ix
ABSTRAK
HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus : Siswa-siswi Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009
Theresia Septriani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : (1) ada hubungan yang positif signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi, (2) ada hubungan yang positif signifikan antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
Pengumpulan data dilaksanakan ada bulan November 2008. poulasi penelitian berjumlah 104 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode kuesione, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment.
x
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN
AUTO-LEARNING AND LEARNING TIME ALLOCATION AND ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study: the 11th Grade students of Senior High School of BOPKRI 2 Yogyakarta
in 2008/2009 Academic Year
Theresia Septriani Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
The purpose of the research is to identify whether (1) there is a significant relation between auto-learning and accounting learning achievement, (2) there is a positive and significant relation between learning time allocation and accounting learning achievement.
The data gathering was carried out during November 2008, covering a population of 104 students. The data gathering method which was applied included questionaire, observation, and documentation, whereas the data analysis technique was correlation analysis of product moment.
HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM
BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus Siswa-siswi Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Theresia Septriani
NIM : 041334022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Orang tuaku Paulus Tumiran & Pimitiva Srimurdyati
Kakakku Bernadetha Mei Astuti & Agnes Irni Yusnita
Adikku Yohanes Ludi Frandika
v
MOTTO
Pertama dan terpenting, aku akan selalu setia kepada Iman Kepecayaanku
Aku tidak akan meremehkan Daya Keutuhan Keluarga
Aku tidak akan meninggalkan teman, tetapi juga akan menyisihkan waktu
bagi diri sendiri
Aku akan menghadapi setiap tantangan dengan optimisme, bukan sikap
serba ragu
Aku akan selalu membentuk gambaran-diri yang positip dan
penghargaan-diri yang tinggi
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 7 April 2009 Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : THERESIA SEPTRIANI
Nomor Mahasiswa : 041334022
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian peryataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 24 April 2009 Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kemandirian Belajar, Jumlah Jam Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah pada masa yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penyusunan skripsi ini tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya dukungan serta bantuan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas segala dukungan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
viii
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, yang
dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Segenap dosen serta seluruh staff karyawan FKIP Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan selama penulis kuliah.
6. Ibu Sri Rahayuningsih S.Pd, selaku Kepala SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Orang Tuaku Bapak P. Tumiran dan Ibu Primitiva Srimurdyati, kakakku Bernadetha Mei Astuti dan Agnes Irni Yusnita, adikku Yohanes Ludi Frandika, serta abangku Yoseph Asmed yang selalu memberikan doa, dukungan serta semangat kepada penulis.
8. Teman-temanku: Nuci dan Astri yang selalu memotivasi dan membantu dalam penyusunan skripsi; Dika, Sella, Pungki, Hening, Mbak Rini terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 7 April 2009
Penulis
ix
ABSTRAK
HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus : Siswa-siswi Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009
Theresia Septriani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : (1) ada hubungan yang positif signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi, (2) ada hubungan yang positif signifikan antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
Pengumpulan data dilaksanakan ada bulan November 2008. poulasi penelitian berjumlah 104 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode kuesione, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment.
x
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN
AUTO-LEARNING AND LEARNING TIME ALLOCATION AND ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study: the 11th Grade students of Senior High School of BOPKRI 2 Yogyakarta
in 2008/2009 Academic Year
Theresia Septriani Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
The purpose of the research is to identify whether (1) there is a significant relation between auto-learning and accounting learning achievement, (2) there is a positive and significant relation between learning time allocation and accounting learning achievement.
The data gathering was carried out during November 2008, covering a population of 104 students. The data gathering method which was applied included questionaire, observation, and documentation, whereas the data analysis technique was correlation analysis of product moment.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar ... 8
B. Kemandirian Belajar ... 12
C. Jumlah Jam Belajar ... 17
D. Prestasi Belajar ... 18
E. Kerangka Berpikir ... 19
F. Paradigma Penelitian ... 20
G. Hipotesis ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 22
D. Populasi ... 23
E. Operasionalisasi Variabel ... 24
F. Teknik Pengumpulan Data ... 27
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28
H. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA ... 37
B. Visi, Misi dan Tujuan ... 41
xiii
D. Sumber Daya Manusia ... 44 E. Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 44
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 49 B. Analisis Data ... 52 C. Pembahasan ... 56
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN
A. Kesimpulan ... 60 B. Keterbatasan Penelitian ... 60 C. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Kemandirian Belajar ... 24
Tabel 3.2. Kisi-kisi Jumlah Jam Belajar ... 26
Tabel 3.3. Rangkuman Uji Validitas Kemandirian Belajar ... 29
Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Jumlah Jam Belajar ... 31
Tabel 3.5 Rangkuman Uji Reliabilitas ... 33
Tabel 5.1. Responden Penelitian ... 49
Tabel 5.2. Sebaran Klasifikasi Kemandirian Belajar ... 49
Tabel 5.3. Sebaran Klasifikasi Jumlah Jam Belajar... 50
Tabel 5.4. Sebaran Klasifikasi Prestasi Belajar Akuntansi ... 51
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Ijin Penelitian ... 65
Lampiran Kuisioner ... 70
Lampiran Data Prapenelitian ... 81
Lampiran Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 85
Lampiran Data Penelitian ... 88
Lampiran Output Uji Normalitas ... 101
Lampiran Output Uji Hipotesis ... 103
Lampiran Deskripsi Data ... 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya dan akan tergantung pada orang tua serta orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring perkembangannya, anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Mandiri atau sering disebut berdiri diatas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya (http://www.e-psikologi.com/epsi/individualdetail. asp?id=383).
yang diperkirakan akan semakin kompleks dan penuh tantangan. Gejala-gejala lain seperti diatas juga muncul di SMA Bopkri 2 Yogyakarta yaitu pelajar-pelajar sering berkeliaran pada jam belajar, mencontek saat ulangan, tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, pergi mengobrol dengan teman-teman. Perilaku yang telah disebutkan diatas merupakan produk lingkungan rumah. Selain itu kegiatan ekstra kurikuler sebagai kegiatan pengembangan afektif atau pembinaan sikap kurang karena wadah-wadah penyaluran tidak ada. Wajar saja kalau sikap pelajar sekarang cenderung makin lama makin beringas, karena di rumah mereka terkadang kurang diberi pengertian nilai-nilai moral dan agama yang mantap kecuali hanya segelintir keluarga saja yang memperhatikannya. Sekolah lebih memperhatikan pengembangan aspek kognitif dan psikomotorik yaitu berupa pemberian ilmu pengetahuan dan pelaksanaan latihan keterampilan dan olah raga.
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Dengan demikian anak akan mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri (http://www.e-psikologi.com/epsi/individualdetail.asp? id=383). Cara lain yang dapat dilakukan dengan memberikan latihan, seperti halnya kondisi psikologis yaitu dapat berkembang jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan, tugas-tugas tersebut harus sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Selain itu proses belajar di sekolah memperlihatkan bahwa pengajar harus berusaha mengembangkan siswa untuk belajar mandiri melalui bekerja sendiri dan menemukan sendiri. Kondisi aktivitas belajar siswa yang demikian akan menentukan pencapaian prestasi belajar yang cenderung tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak mandiri.
Mengingat kemandirian akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan seseorang, maka sebaiknya kemandirian diajarkan sedini mungkin sesuai kemampuannya seperti telah diakui bahwa segala sesuatu yang diusahakan pada anak sejak dini dapat dihayati dan akan semakin berkembang menuju kesempurnaan, karena kemandirian belajar sangatlah penting untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal.
masa studi maupun seluruh kehidupan seseorang (The Liang Gie, 1995:167). Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda. Keterampilan mengelola waktu khususnya untuk keperluan studi harus dikembangkan, dimahirkan, dan diterapkan selama studi.
The Liang Gie (1995:168) mengatakan bahwa waktu senantiasa ada dan tersedia setiap saat bagi siswa yang memerlukannya untuk melakukan studi dan waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus menerus berlalu dihadapan setiap orang. Dengan demikian waktu tidak bisa ditabung atau disimpan pada kesempatan lain. Maka sebagai seorang pelajar hendaknya melatih diri sendiri suatu kebiasaan menggunakan waktu sekarang juga atau pada saat ini. Kebiasaan memanfaatkan waktu sekarang juga berarti bahwa seorang siswa serta merta dapat mengikis kecenderungan diri untuk menunda-nunda waktu, mengulur-ngulur tempo, mencari-cari alasan sampai besok saja, atau bahkan mencari hari yang baik ataupun menanti saat yang cocok untuk memulai menyempurnakan catatan, membaca buku wajib, membuat catatan studi, menghafal bahan pelajaran, dan menulis tugas. Seorang siswa yang unggul memiliki kebiasaan baik untuk melakukan studi mulai sekarang juga dan pada setiap saat yang tersedia. Dengan demikian, siswa yang unggul akan kelebihan waktu sehingga dapat meningkatkan prestasi studinya.
konsumsi yang akan habis jika dipergunakan terus dan sifat dasar dari waktu, bahwa waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus menerus berlalu dihadapan setiap orang (The Liang Gie, 1995:168). Maka sebagai seorang siswa hendaknya mempergunakan waktu sebaik-baiknya agar dapat dimanfaatkan untuk belajar demi pencapaian prestasi belajar yang optimal. Dimana jumlah jam/waktu yang dipergunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar sangat terkait dengan hasil yang akan diperoleh karena semakin banyak waktu atau jumlah jam yang digunakan untuk belajar maka prestasi yang diperoleh semakin tinggi.
Dari uraian diatas maka penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan kemandirian Belajar, Jumlah jam belajar dengan Prestasi belajar akuntansi di SMA Bopkri 2 Yogyakarta khususnya kelas XI IPS dengan alasan karena kelas XI baru memulai penjurusan sehingga siswa dapat menilai bahwa sikap kemandirian yang dimiliki membawa segi positif yang akhirnya siswa mampu menunjukkan kemampuannya untuk memilih kelas IPS.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang: 1. Hubungan kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi. 2. Hubungan jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak: 1. Bagi para guru SMA Bopkri 2 Yogyakarta sebagai pelaksana pendidikan.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan para guru bidang akuntansi dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan cara menumbuhkan semangat kemandirian belajar pada siswa.
2. Bagi peneliti
Peneliti berharap bahwa proses penelitian ini bisa dijadikan sebuah pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan sebagai acuan penelitian lebih lanjut.
E. Definisi Operasional
belajarnya, mampu mengontrol diri dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar dan bertanggung jawab.
2. Jumlah jam belajar adalah banyaknya waktu yang disediakan dan digunakan siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar
Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:14) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dari arti belajar menurut kamus ini, maka belajar merupakan kegiatan atau aktivitas, sebab “berusaha” mesti berupa kegiatan. Belajar adalah key term ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2001:154) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun satu hal yang sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh iktikad dan maksud tertentu.
Menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan:
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual:
a) Kematangan/pertumbuhan
Kita tidak dapat mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semua itu disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima pelajaran itu. Mengajarkan sesuatu baru akan berhasil jika tarap pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya yaitu potensi-potensi jasmani atau rohaninya yang telah matang untuk menerima hal itu. b) Kecerdasan/Intelijensi
Disamping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan/dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya. Kenyataan menunjukkan kepada kita, meskipun anak yang berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang belajar ilmu pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti.
c) Latihan dan ulangan
sesuatu. Makin besar minat makin besar pula perhatiannya sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajari.
d) Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajar bagi dirinya.
e) Sifat-sifat pribadi seseorang
Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu turut mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya dapat tercapai.
2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial a) Keadaan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Termasuk ada tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula.
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang miliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak, merupakan faktor penting dalam belajar di sekolah.
c) Alat-alat Pelajaran
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari para guru, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.
d) Motivasi Sosial
Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang-orang disekitarnya, seperti tetangga, sanak saudara, teman sepermainan. Pada umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja, dan mungkin pula dengan tidak sadar.
e) Lingkungan dan Kesempatan
B. Kemandirian belajar
1. Pengertian Kemandirian Belajar
Orang ingin menjadi mandiri maka seseorang harus belajar, sehingga dapat dicapai suatu kemandirian belajar. Pengertian kemandirian menurut Jacob Utomo (1990:108) adalah kecenderungan bebas berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecenderungan menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif. Pendapat ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab kepada orang lain.
Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:84) adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan unuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta keinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
karena keberhasilan dalam kehidupan akan diukur dari kesanggupan bertindakdan berpikir sendiri, dan tidak tergantung kepada orang lain.
Menurut Paullina Panen (1994:5), “siswa yang mampu belajar mandiri adalah siswa yang dapat mengontrol dirinya sendiri, dan mempunyai motivasi belajar yang tinggi, serta yakin akan dirinya mempunyai orientasi atau wawasan yang luas dan luwes. Siswa yang luwes, mandiri dan tidak komformis akan dapat belajar mandiri, namun dukungan dan bimbingan guru biasanya tetap diperlukan bagi siswa tersebut. Dengan demikian, kompetensi yang menjadi tujuan dan hal pokok yang dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar ditentukan sendiri oleh siswa (siswa mencari dan memilih sendiri kompetensi yang diinginkan). Siswa dapat berlatih untuk meraih kompetensi yang diinginkan tersebut berlansung setiap saat, karena semua kegiatan yang dilakukan tidak lagi tergantung pada seorang tutor atau guru.
muncul bila seseorang belajar, sebaliknya kemandirian tidak akan muncul apabila siswa tidak dibekali dengan ilmu yang cukup.
Dari beberapa pengertian kemandirian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam belajar yang ditandai dengan adanya inisiatif, progresif, ulet, aktif, bebas, mampu mengambil keputusannya sendiri, disiplin, tidak tergantung pada orang lain dalam mengatur kegiatan belajarnya, mampu mengontrol diri dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar dan bertanggung jawab.
2. Ciri-ciri Kemandirian
Slameto (1991:46) mengemukakan ciri-ciri kemandirian sebagai berikut:
a) Dapat menemukan identitas dirinya
b) Memiliki inisiatif dalam setiap langkahnya
c) Membuat pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya d) Bertanggung jawab atas tindakannya
e) Dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Menurut Suardiman (1984:40), kemandirian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak atas kehendak sendiri
b) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan
c) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk
d) Mampu untuk berfikir dan bertindak secaa kreatif, penuh inisiatif dan
tidak sekedar meniru
e) Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar
f) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa mengharapkan bimbingan dan pengarahan orang lain.
Suyata (1982:33) mengemukakan ciri-ciri kemandirian sebagai berikut:
a) Percaya diri b) Memiliki inisiatif
c) Mempu membuat pertimbangan-pertimbangan sendiri d) Mampu mencukupi kebutuhan dalam batas-batas tertentu e) Mampu mempertanggungjawabkan semua tindakannya f) Mampu membebaskan diri dari keterikatan yang tidak perlu g) Dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk memilih
Dari beberapa pendapat diatas ciri-ciri kemandirian belajar akuntansi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Belajar akuntansi atas inisiatif sendiri
b) Berusaha mengatasi kesulitan belajar akuntansi secara sendiri c) Mempunyai rasa percaya diri dalam belajar akuntansi
f) Mempunyai perencanaan belajar dan berusaha ulet serta tekun dalam
menjalaninya
g) Memiliki kesadaran dan kemampuan belajar akuntansi yang tinggi. 3. Komponen-komponen Kemandirian Belajar
Komponen-komponen utama kemandirian menurut Masrun (1986) meliputi:
a) Bebas, faktor ini ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain.
b) Progresif dan ulet, ini nampak dari adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.
c) Inisiatif, komponen ini meliputi kemampuan berfikir, bertindak secara original, kreatif.
d) Pengendalian diri dari dalam, komponen ini meliputi perasaan mampu
mengatasi masalah, kemampuan mengendalikan diri dari dalam, dan kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.
e) Kemampuan diri mencangkup aspek percaya terhadap kemampuan sendiri, menerima dirinya, dan memperoleh kepuasan dari usahanya. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian menurut Muhamad Ali
meliputi:
b) Pola asuh orang tua, cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan
berpengaruh terhadap perkembangan kemandirian anak
c) Sistem pendidikan di sekolah, dalam proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan, akan cenderung menekankan indokrinasi tanpa argumen akan menghambat kemandirian anak,
d) Sistem kehidupan di masyarakat, di dalam sistem kehidupan bermasyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur sosial.
C. Jumlah jam Belajar
Dalam kegiatan belajar, waktu merupakan faktor yang penting sehingga perlu diperhatikan, misalnya berapa lama waktu yang digunakan untuk belajar atau berapa jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar, berapa kali waktu yang disediakan untuk belajar dalam sehari. Setiap siswa umumnya mempunyai waktu 11 jam setiap hari untuk belajar. Sisanya 8 jam digunakan untuk tidur, 3 jam untuk keperluan pemeliharaan diri, dan 2 jam untuk keperluan pribadi dan urusan sosial (The Liang Gie 1995:171). Jika dalam 11 jam tersebut 7 jam digunakan untuk belajar di sekolah maka sisanya 4 jam digunakan untuk belajar di rumah, di lembaga bimbingan atau kelompok masyarakat.
belajar sangat menentukan tinggi rendahnya hasil belajar. Semakin banyak jumlah jam yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai semakin tinggi. Sebaliknya jika jumlah jam belajar yang digunakan sedikit maka hasil yang dicapai semakin rendah
Berdasarkan uraian diatas jumlah jam belajar adalah waktu yang digunakan oleh siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam. Jam belajar yang digunakan ini merupakan jam belajar di luar sekolah, seperti di rumah, di lembaga bimbingan belajar atau kelompok belajar masyarakat.
D. Prestasi Belajar
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar perlu adanya tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran yang telah dicapai, maka perlu adanya suatu tes. Hasil dari suatu tes tersebut dapat mengetahui seberapa perubahan maupun kecakapan yang diperoleh siswa. Prestasi merupakan suatu kecakapan nyata yang dimiliki oleh seseorang dan merupakan hasil dari proses yang dilakukannya, hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1983:161).
Poerwadminto (1995:787) merumuskan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
nilai yang tecantum dalam rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemampuan belajar siswa selama masa tertentu. Sumadi juga menegaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan dengan nilai-nilai rapornya.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu tes untuk mengetahui seberapa perubahan maupun kecakapan yang diperoleh siswa berupa nilai-nilai yang tercantum dalam rapor.
E. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi
2. Hubungan Jumlah jam belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Dalam proses belajar jumlah jam belajar perlu diperhatikan. Jumlah jam dalam hal ini adalah seberapa banyak waktu yang digunakan seorang siswa diluar jam belajar dikelas. Siswa yang memanfaatkan waktu yang ada dengan mengikuti bimbingan belajar, akan sangat membantu proses pencapaian prestasi belajar. Maka semakin banyak jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai semakin baik dalam hal ini prestasi belajar akuntansi.
F. Paradigma Penelitian
Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berpikir, maka akan dibuat paradigma penelitian sebagai berikut:
Melalui gambar diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara kemandirian belajar (X1), jumlah jam belajar (X2) dengan prestasi belajar akuntansi (Y).
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang bisa dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empirik.
X1
X2
Y rX2Y
Berdasarkan landasan di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai dasar pengumpulan data, yaitu:
1. Ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan meliputi: 1. Deskriptif
Yaitu suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan maksud dan keadaan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak. 2. Studi kasus adalah penelitian yang mengambil suatu tempat atau daerah
yang telah ditentukan sebelumnya sebagai subyek penelitian dan kesimpulannya hanya berlaku pada subyek yang diteliti (Consuelo, 1993:73).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA yang beralamat di Jl. Jenderal Sudirman No 87. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2008.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Bopkri 2 Yogyakarta yang meliputi kelas XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI IPS 4.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah kemandirian belajar, jumlah jam belajar dan prestasi belajar akuntansi.
D. Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (1999:72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Bopkri 2 Yogyakarta kelas XI IPS yang berjumlah 127 siswa. Kuesioner yang kembali berjumlah 104 kuesioner sehingga jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 104 siswa. Dalam penelitian ini, 104 responden diambil sebagai sarana penelitian sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi (Arikunto, 2006:130), adalah pendekatan semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian.
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Sugiyono, 2003:2). Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yang akan diteliti yaitu variabel bebas (Independent Variabel), yang meliputi kemandirian belajar (X1) dan jumlah jam belajar (X2). Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah prestasi belajar akuntansi (Y)
1. Variabel bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (variabel terikat). Jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2003:3). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah:
a) V ariabel Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar mencangkup progresif, inisiatif, ulet, kreatif, pengendalian dari dalam, bebas, tanggung jawab, kemantapan diri. Skor dalam setiap peryataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala Likert dengan model multiple choice.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kemandirian Belajar
No Variabel Indikator Sub Indikator No Soal
Progresif Motivasi tinggi
Usaha mewujudkan harapan
13, 25 1, 24 1. Kemandirian
belajar
Inisiatif Tidak
mengharapkan
pengarahan
Penuh inisiatif
Mampu
mengambil keputusan sendiri
9, 16 10,15
Keuletan Ketekunan dan keteraturan
12, 31
Kreatif Mencoba sendiri
Tidak mudah
meniru
Menemukan
ide-ide
Kreatif
23 29 19, 36 21 Pengendalian dari dalam
Mampu
menyelesaikan masalah
Mampu
mengontrol diri
Mempengaruhi
lingkungan
34, 35
20, 32
22, 17
Bebas Bertindak (tidak tergantung pada orang lain)
Bersikap
3, 7
18 Tanggung
jawab
Rasa tanggung
jawab pada tugas
Pemenuhan pada
kewajiban
6, 8, 26, 33
Kemantapan diri
Percaya pada
kemampuan sendiri
Puas akan usaha
sendiri
4, 5, 11, 27, 30,
37 14
b) Variabel Jumlah jam belajar
Jumlah jam belajar adalah banyaknya waktu yang disediakan dan digunakan siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam.
Dalam penelitian ini skor setiap pernyataan dinyatakan dalam 4 skala Likert dengan model multiple choice. Skala likert yaitu suatu cara sistematis untuk memberikan skor dalam kuesioner yang dibagikan. Pengukuran variabel jumlah jam belajar adalah sebagai berikut:
Jawaban Skor
A 1
B 2
C 3
D 4
Tabel 3.2
Kisi-kisi Jumlah Jam Belajar
No Variabel Indikator No Soal
1. Jumlah jam belajar Jumlah Jam 1,2,3,4
2. Variabel terikat (Dependent Variabel)
a) Variabel prestasi belajar akuntansi
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa berupa nilai-nilai yang tercantum dalam rapor. Rapor tersebut menyatakan tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar pertanyaan secara tertulis dengan berbagai alterlatif jawaban yang telah disediakan oleh peneliti dan kemudian dijawab responden. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan data tentang Hubungan Kemandirian Belajar, Jumlah jam Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi
2. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen yang telah ada. Dokumentasi digunakan untuk mengungkap data tentang prestasi belajar siswa kelas XI IPS dan data tentang sekolah.
3. Observasi
G. Teknik Pengujian Instrumen
Agar alat ukur yang dipakai dapat dipertanggungjawabkan atau dapat dipercaya harus diuji terlebih dahulu. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut memang cocok dan mantap jika diterapkan pada variabel yang diukur. Dalam dunia penelitian kecocokan dan kemantapan alat ukur disebut dengan validitas dan reliabilitas instrumen
1. Uji Validitas
Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang seharusnya diukur (sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor jawaban masing-masing item pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan. Pengujian validitas dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur yang beralamat di Jl P. Senopati No 18 Yogyakarta. Pengujian validitas sebanyak 30 responden dikelas XI IPS 1. Uji validitas digunakan dengan rumus
Korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2006:327) yaitu:
(
)(
)
(
)
{
2}
{
2( )
2}
1 2 1 1 1 1 1 Y n n n r
Y
X
X
Y
X
Y
X
∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan:r : Koefisien korelasi n : Jumlah item pertanyaan Xi : Skor total setiap item tes ke-i Yi : Skor masing-masing item tes ke-i
Jika r hitung ≥ r tabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka instrumen
tersebut valid, dan sebaliknya Jika r hitung ≤ r tabel dengan tingkat
kepercayaan 95%, maka instrumen tersebut tidak valid
Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel kemandirian belajar dan jumlah jam belajar. Uji validitas ini dilakukan untuk tiap-tiap butir, sehingga empat puluh dua (42) pertanyaan yang akan dilakukan uji validitas.
a) Hasil Pengujian Validitas Variabel Kemandirian Belajar
Ada tiga puluh tujuh (37) butir pertanyaan pada variabel ini. Rangkuman uji validitas untuk kemandirian belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Rangkuman Uji Validitas untuk Kemandirian Belajar
Butir
No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
2 0,239 0,369 Valid
3 0,239 0,351 Valid
5 0,239 0,401 Valid
6 0,239 0,320 Valid
8 0,239 0,423 Valid
9 0,239 0,303 Valid
10 0,239 0,359 Valid
11 0,239 0,263 Valid
12 0,239 0,621 Valid
13 0,239 0,334 Valid
14 0,239 0,368 Valid
17 0,239 0,330 Valid
18 0,239 0,554 Valid
19 0,239 0,365 Valid
20 0,239 0,326 Valid
21 0,239 0,263 Valid
22 0.239 0,399 Valid
23 0.239 0,393 Valid
24 0.239 0,621 Valid
25 0.239 0,371 Valid
26 0.239 0,393 Valid
27 0.239 0,342 Valid
28 0.239 0,306 Valid
29 0.239 0,552 Valid
30 0.239 0,512 Valid
31 0.239 0,345 Valid
32 0.239 0,462 Valid
33 0.239 0,445 Valid
34 0.239 0,345 Valid
35 0.239 0,414 Valid
36 0.239 0,335 Valid
37 0.239 0,565 Valid
Sumber : Data Prapenelitian (Lampiran iii, hal 82)
Dari item pertanyaan pada variabel kemandirian belajar menunjukkan bahwa sebanyak tiga puluh tiga (33) butir pertanyaan adalah valid dan terdapat empat (4) butir soal dinyatakan tidak valid yaitu butir nomor 1, 4, 7, 15. Empat (4) butir pertanyaan yang tidak valid meliputi:
Soal 4. Saya merasa lebih percaya diri jika dalam melaksanakan kegiatan belajar...
Soal 7. Ketika teman mengalami kesulitan belajar terhadap materi atau penelesaian soal akuntansi maka yang dapat saya lakukan adalah....
Soal 15. Tindakan yang dapat saya lakukan ketika ada ulangan mendadak adalah....
Butir yang tidak valid ini selanjutnya dibuang dan tidak dipergunakan pada kuesioner penelitian. Pengambilan kesimpulan ini bisa dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel Dengan jumlah
data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau
0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,239.
b) Hasil Pengujian Validitas Variabel Jumlah Jam Belajar
Ada empat (4) butir pertanyaan pada variabel ini. Rangkuman uji validitas untuk jumlah jam belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Rangkuman Uji Validitas untuk Jumlah Jam Belajar
Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,239 0,644 Valid
2 0,239 0,565 Valid
3 0,239 0,507 Valid
4 0,239 0,419 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel jumlah jam belajar menunjukkan bahwa sebanyak empat pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini bisa dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Dengan jumlah data
(n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05
maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,239. Dari hasil perhitungan
diperoleh bahwa keseluruhan nilai r hitung semuanya menunjukkan
angka lebih besar dari nilai rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semua butir pertanyaan variabel jumlah jam belajar adalah
valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha Cronbach
dengan taraf signifikansi 5% (Arikunto,2006:196) Rumus Alpha :
⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −
=
∑
21 2 11 1 1 σ σb k k r Keterangan:
r
11 : Reliabilitas instrumenk : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
σ
2b : Jumlah varians butir
σ
2Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach-Alpha dan dapat dikerjakan dengan program SPSS for windows
versi 12.0. Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dengan dk = n-2 (dk=30-n-2 =n-28) menunjukkan nilai r tabel = 0,239. Hasil perhitungan nilai
r untuk variabel kemandirian belajar nilai r hitung = 0,866 sementara pada
variabel jumlah jam belajar nilai r hitung = 0,739. Dengan demikian
instrumen penelitian ini dapat diandalkan atau reliabel. Rangkuman hasil pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status
Kemandirian belajar 0,239 0,866 reliabel Jumlah jam belajar 0,239 0,739 reliabel
Sumber : Data Prapenelitian (Lampiran iv, hal 86 dan 87)
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini memenuhi kedua prasyarat instrumen yang baik yaitu valid dan reliabel
H. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
2. Pengujian Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis ini digunakan sebagai langkah selanjutnya dalam melakukan analisis data, dan sebagai dasar pengambilan keputusan agar tidak menyimpang dari kebenaran.
Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas distribusi data setiap variabel digunakan one sample Kolmogrov-Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.0. Jika α hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini di
bawah α = 0,05, maka distribusi data tersebut tidak normal. Jika masing-masing variabel mempunyai nilai di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian berdistribusi normal. Adapun rumus uji
Kolmogrov-Smirnov (Gozali, 2002:36), sebagai berikut: D = Maksimum [F0 (X1) - Sn (X1)]
Keterangan :
D : Deviasi maksimum
F0(X1) : Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn : Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan analisis Korelasi Product Moment (Sugiyono, 2005:213). Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi
Ha : Ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi
Hipotesis kedua
Ho : Tidak ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi
Ha : Ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi
b) Pengujian Hipotesis
r xy
Y
Y
X
X
N N Y X XY N=
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − −)
)
2 2 2 2 ( ) ( ( ) ( ) )( ( ) ( Keterangan :r
xy = koefisien validitas X = hasil pengukuran Y = kriteria yang dipakai N = jumlah subyekc) Untuk memberi interpretasi terhadap kuat lemahnya hubungan maka dapat digunakan Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (Sugiyono, 1999:183)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
d) Pengujian signifikansi koefisien korelasi
Pengujian signifikansi dilakukan dengan memperbandingkan nilai signifikansi dengan alpha (α) 0,05
e) Kriteria pengujian atau pengambilan keputusan
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. SEJARAH SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Sejarah SMA Bopkri 2 Yogyakarta tidak terlepas dari Yayasan Bopkri Yogyakarta. BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia) adalah suatu organisasi berbentuk yayasan yang didirikan pada zaman perjuangan. Yayasan Bopkri Yogyakarta didirikan dengan motivasi, cita-cita dan idealisme tertentu. Pada saat berdirinya Yayasan Bopkri mendapatkan dukungan dari masyarakat Kristen sebagai perwujudan pelayanan pendidikan secara formal untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Yayasan Bopkri Yogyakarta lahir pada 18 Desember 1945. Sejarah Yayasan Bopkri dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
1. Pada Masa Penjajahan Belanda
Pada masa penjajahan Belanda, di Yogyakarta sudah terdapat lembaga pendidikan Kristen yaitu: Sekolah-sekolah Zending yang diusahakan oleh gereja-gereja Nederland dan Vereneging Scholen yang diusahakan perkumpulan-perkumpulan di luar gereja.
penilaian lebih tinggi dibandingkan sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Jawa atau Melayu.
Sekolah-sekolah HIS yang setingkat dengan itu yang terdapat di Yogyakarta misalnya : HIS Bintaran Wetan, HIS Bintaran Kulon, KWS Gondolayu, Christelijke Mulo Schol di Kotabaru (sekarang SMA BOPKRI 1), Christelijke Huishound Schol di Jalan Jenderal Sudirman 87 (sekarang SMA Bopkri 2).
2. Pada Masa Pendudukan Jepang
Pada awal tahun 1943 Jepang memaksa sekolah-sekolah swasta dinegerikan, guru-guru yang bersedia menjadi pegawai negeri boleh mengajar terus. Sekolah-sekolah Kristen sepakat untuk bernaung di bawah panji PERKUMPULAN PERSEKOLAHAN MASEHI ( PPM ). Agar sekolah-sekolah tersebut dapat diatur dengan baik, dipilih dan diangkat seorang pengampu yaitu Dr. Sumardi.
3. Pada Masa Revolusi Kemerdekaan
Yayasan Bopkri Yogyakarta didirikan di Yogyakarta pada 18 Desember 1945 dengan akte notaris RM Wiranto, 11 Mei 1946, Asas dan tujuan Bopkri adalah :
a) Dasar pendidikan Bopkri adalah kitab suci yaitu firman Tuhan.
b) Turut setia dengan pemerintah dalam usaha mempertinggi derajat Bangsa Indonesia pada umumnya dalam dunia pengetahuan kebudayaan.
c) Memperluas pengajaran dan pendidikan Kristen di dalam negara Republik Indonesia dengan usaha-usaha mendirikan segala macam sekolah baik yang memberikan pendidikan umum maupun kejuruan.
Dalam clash II 19 Desember 1948, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Yayasan Bopkri telah menutup seluruh sekolahnya baik SR, SGTK, SMP maupun SMA Bopkri. Kemudian pada Februari 1948, sekelompok kecil guru-guru Kristen berkumpul di Balai Pertemuan Kristen ( BPK ) sekarang Galeria Mall, membicarakan nasib sekolah-sekolah Bopkri yang menghasilkan kebulatan pendapat: “Kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas pendidikan yang bercirikan
Kristen, sekolah-sekolah BOPKRI harus dilanjutkan kehadirannya”.
4. Setelah Pengakuan Kedaulatan 1949
Diadakan pembentukan Bopkri baru, dengan ketua, Drs. Sudarmono dan penulis, merangkap Bendahara, S. Subanu. Sekolah-sekolah Bopkri yang dibuka kembali antara lain SMA Bopkri 2 Yogyakarta di Jalan Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta
SMA Bopkri 2 Yogyakarta Sebagai tonggak sejarah Bopkri Yogyakarta, setelah mengalami pasang surut, 1 Agustus 1949 dinyatakan sebagai hari lahir SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Hingga sekarang ini, setelah diakreditasi sebanyak dua kali akhirnya pada 1977 SMA Bopkri 2 memperoleh status disamakan. Sejak awal berdiri hingga sekarang SMA Bopkri 2 Yogyakarta sudah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak sepuluh kali, mereka adalah:
a) Margono Paulus ( 1949 – 1957 ), b) Nathanael Daljoeni ( 1957 – 1963 ), c) Echbert Daniel Yohanes ( 1963 – 1969 ), d) Drs. Widiatmoko Br. ( 1970 – 1971 ), e) Purwanto B.A. ( 1971 – 1974 ), f) Widiarso ( 1975 – 1977 ),
g) Drs. Tukidjo WS ( 1977 – 1995 ),
h) Drs. S. Supadiyono Paulus ( 1995 – 2003 ). i) Drs.Priyanto (2003 –2008)
B. Visi, Misi dan Tujuan SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
1. Visi
Menjadi sekolah yang berkualitas baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, sikap dan keterampilan berdasarkan ajaran Kasih Tuhan.
2. Misi
a) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, b) Meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar,
c) Mempertahankan dan meningkatkan disiplin sivitas akademika, d) Meningkatkan prestasi akademis dan non akademis,
e) Mendorong sivitas akademika untuk meningkatkan kualitas budi
pekerti,
f) Mewujudkan ajaran kasih di lingkungan sekolah maupun masyarakat. 3. Tujuan
a) Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas
1) Pendidikan Umum merupakan Pendidikan Dasar dan Menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
indivual (PPI) yang sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 dan PP 19 tahun 2005.
b) Tujuan Pendidikan SMA Bopkri 2 Yogyakarta
1) Meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan, dengan melaksanakan tertib belajar sehingga mampu menguasai ilmu pengetahuan, berprestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2) Membentuk kepribadian yang berkualitas dengan melaksanakan ajaran kasih Tuhan sehingga memiliki kecerdasan emosional, spiritual, sosial dan berkepribadian santun.
3) Meningkatkan kecakapan untuk menjadi pelaku Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sehingga mampu hidup mandiri.
4) Mampu melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi yang berkualitas sehingga dapat berkomunikasi dengan lingkungan dan berkompetisi di era global
C. Kurikulum satuan pendidikan SMA BOPKRI 2
Pada tahun pelajaran 2008/2009 SMA Bopkri 2 Yogyakarta menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan menjadi rintisan Sekolah Kategori Mandiri (SKM).
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan pedoman penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Penyelenggaraan pendidikan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dinilai berhasil apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan non tes. Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan baik supaya dapat diterima untuk memenuhi:
1. Kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global,
2. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia global,
D. Sumber daya manusia satuan pendidikan SMA BOPKRI 2
SMA Bopkri 2 Yogyakarta pada tahun ajaran 2008/2009 memiliki sumber daya manusia yang unggul yang memiliki jabatan dan tugas masing-masing. Personil SMA Bopkri 2 Yogyakarta dapat bekerjasama dengan baik sebagai keluarga SMA Bopkri 2 Yogyakarta.
Jumlah seluruh personil di SMA Bopkri 2 Yogyakarta sebanyak 86 orang yang terdiri atas Kepala Sekolah 1 orang, Guru Tetap 22 orang, Guru Tidak Tetap 30 orang, Pegawai Tetap 9 orang, dan Pegawai Tidak Tetap 24 orang.
E. Kondisi Fisik dan Lingkungan
SMA Bopkri 2 Yogyakarta berlokasi di Jalan Jendral Sudirman 87, Yogyakarta. SMA Bopkri 2 Yogyakarta memiliki luas bangunan 3.211,5 meter persegi. Kondisi gedungnya sudah permanen dan secara umum sudah baik. Terdapat 2 gedung yaitu gedung sebelah utara dan gedung sebelah selatan. Gedung sebelah utara terdiri dari 3 lantai dan gedung sebelah selatan terdiri dari 2 lantai. Bangunan sudah terbuat dari tembok seluruh atap menggunakan genteng merah, dan untuk langit-langitnya terbuat dari tembok untuk lantai 1 dan 2. Untuk lantai paling atas, langit-langitnya terbuat dari eternit.
kendaraan tidak terlalu mengganggu proses belajar mengajar, karena penempatan kelas-kelas tidak terlalu dekat dengan pintu utama sekolah, sehingga proses belajar mengajar siswa dan guru di kelas bisa berjalan dengan cukup baik.
SMA Bopkri 2 Yogyakarta memiliki beberapa unit ruang yang terdiri dari ruang teori/kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, laboratorium, perpustakaan, dan lain-lain.
1. Ruang Teori/Kelas
Jumlah ruang kelas untuk kelas X ada 7 kelas (A/B/C/D/E/F/G), kelas XI ada 8 kelas (XI Bahasa, XI IPA1, XI IPA2, XI IPA3, XI IPS1, XI IPS2, XI IPS3, XI IPS4) dan kelas XII ada 8 kelas(XII Bahasa, XII IPA1, XII IPA2, XII IPA3, XII IPS1, XII IPS2, XII IPS3, XII IPS 4). Jumlah seluruhnya ada 23 kelas dengan fasilitas :
a) Luas per ruang 56 m2 b) Meja dan kursi terpisah c) Penerangan cukup
d) Papan tulis dan papan pengumuman cukup 2. Kantor
Ruang kantor terdiri dari : a) Kantor Kepala Sekolah
b) Kantor Wakil Kepala Sekolah c) Kantor Guru
e) Kantor Yayasan Bopkri
3. Ruang dan Alat Penunjang Pendidikan Alat penunjang pendidikan meliputi : a) Foto copy dan pengganda
b) Wartel c) Ruang data d) Studio Musik e) Ruang OSIS f) Gudang
g) Kamar mandi/WC putra dan putri h) Peta
i) Jadwal Pelajaran j) Gambar Pahlawan k) Papan Pengumuman l) Papan Presensi
m) Ruang Pembimbing Konseling
4. Laboratorium
SMA BOPKRI 2 memiliki 7 laboratorium, yaitu : a) Laboratorium Bahasa
f) Laboratorium TI dan Komputer g) Laboratorium Internet
5. Perpustakaan
Perpustakaan terletak di lantai satu, dalam pelayanan sirkulasi buku petugasnya ada empat orang.
6. Usaha Kesehatan Sekolah
Melayani siswa yang kesehatannya terganggu pada saat belajar di sekolah. Pelayanan sekolah dilakukan tiap hari dan dijaga oleh seorang petugas kesehatan. Di sana menyediakan obat-obatan sebagai pertolongan pertama, namun bila menderita sakit yang cukup mengkhawatirkan pihak sekolah segera memberitahu orang tua/wali untuk segera mengambil tindakan selanjutnya.
7. Kantin dan Koperasi Sekolah
Koperasi dan Kantin sekolah menyediakan kebutuhan siswa seperti alat tulis, foto copy, makanan, minuman, dan lain-lain. Dengan adanya fasilitas tersebut akan mempermudah siswa dan guru dalam mendapatkan kebutuhannya.
8. Lapangan Olah Raga
9. Parkir Kendaraan
49
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Jumlah siswa kelas XI IPS adalah 127, sedangkan kuesioner yang kembali berjumlah 104 sehingga peneliti hanya mengambil 104 responden. Keseluruhan responden tersebut telah mengisi secara lengkap sehingga jumlah sumber data penelitian ini adalah 104 kuesioner. Berikut ini disajikan tabel yang memuat uraian tentang responden.
Tabel 5.1 Responden Penelitian
Kelas Jumlah Frekuensi Relatif (%)
XI IPS 1 23 22,12
XI IPS 2 29 27,88
XI IPS 3 24 23,08
XI IPS 4 28 26,92
Jumlah 104 100
Berikut ini disajikan deskripsi data variabel-variabel penelitian ini 1. Kemandirian Belajar
Deskripsi kemandirian belajar didasarkan pada Pedoman Acuan Patokan (PAP) tipe II :
Tabel 5.2
Sebaran Klasifikasi Kemandirian Belajar
Skor Frekuensi Persentase (%) Kriteria
98 - 112 43 41,35 Tinggi
88 - 97 5 4,81 Sedang
79 - 87 2 1,92 Rendah
< 79 0 0 Sangat Rendah
Jumlah 104 100
Sumber : Deskripsi Data Penelitian (Lampiran viii, hal 106)
Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa 54 siswa atau 51,92% mempunyai kemandirian belajar yang sangat tinggi, 43 siswa atau 41,35% mempunyai kemandirian belajar tinggi, 5 siswa atau 4,81% mempunyai kemandirian sedang, 2 siswa atau 1,92% mempunyai kemandirian rendah dan tidak ada siswa yang memiliki sikap kemandirian belajar yang sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai kemandirian belajar yang sangat tinggi.
0 10 20 30 40 50 60
Kemandirian Belajar
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Gambar 5.1 Sebaran Klasifikasi Kemandirian Belajar
2. Jumlah Jam Belajar
Deskripsi jumlah jam belajar didasarkan pada Pedoman Acuan Patokan (PAP) tipe II :
Tabel 5.3
Sebaran Klasifikasi Jumlah Jam Belajar
Skor Frekuensi Persentase (%) Kriteria
14 – 16 8 7,69 Sangat Tinggi
11 23 22,12 Sedang
10 20 19,23 Rendah
<10 26 25 Sangat Rendah
Jumlah 104 100
Sumber : Deskripsi Data Penelitian (Lampiran viii, hal 107)
Dari tabel 5.3 menunjukkkan bahwa 8 siswa atau 7,69% mempunyai jumlah jam belajar yang sangat tinggi, 27 siswa atau 25,96% jumlah mempunyai jam belajar tinggi, 23 siswa atau 22,12% mempunyai jumlah jam belajar sedang, 20 siswa atau 19,23% mempunyai jumlah jam belajar rendah dan 26 siswa atau 25% mempunyai jumlah jam belajar sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai jumlah jam belajar tinggi.
0 5 10 15 20 25 30 Jumlah Jam Belajar % Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Gambar 5.2 Sebaran Klasifikasi Jumlah Jam Belajar
3. Prestasi Belajar Akuntansi
Deskripsi prestasi belajar akuntansi didasarkan pada Pedoman Acuan Patokan (PAP) tipe II :
Tabel 5.4
Sebaran Klasifikasi Prestasi Belajar Akuntansi
Skor Frekuensi Persentase (%) Kriteria
81– 100 5 4,81 Sangat Baik
66 – 80 91 87,5 Baik
46 – 55 1 0,96 Kurang Baik < 46 0 0 Sangat Kurang Baik
Jumlah 104 100
Sumber : Deskripsi Data Penelitian (Lampiran viii, hal 107)
Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa ada 5 siswa atau 4,81% yang mempunyai nilai pada kategori sangat baik, 91 siswa atau 87,5% mempunyai nilai pada kategori baik, 7 siswa atau 6,73% mempunyai nilai pada kategori cukup, 1 siswa atau 0,96% mempunyai nilai pada kategori kurang baik dan tidak ada siswa yang mempunyai kategori sangat kurang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai nilai pada kategori baik.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Prestasi Belajar Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Gambar 5.3 Sebaran Klasifikasi Prestasi Belajar Akuntansi
B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a) Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini pengujian normalitas didasarkan pada uji One Sample Kolmogorov Smirnov
Tabel 5.5
Rangkuman Pengujian Normalitas Masing-masing Variabel Penelitian
No Variabel Asymp
Sig2-tailed α Kesimpulan
1 Kemandirian Belajar 0,062 0,05 Normal 2 Jumlah Jam Belajar 0,070 0,05 Normal 3 Prestasi Belajar 0,131 0,05 Normal
Sumber : Data Penelitian (Lampiran vi, hal 102)
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai-nilai probabilitas (asymptot significance) variabel kemandirian belajar = 0,062. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dari α = 0,05. Hal tersebut berarti distribusi data kemandirian belajar adalah normal. Nilai probabilitas jumlah jam belajar = 0,070. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dari
α = 0,05. Hal tersebut berarti distribusi data jumlah jam belajar siswa adalah normal. Nilai probabilitas prestasi belajar = 0,131. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dari α = 0,05. Hal tersebut berarti distribusi data prestasi belajar akuntansi adalah normal.
2. Pengujian Hipotesis
a) Hubungan kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi 1) Rumusan Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi
Tabel 5.6 Correlations
Kemandirian Belajar
Prestasi Belajar Kemandirian Belajar Pearson Correlation 1 .486(**) Sig. (1-tailed) . .000
N 104 104
Prestasi Belajar Pearson Correlation .486(**) 1 Sig. (1-tailed) .000 .
N 104 104
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber : Data Penelitian (Lampiran vii, hal 104).
2) Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan untuk kemandirian belajar menunjukkan bahwa besarnya r hitung = 0,486. koefisien sebesar 0,486
menunjukkan bahwa hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi adalah positif dengan kategori derajat hubungan sedang. Sementara hasil pengujian signifikansi pada taraf 5% diperoleh hasil perhitungan Signifikansi = 0,000 dengan nilaiα = 0,05. Dari analisis tesebut menunjukkan bahwa nilai Signifikansi = 0,000 < α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan menerima Ha. Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
b) Hubungan jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi 1) Rumusan Hipotesis
Ha : Ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi
Tabel 5.7 Correlations
Jumlah Jam Belajar
Prestasi Belajar Jumlah Jam Belajar Pearson Correlation 1 .500(**) Sig. (1-tailed) . .000
N 104 104
Prestasi Belajar Pearson Correlation .500(**) 1 Sig. (1-tailed) .000 .
N 104 104
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber : Data Penelitian (Lampiran vii, hal 104)
2) Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan untuk jumlah jam belajar menunjukkan bahwa besarnya r hitung = 0,500. Koefisien sebesar 0,500 menunjukkan
bahwa hubungan antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi adalah positif dengan kategori derajat hubungan sedang. Sementara hasil pengujian signifikansi pada taraf 5% diperoleh hasil perhitungan signifikansi = 0,000 dengan nilai α = 0,05. Dari analisis menunjukkan bahwa nilai signifikansi = 0,000 < α 0,05
C. Pembahasan
1. Hipotesis pertama ”Hubungan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi”
Hasil analisis hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi
belajar akuntansi menunjukkan besarnya rhitung = 0,486 dan hasil
pengujian nilai signifikansi menunjukkan nilai Asymp Sig = 0,000 kurang dari α 0,05. Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
Kemandirian sangatlah berhubungan dengan perkembangan anak. Didalam perkembangannya kemandirian muncul sebagai hasil suatu proses belajar yang dipengaruhi oleh faktor gen atau keturunan orang tua, orang tua yang memiliki sifat kemandirian yang tinggi sering kali menurun pada anaknya sehingga anak memiliki kemandirian yang tinggi juga; pola asuh orang tua yaitu cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan berpengaruh terhadap perkembangan kemandirian anak; sistem pendidikan di sekolah, dalam proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan, akan cenderung menekankan indokrinasi tanpa argumen akan menghambat kemandirian anak; sistem kehidupan di masyarakat, di dalam sistem kehidupan bermasyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur sosial.
belajar siswa sangat tinggi. Jadi seorang siswa yang memiliki tingkat kemandirian belajar yang sangat tinggi dapat dikatakan bahwa siswa mampu mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan dan tanggung jawab sendiri dan akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa. Sedangkan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah dapat disimpulkan bahwa siswa belum sepenuhnya mempunyai sikap kemandirian dalam belajar, hal ini dikarenakan kurangnya kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga dan lingkungan di sekitar. Maka usaha yang dapat dilakukan agar siswa memiliki sikap kemandirian yang tinggi yaitu hendaknya orang tua mengajarkan kemandirian sejak dini pada anak sesuai kemampuannya, memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Selain itu sekolah juga memberikan latihan atau tugas-tugas sehingga siswa dapat belajar secara mandiri sehi