

mereka yang tidak melihat kelebihan dirinya.

“Imam Syafi‟i”

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk umi Gamar dan Aba ku Tahar H. Husein saudara-saudariku, almamaterku, dan semua guru dan dosenku”.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’ Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT dan rasa syukur yang terucap atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini.

Selanjutnya shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengarahkan umatnya kejalan yang lurus dan sekaligus menyempurnakan akhlak manusia melalui petunjuk ilahi.

Skirpsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan peneliti yang diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana hukum (S.H) pada Fakultas Syariah UIN Mataram. Yang membahas Efektivitas Impelementasi UU NO. 23 Tahun 2004 Tentang UU PKDRT Pada Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat.

Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini, tentu peneliti tidak terlepas atas bantuan para pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan kali ini, peneliti banyak mengucapkan terimaksih kepada : 1. Bapak Dr. Jumarim, M. HI selaku pembimbing I dan Bapak Muhammad M.

Nor, M.HI. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan saran serta kritik dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Moh. Abdul Nasir, MA selaku penguji I dan Bapak H.

Muhammad Zamroni M. HI selaku penguji II, terima kasih atas masukan dan saran serta kritikan dalam skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.

3. Bapak Rektor UIN Mataram, beserta para stafnya,

(9)

4. Bapak Dekan Fakultas Syariah UIN Mataram yang telah membuat sistem perkuliahan berjalan efektif.

5. Polres Sumbawa Barat yang telah bersedia memberikan informasi yang diperlukan peneliti.

6. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

7. Kakak Ade, Sahabatku lana fauziah, Nisa, Dewi purnama dan teman-teman HKI 16 yang telah banyak meluangkan waktu memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini

Penulis juga memohon maaf sebesar-besarny atas segala perbuatan dan ucapan yang tidak berkenan, Segala bentuk kritikan, masukan, dan saran peneliti harapkan guna penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Peneliti berharap skripsi ini dapat berguna di kemdian hari dalam memberikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’ Alaikum Wrahmatullahi Wabarakatuh

Mataram 05 Juli 2021.

Penulis

Nurul Hikmah 160202023

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 8

E. Kajian Pustaka ... 9

F. Kerangka Teori ... 14

G. Metode Penelitian ... 28

H. Sistematika Penulisan ... 38

BAB II PAPARAN DAN TEMUAN DATA ... 40

A. Gambaran Umum tentang Kabupaten Sumbawa Barat ... 40

B. Efektivitas Impelementasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT pada Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat ... 47

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Implementasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT pada Masyarakat di Kab. Sumbawa Barat ... 61

(11)

BAB III ANALISIS EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG UU PKDRT PADA MASYARAKAT SAMAWA DI KAB. SUMBAWA

BARAT ... 68

A. Efektivitas Implementasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT Pada Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat ... 68

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Implementasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT Pada Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat ... 77

BAB IV HASIL PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pedoman Wawancara Lampiran II Daftar Informan Lampiran III Surat Izin Penelitian

Lampiran IV Kartu Konsultasi Pembimbing I Lampiran V Kartu Konsultasi Pembimbing II Dokumentasi

(13)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG UU PKDRT PADA MASYARAKAT SAMAWA DI KAB. SUMBAWA BARAT

Oleh:

Nurul Hikmah NIM 160202023

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang Efektivitas Implementasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT pada Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat, kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada masyarakat Samawa di Kab.

Sumbawa Barat sangat tinggi, namun masih sedikit korban yang mau melaporkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang menimpanya sesuai amanat Undang- Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, bahkan sudah melaporkan perkaranya, lalu dicabut kembali oleh si pelapornya, dengan alasan dapat diselesaikan secara kekeluargaan.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Dalam kegiatan penelitian peneliti bertindak sebagai pengamatpartisipasif dan metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Setelah dilakukan penelitian dan analisisis data, peneliti menemukan bahwa efektivitas implementasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT Pada Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat belum efektif secra totalitas, karena dari 5 jenis lingkup kekerasan dalam UndangUndang Penghapusan Kekerasan

(14)

Dalam Rumah Tangga hanya kekerasan fisik yang masuk laporannya ke Polres, sementara bentuk kekerasan lainnya masih kosong. Pun kesadaran fisik baru efektif pada kekerasan fisik yang bersifat fatal atau berat, sementara yang masih ringan cenderung diselesaikan secara kekeluargaan.

Kata Kunci: Efektivitas, Impelemntasi, Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT, Masyarakat Samawa di Kab. Sumbawa Barat

(15)

BAB I

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG UUPKDRT PADA MASYARAKAT SAMAWA DI KABUPATEN

SUMBAWA BARAT A. Latar Belakang

Allah menciptakan semua mahluk hidup di muka bumi ini selalu berpasang-pasangan, tak terkecuali manusia yang pada dasarnya mempunyai sifat selalu mencari manusia lainnya untuk hidup bersama. Oleh karena itu manusia saling berusaha untuk menjalin suatu hubungan di dalam masyarakat, keinginan untuk berinteraksi, berkomunikasi atau pun berkumpul merupakan agama yang tersirat, yang diatur di dalam sebuah pernikahan atau ikatan perjanjian yang sakral dalam membentuk keluarga yang bahagia.1

Pernikahan merupakan suatu yang sakral dikalangan masyarakat dan juga bagian dari ibadah. Allah menciptakan segala sesuatu dengan berpasang- pasangan, ada laki-laki dan ada perempuan. Allah memberikan karunia kepada manusia dengan adanya sebuah ikatan suci pernikahan antara laki-laki dan perempuan. Pernikahan ini bertujuan untuk melanjutkan keturunan atau generasi penerusnya. Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Pasal 1 tentang perkawinan dijelaskan bahwa seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membent uk keluarga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

1 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Mazhab, (Jakarta: PT. Prima Herza Lestari), hlm. 4.

(16)

Rumah tangga merupakan unit terkecil di dalam suatu masyarakat sebagai tempat serta proses pergaulan hidup.2 Dalam membina rumah tangga tidak hanya berlangsung secara harmonis namun sebaliknya. Ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya rumah tangga yang harmonis, diantaranya adalah faktor keserasian atau kecocokan, kenyamanan, adanya tujuan dan kepercayaan. Sebaliknya, rumah tangga yang tidak harmonis terjadi karena adanya beberapa faktor penyebab, yaitu tidak adanya kecocokan dan sering terjadi konflik. Konflik yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga memang tidak bisa dipungkiri. Ada pasangan yang mampu dan berhasil menyelesaikan konflik itu dengan baik seperti musyawarah yang dilakukan antara kedua belah pihak. Namun sebaliknya, konflik yang berakhir dengan tidak baik akan berujung dengan tindak kekerasan di dalam keluarga.3

Keutuhan dan kerukunan di dalam rumah tangga pada kenyataannya tidak akan terwujud apabila dalam menjalankan kehidupan berumah tangga pastinya dapat menimbulkan konflik atau masalah dalam kehidupan baik dalam rumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga Negara berpandangan segala bentuk kekerasan harus diberi perhatian khusus guna mencapai persamaan dan keadilan.

Akhir-akhir ini banyak kasus kekerasaan dalam rumah tangga (KDRT) terjadi di dalam kehidupan masyarakat padahal pemerintah pada tahun 2004 telah meresmikan Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

2 Soejono Soekanto, Sosiologi Keluarga Tentang Ihwal Keluarga, Remaja dan Anak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.1

3 Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Dalam Prespektif Yuridis – Vikimologis, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010 ), hlm. 75

(17)

Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), dimana dalam salah satu konsideran UUPKDRT disebutkan bahwa segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusian serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus.

Pasal 4 UU PKDRT lebih jelas lagi menyebutkan penghapusan kekerasaan dalam rumah tangga, melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga;

menindak pelaku kekerasaan dalam rumah tangga, dan memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi isu global dan telah menjadi perhatian publik, fenomena akan adanya kekerasan dalam domestik ini seperti fenomena gunung es, yang mana kasus yang nampak dipermukaan tidak sebanyak dengan kasus yang terjadi sesungguhnya dilapangan. Banyaknya kasus KDRT yang menjadi di Indonesia merupakan cerminan gagalnya sebuah keluarga membangun dan membina suasana kondisi rumah tangga yang konduktif, aman dan nyaman bagi setiap anggota keluarga yang berlindung didalamnya. Istilah “keluarga” mengacu kepada rasa nyaman aman dan dilindungi, kondisi yang bersifat individu atau pribadi dan sebagai tempat untuk berteduh dari tekanan-tekanan dan kesulitan di luar rumah.

Angka KDRT dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang semakin meningkat, peningkatan jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga pastinya menjadi keprihatian tersendiri. Dalam hal ini korban dari tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) tidak hanya menimpa istri atau suami tetapi juga orang-orang yang ada di dalam lingkup rumah tangga.

(18)

Upaya penanggulangan atau pencegahan KDRT merupakan kewajiban bersama antara pemerintah dan masyarakat. Semangat di atas yang kemudian dicoba dimasukkan dalam UU PKDRT. Hal ini terkait dengan lokus terjadinya KDRT di ranah privat, sehingga pemerintah tidak bisa dengan mudah memantau atau masuk dan terlibat secara langsung. Sehingga pemerintah membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam memantau dan mencegah terjadinya KDRT di lingkungannya. Kewajiban masyarakat ini diakomodir dalam Pasal 14 dan Pasal 15 UU PKDRT. Bahkan dalam Pasal 15 dirinci mengenai kewajiban“setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk a).mencegah berlangsungnya tindak pidana; b). memberikan perlindungan kepada korban; c). memberikan pertolongan darurat; dan d). membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.

Namun, terobosan ini masih belum efektif manfaatnya oleh korban KDRT karena masyarakat masih beranggapan bahwa kekerasaan dalam rumah tangga adalah ranah privat bukan urusan orang luar rumah atau alasan lainnya.

Tetapi demikian pada kenyataannya sebagian korban kekerasan dalam rumah tangga memilih untuk diam atau memendam apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka dan bertahan dalam rumah tangganya. Seringkali tindak kekerasan semacam ini disebut kejahatan yang tersembunyi. Disebut demikian, karena pelaku maupun korban berusaha untuk merahasiakan kejadian tersebut dari pandangan publik. Banyak korban kekerasan dalam rumah tangga, baik itu

(19)

anak, istri, mertua, pembantu, suami dan yang termasuk dalam lingkup rumah tangga, tidak melaporkan tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya, bahkan cenderung menutup-nutupi masalah ini, karena takut akan cemoohan dari masyarakat ataupun dari dalam keluarga sendiri. Budaya masyarakat ikut berperan dalam hal ini, karena segala bentuk tindak kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga adalah masalah keluarga, bukan masalah privat, yang dimana orang luar rumah tidak boleh mengetahuinya. Apalagi anggapan bahwa hal tersebut merupakan aib keluarga dan harus dirahasiakan.4

Kekerasaan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terjadi dalam lingkup personal yang penuh muatan relasi emosi, penyelesaiannya tidak segampang kasus-kasus kriminal dalam konteks publik. Permasalahan tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang paling banyak dialami oleh kaum perempuan (Istri) dan jumlahnyapun cukup besar, tetapi yang terungkap tidak sebanding kenyataannya yaitu jauh lebih sedikit. Hal ini disebabkan pada umumnya KDRT masih dianggap urusan pribadi atau urusan internal keluarga yang orang lain tidak perlu mengetahuinya.

Berbagai pendapat, persepsi, dan definisi mengenai KDRT berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Pada umumnya, orang berpendapat bahwa kekerasan dalam rumah rangga adalah urusan pribadi di dalam kehidupan rumah tangga. Jadi merupakan suatu hal yang bersifat tabu apabila sampai ada campur tangan dari pihak di luar lingkup keluarga tersebut yang kemudian ikut dalam masalah yang sedang terjadi pada kehidupan rumah tangga tersebut.

4 Ibid. 62

(20)

Sebagaimana beberapa kasus yang terjadi di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah persoalan privat dan bukan persoalan publik, dimana ketika masyarakat melihat adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga masyarakat tidak mau ikut campur dalam masalah keluarga orang lain dan korban dari tindak kekerasan cenderung menutup- nutupi karena takut dicerca masyarakat. Serta kurangnya pengetahuan maupun kesadaran hukum masyarakat terkait hak-hak hukum yang dimilikinya.

Walaupun Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) dan telah mengesahkan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) No. 23 Tahun 2004, namun angka kekerasan dalam lingkup domestik tetap saja masih menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Padahal hukum bagi anggota keluarga, khususnya perempuan dari segela bentuk kekerasan dalam rumah tangga.

Berdasarkan urain tersebut di atas, maka isu yang muncul yaitu sejauhmana tingkat efektivitas implementasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT pada masyarakat Samawa di Kabupaten Sumbawa Barat serta apa saja faktor pendukung dan penghambat efektivitas implementasi UU PDKRT pada masyarakat Samawa di Kabupaten Sumbawa Barat. Oleh karena itu maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai UU PKDRT dan menuangkannya dalam sebuah penulisan karya ilmiah atau skripsi

(21)

yang berjudul Efektivitas implementasi UU No.23 Tahun 2004 TENTANG UU PKDRT pada masyarakat Samawa di Kabupaten Sumbawa Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskankan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efektivitas implementasi UU PKDRT pada masyarakat Samawa di Kec. Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.?

2. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan penghambat efektivitas implementasi UU PKDRT pada Masyarakat Samawa di Kec. Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat efektivitas implementasi UU PKDRT pada masyarakat Samawa di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.

b. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendukung dan penghambat efektivitas implementasi UU PKDRT pada Masyarakat Samawa di Kec.

Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian maka adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

(22)

a. Manfaat Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang ilmu hukum keluarga Islam.

b. Manfaat secara Praktis

Secara Praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pijakan dan rujukan oleh pihak terkait permasalahan yang menyangkut tindak Kekerasan Dalm Rumah Tangga.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah serta tidak terlalu meluas dan keluar dari objek kajian yang seharusnya dikaji maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini hanya menfokuskan pada rumusan masalah sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, yakni Bagaimana tingkat efektivitas implementasi UU PKDRT pada masyarakat Samawa di Kecamatan Taliwang Kab. Sumbawa Barat dan Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat efektivitas impementasi UU PKDRT pada masyarakat Samawa Kab. Sumbawa Barat.

Adapun Setting Lokasi penelitian ini dilakukan Di Kabupaten Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat. Adapun alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Sumbawa Barat, karena di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah persoalan privat bukan persoalan publik, dimana ketika masyarakat melihat adanya tindak kekerasan dalam rumah

(23)

tangga masyarakat memilih diam karena beralasan tidak mau ikut campur urusan keluarga orang lain.

E. Telaah Pustaka

Adapun penelitian yang berkaitan dengan masalah Undang-Undang No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), pernah dilakukan oleh peneliti terlebih dahulu, yaitu :

1. Ahmad Suhari, fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, pada tahun 2010, dengan judul skripsi atau penelitiannya “Implementasi Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasaan dalam Rumah Tangga.5 Dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana implementasi ketentuan hukum pidana dalam UU No.23 Tahun 2004 tentang bentuk hambatan dalam implementasi/pelaksanaan UU No.23 Tahun 2004 dan sejauh mana efektifitas UU ini terhadap kasus kekerasaan dalam rumah tangga. Dalam penelitian ini, saudara Ahmad Suhari memaparkan secara rinci mengenai UU No.23 Tahun 2004 dan menjelaskan faktor-faktor kekerasaan yang terjadi di dalam rumah tangga.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan pendekatan yuridis Sosiologis yang berarti penelitian ini memberi gambaran luas mengenai implementasi UU No.23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasaan dalam rumah tangga.

Hasil dari penelitian Ahmad Suhari adalah dalam realitas sosial khususnya di Plores Grobongan Kabupaten Semarang sesuai dengan

5 Ahmad Suhari, Universitas Negeri Malang, (Skripsi Implementasi Undang- undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga), 2010.

(24)

pernyataan Kanit PPA Polres Grobongan Aiptu Umbarwati, bahwa setiap tindak pidana KDRT yang masuk di Polres Grobongan penyidik selalu menggunakan ketentuan pidana Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 dalam proses penyelidikannya. Dalam hal ini berlaku asas lex specialis derogate lege generali (peraturan yang bersifat khusus yang mengesampingkan peraturan yang bersifat umu). Dimana posisi UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah lex specialis sedangkan KUHP dan KUHAP adalah lege generali. Jadi proses penyelidikannya sama seperti hukum acara pidana biasa kecuali hal- hal yang ditentukan lain oleh UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Persamaan penelitian Ahmad Suhari dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama membahas mengenai UUNo.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasaan Dalam Rumah Tangga.

Perbedaannya adalah didalam penelitian Ahmad Suhari lebih fokus pada Implementasi ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga di wilayah hukum Polres Grobongan. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti lebih menfokuskan pada efektivitas implementasi UU NO. 23 tahun 2004 pada masyarakat Samawa di Kabupaten Sumbawa Barat.

2. Dadang Iskandar, Fakultas Hukum, Universitas Ibn Khaldun Bogor, Pada tahun 2016, dengan judul jurnal atau penelitiannya “upaya

(25)

Penanggulangan terjadi kekerasan dalam rumah tangga.6 Dalam penelitian ini, saudara Dadang Iskandar membahas tentang penanggulangan terhadap terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan memaparkan mengenai Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KHUP). Dalam penelitian ini saudara Dadang Iskandar membahas mengenai subtansi hukum yang terkait dengan kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yang dalam penelitian ini menjelaskan atau menggambarkan hukum yang mengenai tindak kekerasan dalam rumah tangga.

Hasil dari penelitian Dadang Iskandar adalah dalam upaya penanggulangan dan pencegahan terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga yaitu dengan pendekatan secara penal dan non penal, tidak cukup hanya dengan melakukan pendekatan Integral dan harus didukung oleh kesadaran hukum masyarakat setempat. Kesadaran hukum masyarakat adalah salah satu bagian dari budaya hukum. Dikatakan demikian karena selama ini adanya anggapan bahwa budaya hukum yaitu hanya meliputi kesadaran hukum masyarakat saja. Pada hakikatnya secara pedadogis maupun secara psikologis ada dua pendekatan yang dapat menangani terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dengan melakukan pendekatan kuratif ataupun pendekatan preventif.

Persamaan penelitian Dadang Iskandar, dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama membahas mengenai Undang-

6Dadang Iskandar, Universitas Ibn Khaldun (Jurnal Upaya Penanggulangan Terjadi Kekerasan dalam Rumah Tangga). 2016

(26)

Undang No 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Perbedannya adalah di dalam Jurnal Dadang Iskandar lebih menfokuskan pada subtansi hukum pidana terkait kekerasan dalam rumah tangga. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti fokus pada efektivitas implementasi UU NO. 23 tahun 2004 pada masyarakat Samawa di Kabupaten Sumbawa Barat.

3. Rendi Amanda Ramdhan, fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau, Pada Tahun 2018, dengan judul penelitiannya ”Pengaruh Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap Tingkat keharmonisan dalam keluarga di Kelurahan Umban Sari Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.7 Dalam penelitian ini, Saudara Rendi Amanda Ramdhan membahas tentang pengaruh kekerasan dalam rumah tangga dan tingkat keharmonisan dalam rumah tangga untuk mengetahui untuk bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga terhadap tingkat keharmonisan dalam keluarga. Penelitian ini menggunkan metode pendekatan kualitatif deskriptif yang dalam penelitian ini mnejelaskan atau mengambarkan hukum yang mengenai tindak kekerasan dalam rumah tangga.

Hasil Penelitian Rendi Amanda Ramadhan adalah Dalam penelitian dilakukan tingkat keharmonisan dalam keluarga meliputi: rasa kasih sayang sesama anggota keluarga, ketaatan dalam beribadah, komunikasi, perselisihan dan dialog antar keluarga. Dari 36 responden tingkat keharmonisan tinggi dengan peresntase 58,3% dari 21 responden dan

7Rendi Amanda Ramdhan, Universitas Riau, (Skripsi, Pengaruh Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap Tingkat Keharmonisan dalam Keluarga di Kelurahan Umban Sari Kecematan Rumbai Kota Pekanbaru. 2018

(27)

menjawab tingkat keharmonisan rendah 15 responden dengan presentase 41,6%. Pengaruh kekerasan dalam rumah tangga terhadap tingkat keharmonisan dalam keluarga di Kecamatan Umban Sari Kota Pekanbaru.

Sebesar 98,7%, yang berarti sangat berpengaruh antara KDRT terhadap tingkat Keharmonisan dalam keluarga.

Persamaan penelitian Rendi Amanda Ramadhan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama membahas mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Perbedaannnya adalah di dalam skripsi Rendi Amanda Ramadhan lebih menfokuskan pada sejauhmana tingkat keharmonisan keluarga dampak dari kekerasan dalam rumah tangga, Sedangkan penilitian yang dilakukan peneliti yaitu menfokuskan pada efektivitas implementasi UU NO. 23 tahun 2004 pada masyarakat Samawa di Kabupaten Sumbawa Barat.

4. Dika Pratama, fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia, tahun 2019, dengan judul “Efektivitas Penegakan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004, Di Yogyakarta.

Dalam Penelitian ini Saudara Dika Pratama membahas tentang efetivitas penegakan hukum yang terdapat dalam Undang-Undang Penghapusan Kekeasan Dalam Rumah tangga Nomor 23 Tahun 2004 tetng (UU PKDRT) di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis sosiologis.

Hasil Penelitian Dika Pratama adalah dalam penelitia yang dilakukan tentang efktivitas UUPKDRT dalam mencegah dan

(28)

menangulangi KDRT di Yogyakarta meliputi : pencegahan efektivitas UUPKDRT dalam menegah terjadinya pelanggaran pidana kekerasan dalam rumah tangga masih terhambat. Hambatan ini terjadi karena beberapa yatitu :(a) Fokus UU PKDRT masih terpusat pada bagian penindakan atau penegakan hukum semata, sementara dimensi pencegahan dan perlindungan korban masih kurang diakomodir atau diperhatikan:, (b) pencegahan terjadinya tindak pidana KDRT masih dilakukan secara parsial oleh berbagai pihak; dan (c) Sosialisasi yang dilakukan tidak dibarengi dengan adanya aksi cepat tanggap quick Respon.

Persamaan penelitian Dika Pratama dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama membahas mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Perbedaannnya adalah di dalam tesis Dika Pratama lebih menfokuskan pada upaya yang dilakukan untuk membuat UUPKDRT lebih efektif daam menanggulangi KDRT di Yogyakarta, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah menokuskan pada efektivitas implementasi UU PKDRT pada masyarakat Samawa di Kabupaten Sumbawa Barat.8

F. Kerangka Teori

1. Kekerasaan Dalam Rumah Tangga.

Kekerasaan dalam rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 yaitu : ”kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya

8Dika Pratama, Universitas Islam Indonesia, (Tesis. 2019.Efektivitas Penegakan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004, Di Yogyakarta.

(29)

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan pelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.9

Kekerasaan merupakan ungkapan dari suatu potensi yang tersimpan pada setiap manusia, yaitu potensi dengan tedensi untuk menjelma menjadi tingkah laku yang agresif. Pelaku maupun korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan darah, ikatan perkawinan, persusuan, perwalian dengan suami, pengasuhan dan anak bahkan pembantu rumah tangga yang bekerja dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Tidak semua tindakan KDRT dapat ditangani secara tuntas karena korban sering merahasiakannya serta menutup-nutupi tindak kekerasan yang terjadi dengan alasan ikatan struktur budaya, agama dan belum dipahaminya sistem hukum yang berlaku.10 Demikian selama ini masyarakat masih menganggap kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada lingkup keluarganya sebagai persoalan privat yang tidak boleh dimasuki pihak luar. Bahkan sebagian masyarakat ada yang menganggap kasus-kasus tersebut bukan sebagai tindakan kekerasan.

Kekerasan dalam rumah tangga yang dapat terjadi pada istri dan anak serta mereka yang berada di lingkup rumah tangga merupakan masalah yang sulit diatasi. Umumnya masyarakat menganggap bahwa setiap anggota keluarga

9 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Bab 1 ketentuan Umum.

10 Harskrisnowo, Hukum Pidana dan Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Pemahaman terhadap Bentuk-bentuk Kekerasan terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahanya, Jakarta. 2000, hlm. 23

(30)

itu milik laki-laki dan masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah pribadi yang bisa dicampuri orang lain.11

Saat ini baru sampai pada tahapan istilah-istilah KDRT menjadi istilah yang cukup akrab digunakan oleh masyarakat, meskipun pemahaman mengenai KDRT masih hanya sebatas fisik saja. Sebagian masyarakat bahwa KDRT bukan suatu bentuk kejahatan melainkan masih dianggap hal wajar atau masih dianggap tabu, dan merupakan masalah untuk bisa menghukum para pelaku KDRT. Banyak orang (entah itu pelaku atau korban) tidak memahami apa saja dari suatu tindakan yang dikategorikan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), seperti yang diatur dalam Undang- Undang No.23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).12

Kekerasaan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat manusia serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus. Menurut pasal 1 ayat 1 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.13Dengan demikian setiap individu berhak atas rasa aman dan tentram serta bebas dari

11 Ahamad Suhari, “Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (Sripsi Universitas Negeri Malang, Malang, 2010), hlm. 15

12 Kompas.com, 27 Juli, pukul 14:33 WIB

13 Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 90.

(31)

penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam dan tidak manusiawi.

Dengan mencermati definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa KDRT merupakan salah satu bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), yang mana korban kekerasan dirampas hak asasinya juga direnggut kebahagiannya.

Perempuan hampir selalu menjadi korban kekerasan karena budaya dan nilai-nilai masyarakat kita dibentuk oleh kekuatan patriarki. KDRT adalah persoalan berbasis gender yang paling sering dialami perempuan di dunia, yang tampil dalam Stereotipe, subordinasi, beban majemuk perempuan dan marginalisasi, yang bermuara pada kekerasan.

Stereotipe adalah suatu keyakinan yang tidak tepat, tetapi terus diulang-ulang, dilanjutkan dari generasi ke generasi, bahwa perempuan dan laki-laki memiliki karakteristik yang berbeda sejak sebelum lahir.

Subordinasi adalah pembedaan peran dan posisi anatara laki-laki dan perempuan, cenderung menempatkan perempuan dalam posisi lebih rendah, kurang bernilai dan merugikan. Akibat stereotipe dan subordinasi, perempuan sering mengemban beban majemuk. Perempuan sering melakukan tiga peran, yaitu kerja reproduktif (melahirkan, menyusui, mengurus rumah dan keluarga); kerja produktif (mencari uang); dan kerja sosial (membina hubungan dengan tetangga dan keluarga besar).

Marginalisasi Perempuan, perempuan sering ditempatkan di tempat yang tidak penting, tidak dapat atau tidak perlu bersuara, diletakkan di belakang.

(32)

Dengan gambaran di atas mengakibatkan perempuan lebih rentan kekerasan, perempuan dituntut dengan berbagai kewajiban, tetapi lebih sering dilupakan hak-haknya, sehingga lebih mudah mengalami ketidakadilan dan akhirnya menjadi sasaran kekerasan.14

2. Bentuk-Bentuk Kekerasaan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga merupkan lex specialis dari kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hal ini terlihat dari rumusan delik yang diatur merupakan delik tambahan yang tidak ada dalam KHUP, diantaranya adalah adanya ketentuan mengenai kekerasan psikis yang tidak diatur dalam KHUP.

Tindak kekerasan dalam rumah tangga menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumahtangga terdiri dari kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga :

a. Kekerasan Fisik, dimana kekerasan fisik merupakan perbuatan yang mengakibat rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.15

b. Kekerasan Psikis, dimana kekerasan psikis merupakan perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya

14 Anastasia Reni Widyastuti, “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga”, Vol. 11, No. 1, September 2016, hlm. 19

15 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

(33)

kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psiksis berat pada seseorang.16

c. Kekerasan Seksual, dimana meliputi :17

1) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut.

2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

d. Penelantaran Rumah Tangga, dimana Penelantaran Rumah Tangga diantaranya:18

1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menutut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawtan, atau pemeliharan kepada orang tersebut.

2) Penelantaran sebagaimana dimaksud juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.

16 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

17 Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

18 Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

(34)

Hal yang lain adalah bahwa di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) juga diatur mengenai kekerasan psikis, sehingga pembuktiannya juga memerlukan satu keterangan saksi/saksi korban dan keterangan psikolog, Artinya dalam hal ini pembuktian, ketentuan saksi dan alat bukti yang terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga berbeda dengan ketentuan pada KUHAP.

3. Faktor-faktor Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Di Indonesia, kekerasaan dalam rumah tangga sudah banyak dilakukan oleh suami kepada pasangannya (istri), masyarakat pun tidak sadar bahwa kekerasaan dalam rumah tangga sudah membudaya, ada beberapa penyebab terjadinya kekerasaan dalam rumah tangga. Penyebab kekerasan dalam rumah tangga dilihat dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Eksternal

Timbulnya kekerasan terhadap perempuan dengan kekuasaan suami-istri dan diskriminasi Gender dikalangan masyarakat. Pembedaan peran juga posisi antara suami-istri di dalam lingkup keluarga dan masyarakat diturunkan secara cultural dalam masyarakat pada setiap generasi bahkan sampai diyakini sebagai ideologi.19 Kekuasan suami yang tinggi terhadap istri juga dipengaruhi penguasaan suami oleh sistem

19 Tahun 2004 Tentang UU PKDRT”, Vol. XI, No. 2, September-Januari 2011.

hlm. 201

(35)

keuangan. Karena suami menghabiskan waktu untuk mencari nafkah.

Sementara istri mengurusi pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak, dan membuat masyarakat memandang pekerjaan suami lebih bernilai.”

Suatu masyarakat dimana uang lebih menentukan nilai, dan perempuan adalah kelompok yang dianggap bekerja di luar ekonomi”, Margaret Baton menambahkan bahwa pekerjaan rumah tangga tidak dianggap penting karena tidak mempunyai nilai uang.20

b. Faktor Internal

Timbulnya kekerasan terhadap perempuan adalah kondisi psikis dan kepribadian suami sebagai pelaku tindak kekerasan. R. Langley, Ricard. D. dan Levy. C. Menyatakan bahwa kekerasan laki-laki terhadap perempuan (isteri) dikarenakan:21

1) Sakit mental

2) Pecandu alcohol dan narkoba

3) Penerimaan masyarakat terhadap kekerasan 4) Kurangnya komunikasi

5) Penyelewengan seks 6) Citra diri yang rendah 7) Frustasi

8) Perubahan situasi dan kondisi.

20 Margaret Baton, The Political Economy Of Women‟s Liberation. (Dalm, Monthy Review, 1998). hlm. 3-4

21 R. Langley, Ricard. D. dan Levy. C. Memukul istri, Trj. R. Mosasi, (Jakarta:

Cakrawala, tt 2006), hlm. 31

(36)

4. Efektivitas Hukum terkait Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Membicarakan efektivitas hukum yaitu berkaitan dengan kepentingan untuk menggunakan hukum untuk membangun kehidupan masyarakat sebagaimana yang dikehendaki termasuk didalamnya melakukan perubahan-perubahan sosial. 22 Efektivitas hukum sebagai suatu masalah sentral ternyata telah menimbulkan perubahan dalam cara orang dalam menanggani persoalan-persoalan hukum, tuntutan efektivitas mendorong orang untuk mencurahkan perhatian secara lebih seksama terhadap objek yang menjadi sasaran perundang-undangan, sehingga pemikiran yang bersifat abstrak, generalisasi tidak lagi dikehendaki.

Selanjutnya apabila dikehendaki bahwa hukum itu menimbulkan perubahan- perubahan pada obyek yang diaturnya, mengenai reaksi yang ditimbulkannya, mengenai kemampuan dari lembaga-lembaga serta personel yang menjalankan hukum, merupakan tuntutan yang tidak dapat ditinggalkan.23

Hukum sebagai salah satu kaidah hidup antar pribadi berfungsi sebagai pedoman maupun patokan yang bersifat membatasi para warga atau masyarakat dalam bersikap, bertindak, khususnya yang menyangkut aspek hidup antar pribadi. Setiap masyarakat, dari masyarakat adat atau masyarakat yang paling sederhana maupun masyarakat modern pastinya mempunyai tata hukum yang menjadi pedoman dalam menjalnkan kehidupan bersama. Di mana ada masyarakat di situ ada hukum, juga pada

22Satipjo Raharjo „‟Hukum dan Perubahan Sosial”, (Bandung: Alumni, 1983), hal.

152

23Ibid…, hal 160.

(37)

setiap tata hukum paling tidak mempunyai elemen-elemen dasar. Jadi dalam setiap tata hukum akan selalu dapat dijumpai seperangkat aturan-aturan yang dinamakan kaidah hukum. Dari perangkat aturan-aturan yang dinamakan kaidah hukum dapat diketahui berbagai sikap tindakan apa saja yang diwajibkan, yang diperbolehkan dan sebaliknya atau yang dilarang dalam berbagai situasi.24

5. Makna Kesadaran Hukum

Kesadaran berasal dari kata sadar, yang berarti merasa, tahu insaf, atau mengerti.25 Kesadaran hukum merupakan kesadaran diri sendiri tanpa paksaan, tekanan, atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya kesadaran hukum dialam suatu masyarakat maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya akan dijatuhkan pada masyarakat yang benar-benar terbukti melakukan suatu pelanggaran hukum. Hukum yaitu berisi perintah dan larangan.

Pengertian kesadaran hukum menurut Soerjono Sekanto adalah:

Kesadaran hukum sebernanya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau mengenai hukum yang diharapkan ada. Sebenarnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan suatu penilain hukum terhadap kejadian- kejadian yang kongkrit dalam masyarakat yang bersangkutan.26 Kesadaran

24Purnadi Purbacarakan dan Soerjono Soekanto. Prihal kaidah hukum. (Bandung:

Alumni, 1982), hlm 45

25Suharso dan Retniningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, (Semaran:

Widya karya, 2009), hlm. 437.

26Soejono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Edisi Pertama, (Jakarta: Rajawali, 1982), hlm. 182

(38)

hukum yaitu konsepsi abstrak didalam diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban dan ketentaraman yang dikehendaki atau sepantasnya.

Kesadaran hukum sering dikaitkan dengan penataan hukum, pembentukan hukum, dan efektivitas hukum. Kesadaran hukum merupakan kesadaran nilai-nilai yang termasuk dalam manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan oleh masyarakat luas.27 Kesadaran hukum pada masyarakat bukanlah suatu proses yang langsung jadi. Melainkan suatu proses yang terjadi melalui tahap demi tahap.28

Menurut Prof. Serjono Soekanto, ada 4 indikator yang membentuk kesadaran hukum yang berurutan (tahap demi tahap) yaitu:

a. Pengetahuan hukum; merupakan pengetahuan seorang berkenan dengan prilaku tertentu yang diatur oleh hukum tertulis, yakni tentang apa yang dilarang dan apa yang diperbolehkan.

b. Pamahan hukum; merupakan semjulah informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai isi dari aturan (tertulis), yakni mengenai isi, tujuan, dan manfaat dari peraturan tersebut.

c. Sikap hukum (legal attitude); suatu kecenderungan untuk menerima atau menolak hukum karena adanya penghargaan atau keinsafan bahwa hukum tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia.

27Esmi Warrasih, Pranata Hukum sebagai Telaaah Sosiologis, (Semarang:

Suryadaru Utama, 2005), hlm.113.

28Munir Fuady. Sosiologi Hukum Kontemporer, Intraksi Kekuasaan Hukum, dan Masyarakat, (Bandung: Citra Aditya Bati, 2007), hlm. 80.

(39)

d. Pola prilaku hukum; merupakan tentang berlaku atau tidaknya suatu aturan hukum didalam masyarakat. Jika berlaku suatu aturan hukum, sejauh mana berlakunya itu dan sejauh mana masyarakat mematuhinya.

Soerjono Soekanto juga mengemukakan bahwa efektivitas hukum dalam masyarakat ditentukan oleh berbagai macam faktor yaitu faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum, Faktor fasilitas, faktor budaya hukum.29

1) Faktor Hukumnya Sendiri: yaitu apakah hukumnya memenuhi syarat yuridis, sosiologis, dan filosofis. Di dalam praktik penyelenggaran hukum yang terjadi di masyarakat atau lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum suatu prosedur yang sudah ditentukan secara normatif. Karena itu suatu kebijakan atau perbuatan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada dasarnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup law enforment saja, tetapi peace maintenance, karena penyelenggaran hukum sesungguhnya merupakan proses penyerasian antara kaidah dan pola prilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.30

2) Faktor Penegak Hukum: yaitu apakah penegak hukum sudah benar- benar melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan benar. Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian seorang petugas

29Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.8

30Ellya Rosana,” Kepatuhan Hukum”, Vol. X, No. 1, Januari-juni 2014, hlm. 15

(40)

penegak hukum memainkan peranan penting, jika peraturan benar, namun petugasnya kurang baik, ada masalah. Karena itu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum yaitu mentalitas atau kepribadian penegak hukum dengan mengutip pendapat J.E. Sahetepy yang mengatakan:”Dalam rangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebijakan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah kemunafikan. Dalam kerangka penegakan hukum keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus terasa, terlihat dan harus diaktualisasi”.

3) Faktor Fasilitas: Yaitu apakah prasarana sudah mendukung dalam proses penegakan hukum. Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perngkat lunak dan peragkat keras, salah satu contohnya yaitu pendidikan. Pendidikan yang dierima oleh polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal yang bersifat konvensinal, sehingga dalam banyak hal polisi banyak mengalami hambatan di dalam tujuannya, diantaranya adalah pengetahuan tentang kejahatan computer, di dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan wewenang kepada jaksa, hal tersebut karena secara teknis polisi dianggap belum mampu juga belum siap. Masalah perangkat keras dalam hal ini adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Karena apabila sarana fisik seperti kertas tidak ada dan korban kurang cukup mesin ketik mengenai tindak kejahatan. Menurut Soerjono Soekanto dan

(41)

Mustafa Abdullah pernah mengemukakan bahwa bagaimana polisi dapat bekerja dengan baik, apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan maupun alat-alat komunikasi yang proporsional. Karena itu, sarana atau fasilitas mempunyai peranan penting di dalam penegakan hukum.

4) Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat: Yaitu apakah masyarakat tidak main hakim sendiri terhadap para penjahat. Penegak hukum berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang muncul, sedang atau kurang.

Adanya kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.

5) Faktor Budaya Hukum: Yaitu dengan adanya budaya „malu‟ atau budaya perasaan bersalah dari warga masyarakat. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya berbuat, bertindak, juga menentukan sikap jika sedang berhadapan dengan orang lain.

6) Kelima faktor diatas saling berkaitan erat, karena menjadi hal pokok dalam penegakan hukum, dan sebagai tolak ukur efektifitas penegakan hukum. Dari lima faktor penegakan hukum tersebut faktor penegakan hukumnya sendiri merupakan titik sentralnya. Oleh karena undang- undangnya disusun oleh penegak hukum dan penerapanyapun dilaksanakan oleh penegak hukum dan jua merupakan panutan oleh

(42)

masyarakat luas. Peranan hukum dalam masyarakat sebagaimana tujuan hukum itu sendiri yaitu menjamin kepastian dan keadilan dalam kehidupan masyarakat terjadinya segela bentuk perbedaan antara pola- pola prilaku atau tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat dengan pola prilaku yang dikehendaki oleh norma-norma atau kaidah hukum.

Hal ini dapat menimbulkan suatu masalah berupa kesenjangan sosial sehingga pada waktu tertentu cenderung terjadi konflik dan ketegangan social yang pastinya dapat mengganggu jalannya perubahan masyarakat sebagaimana arah yang diehendaki. Keadaan yang demikian terjadi dikarenakan adanya hukum yang diciptakan diharapkan dapat dijadikan pedoman dala bertindak bagi masyarakat tidak ada kesadaran hukum sehingga cenderung tidak ada ketaatan hukum.31

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif deskriptif, merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya tingkah laku, motivasi, presepsi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah serta memanfaatkan berbagai metode ilmiah.32 Peneliti

31Ibid…hlm .22

32Tohirin, Metode Penelitian Kualititatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2012), hlm. 3

(43)

menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan kualitatif yaitu sesuai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.33 Dalam penelitian deskripti, peneliti hendak mengambarkan suatu fenomena (gejala) maupun sifat tertentu tidak untuk mencari atau menjelaskan karakter antar variabel.34

Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa di dalam penelitian kualitatif, peneliti langsung dihadapkan pada lingkungan alam subjek guna menggali dan memperoleh data-data deskriptif di lokasi penelitian. Adapun alasan peneliti menggunakan pendekatan kualititaif ini yaitu:

a. Dengan penelitian kualitatif, peneliti terjun langsung ke lapangan dan bertemu dengan individu-individu secarah utuh untuk memperoleh data obyektif dan logis.

b. Dengan penelitian kualitiatif ini peneliti merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sosial serta mempelajari kelompok-kelompok dan pengalaman yang belum diketahui bersama.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument merupakan peneliti itu sendiri dan berfungsi menetapkan fokus penelitian dan sumber data, dengan melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

33 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010). hlm. 3.

34 Wira Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, metode, dn Prosedur. (Jakarta:

Kecana Prenada Media Grop, 2013), hlm. 59

(44)

menganalisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari penemuannya di lapangan.

Pada tahap ini, peneliti berperan sebagai pengumpul data yang melibatkan diri sendiri secara langsung sebagai objek penelitian dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanan pengumpulan data peneliti berupaya menciptakan hubungan yang baik atau akab dengan informan yang menjadi sumber agar data yang diperoleh benar-benar valid. Kehadiran peneliti sebagai observasi untuk mengamati dan menyelidiki gejala-gejala yang terjadi di lapangan.35

Kehadiran peneliti bukan bertujuan mempengaruhi subjek namun agar mendapatkan data yang dibutuhkan sewajarnya di Kec. Taliwang Kab.

Sumbawa Barat, peneliti di lapangan mengumpulkan data yang ada dengan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan, untuk mencapai tujuan tersebut, ditempuh dengan teknik-teknik sebagai berikut:

a. Melakukan observasi ke lokasi penelitian

b. Mengadakan wawancara dengan pihak-pihak tertentu

c. Melakukan pencatatan (dokumentasi) data yang terkait dengan penelitian yang dibutuhkan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun peneliti memilih lokasi penelitian ini untuk melakukan penelitian guna

35 Ibid..hlm. 5

(45)

menjawab rumusan masalah yang sebelumnya telah dimunculkan oleh peneliti merupakan lokasi yang sebelumnya telah diobservasi, sehingga peneliti mendapat fenomena atau realitas untuk dikaji dan diteliti.

Adapun alasan mengapa peneliti mengambil lokasi di kec. Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat karena di Kabupaten Sumbawa Barat masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah persoalan privat bukan persoalan publik, dimana ketika masyarakat melihat adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga masyarakat memilih diam karena beralasan tidak mau ikut campur urusan keluarga orang lain.

Penelitian ini, yang mejadi subjek penelitian adalah masyarakat Kec.

Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat yang masih belum paham mengenai UU PKDRT.

4. Sumber Data

Sumber data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian sebab sumber data itu sendiri merupakan subjek dimana data diperoleh.36 dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:37 a. Data Primer

Data primer ini berupa informasi dari pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan atau objek penelitian mengenai Efektivitas imlementasi UU PKRT pada Masyarakat Samawa di Kabupaten

36 Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta:

Renaka Cipta: 2006), hlm. 29

37 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hlm.

106.

(46)

Sumbawa Barat. Dan penelitian ini yang menjadi informn kunci adalah:

Masyarakat itu sendiri, LPA KSB, Kepolisian (Polres) KSB, tokoh agama, tokoh masyarakat, Korban KDRT, Pelaku Kekerasan, Penghulu KUA.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian mengenai Efektivitas Implementasi UU PKDRT.

5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian di lapangan. Penelitian lapangan menggunakan teknik wawancara (interview) mendalam yaitu berdialog secara langsung dengan responden dan melakukan dokumentasi. Hal dalam wawancara, peneliti akan mewawancarai objek yang sudah peneliti tetapkan sebagai sampel sumber data.

Adapun metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:38

a. Observasi

Observasi merupakan sebuah pengamatan langsung dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data-data yang diperlukan guna melengkapi

38 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016), hlm. 384.

(47)

bahan-bahan penelitian.39 Dalam observasi dikenal dengan ada dua observasi, yaitu :40

1) Observasi Partisipasif merupakan observasi yang melibatkan penliti dengan kegiatan yang sedang diamati.

2) Observasi non partisipasi merupakan suatu observasi dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen.

Dari kedua observasi tersebut peneliti dalam hal ini memilih menggunakan observasi partisipasif dengan alasan peneliti harus mendapatkan langsung data dari objek yang diteliti. Maka dari itu peneliti harus bertemu langsung dengan subjek penelitian di lapangan.

Objek yang diteliti yaitu korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Polres Sumbawa Barat, Masyarkat Taliwang Kab. Sumbawa Barat.

b. Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu.41 Wawancara dibagi menjadi tiga, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi struktur dan wawncara tak terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

39 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 190

40 Marzuki, Metodologi Rist, (Yogyakarta: PT. Hamindita. 1983), hlm. 56 41 Burhan Ashsofa, Metode Penelitian Hukum

(48)

Wawancara yang peneliti lakukan yaitu terkait Efektivitas Implementasi Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang UU PKDRT pada masyarakat Samawa di Kec. Taliwang Kab. Sumbawa Barat.

Penelitian ini melakukan wawancara terhadap korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pihak kepolisian Polres Sumbawa Barat, masyarakat Taliwang dan lembaga perlindungan perempuan dan anak.

Alasan peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur adalah karena peneliti terlebih dahulu tidak menyusun daftar pertanyaan yang akan diwawancara, wawancara ini dilakukan dengan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pihak kepolisian, pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga, tokoh agama, masyarakat Kec. Taliwang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari atau menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, catatan harian, surat kabar, majalah, notulen, dokumentasi dan lain-lain.42 Dokumentasi ini digunakan oleh peneliti guna memperoleh data-data teoritis sehingga dapat memberikan keterangan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, penting untuk peneliti menggunakan rangkaian teknik pengumpulan data yang berupa profil Kab. Sumbawa Barat dan data-data kasus Kekersan Dalam Rumah Tangga di Polres Sumbawa Barat.

42 Ibid… hlm. 123.

(49)

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan penelitian yang sangat menentukan ketetapan dan kesahihan hasil penelitian.

Perumusan masalah dan pemilihan sampel yang tepat belum tentu akan memberikan sampel yang benar, apabila penelitian pemilih teknik yang tidak sesuai dengan data yang ada. Sebaliknya, teknik yang benar dengan data yang tidak valid dan reliabel akan memberikan hasil yang berlawanan atau bertentangan dengan kenyataan yang ada di lapangan.43 Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Mereduksi adalah artinya memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting. Dicari tema dan polanya dan membuang hal yang tidak penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk dilakukan pengumpulan data selanjutnya dan dicari bila diperlukan.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi bagi peneliti yang masih baru. Dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

Mulai diskusi maka wawasan akan berkembang sehingga dapat

43 Ibid... hlm. 255

(50)

mereduksi data yang memiliki nilai temuan daan pengembangan teori yang signifikan. 44

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dengan penyajian data memudahkan dalam memahami apa yang teradi di lapangan, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Di dalam penelitian kuntitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, pictogram, dan sejenisnya. Sedangkan dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan adalah menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif.

c. Verifikasi

Miles and Huberman mengatakan bahwa, sebagaimana dikutip oleh sugiyono bahwa langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu tahap verivikasi dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun, jika kesimpulan dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.45

44 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2011), hlm.. 267.

45 Ibid .., hlm. 345

(51)

7. Kredibilitas/ Keabsahan Data

Dalam rangka menemukan suatu data yang akurat, maka tidak terleps dari teknik Kredibilitas/ keabsahan data dalam penelitian. Oleh karena itu, beberapa teknik yang digunakan peneliti antara lain:

a. Teknik Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sumber lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleh. Teknik triangluasi terbagi atas dua macam ialah:

1) Triangulasi Sumber

Teriangulasi sumber dilakukan dengan cara:

membandingkan data hasil wawancara yang satu dengan hasil wawancara yang lain dan hasil wawancara. 46 Seperti hasil wawancara Kanit PPA Polres Sumbawa Barat Ibu Khafidatun Nissa dibandingkan dengan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Sehingga memperoleh hasil yang sama dengan Bahasa yang berbeda.

2) Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan berbagai teknik pengumpulan data yang diajukan untuk memperoleh informasi yang serupa. Triangulasi metode dilakukan secara bersama dalam suatu kegiatan wawancara dengan informasi yang ada di lokasi penelitian.

46 Sutrisno Hadi, Metode Reseach, (Jakarta: Andi Offsel,1986), hlm. 43.

(52)

b. Teknik Kecukapan Referensi

Sebagai pengumpul data peniliti berusaha mengumpulkan data yang peneliti peroleh dari hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.

Referensi yang dilakukan adalah bahan dokumentasi, hasil catatan lapangan yang tersimpan. Dengan referensi ini penelitian dapat dicek kembali data-data dan informasi yang diperoleh peneliti di lapangan.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan hasil penelitian yang digunakan oleh peneliti ini mengacu pada pedoman Penulisan skripsi Fakultas Syariah UIN Mataram.

Guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai sistematika penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam tiga bagian yang terdiri dari :

1. Bagian Awal

Pada bagian awal ini meliputi: halaman sampul, halaman judul, perstejuan pembimbing, nota dinas pembimbing, Pernyataan keaslian skripsi; dewan pengesahan penguji, halaman moto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran dan abstrak.

(53)

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian : Implentasi Undang-Undang Nomor 23 Tabun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Tumah Tangga Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan

Dalam skripsi ini penulis membahas tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan bagaimana Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pengahapusan

Definisi kekerasan dalam rumah tangga, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah

Pengadilan wajib mempertimbangkan keterangan dari korban KDRT, tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping atau pembimbing rohani dalam pemberian tambahan kondisi

Kesimpulan penyuluhan hukum ini adalah sebagai berikut : efektivitas pelaksanaan Undang-Undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)

Mengkaji penjelasan Komnas Perempuan tersebut terlihat bahwa keberadaan Pasal 9 UU PKdRT ini untuk melindungi korban KdRT yang mengalami kekerasan ekonomi dimana bentuk

Analisis Mas{lah{ah Terhadap Psikologis Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pasca Pendampingan Hukum Di Unit Layanan Perlindungan Perempuan Dan Anak Kabupaten Ponorogo Menurut

TINJAUAN YURIDIS PEREMPUAN SEBAGAI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Ivanda Wizaldi ,