• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara lingkungan belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa kelas IX tahun ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara Jl. Sunan Mantingan, Demaan Jepara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara lingkungan belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa kelas IX tahun ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara Jl. Sunan Mantingan, Demaan Jepara."

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

viii   

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR,

KEMANDIRIAN BELAJAR DAN JUMLAH JAM BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus: Siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2011/ 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara

Agnes Kartika Vidyanti Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara. Populasi penelitian ini adalah siswi kelas IX tahun ajaran 2010/2011. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 201 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan pengujian statistik non parametrik (korelasi Kendall’s Tau).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi bnelajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,062 > α = 0,05); (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,028 < α = 0,05); (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,019 < α = 0,05).

 

(2)

ix   

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ENVIRONMENT, LEARNING INDEPENDENCE, STUDENTS’ LEARNING QUANTITY AND

STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT

A Case Study: The 9th Grade Students of 2011/2012 Batch. 3 State Junior High School, Jepara

Agnes Kartika Vidyanti Sanata Dharma University

2012

The purposes of this research are to know the relationship between: (1) students’ learning enviroment and students’ learning achievement; (2) students’ learning independence and students’ learning achievement; (3) students’ learning quantity and students’ learning achievement.

This research is a case study on the 9th grade students’ of 3 State Junior High School, Jepara 20011/2012 batch and all at once, they become the population of this research. The samples of this research are 201 students. The technique of drawing samples is purposive sampling. The technique of gathering the data is questionnaire. The data analysis technique is statistic testing non parametric (the correlation of Kendall’s Tau).

(3)

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR,

KEMANDIRIAN BELAJAR DAN JUMLAH JAM BELAJAR SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara

Jl. Sunan Mantingan, Demaan Jepara

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

AGNES KARTIKA VIDYANTI NIM: 051334013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)

ii 

(6)

iii 

(7)

iv 

 

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya Kecilku Ini Untuk:

Jesus Kristus Raja Surgawi, sumber kekuatan dan kedamaianku.

Bunda Maria, Bunda yang penuh cinta

Bapak Ibu ku tercinta Bapak Purwidayanto dan Ibu Agustina Warni Sundari,

slalu sabar dan mengasihiku dengan doa,

Adikku tercinta Fajar Kartika Tya Gita, doa dan kasih sayangmu sungguh berarti

Alm Bu dhe Theresia Subiyar Rahayu, selalu mengasihiku dalam doa

(8)

 

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan

biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. (1 kor 10:13)

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan, kamu akan menerimanya. (Matius 21:22)

(9)

vi 

(10)

vii 

(11)

viii 

 

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR,

KEMANDIRIAN BELAJAR DAN JUMLAH JAM BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus: Siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2011/ 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara

Agnes Kartika Vidyanti Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara. Populasi penelitian ini adalah siswi kelas IX tahun ajaran 2010/2011. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 201 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan pengujian statistik non parametrik (korelasi Kendall’s Tau).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi bnelajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,062 > α = 0,05); (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,028 < α = 0,05); (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,019 < α = 0,05).

 

(12)

ix 

 

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ENVIRONMENT, LEARNING INDEPENDENCE, STUDENTS’ LEARNING QUANTITY AND

STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT

A Case Study: The 9th Grade Students of 2011/2012 Batch. 3 State Junior High School, Jepara

Agnes Kartika Vidyanti Sanata Dharma University

2012

The purposes of this research are to know the relationship between: (1) students’ learning enviroment and students’ learning achievement; (2) students’ learning independence and students’ learning achievement; (3) students’ learning quantity and students’ learning achievement.

This research is a case study on the 9th grade students’ of 3 State Junior High School, Jepara 20011/2012 batch and all at once, they become the population of this research. The samples of this research are 201 students. The technique of drawing samples is purposive sampling. The technique of gathering the data is questionnaire. The data analysis technique is statistic testing non parametric (the correlation of Kendall’s Tau).

(13)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang selalu setia

mendampingi perjalan hidupku dan atas segala berkat, rahmat dan

karunia-NYA, sehingga skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini, yang ditulis dan diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Akuntansi. Penulis menyusun skripsi dengan judul: “Hubungan Antara Lingkungan Belajar, Kemandirian Belajar Dan Jumlah Jam Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar”.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini telah

banyak mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. R. Rohandi, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan da n

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan I l m u

Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, yang telah

sabar memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran yang membangun

(14)

xi 

 

5. Bapak Drs. FX Muhadi, M.Pd dan Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si, selaku

dosen penguji, yang telah memberikan saran dan kritik yang dapat membangun

dalam penyelesaian skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan selama penulis menempuh selama proses perkuliahan.

7. Tenaga Administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi, yang telah

membantu demi kelancaran prose belajar selama ini.

8. Ibu Sri Martuti, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Jepara yang telah

memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Bapak Purwidayanto, S. Ag selaku guru pembimbing yang diminta oleh sekolah

untuk mendampingi penulis selama melaksanakan penelitian.

10. Seluruh guru-guru SMP Negeri 3 Jepara yang telah bersedia menyediakan

waktu untuk dipakai penulis menyebarkan kuesioner.

11. Para siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 3 Jepara, yang telah menyediakan

waktu dan tenaga untuk menjadi responden.

12. Bapak dan ibu ku tercinta, yang selalu memberikan dukungan yang luar biasa

untuk penulis dalam penyusunan skripsi secara moral dan materiil, cinta,

kesabaran, kasih sayang serta atas doa dan harapan yang tiada henti.

13. Tya ade’ku tercinta, Mas Probo dan Mas Erwin terima kasih untuk dukungan,

(15)

xii 

 

14. Kekasihku Ardhi, terima kasih atas doa, dukungan, cinta dan kasih sayang, serta

kesabaran dalam mendampingi selama ini.

15. Seluruh teman-teman Mami Ratna, Dwi Kristanto, dan Ninung

(PAK’05), Yosafat (PAK’06), Nila dan Cosmas (PAK’07), Puspa

(PAK’09), Faras (UIN’09), Mas Arif (PE’07), Ino (PFIS’08), Lana

(PMAT’08),dan teman-teman Pendidikan Akuntansi seluruh

angkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan kita

selama ini dan dukungan kalian semua.

16. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Yogyakarta, 30 April 2012

Penulis

(16)

xiii 

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PEERSETUJUAN PUBILKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB II KAJIAN TEORI A. Lingkungan Belajar ... 9

B. Kemandirian Belajar ... 18

C. Jumlah Jam Belajar ... 23

D. Prestasi Belajar ... 26

E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 32

F. Kerangka Berpikir ... 33

G. Rumusan Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

(17)

xiv 

 

1. Pengujian Validitas ... 46

2. Pengujian Reliabilitas ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 52

1. Analisis Deskriptif ... 52

2. Analisis Data ... 52

BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Data Kelembagaan Sekolah ... 56

(18)

xv 

 

DAFTAR GAMBAR

(19)

xvi 

 

DAFTAR TABEL

A.Tabel 3.1 Pengembangan Variabel Lingkungan Belajar Kedalaman

Indikator ... 41

B.Tabel 3.2 Skor Item-item Kuesioner ... 41

C.Tabel 3.3 Pengembangan Variabel kemandirian Belajar Kedalaman Indikator ... 42

D.Tabel 3.4 Skor Item-item Kuesioner ... 43

E. Tabel 3.5 Pengembangan Variabel Jumlah Jam Belajar Kedalaman Indikator ... 43

F. Tabel 3.6 Skor Item-item Kuesioner ... 43

G.Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Lingkungan Belajar ... 47

H.Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Kemandirian Belajar ... 49

I. Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Jumlah Jam Belajar ... 50

J. Tabel 3.10 Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ... 51

K.Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 52

L. Tabel 4.1 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 63

M.Tabel 4.2 Data Siswa Sekolah Menengah Pertama 3 Jepara ... 78

N.Tabel 4.3 Jumlah Kelas ... 79

O.Tabel 4.4 Kondisi fisik Sekolah ... 79

P. Tabel 5.1 Interprestasi Penilaian Lingkungan Belajar ... 82

Q.Tabel 5.2 Interprestasi Penilaian Kemandirian Belajar ... 83

R.Tabel 5.3 Interprestasi Penilaian Jumlah Jam Belajar ... 84

S. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar ... 85

T. Tabel 5.5 Uji Normalitas ... 87

U.Tabel 5.5 Hasil Pengujian Hipotesis I ... 88

V.Tabel 5.6 Hasil Pengujian Hipotesis II ... 89

(20)

xvii 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 100

Lampiran II Uji Validitas dan Reliabilitas ... 106

Lampiran III PAP Tipe II dan Kriteria Penilaian Raport ... 109

Lampiran IV Perhitungan Mean, Median dan Modus ... 114

Lampiran V Uji Normalitas ... 115

Lampiran VI Uji Korelasi ... 116

Lampiran VII Data Induk Penelitian ... 118

Lampiran VIII Surat Ijin Penelitian ... 146

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bukanlah hal yang mudah

untuk ditentukan ukuran kuantitasnya. Oleh karena itu, ukuran kuantitatif

tersebut umumnya didekati dengan pencapaian prestasi dalam belajar.

Sementara, prestasi belajar dapat ditentukan berdasarkan hasil evaluasi

belajarnya

Prestasi belajar yang dicapai siswa adalah hasil dari kegiatan

belajarnya. Syah (2003:133) mengatakan bahwa pendekatan belajar (approach

to learning), strategi belajar, dan metode belajar adalah faktor-faktor yang

menentukan tingkat efisiensi kegiatan belajar dan prestasi belajar siswa. Sering

ditemukan dalam pratek bahwa seorang siswa yang memiliki kemampuan

ranah cipta (kognitif) lebih tinggi daripada teman-temannya puncak prestasinya

kurang memuaskan, tetapi sebaliknya, seorang siswa yang memiliki

kemampuan ranah cipta rata-rata atau sedang dapat mencapai puncak prestasi

yang memuaskan. Perbedaan kedua hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh

perbedaan dalam hal usaha belajar, metode atau cara belajar dan strategi dalam

belajar. Seberapa besar kemampuan siswa dalam mencapai prestasi juga

ditentukan oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut berasal dari luar

(22)

misalnya lingkungan sekolah, keadaan cuaca, jumlah jam belajar. Sedangkan

faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya kondisi tubuh siswa, tingkat

intelegensi, kemandirian siswa, bakat siswa.

Faktor lingkungan memegang peran penting dalam kehidupan siswa.

Siswa tidak bisa lepas dari lingkungan tersebut karena siswa selalu

berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tingkat kemandirian

belajar dan waktu belajar biasanya dipengaruhi oleh lingkungan di mana siswa

tersebut tinggal. Hubungan antara lingkungan, kemandirian belajar, dan waktu

belajar itu yang akan menjadi penentu hasil/prestasi siswa. Muhibbin

(1995:44), mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok masyarakat yang

berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis

rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah

terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal.

Siswa yang rata-rata bertempat tinggal di daerah kumuh, banyak

pengangguran, lingkungan yang kurang berpendidikan, tidak tersedia sarana

dan prasarana untuk belajar, daerah yang ramai dan kotor tidak akan dapat

mendukung siswa dalam belajar, karena keadaan tersebut menganggu

konsentrasi siswa dalam belajar yang mengakibatkan hasil/prestasi yang

mereka dapat menjadi tidak maksimal. Sebaliknya, siswa yang bertempat

tinggal di daerah yang bersih, tenang, tidak banyak penganguran, tersedia

sarana dan prasarana untuk belajar, serta dibimbing oleh orang tua, maka

mereka akan dapat belajar dengan baik dan dapat berkonsentrasi sehingga akan

(23)

Keberhasilan usaha dalam belajar siswa juga didukung oleh

kemandirian siswa. Siswa yang memiliki kemandiran dalam belajar akan

mencapai prestasi belajar yang optimal. Pengertian kemandirian menurut

Masrun (1986:84), yaitu:

Kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Dalam belajar mandiri siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu

untuk mempelajari serta memahami isi pelajaran yang dipelajari. Jika siswa

mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan bertanya atau mendiskusikan

dengan teman, guru atau pihak lain lain yang sekiranya lebih berkompeten

dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa yang mandiri akan mencari sumber

belajar yang dibutuhkan, mempunyai kreativitas inisiatif sendiri dan mampu

bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.

Dalam masalah waktu belajar, siswa sering mengeluh kehabisan

waktu/ kekurangan waktu untuk belajar. Dalam hal ini alasan kehabisan waktu

tidaklah benar, karena waktu bukanlah semacam barang konsumsi yang akan

habis kalau dipergunakan terus dan sifat dasar dari waktu adalah waktu tidak

pernah berhenti melainkan terus-menerus akan berlalu dari hadapan setiap

(24)

Seberapa banyak jumlah jam yang dipergunakan siswa untuk belajar

akan berpengaruh terhadap prestasi/ hasil belajar. Semakin banyak jumlah jam

yang digunakan untuk belajar, maka hasil yang dicapai akan semakin tinggi.

Begitu pula sebaliknya siswa yang mempergunakan jumlah jam yang lebih

sedikit maka prestasi belajarnya akan rendah.

Lingkungan belajar dan kemandiriaan belajar memberikan dampak

atau pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa. Ini dapat terlihat dari

prestasi yang mereka dapatkan. Dengan dimilikinya kemandirian di dalam

belajar, banyaknya jumlah waktu yang dihabiskan untuk kegiatan belajar siswa

dapat membantu siswa dalam memperoleh prestasi yang lebih baik apalagi jika

lingkungan di sekitar siswa juga memberikan dukungan di dalam proses belajar

mengajar sehingga dapat berjalan dengan efektif.

Menurut keterangan dari salah seorang guru yang mengajar di sekolah

tersebut mengatakan bahwa rata-rata siswa yang bersekolah di SMP Negeri 3

Jepara adalah mereka yang orangtuanya bekerja sebagai nelayan dan pengrajin

kayu. Rata-rata mereka hidup di lingkungan yang ramai, kumuh, kotor dan

kurang tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan

belajarnya. Kesadaran atau kemandirian didalam pemenuhan untuk menunjang

efektifitas proses belajar mengajar masih belum terlihat. Contohnya seperti di

dalam kelas terdapat beberapa siswa yang tidak serius dalam mengikuti proses

belajar mengajar ini terlihat dengan masih adanya siswa yang sibuk bermain

atau mengobrol, bercanda dengan teman sebangku atau didepan maupun

(25)

berkenaan dengan materi yang telah dijelaskan. Selain itu masih jarang terlihat

siswa yang memanfaatkan fasilitas sekolah untuk dapat menunjang kegiatan

belajarnya seperti membaca-baca buku di perpustakaan pada waktu senggang,

sehingga di dalam pemanfaatan jam belajarpun relative kurang karena tidak

dimanfaatkan dengan sepenuhnya.

Dari beberapa pendapat siswa, masih banyak siswa yang belum

mampu mengatur atau mengarahkan diri mereka untuk terlibat aktif di dalam

proses belajar mengajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa masih menjadi

sebuah tuntutan bukan dari kesadaran diri. Kecenderungan ini yang membuat

mereka tidak punya inisiatif, tidak bertanggung jawab dalam memenuhi

kebutuhan belajarnya sendiri. Mereka masih lebih suka diberi daripada

berusaha mencari sendiri. Namun ada yang berpendapat bahwa beberapa

diantara mereka telah melakukan usaha yang optimal dalam proses kegiatan

belajar mereka

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud untuk

meneliti prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Jepara karena peneliti melihat

terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX dalam Ujian Nasional

tahun ini dengan mencoba menghubungkan faktor lingkungan belajar,

kemandirian belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Penelitian

selanjutnya diberi judul “Hubungan Antara Lingkungan Belajar dan

(26)

B.Identifikasi Masalah

Banyak faktor yang menjadi penentu prestasi belajar siswa yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya kondisi tubuh

siswa, tingkat intelegensi, bakat siswa, kemandirian. Sedangkan contoh dari

faktor eksternal: lingkungan sosial, keadaan cuaca, alat-alat belajar dan

lain-lain. Penelitian ini memfokuskan pada faktor lingkungan belajar, kemandirian

belajar, dan jumlah jam yang dipergunakan dalam kegiatan belajar.

C.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan positif lingkungan belajar terhadap prestasi belajar

siswa?

2. Apakah ada hubungan positif kemandirian belajar terhadap prestasi belajar

siswa?

3. Apakah ada hubungan positif jumlah jam belajar terhadap prestasi belajar

siswa?

D.Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif lingkungan belajar terhadap

(27)

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif kemandirian belajar

terhadap prestasi belajar siswa.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif jumlah jam belajar terhadap

prestasi belajar siswa.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi siswa

untuk memperhatikan lingkungan belajarnya, sehingga dapat mengusahakan

dan menjadikan lingkungan tersebut untuk dapat mendukung proses belajar

dan menumbuhkan kemandirian belajar siswa serta meningkatkan jumlah

jam belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Bagi Guru dan Pengelola Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam

mendidik siswa agar siswa lebih mandiri dalam belajar dan memperhatikan

lingkungan belajar di sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

3. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

orang tua dalam pendidikan putra putri mereka, agar lebih diperhatikan

dalam belajar khususnya melatih kemandirian belajar, menggunakan jam

(28)

masyarakat agar tetap dapat mendukung belajar sehingga prestasi belajar

putra putri mereka dapat meningkat.

4. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk

menambah pengetahuan dan sebagai latihan dalam menganalisis suatu

(29)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di dalam

maupun di luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Faktor-faktor yang ada di sekitar lingkungan memegang peranan penting dalam

proses belajar, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial keluarga dan

masyarakat luas. Sejalan dengan hal tersebut Muhibbin (2003:152-153)

mengelompokan lingkungan menjadi dua macam, yaitu:

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas

belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan

rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang

positif dalam kegiatan belajar siswa. Interaksi antara guru dengan siswa

secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa

yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar.

Lingkungan sosial siswa, meliputi masyarakat, tetangga, dan teman- teman

di sekitar perkampungan. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari

(30)

hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut

terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun

dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul

dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga

jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang

tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan

siapa mereka bergaul.

Masyarakat dengan lingkungan yang anak-anaknya rajin dalam

kegiatan belajar, dapat menjadi dorongan semangat bagi anak tersebut

dalam melakukan kegiatan rajin belajarnya, begitupula sebaliknya

masyarakat yang memiliki lingkungan brutal dengan anak-anak yang malas

belajar diserta dengan tidak ada saling kepedulian antara masyarakat satu

dengan yang lainnya akan membuat anak malas belajar. Roestiyah

(1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin

belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa

disuruh. Dengan lingkungan yang rajin maka mereka dapat mengadakan

kegiatan belajar bersama/belajar kelompok. Belajar bersama ini

dimaksudkan untuk dapat mengatasi masalah-masalah/kesulitan-kesulitan di

dalam belajar serta dapat saling membantu jika ada salah satu dari mereka

yang ketinggalan di dalam menempuh mata pelajaran di kelas.

Selain itu keberadaan beberapa mass media dan televisi, serta banyak

bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, yang kurang dapat

(31)

akan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Oleh karena itu segala

macam perangkat yang menyajikan hiburan perlu diseleksi.

Lingkungan sosial yang lebih banyak memberikan pengaruh terhadap

kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat

orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, letak

rumah, semua dapat memberikan dampak pada proses belajar siswa.

Pengelolaan keluarga yang keliru menimbulkan akibat buruk pada siswa

untuk berperilaku menyimpang sehingga siswa tidak mau belajar. Maka

orang tua dan keluarga perlu memperhatikan segala sesuatu yang mampu

menunjang keberhasilan belajar siswa.

Oleh karena itu siswa yang sedang mengalami/menjalani proses

belajar, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

hasil belajarnya. Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang

dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu:

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan

menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menghadapi

tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras

itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan

(32)

semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh

kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.

c. Pengertian orang tua

Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang

belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang

anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian

dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami

anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk

mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila

keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi

penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah

sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan

senang.

e. Latar belakang

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi

sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan

kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

Selain faktor-faktor di atas yang dapat mempengaruhi proses belajar

ialah keadaan sosial-ekonomi keluarga. Menurut Winkel (1989:109),

keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial

(33)

tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan

perlengkapan material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan

pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah

atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk

berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua serta pandangan

keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini

bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang

timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul

secara otomatis/dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan

itu, sering menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan

belajar/menghambatnya. Dengan keadaan yang demikian akan berpengaruh

dalam perkembangan pendidikan.

Dari uraian keadaan keluarga diatas yang terpenting ialah bagaimana

sikap anak dalam menanggapi lingkungannya yang dapat menentukan

berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Sikap, ciata-cita, minat,

motivasi belajar anak dipengaruhi oleh keadaan. Dengan usaha yang

dimiliki dan keadaan ekonomi keluarga yang cukup dapat memberikan

kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya.

Anak yang berada dalam keluarga yang sosial lebih tinggi dapat

menguntungkan bagi kegiatan belajar karena kebutuhan akan kesehatan

maupun perlengkapan alat-alat sekolah dapat terpenuhi sehingga

meningkatkan sikap dan minat siswa dalam belajar. Namun, dengan

(34)

menganggap bahwa semua kebutuhan mereka telah terpenuhi dan jaminan

ekonomi untuk masa depan sudah ada. Mungkin berbeda dengan anak yang

berada dalam keluarga yang memiliki ekonomi lemah yang mengalami

kekurangan dalam pemenuhan alat-alat belajar, sehingga mereka akan

mengambil sikap lebih rajin. Hal ini dikarenakan siswa berkeinginan untuk

lebih maju. Jadi, dalam hal pendidikan anak keadaan sosial ekonomi orang

tua dapat menjadi pengaruh dalam pengambilan sikap belajar.

2. Lingkungan non sosial

Lingkungan non sosial yang menunjang dalam proses belajar siswa

adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah yang menjadi tempat tinggal

siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan siswa. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

yang datang dari sekolah menurut Roestiyah (1982:159-161), yaitu:

a. Interaksi guru dan murid.

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, meyebabkan

proses belajar-mengajar itu kurang lancar dan siswa merasa jauh dari

guru, maka akan segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Cara penyajian.

Guru yang sudah lama mengajar biasa mengajar dengan metode ceramah.

Sehingga siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat

saja. Sedangkan guru yang progresif berani mencoba metode-metode

yang baru, dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar,

(35)

c. Hubungan antara murid.

Guru yang kurang dekat dengan siswa dan kurang bijaksana, membuat

siswa segan dan tidak memiliki motivasi untuk belajar sehingga

menghambat dalam proses belajar mengajar. Sedangkan guru yang

hubungannya dengan siswa baik dan akrab akan memberikan nilai

positif yaitu dapat memberikan motivasi dalam belajar.

d. Standar pelajaran di atas ukuran.

Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi

pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu

dan segan kepada guru. Mengingat perkembangan psikis dan kepribadian

anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Dalam

memberikan materi seharusnya guru memberikan sesuai dengan

kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah

dirumuskan dapat tercapai.

e. Media pendidikan.

Banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, sekolah memerlukan

alat-alat dalam jumlah besar sehingga dapat membantu kelancaran dalam

belajar anak, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau

media-media lain. Tetapi pada kenyataannya masih banyak sekolah yang

masih kurang dalam memiliki media,sehingga kualitas yang dapat

(36)

f. Kurikulum.

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar

yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa, harus

mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak

belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan

pedoman perencanaan yang demikian.

g. Keadaan Gedung.

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung

dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap

kelas.

h. Waktu sekolah.

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan

gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat

selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal

mana sebenarnya kurang dapat dipertanggung-jawabkan. Dimana anak

harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan

pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di

pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan disiplin.

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Hal mana dalam proses belajar

(37)

j. Metode belajar.

Banyak siswa melaksanakan metode belajar yang salah, sehingga perlu

pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif, belajar

secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih

cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil

belajar.

k. Tugas rumah.

Belajar adalah tugas seorang pelajar, tetapi anak juga memiliki kegiatan

lain yang perlu diberi sedikit ruang waktu yang tidak mengganggu jadwal

belajarnya. Dengan demikian tugas sekolah dan tugas rumah dapat

berjalan secara selaras

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

bagaimana sikap siswa dalam menanggapi lingkungannya, baik lingkungan

sosial maupun lingkungan non sosial dapat menjadi penentu berhasil tidaknya

pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya,

maka harus diperhatikan segala sesuatau yang dapat menunjang keberhasilan

belajar.

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya

pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana

dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat

anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu

harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak

(38)

B.Kemandirian Belajar

Kemandirian dalam belajar akan membantu siswa meningkatkan

prestasi belajarnya. Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai

aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri,

pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati, 1998:51).

Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:84), yaitu:

Kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Sedangkan pengertian kemandirian menurut Samana, (dalam

Susmeini, 1998:37), adalah:

Kemandirian belajar seseorang merupakan sikap bagaimana seseorang itu dapat mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri.

Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung pada pada seberapa

jauh seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar mandiri siswa

akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta memahami isi

pelajaran yang dibaca/dilihatnya melalui media pandang dan dengar. Siswa

yang mandiri akan mencari sumber belajar yang dibutuhkan serta harus

mempunyai kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan

(39)

Dari beberapa pengertian kemandirian di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk tidak

bergantung pada orang lain dalam mengatur kegiatan belajarnya, atas dasar

sifat bebas, progresif, ulet, inisiatif, aktif, mampu mengambil keputusan dan

bertanggung jawab.

Kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri

siswa maupun dari luar siswa. kemandirian yang ada di dalam diri siswa

biasanya ditunjukan dalam tingkah laku sebagai berikut:

1. Memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara siswa dengan

guru maupun siswa dengan siswa yang lainnya. Adanya interaksi antara

siswa dengan siswa lainnya dapat menyebabkan siswa tersebut dapat

mengetahui tingkat kemampuannya dibanding dengan kemampuan

temannya. Aplikasi pada siswa adalah bersaing dalam upaya memahami

materi yang dipelajari dengan memperbanyak sumber literatur dari berbagai

media (misalnya perpustakaan, internet, dan lain-lain) serta mempunyai

waktu khusus untuk mempelajari materi tersebut di luar jam sekolah

sehingga siswa dapat mencapai prestasi dalam belajar.

2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang

dihadapi.

Siswa yang mempunyai inisiatif senantiasa tidak menunggu orang lain

(40)

dipengaruhi oleh respon siswa terhadap apa yang ada dan terjadi di sekitar

untuk dijadikan bahan kajian belajar.

Aplikasi pada siswa adalah mempunyai inisiatif untuk mempelajari

dahulu materi sebelum diajarkan oleh guru serta berinisiatif mengerjakan

soal-soal sendiri pada mata pelajaran yang diterimanya disekolah dengan

memanfaatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, termasuk dalam

memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan

dengan kehidupan bermasyarakat.

3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Siswa yang memiliki kepercayaan diri tidak mudah terpengaruh oleh

apa yang dilakukan orang lain. Siswa yang memiliki kemandirian belajar

tinggi cenderung memiliki rasa percaya diri, yaitu selalu bersikap tenang

dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru dengan

memanfaatkan segala potensi atau kemampuan yang dimiliki dan tidak

mudah terpengaruh orang lain dalam mengerjakan tugas-tugasnya serta

tidak mencontek.

4. Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang menyadari hak dan

kewajibannya sebagai seorang peserta didik. Tanggungjawab seorang siswa

adalah belajar dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru

dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, selain itu siswa yang bertanggung

jawab adalah yang mampu mempertanggungjawabkan proses belajar berupa

(41)

Kemandirian juga dipengaruhi oleh beberapa komponen. Menurut

Masrun (1986:85) komponen-komponen utama kemandirian, yaitu:

1. Bebas

Faktor ini ditunjukan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak

sendiri bukan karena orang lain.

2. Progresif dan ulet

Ini nampak dari adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh

ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.

3. Inisiatif

Komponen ini meliputi kemampuan berfikir, bertindak secara

original, kreatif dan penuh inisiatif.

4. Pengendalian diri dari dalam

Komponen ini meliputi perasaan mampu mengatasi masalah,

kemampuan mengendalikan diri dari dalam, dan kemampuan mempengaruhi

lingkungan atas usahanya sendiri.

5. Kemantapan diri

Kemantapan diri mencakup aspek percaya terhadap kemampuan diri,

menerima dirinya, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Menurut Samana, (dalam Susmeini, 1998:38), ciri-ciri kemandirian

belajar adalah

(42)

efisiensi belajar, percaya diri dan optimis terhadap hasil yang dicapainya dan bersikap realistis serta bertanggung jawab.

Gibss (dalam Mulyasa 2003:106) mengemukakan bahwa peserta didik

akan lebih kreatif jika guru :

1. Mengembangkan rasa percaya diri pada peserta didik dan mengurangi rasa

takut.

2. Memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi

ilmiah secara bebas dan terarah.

3. Melibatkan peserta didik dalam menetukan tujuan belajar dan evaluasinya.

4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.

5. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran

secara keseluruhan.

Kemandirian belajar yang dipunyai siswa dalam mengatur kegiatan

belajar secara bebas, progresif, penuh inisiatif, maupun tanggung jawab

tersebut akan menentukan hasil belajar yang dicapai. Oleh karena itu,

kemandirian merupakan unsur penting dalam kegiatan belajar dan jelas dapat

(43)

C.Jumlah Jam Belajar

Seorang siswa tidak bisa lepas dari kegiatan belajar. Dalam kegiatan

belajar, waktu merupakan salah satu faktor penting sehingga perlu

diperhatikan. Seperti berapa lama waktu yang digunakan untuk belajar atau

berapa jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar, berapa kali waktu

yang disediakan untuk belajar dalam sehari perlu mendapat perhatian. Jumlah

jam belajar merupakan banyaknya waktu yang disediakan dan digunakan siswa

untuk belajar yang dihitung dalam jam. Hueken (1983:31) berpendapat bahwa

waktu belajar siswa ditentukan/dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

sekitarnya. Menurut Shaw, (dalam Gie, 1995:167):

‘Learning to use time is a valuable acquired skill, one that will pay dividends not only in studying but all through life. In fact, the ability to use time efficiently may well be one of the most significant achievements of you entire life.’

(Belajar menggunakan waktu merupakan suatu keterampilan perolehan yang berharga. Keterampilan yang memberikan keuntungan-keuntungan tidak saja dalam studi, melainkan dalam sepanjang hidup. Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien dapat merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda.)

Setiap siswa keterampilan mengelola waktu untuk keperluan studi

perlu dikembangkan dan diterapkan. Dalam penggunaan waktu belajar siswa

hendaknya membuat jadwal yang teratur yang dibuat berdasarkan jam sehingga

siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan hasil belajar yang

dicapai optimal. Setiap siswa umumnya mempunyai waktu rata-rata 11 jam

setiap harinya untuk keperluan kegiatan belajar. Sedangkan sisa waktu yang

lain, 8 jam digunakan untuk tidur, 3 jam digunakan untuk pemeliharaan diri,

(44)

1995:171). Jika dalam 11 jam tersebut 7 jam digunakan untuk belajar di

sekolah maka sisanya sebanyak 4 jam digunakan belajar luar sekolah, seperti di

rumah, di lembaga bimbingan belajar/kelompok belajar di masyarakat.

Pedoman pokok untuk mengembangkan keterampilan mengelola waktu studi

adalah sebagai berikut:

1. Kelompokan waktu sehari-hari untuk keperluaan belajar, tidur, dan urusan

pribadi yang lainnya.

2. Selidiki dan tuntukanlah waktu yang tersedia untuk belajar.

3. Merencanakan penggunaan waktu dengan cara menetapkan macam-macam

mata pelajaran berikut urutan-urutan yang harus dipelajari.

4. Intropeksi diri agar dapat belajar dengan hasil yang terbaik. Urutkan mata

pelajaran dari yang dianggap sukar sampai yang dianggap mudah. Mata

pelajaran yang sukar hendaknya memerlukan waktu yang lebih optimal,

bukan berarti matapelajaran yang mudah tidak perlu waktu yang optimal

tetapi alangkah baiknya semua dapat dilakukan sesuai dengan kondisi badan

dan pikiran.

5. Membiasakan diri untuk seketika mulai mengerjakan tugas-tugas dan

selesaikan secapat mungkin.

6. Pengembangan kesadaran akan waktu. Siswa hendaknya menyadari ke

mana berlalunya dan untuk apa waktu 24 jam sehari yang dimilikinya,

sehingga memerlukan penjadwalan waktu belajar.

Menurut Clifford T. Morgan et.al dalam buku mereka How to Study,

(45)

waktu, karena dapat mencegah keraguan-raguan siswa mengenai apa yang

dipelajarinya dari waktu ke waktu. Daftar waktu ini dapat mencegah siswa

untuk mempergunakan waktu yang lebih lama dari yang diperlukan.

Dari pemaparan di atas asumsi siswa tentang kehabisan waktu untuk

kegiatan belajar tidaklah benar. Waktu senantiasa ada dan tersedia setiap saat

bagi siswa yang memerlukan waktu untuk melakukan kegiatan belajar.

Pengertian waktu dapat dirumuskan sebagai kesempatan langeng yang tersedia

di alam semesta untuk manusia berprestasi. Alam semesta menyediakan waktu

secara terus-menerus dan abadi untuk manusia melakukan apa saja dan untuk

mencapai sesuatu prestasi selama hayatnya. Selain itu sifat dasar lainnya ialah

bahwa waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus-menerus berlalu

dihadapan setiap orang. Oleh karena itu siswa perlu latihan untuk

menggunakan waktu sekarang juga dan mengikis kecenderungan diri untuk

menunda-nunda waktu. Seberapa banyak waktu yang digunakan untuk belajar

akan mempengaruhi kegiatan belajarnya sehingga akan menentukan tinggi

rendah hasil belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

jumlah jam belajar adalah banyak waktu yang disediakan dan digunakan siswa

untuk belajar dalam sehari yang dihitung dalam jam. Waktu atau jam belajar

yang digunakan ini merupakan jam belajar di luar sekolah, seperti di rumah, di

(46)

D.Prestasi Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang

sebenarnya merupakan gejala belajar, dalam arti kita tidak akan bisa

melakukan kegiatan tersebut kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Belajar

dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku seseorang dengan

serangkaian kegiatan melalui penguasaan materi, ilmu pengetahuan untuk

menjadikan seseorang menjadi manusia seutuhnya. Belajar sebagai suatu

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman keterampilan dan sikap. Menurut Winkel (1996:53), belajar

merupakan suatu aktivitas mental dan psikis, yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat

relatif konstan dan berbekas. Belajar bukan merupakan suatu tujuan tetapi

merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

Ada beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh Darsono

(2000:21) yaitu:

1. Kesiapan belajar

Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi

awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik yang tidak kondusif, misalnya

sakit akan mempengaruhi proses belajar. Demikian juga faktor psikologis

yang kurang baik, misalnya gelisah, tertekan dan sebagainya merupakan

(47)

2. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek,

dapat pula dikatakan bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran

yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.

3. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorong orang tersebut untuk melakukan kegiatan tertentu untuk

mencapai tujuan.

4. Keaktifan siswa

Yang melakukan kegiatan belajar adalah siswa. Oleh karena itu siswa

harus aktif, dengan bantuan guru siswa mampu mencari, menemukan dan

menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

5. Mengalami sendiri

Prinsip mengalami ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya

dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri

(tidak minta tolong orang lain) akan memberikan hasil belajar yang lebih

cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.

6. Pengulangan

Dalam mempelajari materi siswa perlu membaca, berfikir, mengingat

dan yang tidak kalah penting adalah latihan. Dengan latihan berarti siswa

mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut semakin

mudah diingat. Dengan pengulangan, tanggapan tentang materi semakin

(48)

7. Materi pelajaran yang menantang

Keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu

siswa terhadap persoalan. Rasa ingin tahu timbul bila materi pelajaran yang

dihadapi menantang atau problematic.

8. Balikan dan penguatan

Balikan adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun

bagi guru. Dengan balikan siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya

dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Penguatan

adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang

telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan

diharapkan siswa akan mengulangi perbuatan yang sudah baik itu.

9. Perbedaan individual.

Siswa dalam suatu kelas yang dihadapi oleh guru tidak boleh

disamakan kondisinya seperti benda mati. Masing-masing siswa mempunyai

karakteristik, baik dilihat dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya

perbedaan ini tentu kemampuan, minat serta kemampuan belajar mereka

tidak persis sama.

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, yang

kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.

Prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang

merupakan hasil dari proses yang dilakukan. Proses yang dilakukan tersebut

(49)

tingkah laku yang dicapai dan dapat dilihat secara nyata serta dapat diukur

dengan menggunakan alat ukur, yaitu tes.

Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di

dalam mengarungi kehidupannya, diantara tujuan yang dicapai tersebut antara

lain adalah keinginan untuk berprestasi. Prestasi dalam hal belajar adalah

penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

hal ini ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Winkel

(1989:100) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa

dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk

skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Sementara Winkel (1991:39), menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil

usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar yang

berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya yang akan di

simpan atau dilaksanakan menuju kemajuan.

Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari

melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya. Sehingga

jika dihubungkan atau dikaitkan dengan prestasi belajar maka definisi dari

prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali, 1995:787) adalah

Penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan

oleh guru.

Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama yang perlu

(50)

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

telah dikuasai.

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4. Prestasi belajar merupakan sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

5. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator daya serap (kecerdasan)

siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut

Syah (1997: 133-139) dapat dibedakan menjadi 3 macam:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa.

a)Tingkat kecerdasan

Semakin tinggi kemampuan kecerdasan serang siswa maka makin besar

pula peluang untuk meraih sukses. Sebaliknya tingkat kecerdasan yang

rendah maka peluang yang diraih pun semakin kecil.

b)Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Pada dasarnya

setiap orang memiliki bakat sesuai dengan tingkat kemampuan yang

dimiliki. Bakat mampu mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam

(51)

c)Minat

Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan atau keinginan yang

besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian

hasil belajar dalam bidang tertentu.

d)Motivasi belajar

Motivasi merupakan bentuk semangat yang datang dari luar maupun dari

dalam diri siswa. Motivasi dapat mempengaruhi proses pembelajaran

materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar

siswa.

a)Lingkungan non sosial.

Faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar adalah

(1) Kondisi rumah serta kondisi perkampungan dapat berpengaruh

terhadap kegiatan belajar siswa.

(2) Waktu belajar yang digunakan setiap harinya mempengaruhi proses

belajar siswa.

b)Lingkungan sosial.

Lingkungan sosial sekolah yang nyaman seperti guru yang selalu

menunjukan sikap, perilaku yang simpatik dan memperlihatkan teladan

yang baik dan rajin akan dapat memberikan pengaruh pada siswa untuk

semangat belajar. Keadaan masyarakat dan teman-teman sebaya juga

(52)

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar adalah

hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes. Hasil test belajar siswa tertera pada nilai rapor yang

merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa

atau prestasi siswa selama masa tertentu sebagai indikasi sejauhmana siswa

telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi

belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam

periode tertentu.

E.Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Paulina (2011:93-94), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Motivasi Belajar, Persepsi Belajar Tentang Kompetensi Guru dan Aktivitas

Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Jurusan Akuntansi”

menunjukan bukti bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi

belajar, kompetensi guru dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar. Siswa

yang memiliki motivasi dan aktivitas tinggi dalam belajar serta didukung

dengan kompetensi guru yang memadai maka memiliki prestasi belajar yang

(53)

Ewaldina (2000:19), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Antara Lingkungan belajar Siswa, Dorongan Orang Tua dan Minat Belajar

Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa” menyatakan bahwa lingkungan belajar di

keluarga dapat memberikan sumbangan positif terhadap prestasi belajar siswa,

karena adanya dukungan orang tua dan dan penyediaan fasilitas belajar. Dalam

penelitian tersebut juga menyatakan bahwa lingkungan belajar di sekolah juga

berpengaruh terhadap prestasi siswa, karena adanya penyediaan fasilitas belajar

sekolah seperti buku-buku pelajaran, laboratorium, dan perpustakaan.

Suciningrum (2011:32), dalam penelitiannya yang berjudul

“Hubungan Antara Motivasi Belajar, Disiplin Belajar, dan Lingkungan Belajar

dengan Prtestasi Belajar Akuntansi Siswa” menyatakan bahwa faktor

lingkungan mempunyai peranan penting dalam proses belajar siswa.

Lingkungan belajar yang mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa

tinggi, sebaliknya lingkungan belajar yang kurang mendukung akan

menjadikan prestasi belajar siswa akan rendah.

F. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.

Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki

makna/pengaruh tertentu kepada individu (Hamalik, 2003: 195). Sedangkan

menurut Dimyati (1979:126) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di

sekitar seseorang yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Faktor

(54)

siswa hidup dalam masyarakat tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun lingkungan sosial. Hubungan baik antara siswa dengan

orang-orang yang ada di lingkungannya akan menguntungkan bagi siswa itu

sendiri, dalam arti dapat mendukung situasi belajar siswa sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi kesimpulannya, lingkungan

belajar mendukung akan menjadikan siswa untuk memeroleh prestasi

belajar yang tinggi, dan sebaliknya lingkungan belajar yang tidak

mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa akan rendah.

2. Hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa. Belajar merupakan kegiatan wajib seorang siswa. Kegiatan belajar

siswa ini tidak lepas dari sikap siswa itu sendiri, khususnya kemandirian.

Kemandirian (kematangn pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan

kesempurnaan dan keutuhan, kedua unsur tersebut dalam kesatuan pribadi.

Seorang manusia harus tahu apa yang dilakukannya, dan sadar apa yang

akan dituju menjadi pribadi yang utuh dan tidak berantakan.

Kemandirian dalam belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas

belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan

sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati, 1998:51).

Pengertian kemandirian menurut Samana, (dalam Susmeini, 1998:37),

adalah: sikap seseorang dalam kemandirian belajar dalam mengatur dan

mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan

tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian dalam belajar merupakan bekal

(55)

terlihat dalam usaha-usaha siswa didalam memenuhi/mengatasi

masalah-masalah yang timbul dalam proses belajar. Siswa yang kurang/tidak mandiri

akan menjadikan prestasi belajarnya juga akan rendah. Jadi kesimpulannya

kemandirian belajar dalam diri siswa sangat diperlukan didalam meraih

prestasi yang baik.

3. Hubungan antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa. Jumlah jam belajar mempunyai arti banyaknya waktu yang disediakan

dan digunakan dalam belajar siswa behubungan dengan prestasi belajar

yang dicapai siswa. Hubungan antara pengalokasian atau penyediaan waktu

dengan prestasi belajar siswa adalah positif. Menurut Shaw, (dalam Gie,

1995:167): belajar menggunakan waktu merupakan suatu keterampilan

perolehan yang berharga. Keterampilan yang memberikan

keuntungan-keuntungan tidak saja dalam studi, melainkan dalam sepanjang hidup.

Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien dapat

merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup. Setiap

siswa harus memiliki keterampilan mengelola waktu untuk keperluan studi

dan perlu dikembangkan serta diterapkan. Dalam penggunaan waktu belajar

siswa hendaknya membuat jadwal yang teratur yang dibuat berdasarkan jam

sehingga siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan hasil belajar

yang dicapai optimal.

Seorang siswa dituntut untuk selalu belajar. Hal ini dimaksudkan agar

siswa dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Banyaknya waktu

(56)

prestasi belajarnya. Winkel (1991:39), menyatakan bahwa prestasi belajar

adalah hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses

belajar yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya

yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan. Dengan demikian

prestasi belajar merupakan hasil setelah proses belajar menyatakan

(mengukur) tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses belajar

sesuai dengan tingkat pemanfaatan jumlah jam untuk belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah jam belajar

yang digunakan untuk belajar yang digunakan untuk belajar siswa maka

prestasi belajarnya akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin sedikit

jumlah jam belajar yang di gunakan siswa, maka prestasi belajarnya juga

akan semakin rendah.

Dijelaskan dalam kerangka teoritik ini bahwa terdapat hubungan

antara variable lingkungan belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam

belajar. Dijelaskan pula bahwa ketiga variable tersebut, yaitu lingkungan

belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam belajar secara langsung maupun

tidak langsung berpengaruh pada proses belajar siswa yang pada akhirnya

akan berpengaruh juga pada hasil belajar yang dicapai/prestasi belajarnya.

Pengaruh langsung maupun tidak langsung lingkungan belajar, kemandirian

belajar, dan jumlah jam belajar terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada

(57)

Gambar I

Hubungan Antar Variabel

Keterangan

1

a

H = Lingkungan Belajar

2

a

H = Kemandirian Belajar

3

a

H = Jumlah Jam Belajar

G.Rumusan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kajian teori di atas, maka dapat di rumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.

2. Ada hubungan positif kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa.

3. Ada hubungan positif jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa. Lingkungan

Belajar

Jumlah Jam Belajar Kemandirian

Belajar

(58)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di dalam

maupun di luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Faktor-faktor yang ada di sekitar lingkungan memegang peranan penting dalam

proses belajar, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial keluarga dan

masyarakat luas. Sejalan dengan hal tersebut Muhibbin (2003:152-153)

mengelompokan lingkungan menjadi dua macam, yaitu:

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas

belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan

rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang

positif dalam kegiatan belajar siswa. Interaksi antara guru dengan siswa

secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa

yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar.

Lingkungan sosial siswa, meliputi masyarakat, tetangga, dan teman- teman

di sekitar perkampungan. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari

(59)

hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut

terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun

dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul

dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga

jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang

tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan

siapa mereka bergaul.

Masyarakat dengan lingkungan yang anak-anaknya rajin dalam

kegiatan belajar, dapat menjadi dorongan semangat bagi anak tersebut

dalam melakukan kegiatan rajin belajarnya, begitupula sebaliknya

masyarakat yang memiliki lingkungan brutal dengan anak-anak yang malas

belajar diserta dengan tidak ada saling kepedulian antara masyarakat satu

dengan yang lainnya akan membuat anak malas belajar. Roestiyah

(1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin

belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa

disuruh. Dengan lingkungan yang rajin maka mereka dapat mengadakan

kegiatan belajar bersama/belajar kelompok. Belajar bersama ini

dimaksudkan untuk dapat mengatasi masalah-masalah/kesulitan-kesulitan di

dalam belajar serta dapat saling membantu jika ada salah satu dari mereka

yang ketinggalan di dalam menempuh mata pelajaran di kelas.

Selain itu keberadaan beberapa mass media dan televisi, serta banyak

bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, yang kurang dapat

(60)

akan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Oleh karena itu segala

macam perangkat yang menyajikan hiburan perlu diseleksi.

Lingkungan sosial yang lebih banyak memberikan pengaruh terhadap

kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat

orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, letak

rumah, semua dapat memberikan dampak pada proses belajar siswa.

Pengelolaan keluarga yang keliru menimbulkan akibat buruk pada siswa

untuk berperilaku menyimpang sehingga siswa tidak mau belajar. Maka

orang tua dan keluarga perlu memperhatikan segala sesuatu yang mampu

menunjang keberhasilan belajar siswa.

Oleh karena itu siswa yang sedang mengalami/menjalani proses

belajar, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

hasil belajarnya. Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang

dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu:

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan

menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menghadapi

tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras

itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan

(61)

semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh

kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.

c. Pengertian orang tua

Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang

belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang

anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian

dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami

anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk

mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila

keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi

penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah

sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan

senang.

e. Latar belakang

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi

sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan

kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

Selain faktor-faktor di atas yang dapat mempengaruhi proses belajar

ialah keadaan sosial-ekonomi keluarga. Menurut Winkel (1989:109),

keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial

Gambar

gambar paradigma penelitian sebagai berikut:
Gambar I Hubungan Antar Variabel
gambar paradigma penelitian sebagai berikut:
Gambar I Hubungan Antar Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan zat gizi dengan kejadian PMS wanita usia ubur pada mahasiswi UNS, dimana variabel yang

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji persentase karkas dan potongan komersial yang meliputi persentase karkas, persentase dada, sayap, punggung, paha atas dan

Transportation risks in the supply chain will be identified dairy product based transport six risk categories, each category of risk is decomposed into several more specific risks

maksudnya adalah untuk menjaga kesehatan, pendidikan dan perkembangan anak, tetapi secara filosofis ketentuan tersebut menginginkan jika memungkinkan anak di bawah usia sekolah

Perbedaan waktu terbit dan terbenam Matahari serta lama penyinaran Matahari selama satu tahun (kiri) dan total insolasi pada 9 Maret 2016 (kanan) di tiga lokasi

Termasuk dalam pengertian lahan kritis secara sosial ekonomi ini adalah lahan yang sebenarnya masih berpotensi untuk dapat digunakan bagi usaha pertanian dengan

8 M.. Shalat dhuha sebagai pembentukan karakter siswa ialah waktu pelaksanaanya yang ada pada saat orang sibuk dengan aktivitas keduniaannya dan hikmah yang

Abstr&lt;tct- The chitin and chitosan industry development is motivated by its wide application of chitin and chitosan as biopolymer and by its potential raw