viii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR,
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN JUMLAH JAM BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Studi Kasus: Siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2011/ 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara
Agnes Kartika Vidyanti Universitas Sanata Dharma
2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara. Populasi penelitian ini adalah siswi kelas IX tahun ajaran 2010/2011. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 201 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan pengujian statistik non parametrik (korelasi Kendall’s Tau).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi bnelajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,062 > α = 0,05); (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,028 < α = 0,05); (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,019 < α = 0,05).
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ENVIRONMENT, LEARNING INDEPENDENCE, STUDENTS’ LEARNING QUANTITY AND
STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study: The 9th Grade Students of 2011/2012 Batch. 3 State Junior High School, Jepara
Agnes Kartika Vidyanti Sanata Dharma University
2012
The purposes of this research are to know the relationship between: (1) students’ learning enviroment and students’ learning achievement; (2) students’ learning independence and students’ learning achievement; (3) students’ learning quantity and students’ learning achievement.
This research is a case study on the 9th grade students’ of 3 State Junior High School, Jepara 20011/2012 batch and all at once, they become the population of this research. The samples of this research are 201 students. The technique of drawing samples is purposive sampling. The technique of gathering the data is questionnaire. The data analysis technique is statistic testing non parametric (the correlation of Kendall’s Tau).
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR,
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN JUMLAH JAM BELAJAR SISWA
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Studi Kasus Pada Siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara
Jl. Sunan Mantingan, Demaan Jepara
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
AGNES KARTIKA VIDYANTI NIM: 051334013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya Kecilku Ini Untuk:
Jesus Kristus Raja Surgawi, sumber kekuatan dan kedamaianku.
Bunda Maria, Bunda yang penuh cinta
Bapak Ibu ku tercinta Bapak Purwidayanto dan Ibu Agustina Warni Sundari,
slalu sabar dan mengasihiku dengan doa,
Adikku tercinta Fajar Kartika Tya Gita, doa dan kasih sayangmu sungguh berarti
Alm Bu dhe Theresia Subiyar Rahayu, selalu mengasihiku dalam doa
v
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan
biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. (1 kor 10:13)
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya. (Matius 21:22)
vi
vii
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR,
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN JUMLAH JAM BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Studi Kasus: Siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2011/ 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara
Agnes Kartika Vidyanti Universitas Sanata Dharma
2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara. Populasi penelitian ini adalah siswi kelas IX tahun ajaran 2010/2011. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 201 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan pengujian statistik non parametrik (korelasi Kendall’s Tau).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi bnelajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,062 > α = 0,05); (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,028 < α = 0,05); (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,019 < α = 0,05).
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ENVIRONMENT, LEARNING INDEPENDENCE, STUDENTS’ LEARNING QUANTITY AND
STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study: The 9th Grade Students of 2011/2012 Batch. 3 State Junior High School, Jepara
Agnes Kartika Vidyanti Sanata Dharma University
2012
The purposes of this research are to know the relationship between: (1) students’ learning enviroment and students’ learning achievement; (2) students’ learning independence and students’ learning achievement; (3) students’ learning quantity and students’ learning achievement.
This research is a case study on the 9th grade students’ of 3 State Junior High School, Jepara 20011/2012 batch and all at once, they become the population of this research. The samples of this research are 201 students. The technique of drawing samples is purposive sampling. The technique of gathering the data is questionnaire. The data analysis technique is statistic testing non parametric (the correlation of Kendall’s Tau).
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang selalu setia
mendampingi perjalan hidupku dan atas segala berkat, rahmat dan
karunia-NYA, sehingga skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini, yang ditulis dan diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Akuntansi. Penulis menyusun skripsi dengan judul: “Hubungan Antara Lingkungan Belajar, Kemandirian Belajar Dan Jumlah Jam Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar”.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini telah
banyak mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. R. Rohandi, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan da n
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan I l m u
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, yang telah
sabar memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran yang membangun
xi
5. Bapak Drs. FX Muhadi, M.Pd dan Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si, selaku
dosen penguji, yang telah memberikan saran dan kritik yang dapat membangun
dalam penyelesaian skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan selama penulis menempuh selama proses perkuliahan.
7. Tenaga Administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi, yang telah
membantu demi kelancaran prose belajar selama ini.
8. Ibu Sri Martuti, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Jepara yang telah
memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Bapak Purwidayanto, S. Ag selaku guru pembimbing yang diminta oleh sekolah
untuk mendampingi penulis selama melaksanakan penelitian.
10. Seluruh guru-guru SMP Negeri 3 Jepara yang telah bersedia menyediakan
waktu untuk dipakai penulis menyebarkan kuesioner.
11. Para siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 3 Jepara, yang telah menyediakan
waktu dan tenaga untuk menjadi responden.
12. Bapak dan ibu ku tercinta, yang selalu memberikan dukungan yang luar biasa
untuk penulis dalam penyusunan skripsi secara moral dan materiil, cinta,
kesabaran, kasih sayang serta atas doa dan harapan yang tiada henti.
13. Tya ade’ku tercinta, Mas Probo dan Mas Erwin terima kasih untuk dukungan,
xii
14. Kekasihku Ardhi, terima kasih atas doa, dukungan, cinta dan kasih sayang, serta
kesabaran dalam mendampingi selama ini.
15. Seluruh teman-teman Mami Ratna, Dwi Kristanto, dan Ninung
(PAK’05), Yosafat (PAK’06), Nila dan Cosmas (PAK’07), Puspa
(PAK’09), Faras (UIN’09), Mas Arif (PE’07), Ino (PFIS’08), Lana
(PMAT’08),dan teman-teman Pendidikan Akuntansi seluruh
angkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan kita
selama ini dan dukungan kalian semua.
16. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Yogyakarta, 30 April 2012
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PEERSETUJUAN PUBILKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB II KAJIAN TEORI A. Lingkungan Belajar ... 9
B. Kemandirian Belajar ... 18
C. Jumlah Jam Belajar ... 23
D. Prestasi Belajar ... 26
E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 32
F. Kerangka Berpikir ... 33
G. Rumusan Hipotesis ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38
xiv
1. Pengujian Validitas ... 46
2. Pengujian Reliabilitas ... 50
H. Teknik Analisis Data ... 52
1. Analisis Deskriptif ... 52
2. Analisis Data ... 52
BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Data Kelembagaan Sekolah ... 56
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR TABEL
A.Tabel 3.1 Pengembangan Variabel Lingkungan Belajar Kedalaman
Indikator ... 41
B.Tabel 3.2 Skor Item-item Kuesioner ... 41
C.Tabel 3.3 Pengembangan Variabel kemandirian Belajar Kedalaman Indikator ... 42
D.Tabel 3.4 Skor Item-item Kuesioner ... 43
E. Tabel 3.5 Pengembangan Variabel Jumlah Jam Belajar Kedalaman Indikator ... 43
F. Tabel 3.6 Skor Item-item Kuesioner ... 43
G.Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Lingkungan Belajar ... 47
H.Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Kemandirian Belajar ... 49
I. Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Jumlah Jam Belajar ... 50
J. Tabel 3.10 Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ... 51
K.Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 52
L. Tabel 4.1 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 63
M.Tabel 4.2 Data Siswa Sekolah Menengah Pertama 3 Jepara ... 78
N.Tabel 4.3 Jumlah Kelas ... 79
O.Tabel 4.4 Kondisi fisik Sekolah ... 79
P. Tabel 5.1 Interprestasi Penilaian Lingkungan Belajar ... 82
Q.Tabel 5.2 Interprestasi Penilaian Kemandirian Belajar ... 83
R.Tabel 5.3 Interprestasi Penilaian Jumlah Jam Belajar ... 84
S. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar ... 85
T. Tabel 5.5 Uji Normalitas ... 87
U.Tabel 5.5 Hasil Pengujian Hipotesis I ... 88
V.Tabel 5.6 Hasil Pengujian Hipotesis II ... 89
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 100
Lampiran II Uji Validitas dan Reliabilitas ... 106
Lampiran III PAP Tipe II dan Kriteria Penilaian Raport ... 109
Lampiran IV Perhitungan Mean, Median dan Modus ... 114
Lampiran V Uji Normalitas ... 115
Lampiran VI Uji Korelasi ... 116
Lampiran VII Data Induk Penelitian ... 118
Lampiran VIII Surat Ijin Penelitian ... 146
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bukanlah hal yang mudah
untuk ditentukan ukuran kuantitasnya. Oleh karena itu, ukuran kuantitatif
tersebut umumnya didekati dengan pencapaian prestasi dalam belajar.
Sementara, prestasi belajar dapat ditentukan berdasarkan hasil evaluasi
belajarnya
Prestasi belajar yang dicapai siswa adalah hasil dari kegiatan
belajarnya. Syah (2003:133) mengatakan bahwa pendekatan belajar (approach
to learning), strategi belajar, dan metode belajar adalah faktor-faktor yang
menentukan tingkat efisiensi kegiatan belajar dan prestasi belajar siswa. Sering
ditemukan dalam pratek bahwa seorang siswa yang memiliki kemampuan
ranah cipta (kognitif) lebih tinggi daripada teman-temannya puncak prestasinya
kurang memuaskan, tetapi sebaliknya, seorang siswa yang memiliki
kemampuan ranah cipta rata-rata atau sedang dapat mencapai puncak prestasi
yang memuaskan. Perbedaan kedua hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
perbedaan dalam hal usaha belajar, metode atau cara belajar dan strategi dalam
belajar. Seberapa besar kemampuan siswa dalam mencapai prestasi juga
ditentukan oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut berasal dari luar
misalnya lingkungan sekolah, keadaan cuaca, jumlah jam belajar. Sedangkan
faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya kondisi tubuh siswa, tingkat
intelegensi, kemandirian siswa, bakat siswa.
Faktor lingkungan memegang peran penting dalam kehidupan siswa.
Siswa tidak bisa lepas dari lingkungan tersebut karena siswa selalu
berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tingkat kemandirian
belajar dan waktu belajar biasanya dipengaruhi oleh lingkungan di mana siswa
tersebut tinggal. Hubungan antara lingkungan, kemandirian belajar, dan waktu
belajar itu yang akan menjadi penentu hasil/prestasi siswa. Muhibbin
(1995:44), mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok masyarakat yang
berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis
rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah
terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal.
Siswa yang rata-rata bertempat tinggal di daerah kumuh, banyak
pengangguran, lingkungan yang kurang berpendidikan, tidak tersedia sarana
dan prasarana untuk belajar, daerah yang ramai dan kotor tidak akan dapat
mendukung siswa dalam belajar, karena keadaan tersebut menganggu
konsentrasi siswa dalam belajar yang mengakibatkan hasil/prestasi yang
mereka dapat menjadi tidak maksimal. Sebaliknya, siswa yang bertempat
tinggal di daerah yang bersih, tenang, tidak banyak penganguran, tersedia
sarana dan prasarana untuk belajar, serta dibimbing oleh orang tua, maka
mereka akan dapat belajar dengan baik dan dapat berkonsentrasi sehingga akan
Keberhasilan usaha dalam belajar siswa juga didukung oleh
kemandirian siswa. Siswa yang memiliki kemandiran dalam belajar akan
mencapai prestasi belajar yang optimal. Pengertian kemandirian menurut
Masrun (1986:84), yaitu:
Kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Dalam belajar mandiri siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu
untuk mempelajari serta memahami isi pelajaran yang dipelajari. Jika siswa
mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan bertanya atau mendiskusikan
dengan teman, guru atau pihak lain lain yang sekiranya lebih berkompeten
dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa yang mandiri akan mencari sumber
belajar yang dibutuhkan, mempunyai kreativitas inisiatif sendiri dan mampu
bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.
Dalam masalah waktu belajar, siswa sering mengeluh kehabisan
waktu/ kekurangan waktu untuk belajar. Dalam hal ini alasan kehabisan waktu
tidaklah benar, karena waktu bukanlah semacam barang konsumsi yang akan
habis kalau dipergunakan terus dan sifat dasar dari waktu adalah waktu tidak
pernah berhenti melainkan terus-menerus akan berlalu dari hadapan setiap
Seberapa banyak jumlah jam yang dipergunakan siswa untuk belajar
akan berpengaruh terhadap prestasi/ hasil belajar. Semakin banyak jumlah jam
yang digunakan untuk belajar, maka hasil yang dicapai akan semakin tinggi.
Begitu pula sebaliknya siswa yang mempergunakan jumlah jam yang lebih
sedikit maka prestasi belajarnya akan rendah.
Lingkungan belajar dan kemandiriaan belajar memberikan dampak
atau pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa. Ini dapat terlihat dari
prestasi yang mereka dapatkan. Dengan dimilikinya kemandirian di dalam
belajar, banyaknya jumlah waktu yang dihabiskan untuk kegiatan belajar siswa
dapat membantu siswa dalam memperoleh prestasi yang lebih baik apalagi jika
lingkungan di sekitar siswa juga memberikan dukungan di dalam proses belajar
mengajar sehingga dapat berjalan dengan efektif.
Menurut keterangan dari salah seorang guru yang mengajar di sekolah
tersebut mengatakan bahwa rata-rata siswa yang bersekolah di SMP Negeri 3
Jepara adalah mereka yang orangtuanya bekerja sebagai nelayan dan pengrajin
kayu. Rata-rata mereka hidup di lingkungan yang ramai, kumuh, kotor dan
kurang tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan
belajarnya. Kesadaran atau kemandirian didalam pemenuhan untuk menunjang
efektifitas proses belajar mengajar masih belum terlihat. Contohnya seperti di
dalam kelas terdapat beberapa siswa yang tidak serius dalam mengikuti proses
belajar mengajar ini terlihat dengan masih adanya siswa yang sibuk bermain
atau mengobrol, bercanda dengan teman sebangku atau didepan maupun
berkenaan dengan materi yang telah dijelaskan. Selain itu masih jarang terlihat
siswa yang memanfaatkan fasilitas sekolah untuk dapat menunjang kegiatan
belajarnya seperti membaca-baca buku di perpustakaan pada waktu senggang,
sehingga di dalam pemanfaatan jam belajarpun relative kurang karena tidak
dimanfaatkan dengan sepenuhnya.
Dari beberapa pendapat siswa, masih banyak siswa yang belum
mampu mengatur atau mengarahkan diri mereka untuk terlibat aktif di dalam
proses belajar mengajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa masih menjadi
sebuah tuntutan bukan dari kesadaran diri. Kecenderungan ini yang membuat
mereka tidak punya inisiatif, tidak bertanggung jawab dalam memenuhi
kebutuhan belajarnya sendiri. Mereka masih lebih suka diberi daripada
berusaha mencari sendiri. Namun ada yang berpendapat bahwa beberapa
diantara mereka telah melakukan usaha yang optimal dalam proses kegiatan
belajar mereka
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud untuk
meneliti prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Jepara karena peneliti melihat
terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX dalam Ujian Nasional
tahun ini dengan mencoba menghubungkan faktor lingkungan belajar,
kemandirian belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Penelitian
selanjutnya diberi judul “Hubungan Antara Lingkungan Belajar dan
B.Identifikasi Masalah
Banyak faktor yang menjadi penentu prestasi belajar siswa yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya kondisi tubuh
siswa, tingkat intelegensi, bakat siswa, kemandirian. Sedangkan contoh dari
faktor eksternal: lingkungan sosial, keadaan cuaca, alat-alat belajar dan
lain-lain. Penelitian ini memfokuskan pada faktor lingkungan belajar, kemandirian
belajar, dan jumlah jam yang dipergunakan dalam kegiatan belajar.
C.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan positif lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
siswa?
2. Apakah ada hubungan positif kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
siswa?
3. Apakah ada hubungan positif jumlah jam belajar terhadap prestasi belajar
siswa?
D.Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif lingkungan belajar terhadap
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif kemandirian belajar
terhadap prestasi belajar siswa.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif jumlah jam belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi siswa
untuk memperhatikan lingkungan belajarnya, sehingga dapat mengusahakan
dan menjadikan lingkungan tersebut untuk dapat mendukung proses belajar
dan menumbuhkan kemandirian belajar siswa serta meningkatkan jumlah
jam belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
2. Bagi Guru dan Pengelola Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
mendidik siswa agar siswa lebih mandiri dalam belajar dan memperhatikan
lingkungan belajar di sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
3. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
orang tua dalam pendidikan putra putri mereka, agar lebih diperhatikan
dalam belajar khususnya melatih kemandirian belajar, menggunakan jam
masyarakat agar tetap dapat mendukung belajar sehingga prestasi belajar
putra putri mereka dapat meningkat.
4. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
menambah pengetahuan dan sebagai latihan dalam menganalisis suatu
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di dalam
maupun di luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Faktor-faktor yang ada di sekitar lingkungan memegang peranan penting dalam
proses belajar, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial keluarga dan
masyarakat luas. Sejalan dengan hal tersebut Muhibbin (2003:152-153)
mengelompokan lingkungan menjadi dua macam, yaitu:
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas
belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan
rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang
positif dalam kegiatan belajar siswa. Interaksi antara guru dengan siswa
secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa
yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar.
Lingkungan sosial siswa, meliputi masyarakat, tetangga, dan teman- teman
di sekitar perkampungan. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari
hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut
terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun
dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul
dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga
jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang
tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan
siapa mereka bergaul.
Masyarakat dengan lingkungan yang anak-anaknya rajin dalam
kegiatan belajar, dapat menjadi dorongan semangat bagi anak tersebut
dalam melakukan kegiatan rajin belajarnya, begitupula sebaliknya
masyarakat yang memiliki lingkungan brutal dengan anak-anak yang malas
belajar diserta dengan tidak ada saling kepedulian antara masyarakat satu
dengan yang lainnya akan membuat anak malas belajar. Roestiyah
(1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin
belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa
disuruh. Dengan lingkungan yang rajin maka mereka dapat mengadakan
kegiatan belajar bersama/belajar kelompok. Belajar bersama ini
dimaksudkan untuk dapat mengatasi masalah-masalah/kesulitan-kesulitan di
dalam belajar serta dapat saling membantu jika ada salah satu dari mereka
yang ketinggalan di dalam menempuh mata pelajaran di kelas.
Selain itu keberadaan beberapa mass media dan televisi, serta banyak
bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, yang kurang dapat
akan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Oleh karena itu segala
macam perangkat yang menyajikan hiburan perlu diseleksi.
Lingkungan sosial yang lebih banyak memberikan pengaruh terhadap
kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat
orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, letak
rumah, semua dapat memberikan dampak pada proses belajar siswa.
Pengelolaan keluarga yang keliru menimbulkan akibat buruk pada siswa
untuk berperilaku menyimpang sehingga siswa tidak mau belajar. Maka
orang tua dan keluarga perlu memperhatikan segala sesuatu yang mampu
menunjang keberhasilan belajar siswa.
Oleh karena itu siswa yang sedang mengalami/menjalani proses
belajar, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
hasil belajarnya. Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang
dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu:
a. Cara mendidik
Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan
menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menghadapi
tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras
itu akan menjadi penakut.
b. Suasana keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan
semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh
kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.
c. Pengertian orang tua
Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang
belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang
anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian
dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami
anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk
mengetahui perkembangannya.
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila
keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi
penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah
sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan
senang.
e. Latar belakang
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
Selain faktor-faktor di atas yang dapat mempengaruhi proses belajar
ialah keadaan sosial-ekonomi keluarga. Menurut Winkel (1989:109),
keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial
tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan
perlengkapan material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan
pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah
atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk
berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua serta pandangan
keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini
bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang
timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul
secara otomatis/dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan
itu, sering menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan
belajar/menghambatnya. Dengan keadaan yang demikian akan berpengaruh
dalam perkembangan pendidikan.
Dari uraian keadaan keluarga diatas yang terpenting ialah bagaimana
sikap anak dalam menanggapi lingkungannya yang dapat menentukan
berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Sikap, ciata-cita, minat,
motivasi belajar anak dipengaruhi oleh keadaan. Dengan usaha yang
dimiliki dan keadaan ekonomi keluarga yang cukup dapat memberikan
kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya.
Anak yang berada dalam keluarga yang sosial lebih tinggi dapat
menguntungkan bagi kegiatan belajar karena kebutuhan akan kesehatan
maupun perlengkapan alat-alat sekolah dapat terpenuhi sehingga
meningkatkan sikap dan minat siswa dalam belajar. Namun, dengan
menganggap bahwa semua kebutuhan mereka telah terpenuhi dan jaminan
ekonomi untuk masa depan sudah ada. Mungkin berbeda dengan anak yang
berada dalam keluarga yang memiliki ekonomi lemah yang mengalami
kekurangan dalam pemenuhan alat-alat belajar, sehingga mereka akan
mengambil sikap lebih rajin. Hal ini dikarenakan siswa berkeinginan untuk
lebih maju. Jadi, dalam hal pendidikan anak keadaan sosial ekonomi orang
tua dapat menjadi pengaruh dalam pengambilan sikap belajar.
2. Lingkungan non sosial
Lingkungan non sosial yang menunjang dalam proses belajar siswa
adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah yang menjadi tempat tinggal
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
yang datang dari sekolah menurut Roestiyah (1982:159-161), yaitu:
a. Interaksi guru dan murid.
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, meyebabkan
proses belajar-mengajar itu kurang lancar dan siswa merasa jauh dari
guru, maka akan segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
b. Cara penyajian.
Guru yang sudah lama mengajar biasa mengajar dengan metode ceramah.
Sehingga siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat
saja. Sedangkan guru yang progresif berani mencoba metode-metode
yang baru, dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar,
c. Hubungan antara murid.
Guru yang kurang dekat dengan siswa dan kurang bijaksana, membuat
siswa segan dan tidak memiliki motivasi untuk belajar sehingga
menghambat dalam proses belajar mengajar. Sedangkan guru yang
hubungannya dengan siswa baik dan akrab akan memberikan nilai
positif yaitu dapat memberikan motivasi dalam belajar.
d. Standar pelajaran di atas ukuran.
Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi
pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu
dan segan kepada guru. Mengingat perkembangan psikis dan kepribadian
anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Dalam
memberikan materi seharusnya guru memberikan sesuai dengan
kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah
dirumuskan dapat tercapai.
e. Media pendidikan.
Banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, sekolah memerlukan
alat-alat dalam jumlah besar sehingga dapat membantu kelancaran dalam
belajar anak, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau
media-media lain. Tetapi pada kenyataannya masih banyak sekolah yang
masih kurang dalam memiliki media,sehingga kualitas yang dapat
f. Kurikulum.
Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar
yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa, harus
mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak
belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan
pedoman perencanaan yang demikian.
g. Keadaan Gedung.
Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung
dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap
kelas.
h. Waktu sekolah.
Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan
gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat
selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal
mana sebenarnya kurang dapat dipertanggung-jawabkan. Dimana anak
harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan
pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di
pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
i. Pelaksanaan disiplin.
Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Hal mana dalam proses belajar
j. Metode belajar.
Banyak siswa melaksanakan metode belajar yang salah, sehingga perlu
pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif, belajar
secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih
cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil
belajar.
k. Tugas rumah.
Belajar adalah tugas seorang pelajar, tetapi anak juga memiliki kegiatan
lain yang perlu diberi sedikit ruang waktu yang tidak mengganggu jadwal
belajarnya. Dengan demikian tugas sekolah dan tugas rumah dapat
berjalan secara selaras
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
bagaimana sikap siswa dalam menanggapi lingkungannya, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan non sosial dapat menjadi penentu berhasil tidaknya
pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya,
maka harus diperhatikan segala sesuatau yang dapat menunjang keberhasilan
belajar.
Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya
pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana
dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat
anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu
harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak
B.Kemandirian Belajar
Kemandirian dalam belajar akan membantu siswa meningkatkan
prestasi belajarnya. Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai
aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri,
pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati, 1998:51).
Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:84), yaitu:
Kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Sedangkan pengertian kemandirian menurut Samana, (dalam
Susmeini, 1998:37), adalah:
Kemandirian belajar seseorang merupakan sikap bagaimana seseorang itu dapat mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri.
Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung pada pada seberapa
jauh seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar mandiri siswa
akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta memahami isi
pelajaran yang dibaca/dilihatnya melalui media pandang dan dengar. Siswa
yang mandiri akan mencari sumber belajar yang dibutuhkan serta harus
mempunyai kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan
Dari beberapa pengertian kemandirian di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk tidak
bergantung pada orang lain dalam mengatur kegiatan belajarnya, atas dasar
sifat bebas, progresif, ulet, inisiatif, aktif, mampu mengambil keputusan dan
bertanggung jawab.
Kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri
siswa maupun dari luar siswa. kemandirian yang ada di dalam diri siswa
biasanya ditunjukan dalam tingkah laku sebagai berikut:
1. Memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.
Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara siswa dengan
guru maupun siswa dengan siswa yang lainnya. Adanya interaksi antara
siswa dengan siswa lainnya dapat menyebabkan siswa tersebut dapat
mengetahui tingkat kemampuannya dibanding dengan kemampuan
temannya. Aplikasi pada siswa adalah bersaing dalam upaya memahami
materi yang dipelajari dengan memperbanyak sumber literatur dari berbagai
media (misalnya perpustakaan, internet, dan lain-lain) serta mempunyai
waktu khusus untuk mempelajari materi tersebut di luar jam sekolah
sehingga siswa dapat mencapai prestasi dalam belajar.
2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
Siswa yang mempunyai inisiatif senantiasa tidak menunggu orang lain
dipengaruhi oleh respon siswa terhadap apa yang ada dan terjadi di sekitar
untuk dijadikan bahan kajian belajar.
Aplikasi pada siswa adalah mempunyai inisiatif untuk mempelajari
dahulu materi sebelum diajarkan oleh guru serta berinisiatif mengerjakan
soal-soal sendiri pada mata pelajaran yang diterimanya disekolah dengan
memanfaatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, termasuk dalam
memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan
dengan kehidupan bermasyarakat.
3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Siswa yang memiliki kepercayaan diri tidak mudah terpengaruh oleh
apa yang dilakukan orang lain. Siswa yang memiliki kemandirian belajar
tinggi cenderung memiliki rasa percaya diri, yaitu selalu bersikap tenang
dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru dengan
memanfaatkan segala potensi atau kemampuan yang dimiliki dan tidak
mudah terpengaruh orang lain dalam mengerjakan tugas-tugasnya serta
tidak mencontek.
4. Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.
Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang menyadari hak dan
kewajibannya sebagai seorang peserta didik. Tanggungjawab seorang siswa
adalah belajar dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru
dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, selain itu siswa yang bertanggung
jawab adalah yang mampu mempertanggungjawabkan proses belajar berupa
Kemandirian juga dipengaruhi oleh beberapa komponen. Menurut
Masrun (1986:85) komponen-komponen utama kemandirian, yaitu:
1. Bebas
Faktor ini ditunjukan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak
sendiri bukan karena orang lain.
2. Progresif dan ulet
Ini nampak dari adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh
ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.
3. Inisiatif
Komponen ini meliputi kemampuan berfikir, bertindak secara
original, kreatif dan penuh inisiatif.
4. Pengendalian diri dari dalam
Komponen ini meliputi perasaan mampu mengatasi masalah,
kemampuan mengendalikan diri dari dalam, dan kemampuan mempengaruhi
lingkungan atas usahanya sendiri.
5. Kemantapan diri
Kemantapan diri mencakup aspek percaya terhadap kemampuan diri,
menerima dirinya, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Menurut Samana, (dalam Susmeini, 1998:38), ciri-ciri kemandirian
belajar adalah
efisiensi belajar, percaya diri dan optimis terhadap hasil yang dicapainya dan bersikap realistis serta bertanggung jawab.
Gibss (dalam Mulyasa 2003:106) mengemukakan bahwa peserta didik
akan lebih kreatif jika guru :
1. Mengembangkan rasa percaya diri pada peserta didik dan mengurangi rasa
takut.
2. Memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi
ilmiah secara bebas dan terarah.
3. Melibatkan peserta didik dalam menetukan tujuan belajar dan evaluasinya.
4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.
5. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran
secara keseluruhan.
Kemandirian belajar yang dipunyai siswa dalam mengatur kegiatan
belajar secara bebas, progresif, penuh inisiatif, maupun tanggung jawab
tersebut akan menentukan hasil belajar yang dicapai. Oleh karena itu,
kemandirian merupakan unsur penting dalam kegiatan belajar dan jelas dapat
C.Jumlah Jam Belajar
Seorang siswa tidak bisa lepas dari kegiatan belajar. Dalam kegiatan
belajar, waktu merupakan salah satu faktor penting sehingga perlu
diperhatikan. Seperti berapa lama waktu yang digunakan untuk belajar atau
berapa jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar, berapa kali waktu
yang disediakan untuk belajar dalam sehari perlu mendapat perhatian. Jumlah
jam belajar merupakan banyaknya waktu yang disediakan dan digunakan siswa
untuk belajar yang dihitung dalam jam. Hueken (1983:31) berpendapat bahwa
waktu belajar siswa ditentukan/dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
sekitarnya. Menurut Shaw, (dalam Gie, 1995:167):
‘Learning to use time is a valuable acquired skill, one that will pay dividends not only in studying but all through life. In fact, the ability to use time efficiently may well be one of the most significant achievements of you entire life.’
(Belajar menggunakan waktu merupakan suatu keterampilan perolehan yang berharga. Keterampilan yang memberikan keuntungan-keuntungan tidak saja dalam studi, melainkan dalam sepanjang hidup. Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien dapat merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda.)
Setiap siswa keterampilan mengelola waktu untuk keperluan studi
perlu dikembangkan dan diterapkan. Dalam penggunaan waktu belajar siswa
hendaknya membuat jadwal yang teratur yang dibuat berdasarkan jam sehingga
siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan hasil belajar yang
dicapai optimal. Setiap siswa umumnya mempunyai waktu rata-rata 11 jam
setiap harinya untuk keperluan kegiatan belajar. Sedangkan sisa waktu yang
lain, 8 jam digunakan untuk tidur, 3 jam digunakan untuk pemeliharaan diri,
1995:171). Jika dalam 11 jam tersebut 7 jam digunakan untuk belajar di
sekolah maka sisanya sebanyak 4 jam digunakan belajar luar sekolah, seperti di
rumah, di lembaga bimbingan belajar/kelompok belajar di masyarakat.
Pedoman pokok untuk mengembangkan keterampilan mengelola waktu studi
adalah sebagai berikut:
1. Kelompokan waktu sehari-hari untuk keperluaan belajar, tidur, dan urusan
pribadi yang lainnya.
2. Selidiki dan tuntukanlah waktu yang tersedia untuk belajar.
3. Merencanakan penggunaan waktu dengan cara menetapkan macam-macam
mata pelajaran berikut urutan-urutan yang harus dipelajari.
4. Intropeksi diri agar dapat belajar dengan hasil yang terbaik. Urutkan mata
pelajaran dari yang dianggap sukar sampai yang dianggap mudah. Mata
pelajaran yang sukar hendaknya memerlukan waktu yang lebih optimal,
bukan berarti matapelajaran yang mudah tidak perlu waktu yang optimal
tetapi alangkah baiknya semua dapat dilakukan sesuai dengan kondisi badan
dan pikiran.
5. Membiasakan diri untuk seketika mulai mengerjakan tugas-tugas dan
selesaikan secapat mungkin.
6. Pengembangan kesadaran akan waktu. Siswa hendaknya menyadari ke
mana berlalunya dan untuk apa waktu 24 jam sehari yang dimilikinya,
sehingga memerlukan penjadwalan waktu belajar.
Menurut Clifford T. Morgan et.al dalam buku mereka How to Study,
waktu, karena dapat mencegah keraguan-raguan siswa mengenai apa yang
dipelajarinya dari waktu ke waktu. Daftar waktu ini dapat mencegah siswa
untuk mempergunakan waktu yang lebih lama dari yang diperlukan.
Dari pemaparan di atas asumsi siswa tentang kehabisan waktu untuk
kegiatan belajar tidaklah benar. Waktu senantiasa ada dan tersedia setiap saat
bagi siswa yang memerlukan waktu untuk melakukan kegiatan belajar.
Pengertian waktu dapat dirumuskan sebagai kesempatan langeng yang tersedia
di alam semesta untuk manusia berprestasi. Alam semesta menyediakan waktu
secara terus-menerus dan abadi untuk manusia melakukan apa saja dan untuk
mencapai sesuatu prestasi selama hayatnya. Selain itu sifat dasar lainnya ialah
bahwa waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus-menerus berlalu
dihadapan setiap orang. Oleh karena itu siswa perlu latihan untuk
menggunakan waktu sekarang juga dan mengikis kecenderungan diri untuk
menunda-nunda waktu. Seberapa banyak waktu yang digunakan untuk belajar
akan mempengaruhi kegiatan belajarnya sehingga akan menentukan tinggi
rendah hasil belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
jumlah jam belajar adalah banyak waktu yang disediakan dan digunakan siswa
untuk belajar dalam sehari yang dihitung dalam jam. Waktu atau jam belajar
yang digunakan ini merupakan jam belajar di luar sekolah, seperti di rumah, di
D.Prestasi Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang
sebenarnya merupakan gejala belajar, dalam arti kita tidak akan bisa
melakukan kegiatan tersebut kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Belajar
dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku seseorang dengan
serangkaian kegiatan melalui penguasaan materi, ilmu pengetahuan untuk
menjadikan seseorang menjadi manusia seutuhnya. Belajar sebagai suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman keterampilan dan sikap. Menurut Winkel (1996:53), belajar
merupakan suatu aktivitas mental dan psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
relatif konstan dan berbekas. Belajar bukan merupakan suatu tujuan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.
Ada beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh Darsono
(2000:21) yaitu:
1. Kesiapan belajar
Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi
awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik yang tidak kondusif, misalnya
sakit akan mempengaruhi proses belajar. Demikian juga faktor psikologis
yang kurang baik, misalnya gelisah, tertekan dan sebagainya merupakan
2. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek,
dapat pula dikatakan bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran
yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.
3. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorong orang tersebut untuk melakukan kegiatan tertentu untuk
mencapai tujuan.
4. Keaktifan siswa
Yang melakukan kegiatan belajar adalah siswa. Oleh karena itu siswa
harus aktif, dengan bantuan guru siswa mampu mencari, menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
5. Mengalami sendiri
Prinsip mengalami ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya
dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri
(tidak minta tolong orang lain) akan memberikan hasil belajar yang lebih
cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.
6. Pengulangan
Dalam mempelajari materi siswa perlu membaca, berfikir, mengingat
dan yang tidak kalah penting adalah latihan. Dengan latihan berarti siswa
mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut semakin
mudah diingat. Dengan pengulangan, tanggapan tentang materi semakin
7. Materi pelajaran yang menantang
Keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu
siswa terhadap persoalan. Rasa ingin tahu timbul bila materi pelajaran yang
dihadapi menantang atau problematic.
8. Balikan dan penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun
bagi guru. Dengan balikan siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya
dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Penguatan
adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang
telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan
diharapkan siswa akan mengulangi perbuatan yang sudah baik itu.
9. Perbedaan individual.
Siswa dalam suatu kelas yang dihadapi oleh guru tidak boleh
disamakan kondisinya seperti benda mati. Masing-masing siswa mempunyai
karakteristik, baik dilihat dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya
perbedaan ini tentu kemampuan, minat serta kemampuan belajar mereka
tidak persis sama.
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, yang
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.
Prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang
merupakan hasil dari proses yang dilakukan. Proses yang dilakukan tersebut
tingkah laku yang dicapai dan dapat dilihat secara nyata serta dapat diukur
dengan menggunakan alat ukur, yaitu tes.
Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di
dalam mengarungi kehidupannya, diantara tujuan yang dicapai tersebut antara
lain adalah keinginan untuk berprestasi. Prestasi dalam hal belajar adalah
penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
hal ini ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Winkel
(1989:100) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk
skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Sementara Winkel (1991:39), menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil
usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar yang
berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya yang akan di
simpan atau dilaksanakan menuju kemajuan.
Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari
melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya. Sehingga
jika dihubungkan atau dikaitkan dengan prestasi belajar maka definisi dari
prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali, 1995:787) adalah
Penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru.
Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama yang perlu
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4. Prestasi belajar merupakan sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator daya serap (kecerdasan)
siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut
Syah (1997: 133-139) dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa.
a)Tingkat kecerdasan
Semakin tinggi kemampuan kecerdasan serang siswa maka makin besar
pula peluang untuk meraih sukses. Sebaliknya tingkat kecerdasan yang
rendah maka peluang yang diraih pun semakin kecil.
b)Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Pada dasarnya
setiap orang memiliki bakat sesuai dengan tingkat kemampuan yang
dimiliki. Bakat mampu mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam
c)Minat
Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian
hasil belajar dalam bidang tertentu.
d)Motivasi belajar
Motivasi merupakan bentuk semangat yang datang dari luar maupun dari
dalam diri siswa. Motivasi dapat mempengaruhi proses pembelajaran
materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar
siswa.
a)Lingkungan non sosial.
Faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar adalah
(1) Kondisi rumah serta kondisi perkampungan dapat berpengaruh
terhadap kegiatan belajar siswa.
(2) Waktu belajar yang digunakan setiap harinya mempengaruhi proses
belajar siswa.
b)Lingkungan sosial.
Lingkungan sosial sekolah yang nyaman seperti guru yang selalu
menunjukan sikap, perilaku yang simpatik dan memperlihatkan teladan
yang baik dan rajin akan dapat memberikan pengaruh pada siswa untuk
semangat belajar. Keadaan masyarakat dan teman-teman sebaya juga
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar adalah
hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes. Hasil test belajar siswa tertera pada nilai rapor yang
merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa
atau prestasi siswa selama masa tertentu sebagai indikasi sejauhmana siswa
telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi
belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam
periode tertentu.
E.Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Paulina (2011:93-94), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan
Motivasi Belajar, Persepsi Belajar Tentang Kompetensi Guru dan Aktivitas
Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Jurusan Akuntansi”
menunjukan bukti bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi
belajar, kompetensi guru dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar. Siswa
yang memiliki motivasi dan aktivitas tinggi dalam belajar serta didukung
dengan kompetensi guru yang memadai maka memiliki prestasi belajar yang
Ewaldina (2000:19), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan
Antara Lingkungan belajar Siswa, Dorongan Orang Tua dan Minat Belajar
Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa” menyatakan bahwa lingkungan belajar di
keluarga dapat memberikan sumbangan positif terhadap prestasi belajar siswa,
karena adanya dukungan orang tua dan dan penyediaan fasilitas belajar. Dalam
penelitian tersebut juga menyatakan bahwa lingkungan belajar di sekolah juga
berpengaruh terhadap prestasi siswa, karena adanya penyediaan fasilitas belajar
sekolah seperti buku-buku pelajaran, laboratorium, dan perpustakaan.
Suciningrum (2011:32), dalam penelitiannya yang berjudul
“Hubungan Antara Motivasi Belajar, Disiplin Belajar, dan Lingkungan Belajar
dengan Prtestasi Belajar Akuntansi Siswa” menyatakan bahwa faktor
lingkungan mempunyai peranan penting dalam proses belajar siswa.
Lingkungan belajar yang mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa
tinggi, sebaliknya lingkungan belajar yang kurang mendukung akan
menjadikan prestasi belajar siswa akan rendah.
F. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki
makna/pengaruh tertentu kepada individu (Hamalik, 2003: 195). Sedangkan
menurut Dimyati (1979:126) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar seseorang yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Faktor
siswa hidup dalam masyarakat tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Hubungan baik antara siswa dengan
orang-orang yang ada di lingkungannya akan menguntungkan bagi siswa itu
sendiri, dalam arti dapat mendukung situasi belajar siswa sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi kesimpulannya, lingkungan
belajar mendukung akan menjadikan siswa untuk memeroleh prestasi
belajar yang tinggi, dan sebaliknya lingkungan belajar yang tidak
mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa akan rendah.
2. Hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa. Belajar merupakan kegiatan wajib seorang siswa. Kegiatan belajar
siswa ini tidak lepas dari sikap siswa itu sendiri, khususnya kemandirian.
Kemandirian (kematangn pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan
kesempurnaan dan keutuhan, kedua unsur tersebut dalam kesatuan pribadi.
Seorang manusia harus tahu apa yang dilakukannya, dan sadar apa yang
akan dituju menjadi pribadi yang utuh dan tidak berantakan.
Kemandirian dalam belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas
belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan
sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati, 1998:51).
Pengertian kemandirian menurut Samana, (dalam Susmeini, 1998:37),
adalah: sikap seseorang dalam kemandirian belajar dalam mengatur dan
mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan
tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian dalam belajar merupakan bekal
terlihat dalam usaha-usaha siswa didalam memenuhi/mengatasi
masalah-masalah yang timbul dalam proses belajar. Siswa yang kurang/tidak mandiri
akan menjadikan prestasi belajarnya juga akan rendah. Jadi kesimpulannya
kemandirian belajar dalam diri siswa sangat diperlukan didalam meraih
prestasi yang baik.
3. Hubungan antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa. Jumlah jam belajar mempunyai arti banyaknya waktu yang disediakan
dan digunakan dalam belajar siswa behubungan dengan prestasi belajar
yang dicapai siswa. Hubungan antara pengalokasian atau penyediaan waktu
dengan prestasi belajar siswa adalah positif. Menurut Shaw, (dalam Gie,
1995:167): belajar menggunakan waktu merupakan suatu keterampilan
perolehan yang berharga. Keterampilan yang memberikan
keuntungan-keuntungan tidak saja dalam studi, melainkan dalam sepanjang hidup.
Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien dapat
merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup. Setiap
siswa harus memiliki keterampilan mengelola waktu untuk keperluan studi
dan perlu dikembangkan serta diterapkan. Dalam penggunaan waktu belajar
siswa hendaknya membuat jadwal yang teratur yang dibuat berdasarkan jam
sehingga siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan hasil belajar
yang dicapai optimal.
Seorang siswa dituntut untuk selalu belajar. Hal ini dimaksudkan agar
siswa dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Banyaknya waktu
prestasi belajarnya. Winkel (1991:39), menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses
belajar yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya
yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan. Dengan demikian
prestasi belajar merupakan hasil setelah proses belajar menyatakan
(mengukur) tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses belajar
sesuai dengan tingkat pemanfaatan jumlah jam untuk belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah jam belajar
yang digunakan untuk belajar yang digunakan untuk belajar siswa maka
prestasi belajarnya akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin sedikit
jumlah jam belajar yang di gunakan siswa, maka prestasi belajarnya juga
akan semakin rendah.
Dijelaskan dalam kerangka teoritik ini bahwa terdapat hubungan
antara variable lingkungan belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam
belajar. Dijelaskan pula bahwa ketiga variable tersebut, yaitu lingkungan
belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam belajar secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh pada proses belajar siswa yang pada akhirnya
akan berpengaruh juga pada hasil belajar yang dicapai/prestasi belajarnya.
Pengaruh langsung maupun tidak langsung lingkungan belajar, kemandirian
belajar, dan jumlah jam belajar terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada
Gambar I
Hubungan Antar Variabel
Keterangan
1
a
H = Lingkungan Belajar
2
a
H = Kemandirian Belajar
3
a
H = Jumlah Jam Belajar
G.Rumusan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kajian teori di atas, maka dapat di rumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.
2. Ada hubungan positif kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa.
3. Ada hubungan positif jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa. Lingkungan
Belajar
Jumlah Jam Belajar Kemandirian
Belajar
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di dalam
maupun di luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Faktor-faktor yang ada di sekitar lingkungan memegang peranan penting dalam
proses belajar, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial keluarga dan
masyarakat luas. Sejalan dengan hal tersebut Muhibbin (2003:152-153)
mengelompokan lingkungan menjadi dua macam, yaitu:
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas
belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan
rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang
positif dalam kegiatan belajar siswa. Interaksi antara guru dengan siswa
secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa
yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar.
Lingkungan sosial siswa, meliputi masyarakat, tetangga, dan teman- teman
di sekitar perkampungan. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari
hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut
terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun
dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul
dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga
jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang
tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan
siapa mereka bergaul.
Masyarakat dengan lingkungan yang anak-anaknya rajin dalam
kegiatan belajar, dapat menjadi dorongan semangat bagi anak tersebut
dalam melakukan kegiatan rajin belajarnya, begitupula sebaliknya
masyarakat yang memiliki lingkungan brutal dengan anak-anak yang malas
belajar diserta dengan tidak ada saling kepedulian antara masyarakat satu
dengan yang lainnya akan membuat anak malas belajar. Roestiyah
(1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin
belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa
disuruh. Dengan lingkungan yang rajin maka mereka dapat mengadakan
kegiatan belajar bersama/belajar kelompok. Belajar bersama ini
dimaksudkan untuk dapat mengatasi masalah-masalah/kesulitan-kesulitan di
dalam belajar serta dapat saling membantu jika ada salah satu dari mereka
yang ketinggalan di dalam menempuh mata pelajaran di kelas.
Selain itu keberadaan beberapa mass media dan televisi, serta banyak
bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, yang kurang dapat
akan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Oleh karena itu segala
macam perangkat yang menyajikan hiburan perlu diseleksi.
Lingkungan sosial yang lebih banyak memberikan pengaruh terhadap
kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat
orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, letak
rumah, semua dapat memberikan dampak pada proses belajar siswa.
Pengelolaan keluarga yang keliru menimbulkan akibat buruk pada siswa
untuk berperilaku menyimpang sehingga siswa tidak mau belajar. Maka
orang tua dan keluarga perlu memperhatikan segala sesuatu yang mampu
menunjang keberhasilan belajar siswa.
Oleh karena itu siswa yang sedang mengalami/menjalani proses
belajar, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
hasil belajarnya. Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang
dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu:
a. Cara mendidik
Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan
menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menghadapi
tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras
itu akan menjadi penakut.
b. Suasana keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan
semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh
kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.
c. Pengertian orang tua
Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang
belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang
anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian
dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami
anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk
mengetahui perkembangannya.
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila
keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi
penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah
sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan
senang.
e. Latar belakang
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
Selain faktor-faktor di atas yang dapat mempengaruhi proses belajar
ialah keadaan sosial-ekonomi keluarga. Menurut Winkel (1989:109),
keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial