• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

THE EFFECTIVENESS OF GROUP GUIDANCE SERVICES IN HELPING STUDENTS INDEPENDENCE LEARNING

Oleh:

Wa Ode Asmilasari1), Abas Rudin2)

1)SMPS Muhammadiyah Raha, 2)Universitas Halu Oleo Email: aciasmila.20@gmail.com

Kata Kunci:

Kemandirian Belajar, Bimbingan Kelompok

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari. Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan desain One Group Pre-test and Post-test.

Subjek penelitian ini berjumlah 8 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket kemandirian belajar. Hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa kemandirian belajar siswa sebelum diberikan perlakuan berupa layanan bimbningan kelompok berada pada kategori rendah.

Sedangkan setelah diberi perlakuan mengalami peningkatan 18,03%.

Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial menggunakan uji Wilcoxon signed rank pada taraf signifikasi diperoleh = 0,012.

(0,012 0,05) dengan demikian layanan bimbingan kelompok berpengaruh dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa bimbingan kelompok berpengaruh dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa SMA Swasta Darud Da’wah Wal Isyad Kendari.

Keywords:

Independence Learning, Group Guidance

ABSTRACT

This study aims to find out the information of improving students independence learning of Darud Da'wah Wal Irsyad Private High School in Kendari. This type of research is a pre-experimental study with the design of One Group Pre-test and Post-test. The subjects of this study were followed by 8 students. The Data was collected by using a learning independence questionnaire. Research results showed that students learning before being given treatment revealed in the low category. While after the distribution of care distributed 18.03%. Based on the results of inferential statistical analysis using Wilcoxon signed rank test at significance level obtained = 0.012. (0,012

< 0,05) thus group guidance services in increasing students independence learning. From these results it can be concluded that the study group gave possitive effect in increasing the independence of learning in Darud Da'wah Wal Irsyad Kendari private high school students.

(2)

Pendahuluan

Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi siswa sehingga menjadi pribadi yang mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambilnya, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.

Kata mandiri mengandung arti tidak bergantung kepada orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri. Kemandirian dalam belajar merupakan aktivitas belajar yang dilakukan siswa tanpa bergantung pada bantuan orang lain baik teman maupun guru dalam memahami dan menguasai materi serta pengetahuan dengan baik sehingga siswa mampu belajar sendiri dan menyelesaikan tugas-tugas belajarnya sendiri.

Menjadi mandiri bukanlah usaha untuk mengasingkan diri dari teman belajar ataupun guru. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa tidak bergantung pada guru, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media pembelajaran. Jika mendapat kesulitan barulah siswa akan bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru, atau orang lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling (guru BK) di SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) bahwa ada beberapa siswa dengan kemandirian belajar yang rendah.

Siswa kedapatan mengerjakan tugas mata pelajaran lain saat proses belajar mengajar berlangsung, menyalin tugas/PR teman, menyontek saat ulangan, dan tidak aktif saat kegiatan belajar mengajar.

Hal serupa diungkapkan oleh guru mata pelajaran yang menyatakan bahwa beberapa siswa kedapatan mengerjakan PR di kelas dan menyalin PR temannya, saat siswa diberi latihan esai, jawaban-jawaban siswa cenderung sama, tidak dapat mempertanggung jawabkan tugasnya di depan guru, serta beberapa siswa yang tidak aktif saat proses pembelajaran terutama dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab.

Selanjutnya, peneliti membagikan angket screening untuk melihat lebih lanjut permasalahan yang dialami oleh siswa terkait dengan masalah kemandirian belajar siswa SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari. Peneliti membagikan angket screening di kelas X MIA, X IIS 1, dan X IIS 2 dengan jumlah 51 siswa. Berdasarkan angket screening yang dibagikan pada tiga kelas tersebut, diperoleh data yang menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah.

Kemandirian dalam belajar perlu ditingkatkan, jika tidak segera ditangani dan dibiarkan begitu saja maka proses belajar siswa tidak akan berjalan efektif, tujuan pembelajaran tidak akan dicapai oleh siswa, dan berdampak pada nilai dan prestasi, dan terus berlanjut ke jenjang selanjutnya yakni di perguruan tinggi maupun dalam dunia pekerjaan. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan yang efektif, salah satunya melalui layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha pemberian bantuan kepada siswa dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir yang diberikan oleh tenaga profesional (guru BK) dengan menggunakan layanan-layanan dalam bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukung.

Berdasarkan permasalahan kemandirian belajar yang ditemukan di SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari, salah satu langkah pemecahan masalah yang baik digunakan adalah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok, karena pada umumnya pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau hambatan yang ada pada diri anggota kelompok. Dengan layanan bimbingan kelompok, siswa juga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan juga dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok terjadi interaksi saling mengeluarkan pendapat, pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah, sehingga peran individu lebih aktif. Dalam kemandirian belajar pula siswa dituntut untuk terlibat aktif agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan kemauannya sendiri, sehingga terjadi

(3)

aktivitas mengemukakan pendapat, berupaya menanggapi pertanyaan guru, serta menjadi semangat dalam mengikuti proses pembelajaran atas kemauannya sendiri dan siswa menjadi percaya diri.

Maka dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa SMA Swasta Darud Wal Irsyad Kendari, peneliti bermaksud menerapkan layanan bimbingan kelompok dengan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa di SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari.

Kemandirian belajar

Steinberg (1995: 285) dengan menggunakan istilah autonomy untuk mengonsepsikan kemandirian sebagai self governing person, yakni kemampuan diri sendiri. Kemandirian adalah remaja dalam berpikir, merasakan dan membuat keputusan secara pribadi berdasarkan diri sendiri dibandingkan mengikuti apa yang orang lain percaya. Dickinson (Wicaksono, 2016: 430) mengemukakan kemandirian dalam belajar ialah sebuah situasi yang menuntut siswa untuk bertanggung jawab dalam seluruh pengambilan keputusan menyangkut proses belajarnya dan melakukan keputusan tersebut.

Kemandirian belajar juga merupakan sebuah kesiapan untuk bertanggung jawab atas proses belajar seseorang untuk melayani kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapainya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan kegiatan belajar yang dilakukan siswa atas inisiatifnya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain dan bertanggung jawab terhadap keputusan proses belajarnya serta memiliki rasa kepercayaan diri dalam setiap kegiatan belajarnya.

Ciri-ciri kemandirian belajar

Gea (2002: 145) menyatakan bahwa mandiri selalu berhubungan dengan seseorang yang melakukan aktivitas tertentu sehingga timbullah ungkapan bekerja mandiri tanpa bantuan orang lain. Sehingga orang yang mandiri memiliki ciri-ciri: (1) percaya diri; (2) mampu bekerja sendiri; (3) manguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya; (4) menghargai waktu; (5) tanggung jawab.

Sanan & Yamin (2010: 83-84), menambahkan secara singkat bahwa anak yang mandiri memiliki indikator kemandirian belajar, antara lain (1) percaya pada kemampuan diri sendiri; (2) memiliki motivasi instrinsik atau dorongan untuk bertindak yang berasal dari diri individu; (3) kreatif dan inovatif (4) bertanggung jawab atau menerima konsekuensi terhadap resiko tindakannya dan; (5) tidak bergantung pada orang lain. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar memiliki ciri-ciri tidak bergantung pada orang lain, memiliki peran aktif dalam kegiatan belajar sehingga dia menjadi percaya diri, bertanggung jawab atas keputusannya, mampu mengatur waktu sehingga kegiatan belajar dan kegiatan kesehariannya tidak berbenturan, dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

Dimensi kemandirian belajar

Tahar (2006: 94) menyatakan bahwa dalam sintesis kemandirian belajar terdapat dimensi pengelolaan belajar, tanggung jawab, dan pemanfaatan berbagai sumber belajar, sebagai berikut:

1. Dimensi pengelolaan belajar berarti peserta didik harus mampu mengatur strategi, waktu, dan tempat untuk melakukan aktivitas belajarnya seperti membaca, meringkas, membuat catatan dan mendengarkan materi dari audio. Pengelolaan belajar itu sangat penting. Peserta didiklah yang secara otonom menentukan strategi belajar yang digunakan, kapan ia menggunakan waktu belajarnya, dan di mana ia melakukan proses pembelajarnya tanpa diperintah oleh orang lain.

Kemampuan mengelola proses pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk berhasil dalam belajar.

2. Dimensi tanggung jawab berarti peserta didik mampu menilai aktivitas, mengatasi kesulitan, dan mengukur kemampuan yang diperoleh dari belajar. Dalam belajar mandiri peserta didik dituntut untuk memiliki kesiapan, keuletan, dan daya tahan. Sehingga diperlukan motivasi belajar yang tinggi. Kesulitan yang dialami dalam belajar harus mereka atasi sendiri dengan mendiskusikan sesama peserta ajar dengan memanfaatkan sumber belajar yang terkait dengan bahan ajar dan memperbanyak latihan sosial yang dapat meningkatkan pemahaman peserta ajar. Disamping itu,

(4)

peserta ajar harus mengukur kemampuan yang diperoleh dari hasil belajar bila hasil belajarnya tidak memuaskan dengan memperbaiki cara belajar dan secara rutin mengerjakan latihan soal 3. Dimensi pemanfaatan berbagai sumber belajar berarti peserta didik dapat menggunakan berbagai

sumber belajar. Peserta didik secara leluasa menentukan pilihan sumber belajar yang diinginkan.

Kebebasan peserta didik dalam memilih berbagai sumber belajar diharapkan dapat memperkaya pemahaman terhadap bahan ajar.

Pengertian bimbingan kelompok

Sukardi (2000: 48) menjelaskan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah pesrta didik memperoleh berbagai bahan berupa informasi dari narasumber tertentu (terutama pembimbing/konselor) yang berguna dalam menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, serta sebagai anggota keluarga dan masyarakat dan dalam pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Tohirin (2015:164) menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu atau siswa melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan. Masalah tersebut dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah pemberian bantuan kepada peserta didik melalui kegiatan kelompok di mana mereka bersama-sama memperoleh informasi yang bermanfaat untuk mengembangkan potensinya dari narasumber (guru BK/peneliti) dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Dinamika kelompok

Winkel dan Hastuti (2006: 543) menyatakan bahwa dinamika kelompok memunyai banyak arti, di antaranya belajar mengenai kekuatan-kekuatan sosial suatu kelompok yang memperlancar maupun yang menghambat proses kerja sama dalam kelompok tersebut, segala metode, sarana dan teknik yang dapat ditetapkan bila sejumlah orang bekerja sama dalam kelompok, seperti berperan dan observasi pada jalannya proses kelompok, pemberian umpan balik, dan prosedur dalam menangani organisasi serta pengelolaan kelompok tersebut.

Folastri & Rangka (2016: 10-11) mengartikan dinamika kelompok sebagai suasana berinteraksi, saling berbagi pengalaman, menyempurnakan, saling memperkuat, saling mengisi dan saling memahami satu sama lain dalam suatu kelompok. Dinamika kelompok dapat ditandai dengan munulnya hal-hal berikut:

1. Kelompok itu diwarnai dengan semangat yang tinggi dan kerjasama yanag baik antar anggota kelompok.

2. Adanya kepercayaan yang tinggi antar anggota kelompok.

3. Antar anggota kelompok bersikap sebagai sahabat yakni mengerti dan menerima secara positif tujuan bersama.

4. Anggota kelompok merasa kuat, nyaman dan aman sehingga mendorong rasa setia, mau bekerja keras, dan berkorban setiap anggota kelompok.

5. Komunikasi yang terjalin antar anggota kelompok merupakan komunkasi yang efektif dan membangun.

6. Jika timbul persaingan antar anggota kelompok, maka persaingan tersebut merupakan persaingan yang kompetetif dan sehat.

Tujuan layanan bimbingan kelompok

Winkel & Hastuti (2004: 564) tujuan pelayanan bimbingan secara kelompok yaitu agar orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri, dan tidak sekedar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri

(5)

efek serta konsekuensi dan tindakan-tindakannya. Selanjutnya, Prayitno (2015: 114), menjelaskan tujuan layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Tujuan umum kegiatan layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kegiatan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/berkomunikasi seseorang sering terganggu perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak ojektif, sempit dan terkungkung serta tidak afektif.

2. Tujuan khusus

Secara khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta.

Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Nurihsan (2005: 18), mengemukakan tahap pelaksanaan layanan bimbingan kelompok sebagai berikut:

1. Pembentukan: Temanya pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. Meliputi kegiatan: a) mengungkapkan pengertian dan tujuan kelompok, b) menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok, c) saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri, d) teknik khusus dan e) permaianan penghangatan/pengakraban.

2. Peralihan, meliputi kegiatan: a) menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, b) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya, c) membahas suasana yang terjadi, d) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota, e) kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama atau tahap pembentukan.

3. Kegiatan, meliputi kegiatan: a) pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik, b) tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pimpinan kelompok, c) anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas, dan d) kegiatan selingan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari yang beralamat di Jl.

Tekaka No.9, Kandai, Kec. Kendari Bar., Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen, yaitu eksperimen yang dilakukan dengan tanpa melakukan pengendalian terhadap variabel-variael yang berpengaruh. Dalam penelitian ini yang diutamakan adalah perlakuan saja, tanpa ada kelompok kontrol (Latipun, 68: 2015). Oleh karena itu bentuk desain pra eksperimen ini yang digunakan penelitian ini adalah one group pre-test and post-test design. Subjek dalam penelitian ini adalah 8 orang siswa SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari kelas X dengan karakteristik subjek ditentukan berdasarkan hasil analisis dari angket screening.

Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa angket yang disusun bersadarkan ciri- ciri kemandirian belajar. Angket yang akan digunakan terlebih dahulu diuji coba, untuk memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ilmiah yaitu validitas dan reabilitas. Uji validitas dan uji reliabilitas pada instrumen menggunakan bantuan program komputer Statistical Packages for Social Science (SPSS) versi 16.0. Adapun kriteria yang digunakan untuk uji validitas adalah apabila nilai rxy > rtabel dengan taraf signifikan sebesar 0,05% maka instrument dikatakan valid, sedangkan uji reliabilitas ini didasarkan pada ketentuan bahwa apabila nilai rhitung > rtabel maka instrumen dikatakan reliabel. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase untuk mengetahui gambaran perilaku konsumtif siswa dan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

(6)

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis Deskriptif Persentase

Gambaran kemandirian belajar siswa kelas SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari sebelum diberikan perlakuan (pre-test) pada tabel berikut:

Tabel 1 Skor Pre-test Siswa

No Nama Skor % Kriteria

1 YA 125 60,10% Rendah

2 D 128 61,54% Rendah

3 J 133 63,94% Tinggi

4 RAP 119 57,21% Rendah

5 S 122 58,65% Rendah

6 R 108 51,92% Rendah

7 RA 118 56,73% Rendah

8 O 173 83,17% Sangat Tinggi

Rata-rata 128,25 61,65% Rendah

Berdasarkan tabel di atas, kemandirian belajar siswa sebelum diberikan perlakuan (pre-test) termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase motivasi belajar siswa mencapai 61,65% dari 8 orang subjek penelitian. Sedangkan gambaran kemandirian belajar siswa setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok dapat diketahui berdasarkan hasil analisis angket kemandirian belajar siswa, sebagaimana yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 2 Skor Post-test Siswa

No Nama Skor % Kriteria 1 YA 172 82,69% Sangat Tinggi

2 D 171 82,21% Tinggi

3 J 175 84,13% Sangat Tinggi

4 RAP 162 77,88% Tinggi

5 S 163 78,36% Tinggi

6 R 149 71,63% Tinggi

7 RA 151 72,60% Tinggi

8 0 183 87,98% Sangat Tinggi

Rata-rata 165,75 79,68% Tinggi

Berdasarkan tabel di atas, kemandirian belajar siswa setelah diberikan perlakuan (post-test) mengalami perubahan kategori tinggi menjadi tinggi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase yang diperoleh yakni sekitar 79,68% dari 8 orang subjek penelitian.

Gambaran kemandirian belajar siswa sebelum dan sesudah treatment

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diperoleh gambaran kemandirian belajar siswa kelas X SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Adapun hasil analisis data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(7)

Tabel 3

Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Siswa

No Nama % Kategori %

Peningkatan Pre-test Post-test Pre-test Post-test

1 YA 60,10% 82,69% Rendah Sangat Tinggi 22,59%

2 D 61,54% 82,21% Rendah Tinggi 20,67%

3 J 63,94% 84,13% Tinggi Sangat Tinggi 20,19%

4 RAP 57,21% 77,88% Rendah Tinggi 20,67%

5 S 58,65% 78,36% Rendah Tinggi 19,71%

6 R 51,92% 71,63% Rendah Tinggi 19,71%

7 RA 56,73% 72,60% Rendah Tinggi 15,87%

8 O 83,17% 87,98% Sangat Tinggi Sangat Tinggi 4,81%

Rata-rata 61,65% 79,68% Rendah Tinggi 18,03%

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan (pre-test) tingkat kemandirian belajar masuk dalam kategori rendah dengan skor persentase rata-rata 61,67%. Sedangkan, setelah diberikan perlakuan (post-test) tingkat kemandiran belajar berada kategori tinggi dengan skor persentase rata-rata 79,68%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat kemandirian belajar siswa di SMA Swasta Darud Da’wal Wal Irsyad Kendari mengalami peningkatan sebesar 18,03% setelah diberikan perlakuan berupa bimbingan kelompok.

Analisis statistik inferensial

Analisis data untuk mengetahui layanan bimbingan kelompok berpengaruh dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari dilakukan analisis non parametrik dengan uji wilcoxon signed rank. Hasil perhitungan uji wilcoxon signed rank dengan menggunakan SPSS 16.00.

Berdasarkan analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank pada taraf signifikasi diperoleh = 0,012. Oleh karena (0,012 0,05) maka diterima dan ditolak. Hal ini berarti layanan bimbingan kelompok berpengaruh dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Pembahasan

Layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa, sebagaimana hasil analisis data bahwa kemandirian belajar siswa kelas X SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari mengalami peningkatan 18,03% setelah diberikan perlakuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa, sebelum diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok, rata-rata kemandirian belajar siswa adalah 61,65% dan masuk dalam kategori rendah. Namun, setelah diberikan perlakuan/treatment berupa layanan bimbingan kelompok kemandirian siswa meningkat menjadi 79,68% dan masuk dalam kategori tinggi.

Meningkatnya kemandirian belajar siswa didukung dengan pemberian layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok itu sendiri merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalaui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta layanan (Tohirin. 2015: 164). Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terjadi interaksi saling mengeluarkan pendapat, pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah sehingga individu menjadi lebih aktif.

Syahputra (2017: 371-372) mengemukakan bahwa kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen):

(8)

1. Faktor endogen (internal), adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan di dalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual daan potensi pertumbunhan tubuhnya.

2. Faktor eksogen (eksternal), adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat memengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi positif maupun negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal kemandiriannya.

Sehingga dalam proses pemberian layanan untuk meningkatkan kemandirian belajar, siswa dituntut untuk berinisiatif dalam mengaplikasikan materi layanan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemandirian belajar merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki siswa. Tirtarahardja dan Sulo (2015: 122) menyatakan bahwa kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri.

Siswa yang memunyai sikap mandiri akan lebih berani memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan dirinya bebas dari pengaruh orang lain, mampu berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas serta merangsang untuk berprestasi lebih baik.

Dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok yang dilakukan dalam 6 kali pertemuan dengan durasi waktu 2 × 45 menit setiap pertemuan dan di setiap pertemuan diberikan materi penunjang. Topik materi berdasarkan 5 ciri-ciri kemandirian belajar dan menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini yaitu terdiri dari percaya pada kemampuan diri sendiri, motivasi instrinsik, dapat mengatur waktu, tanggung jawab, dan tidak bergantung pada orang lain dan ditambah materi mengenai kemendarian belajar sebagai pengenalan topik masalah pada pertemuan pertama.

Peningkatan juga terjadi pada masing-masing indikator kemandirian belajar. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata indikator kemandirian belajar sebelum diberikan perlakuan adalah 61,53% dan masuk dalam kategori rendah. Setelah diberikan perlakuan, rata-rata indikator kemandirian belajar mengalami peningkatan hingga 18,19% sehingga menjadi 79,72% dan masuk dalam kategori tinggi.

Pada indiator pertama yakni percaya pada kemampuan diri sendiri mengalami peningatan 19,30%. Pada indikator ini perubahan perilaku siswa yang nampak adalah keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di hadapan teman-temannya. Yusuf (2011), mengemukakan bahwa kemampuan mengemukakan pendapat merupakan salah satu modal yang harus dikuasai siswa agar dapat menyampaikan gagasan dan pikirannya terhadap hal-hal yang dipelajarinya sehingga diharapkan membantu memperoleh hasil belajar yang optimal. Kemampuan mengemukakan pendapat adalah kemampuan menyampaikan gagasan secara lisan.

Pada indikator kedua yakni memiliki motivasi instrinsik megalami peningkatan 16,48%. Pada indikator ini terlihat semangat siswa dalam megikuti kegiatan bimbingan kelompok, menyimak materi dan berperan aktif dalam diskusi. Di mana ketekunan siswa membuat tugas yang diberikan seperti penyediaan materi dan pembuatan jadwal. Penataan ruangan dan kesiapan anggota kelompok dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok. Motivasi instrinsik merujuk pada kegiatan pada siswa dalam bentuk kesenangan, dan kepuasan yang berasal dari diri sendiri. Siswa dengan motivasi intrinsik berusaha mengembangkan diri untuk mencapai tujuan dan prestasi belajar (Williams & Williams, 2011). Sehingga siswa yang sudah memiliki motivasi instrinsik adalah siswa yang mandiri, siswa sudah terbekali dengan tekad yang kuat untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

Pada indikator ketiga yaitu mampu mengatur waktu secara efisien. Salah satu hal yang perlu dimiliki siswa yang mandiri adalah kemampuan mengatur waktu. Dalam upaya pencapaian indikator ini, para siswa dituntut untuk membagi kegiatannya sehari-hari dengan membuat jadwal agenda

(9)

kegiatan sehari-hari dan dengan komitmen yang dibuat, siswa akan melakukan sejumlah kegiatannya berdasarkan jadwal yang telah dibuat dan disepakatinya sendiri. Peningkatan pada indikator ini adalah 15,28%. Peningkatan itu terjadi karena konsistennya siswa terhadap komitmen yang dibuat. Siswa melakukan kegiatannya berdasarkan jadwal yang dibuat. Jadwal tersebut dilaporkan disetiap pertemuan sebagai bukti bahwa siswa melaksanakan kegiatannya secara teratur. Setiap individu akan melakukan pengaturan waktu sejalan dengan kebutuhannya untuk mengatur kegiatannya. Karena itu, seseorang mampu mengelola keduanya dengan baik dapat dikatakan ia mampu mengelola dirinya dengan baik (Lakein dalam Juriana, 2000).

Pada indikator keempat yaitu bertanggung jawab mengalami peningkatan 16,67%. Tanggung jawab merupakan segala sesuatu yang harus dijalankan atau dilaksanakan oleh seseorang dalam melaksanakan seseuatu yang menjadi pilihannya. Tanggung jawab juga merupakan sebuah amanat atau tugas dari seseorang yang dipercayakan untuk menjaganya. Pada pemberian layanan bimbingan kelompok, siswa telah melaksanakan hal-hal yang sudah menjadi komitmen disetiap pertemuan kegiatan seperti yang dijelaskan dalam masing-masing indikator di atas.

Pada indikator kelima, yaitu tidak bergantung pada orang lain. Indikator ini merupakan puncak dari kemandirian belajar. Karena pada hakikatnya, individu yang mandiri adalah individu yang bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian dalam bahasa Indonesia berasal dari kata mandiri yang memiliki arti keadaan dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Pada indikator ini terjadi peningkatan sebesar 22,22% dan ini merupakan indikator dengan peningkatan tertinggi.

Dapat dikatakan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningatkan kemandirian belajar. Salah satu faktor penentu keberhasilan penelitian ini yaitu adanya antusias anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan kelompok dan komitmen dari anggota kelompok itu sendiri untuk merubah perilaku dan menerapkan apa yang telah diperoleh dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok.

Perilaku tersebut berubah tanpa disadari secara langsung oleh beberapa siswa. Siswa yang tidak aktif dalam proses pemberian layanan, secara bertahap menjadi aktif. Dimulai dari diam saat menjawab, mulai menjawab walaupun terbata-bata, hingga mampu menjawab dan mengemukakan pendapatnya sendiri dan menjadi percaya diri dalam akhir-akhir pertemuan layanan. Kepercayaan diri itulah yang membuat siswa menjadi aktif sehingga dapat mempertanggungjawabkan tugas dalam hal ini memaparkan materinya yang ditugaskan. Walaupun pada pertemuan awal saat pemberian tugas materi terdapat beberapa siswa yang tidak membawa materi namun di pertemuan selanjutnya mereka membawa materi tersebut. Siswa juga belajar mengatur waktunya dengan membuat jadwal harian dan mengikuti jadwal tersebut dalam kegiatannya sehari-hari. Perubahan yang terjadi merupakan perubahan secara bertahap.

Kemandirian belajar merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki siswa.

Tirtarahardja dan Sulo (2015: 122) menyatakan bahwa kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Siswa yang memunyai sikap mandiri akan lebih berani memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan dirinya bebas dari pengaruh orang lain, mampu berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas serta merangsang untuk berprestasi lebih baik.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa SMA Swasta Darud Da’wah Wal Irsyad Kendari. Hal ini didasarkan pada: 1) Hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa rata-rata kemandirian belajar siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 61,65%. Sedangkan setelah diberikan perlakuan berupa pemberian layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan hingga 18,03% sehingga rata-rata kemandirian belajar siswa berubah menjadi 79,68%. 2) Hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank dengan taraf signifikasi dan diperoleh = 0,012. Oleh karena (0,012 0,05) maka diterima dan

(10)

ditolak. Sehingga layanan bimbingan kelompok berpengaruh dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Saran

1. Bagi sekolah

Peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok di ruangan kelas. Sehingga mengganggu siswa yang bukan bagian dari subjek penelitian karena harus meninggalkan ruang kelas. Hal tersebut disebabkan karena ruang guru BK dan staf administrasi sekolah disatukan dalam satu ruangan.

Sekolah mestinya menyiapkan ruangan khusus bimbingan dan konseling yang memadai, agar pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling bisa lebih efektif.

2. Bagi guru BK

Berdasarkan anlisis data angket screening yang diperoleh peneliti, masih ada beberapa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang rendah dan tidak termasuk dalam subjek penelitan peneliti.

Sehingga perlu ditangani lebih lanjut oleh guru BK dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok dalam menangani permasalahan tersebut.

3. Bagi siswa

Setelah mendapatkan treatment berupa layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan yang cukup baik pada siswa. Untuk itu siswa perlu mengaplikasikan apa yang telah diperoleh dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok agar kemandirian belajarnya lebih maksimal. Dan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling selanjutnya hendaknya serius menyikapi dengan baik apa yang diberikan oleh guru BK sehingga bisa memahami apa yang disampaikan. Begitupun saat pemberian layanan lainnya.

4. Bagi peneliti lanjutan

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa layanan bimbingan kelompok memiliki pengaruh dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa, terbatas pada penggunaan angket sebagai metode pengumpulan data. Oleh karena itu, hendaknya penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dengan menggunakan metode yang lain untuk mengukur kemandirian belajar siswa, misalnya dengan observasi (pengamatan).

Daftar Pustaka

Folastri, Sisca & Itsar Bolo Rangka. (2016). Prosedur Bimbingan dan Konseling Kelompok. Bandung:

Mujahid Press.

Gea, Atosokhi Antonius. (2002). Modul Character Building I Relasasi dengan Diri Sendiri. Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo.

Juriana. (2000). Kesesuaian antara Konsep Diri Nyata dan Ideal dengan Kemampuan Manajemen Diri pada Mahasiswa Pelaku Organisasi. Jurnal Psikologika. No. 9 Th V.

Latipun. (2015). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Nurihsan, Achmad Juntika. (2007). Bimbingan dan konseling dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Steinberg, Laurence. (1995). Adolescence. Sanfrancisco: McGraw-Hill Inc.

Sudjana, Nana & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Syahputra Dedi. (2017). Pengaruh Kemandirian Belajar dan Bimbingan Belajar Terhadap Kemampuan Memahami Jurnal Penyesuaian Diri. Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. At-Tawassuth. Vol. 2. No. 1.

(11)

Tirtarahardja, Umar & Sulo. (2015). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:

Grasindo.

Tohirin. (2015). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Press.

Williams, K.C,. & Williams, C.C. (2011). Five Key Ingredients for Improving Student Motivation.

Research in Higher Education Journal, 11. Diunduh dari https://scholarsarchive.library.albany.edu./cgi/viewcontent.egi?article=1000&context=math_f ac-scholar

Winkel & Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, Y. (1991). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pengertian kemandirian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam belajar yang

Kemandirian merupakan cara bersikap, berfikir, dan berperilaku individu yang tidak bergantung kepada orang lain, akan tetapi tidak semua individu memiliki karakter mandiri

Nurhayati.. jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Kemandirian belajar juga dapat didefinisikan bahwa kemandirian

kemandirian belajar dalam kategori cukup. Pada siklus I kemandirian belajar siswa dalam kategori rendah sebanyak 1 orang, kemandirian belajar dalam kategori cukup sebanyak 6 orang

Favorable Unfavorable 1 Mandiri 1) Mampu mengatasi segala hambatan belajar 1) Saya mampu mengerjakan PR yang sulit tanpa hambatan orang lain. 2) Saya bisa menggunakan

Menurut Tirtarahardja &amp; Sulo (2005; 50), kemandirian dalam belajar adalah aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk menunjukkan seluruh potensinya kepada orang lain dalam

kemandirian belajar dalam kategori cukup. Pada siklus I kemandirian belajar siswa dalam kategori rendah sebanyak 1 orang, kemandirian belajar dalam kategori cukup sebanyak 6 orang