• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERSENTASE KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL AYAM

BROILER YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG BUNGKIL

INTI SAWIT DENGAN ATAU TANPA PENYARINGAN

INDRI OKTAVIA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler yang diberi pakan mengandung bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

(4)

ABSTRAK

INDRI OKTAVIA. Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan. Dibimbing oleh NAHROWI dan RITA MUTIA.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler yang diberi pakan mengandung bungkil inti sawit (BIS) dengan atau tanpa penyaringan. Sebanyak 200 ekor DOC broiler galur Hubbard dipelihara selama 35 hari. Perlakuan pakan yang diberikan, berupa R1 = ransum mengandung BIS tanpa disaring, R2 = ransum mengandung BIS yang disaring, R3 = ransum mengandung BIS disaring dan grit batok BIS, dan R4 = ransum mengandung BIS disaring dan grit komersial. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat ulangan dan empat perlakuan. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0.05) antara perlakuan terhadap bobot hidup dan bobot karkas dimana nilai R1 dan R4 lebih tinggi dari R2 dan R3. Bobot hidup dan bobot karkas ayam yang diberi perlakuan R1 tidak berbeda nyata dengan R4, dan R2 tidak berbeda nyata dengan R3. Tidak terdapat perbedaan nyata antara perlakuan terhadap persentase karkas, potongan komersial dan lemak abdominal. Dapat disimpulkan bahwa penyaringan bungkil inti sawit tidak mempengaruhi persentase dan kualitas karkas ayam broiler.

Kata kunci: batok, broiler, bungkil inti sawit, karkas, lemak abdominal, penyaringan

ABSTRACT

INDRI OKTAVIA. Percentage Carcass and Commercial Cut of Broiler Fed Diet Containing Screened or Unscreened Palm Kernel Meal. Supervised by NAHROWI and RITA MUTIA.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PERSENTASE KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL AYAM

BROILER YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG BUNGKIL

INTI SAWIT DENGAN ATAU TANPA PENYARINGAN

INDRI OKTAVIA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan

Nama : Indri Oktavia NIM : D24090078

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc Pembimbing I

Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah bungkil inti sawit, dengan judul Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan.

Bungkil inti sawit adalah salah satu hasil samping dari pengolahan kelapa sawit yang ketersediaannya semakin melimpah. Bungkil inti sawit dapat dijadikan bahan pakan untuk ternak karena memiliki energi dan protein yang tinggi. Kandungan serat yang tinggi pada bungki inti sawit disebabkan oleh adanya kontaminasi batok. Penulis akan mempelajari dan meneliti metode penyaringan batok untuk menurunkan kadar serat kasar pada bungkil inti sawit.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca dan dunia peternakan. Terima kasih.

Bogor, Oktober 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Bahan 2

Alat 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Prosedur Percobaan 4

Persiapan Grit Batok Inti Sawit 4

Persiapan Kandang 4

Pelaksanaan Pemeliharaan 4

Pemanenan dan Pengambilan Sampel 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Persentase Karkas dan Lemak Abdominal 6

Potongan Komersial Karkas 7

SIMPULAN DAN SARAN 8

Simpulan 8

Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN 11

RIWAYAT HIDUP 13

(11)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi ransum broiler starter dan broiler finisher 2 2 Komposisi nutrien ransum broiler starter dan broiler finisher 3 3 Komposisi nutrien ransum komersial broiler starter dan broiler finisher 3 4 Komposisi nutrien BIS dengan dan tanpa penyaringan serta batok BIS 4 5 Bobot hidup, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal

ayam broiler umur 35 hari 6

6 Potongan komersial karkas (%) ayam broiler umur 35 hari 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil ANOVA bobot hidup (g ekor-1) 11

2 Hasil ANOVA bobot karkas (g ekor-1) 11

3 Hasil ANOVA persentase karkas (%) 11

4 Hasil ANOVA persentase lemak abdomional (%) 11

5 Hasil ANOVA persentase dada (%) 11

6 Hasil ANOVA persentase sayap (%) 11

7 Hasil ANOVA persentase punggung (%) 12

8 Hasil ANOVA persentase paha atas (%) 12

(12)

PENDAHULUAN

Bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari proses pembuatan minyak inti sawit. Luas areal tanaman kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 2010 luas areal tanaman perkebunan sebesar 4 101.70 (ribu ha) dan pada tahun 2011 sebesar 4 451.80 (ribu ha) (BPS 2012). Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 17 539.79 ton dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 18 640.88 ton (Ditjenbun 2012). Luas areal dan jumlah produksi yang semakin meningkat, menyebabkan limbah dan hasil samping dari pengolahan kelapa sawit juga semakin meningkat. Salah satu hasil samping dari pengolahan kelapa sawit adalah bungkil inti sawit (BIS). Menurut Sinurat (2012) bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari pemerasan daging buah inti sawit atau palm kernel. Proses pemerasan minyak secara mekanis menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal masih cukup banyak (sekitar 9.6%). Bungkil inti sawit mengandung protein 14.19%, metionin 0.41%, lisin 0.49%, dan energi metabolis 2 087 kkal/kg. Tingkat penggunaan BIS pada ransum unggas masih belum optimal.

Ramli et al. (2008) melaporkan bahwa kelarutan total BIS pada air hanya 23.15 % yang menunjukkan bahwa BIS sulit untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan unggas. Tinggi rendahnya kelarutan dipengaruhi oleh jenis komponen karbohidrat penyusunnya. Semakin tinggi kandungan polisakarida non pati, maka semakin rendah kelarutan bahan pakan tersebut dalam air. Bungkil inti sawit memiliki kandungan serat kasar tinggi. Hal ini diakibatkan oleh adanya kontaminasi batok. Sinurat et al. (2013) melaporkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan penggunaan bungkil inti sawit kurang diminati oleh pabrik pakan ternak adalah adanya kontaminasi cangkang atau batok dalam bungkil inti sawit. Jumlah cangkang dalam bungkil biasanya bervariasi antara 10% hingga 20%, tergantung dari proses pemisahan cangkang dari inti sebelum pengambilan minyak dari inti sawit. Proses penyaringan dan pemisahan batok pada BIS dapat mengurangi kandungan serat kasar BIS. Sehingga tingkat penggunaan BIS bisa lebih optimal.

Yatno (2011) melaporkan bahwa fraksinasi bungkil inti sawit (BIS) digunakan untuk mengetahui distribusi bahan berdasarkan ukuran partikel pada setiap bagian (saringan), sehingga bisa memisahkan antara batok dan benda asing lain dengan bungkilnya serta distribusi zat makanan terutama protein dan fraksi serat pada setiap fraksi. Fraksinasi Bungkil inti sawit menggunakan vibrator ball mill telah mampu memisahkan batok dengan bungkilnya dan diperoleh BIS terkonsentrasi pada saringan berukuran 30, 50 dan 100 mesh masing-masing sebesar 37.0%, 30.2% dan 15.3% dengan kandungan protein sebesar 17.9%, 16.1% dan 15.3%. Menurut Sinurat et al. (2013) Pengurangan cangkang atau batok bungkil inti sawit cukup efektif dengan teknik penyaringan dengan saringan berdiameter 2 mm. Proses ini dapat menurunkan kadar cangkang atau batok dalam bungkil inti sawit hingga 50%.

(13)

2

dapat digunakan sebagai grit. Grit dapat membantu proses pencernaan mekanik pada gizzard.

Laporan terkait dengan evaluasi penggunaan bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan masih sangat terbatas. Oleh karena itu penelitian ini akan mengevaluasi nilai nutrien bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan terhadap persentase dan kualitas karkas broiler.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji persentase karkas dan potongan komersial yang meliputi persentase karkas, persentase dada, sayap, punggung, paha atas dan paha bawah serta lemak abdominal ayam broiler yang diberi pakan mengandung bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan.

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah 200 ekor DOC strain Hubbard, bungkil inti sawit, pakan komersial, grit komersial dan batok inti sawit, air minum serta vitamin. Komposisi ransum perlakuan menggunakan BIS sebanyak 7.5% dari ransum yang terdiri atas ransum starter dan ransum finisher, komposisi nutrien ransum starter dan finisher menggunakan BIS dengan dan tanpa penyaringan, ransum komersial yang digunakan sebagai kontrol positif dan komposisi nutrien BIS dengan atau tanpa penyaringan serta batok BIS disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 1 komposisi ransum broiler starter dan broiler finishera

Bahan Baku

Penggunaan (%) Ransum broiler starter

(umur 1-3 minggu)

Ransum broiler finisher

(umur 4-5 minggu)

(14)

3 Tabel 2 Komposisi nutrien ransum broiler starter dan broiler finisher

Nutrien

Kandungan*

Ransum broiler starter Ransum broiler finisher

Mengandung

Hasil analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013); BK: bahan kering, PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, Beta-N: bahan ekstrak tanpa nitrogen, Ca: kalsium, P: fosfor, NaCl: natrium klorida, EB: energi bruto

Tabel 3 Komposisi nutrien ransum komersil broiler starter dan broiler finisher

Nutrien Ransum

Tabel 4 Komposisi nutrien BIS dengan atau tanpa penyaringan serta batok BIS

Kandungan nutrien* BIS tanpa disaring BIS disaring Batok BIS

BK (%) 88.25 89.10 90.79

(15)

4

Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, plastik, alat tulis, blander dan peralatan laboratorium lainnya yang menunjang kegiatan penelitian.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kandang C Fakultas, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, serta Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2013.

Prosedur Percobaan

Persiapan Grit Batok Inti Sawit

Bungkil inti sawit sebanyak 60 kg disaring dengan menggunakan saringan nomor mesh 50 dan 100. Pemisahan batok dari bungkil inti sawit dilakukan secara manual. Batok yang telah didapatkan dijadikan sebagai grit yang diberikan secara terpisah sebanyak 2% dari ransum pada pagi hari. Bungkil inti sawit tanpa batok dicampurkan kedalam pakan perlakuan.

Persiapan Kandang

Kandang yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan detergen dan karbol. Pengapuran pada seluruh dinding maupun lantai kandang serta penyemprotan desinfektan dilakukan pada sekam dengan tujuan menghambat dan membunuh pertumbuhan bibit penyakit. Tempat pakan dan air minum dibersihkan dengan sabun dan air.

Pelaksanaan Pemeliharaan

DOC yang digunakan sebanyak 200 ekor, dibagi secara acak dan ditempatkan ke dalam 20 kandang perlakuan. Ayam ditempatkan pada 20 petak kandang dengan 10 ekor ayam pada tiap kandang. Perlakuan pakan yang diberikan adalah R1 (ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring), R2 (ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring), R3 (ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit batok bungkil inti sawit ) serta R4 (ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit komersial). RK (ransum komersial) diberikan sebagai kontrol positif. Pemberian grit diberikan sejak umur 1 minggu hingga umur 5 minggu. Pemberian grit dilakukan secara terpisah dari ransum dan diberikan pada pagi hari setelah pemberian pakan sebanyak 2% dari pakan. Air minum diberikan ad libitum.

Pemanenan dan Pengambilan Sampel

(16)

5 presentasenya terhadap bobot hidup sebelum dipotong. Presentase karkas dan potongan komersial didapatkan dari perhitungan sebagai berikut :

1. Persentase karkas

Persentase karkas diperoleh dari pembagian antara bobot karkas dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.

2. Persentase lemak abdominal

Persentase lemak abdominal diperoleh dari pembagian antara bobot lemak abdominal dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.

3. Persentase dada

Persentase dada diperoleh dari pembagian antara bobot dada dengan bobot karkas dikalikan 100%.

4. Persentase sayap

Persentase sayap diperoleh dari pembagian antara bobot sayap dengan bobot karkas dikalikan 100%.

5. Persentase punggung

Persentase punggung diperoleh dari pembagian antara bobot punggung dengan bobot karkas dikalikan 100%.

6. Persentase paha atas

Persentase paha atas diperoleh dari pembagian antara bobot paha atas dengan bobot karkas dikalikan 100%.

7. Persentase paha bawah

Persentase paha bawah diperoleh dari pembagian antara bobot paha bawah dengan bobot karkas dikalikan 100%.

Analisis Data

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

R1 = ransum mengandung 7.5%bungkil inti sawit tanpa disaring R2 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring

R3 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit batok bungkil inti sawit

R4 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit komersial

Model matematika dari rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut : Yij = μ + τ + εij

Keterangan:

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = rataan umum

τ = pengaruh pemberian bungkil inti sawit ke-i (i = 1, 2, 3)

(17)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Karkas dan Lemak Abdominal

Rataan bobot hidup, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal broiler umur 5 minggu ditampilkan pada Tabel 5. Berdasarkan uji statistik, perlakuan pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan memberikan hasil yang signifikan (P<0.05) terhadap rataan bobot hidup dan bobot karkas. Ayam yang diberi perlakuan R1 dan R4 mempunyai rataan bobot hidup dan bobot karkas yang nyata lebih tinggi daripada ayam-ayam yang diberi perlakuan R2 dan R3. Bobot hidup dan bobot karkas ayam antara perlakuan R1 dan R4 serta antara R2 dan R3 tidak berbeda nyata. Rataan persentase karkas dan lemak abdominal semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Nilai R1 dan R4 serta R2 dan R3 yang tidak berbeda nyata ini menunjukkan bahwa proses penyaringan bungkil inti sawit belum dapat meningkatkan persentase dan kualitas karkas meskipun hasil analisis kimia menunjukkan bahwa penyaringan dapat menurunkan kadar serat kasar sebesar 2.55%.

Tabel 5 Bobot hidup, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal ayam broiler umur 35 hari

R1 1 052.50±53.77a 662.50±44.58a 62.91±1.09 1.82±0.22

R2 925.00±59.72b 561.50±44.14b 60.90±6.28 1.69±0.48 bungkil inti sawit tanpa disaring, R2 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring, R3 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit batok bungkil inti sawit, R4 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit komersial). bRK = ransum komersail (kontrol positif) tidak dimasukkan kedalam uji statistik, hanya uji deskriptif.

Rataan bobot hidup ayam pada penelitian ini berkisar 925 g ekor-1

-1 052.50 g ekor-1. Hasil ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Noferdiman (2011)

dengan rataan bobot hidup ayam broiler umur 5 minggu berkisar 1 683.9 g ekor-1

-1 924.5 g ekor-1. Menurut Ezieshi and Olomu (2004), bobot hidup ayam umur 5

minggu berkisar 1 008.33 g ekor-1-1 372.33 g ekor-1.

Rataan bobot karkas yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar 558 g ekor -1-662.50 g ekor-1. Nilai ini lebih rendah dengan yang diperoleh Okeudo et al.

(2005) yang menggunakan bungkil inti sawit dengan level 10%, 20%, dan 30% dalam ransum menghasilkan bobot karkas berkisar 1 280 g ekor-1-1 420 g ekor-1.

Berdasarkan uji deskriptif, nilai bobot hidup dan bobot karkas ayam kontrol (RK) lebih tinggi dibanding ayam perlakuan. Hal ini disebabkan kandungan protein kasar pada ransum broiler starter dan finisher yang lebih rendah dari kebutuhan ayam.

(18)

7 (ransum yang mengandung bungkil inti sawit disaring). Kandungan protein kasar ransum broiler finisher pada penelitian ini 18.60% (mengandung bungkil inti sawit tanpa disaring) dan 19.46% (mengandung bungkil inti sawit disaring). Nilai ini lebih rendah dari kebutuhan ayam broiler. Menurut Lesson dan Summer (2005) kebutuhan broiler terhadap protein kasar sebesar 22% pada ransum starter dan pada ransum finisher sebesar 20%.

Rataan persentase karkas berkisar 58.50%-62.91%. Hasil ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan terhadap persentase karkas berdasarkan bobot hidup. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Ketaren et al. (1999) bahwa penggunaan BIS tidak menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap persentase karkas ayam. Nilai persentase karkas pada penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Djunaidi et al. (2009), persentase ayam umur 35 hari berkisar 64.47%-70.50%. Secara deskriptif persentase karkas yang diberi perlakuan bungkil inti sawit memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan RK (ransum komersial).

Rataan persentase lemak abdominal ayam broiler pada penelitian ini berkisar 1.68%-1.95%. Persentase lemak abdominal yang diperoleh dari penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan yang dilaporkan Resnawati (2004), yaitu 1.5%-2.11% dari berat hidupnya dan menurut Fatullah et al. (2013) persentase lemak abdominal ayam umur 35 hari berkisar 1.20%-2.38%. Lemak abdominal (lemak perut) merupakan deposisi dari kelebihan metabolisme lemak yang merupakan cadangan energi bagi ayam yang diperoleh dari nutrien pakan. Perlakuan pemberian bungkil sawit tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak abdominal pada ayam broiler. Secara deskriptif, persentase lemak abdominal ayam yang diberi perlakuan bungkil inti sawit memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan RK (ransum komersial).

Potongan komersial karkas

Rataan persentase dada, sayap, punggung, paha atas dan paha bawah ayam broiler umur 35 hari ditampilkan pada Tabel 6. Berdasarkan uji deskriptif, nilai persentase dada dan paha atas ayam kontrol (RK) lebih tinggi dibanding ayam perlakuan, sedangkan persentase sayap dan punggung ayam kontrol lebih rendah dibandingkan ayam perlakuan. Persentase paha bawah ayam kontrol lebih tinggi dibandingkan ayam yang diberi perlakuan R1. Persentase paha bawah ayam kontrol (RK) lebih rendah dibandingkan ayam yang diberi perlakuan R2, R3 serta R4.

Berdasarkan uji statistik, rataan persentase dada, sayap, punggung, paha atas dan paha bawah tidak berbeda nyata terhadap perlakuan penyaringan bungkil inti sawit. Hal ini menunjukkan bahwa penyaringan bungkil inti sawit tidak dapat memperbaiki potongan komersial ayam broiler.

Rataan persentase dada pada penelitian ini berkisar 31.26%-32.26%. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan persentase dada hasil penelitian Suharti et al. (2008) yaitu 24.01%-32.05% dari bobot hidup.

(19)

8

Tabel 6 Potongan komersial karkas ayam broiler (%) ayam umur 35 hari

Perlakuan

RK* 33.31±2.58 12.36±0.53 19.79±2.50 19.86±0.82 14.79±0.80

R1 32.26±1.95 12.63±0.79 21.14±0.59 19.24±0.82 14.13±0.73

R2 31.81±1.19 13.46±0.82 21.39±0.99 18.37±1.06 15.18±0.73

R3 31.26±1.35 13.46±0.56 20.65±1.36 18.34±0.48 15.32±1.18

R4 31.27±2.26 13.20±0.98 20.82±1.84 18.66±0.86 15.70±1.63

R1 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring, R2 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring, R3 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit batok bungkil inti sawit, R4 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit komersial. ). *RK = ransum komersial (kontrol positif) tidak dimasukkan kedalam uji statistik, hanya uji deskriptif.

Menurut Megawati (2011) persentase punggung ayam umur 35 hari berkisar 21.48%-23.32%. Rataan persentase punggung pada penelitian ini berkisar 19.79%-21.38%. Hasil persentase bobot punggung pada penelitian ini lebih besar dibandingkan hasil penelitian Esuga et al. (2008) yang menambahkan BIS sebanyak 10% dan 20% pada ransum dengan persentase punggung berkisar 13.9%-15%.

Persentase paha atas pada penelitian ini berkisar 18.34%-19.85%. Nilai ini lebih besar dibandingkan persentase paha atas ayam umur 5 minggu pada penelitian Banowati (2006) dengan nilai persentase paha atas berkisar 17.84%-19.13%. Persentase paha bawah pada penelitian ini berkisar 14.13%-15.70%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan persentase paha bawah pada penelitian Syarifah (2003) dengan nilai persentase paha bawah berkisar 14.78%-16.07%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemakaian 7.5% bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan dalam ransum tidak memberikan pengaruh terhadap persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler.

Saran

(20)

9

Banowati A. 2006. Persentase karkas, potongan komersial serta kandungan kolesterol ayam broiler yang diberi tepung daun salam (Syzygium polyanthum Wight) dalam ransum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Djunaidi IH, Yuwanta T, Nurcahyanto M. 2009. Performa dan bobot organ pencernaan ayam broiler yang diberi pakan limbah udang hasil fermentasi Bacillus sp. Med Pet. 32(3):212-219.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Buku Statistik Perkebunan Tahun 2009-2011. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perkebunan.

Esuga PM, Sekoni AA, Omage JJ, Bawa GS. 2008. Evaluation of enzyme (Maxigrain®) supplementation of graded levels of palm kernel meal (PKM) on the performance of broiler chickens. Pak J Nutr. 7(4):607-613. Ezieshi EV, Olomu JM. 2004. Comparative performance of broiler chickens fed

varying levels of palm kernel cake and maize offal. Pak J Nutr. 3(4):254-257.

Fatullah, Iriyanti N, Sulistiyawan IH. 2013. Penggunaan pakan fungsional dalam ransum terhadap bobot lemak abdomen dan kadar kolesterol daging ayam broiler. JIP. 1(1):119-128.

Fitriawaty. 2011. Pengaruh penambahan tepung daun katuk dan tepung rimpang kunyit dalam ransum terhadap persentase berat bagian-bagian karkas dan organ dalam broiler [skipsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin. Iyayi EA, Davies BI. 2005. Effect of enzyme suplementation of palm kernel meal

and brewer’s dried grain on the performance of broilers. Int J Poultry Sci. 4(2):76-80.

Ketaren PP, Prasetyo LH, Murtisari T. 1999. Bungkil inti sawit dan produk fermentasinya sebagai pakan ayam pedaging. JITV. 4(2):107-112.

Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed. Guelph (GB): University of Guelph.

Megawati DH. 2011. Persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler yang diberi pakan nabati dan komersial [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Noferdiman. 2011. Penggunaan bungkil inti sawit fermentasi oleh jamur Pleurotus ostreatus dalam ransum terhadap performans ayam broiler. JIIP. 14(1):35-43.

Okeodu NJ, Eboh KV, Izukboekwe NV, Akanno EC. 2005. Growth rate, carcass characteristics and organoleptic quality of broiler fed graded levels of palm kernel cake. Int J Poultry Sci. 4(5):330-333.

(21)

10

Resnawati H. 2004. Bobot potongan karkas dan lemak abdomen ayam ras pedaging yang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). IPTEK sebagai Motor Penggerak Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis Peternakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. [2004 Sep 4-5; Bogor, Indonesia]. Bogor (ID): Puslitbang Peternakan. hlm 473-477; [diunduh 2013 Jul 6]. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro-04-75.pdf .

Sinurat AP, Purwadaria T, Pasaribu T. 2013. Peningkatan nilai gizi bungkil inti sawit dengan pengurangan cangkang dan penambahan enzim. JITV. 18(1):34-41.

Sinurat AP. 2012. Teknilogi pemanfaatan hasil samping industri sawit untuk meningkatkan ketersediaan bahan pakan unggas nasional. PIP. 5(2):65-78. Suharti S, Banowati A, Hermana W, Wiryawan KG. 2008. Komposisi dan kandungan kolesterol karkas ayam broiler diare yang diberi tepung daun salam (Syzygium polyanthum Wight) dalam ransum. Med Pet. 31(2):138-145.

Syarifah E. 2003. Respon ayam pedaging terhadap teknik pertumbuhan kompensasi: taraf pemakaian serbuk gergaji dan minyak ikan terhadap karkas dan non-karkas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yatno. 2011. Fraksinasi dan sifat fisiko-kimia bungkil inti sawit. Agrinak.

(22)

11 Lampiran 1 Hasil ANOVA bobot hidup (g ekor-1)

SK DB JK KT Fhit 0,05 0,01

Total 15 77443.750 5162.917

Perlakuan 3 45468.750 15156.250 5.688 3.490 5.953

Galat 12 31975.000 2664.583

SK: sumber keragaman, DB: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai hitung.

Lampiran 2 Hasil ANOVA bobot karkas (g ekor-1)

SK DB JK KT Fhit 0.05 0.01

Total 15 64888.438 4325.896

Perlakuan 3 32352.688 10784.229 3.977 3.490 5.953

Galat 12 32535.750 2711.313

Lampiran 3 Hasil ANOVA persentase karkas (%)

SK DB JK KT Fhit 0.05 0.01

Total 15 248.116 16.541

Perlakuan 3 39.170 13.057 0.750 3.490 5.953

Galat 12 208.946 17.412

Lampiran 4 Hasil ANOVA persentase lemak abdomional (%)

SK DB JK KT Fhit 0.05 0.01

Total 15 1.334 0.089

Perlakuan 3 0.197 0.066 0.692 3.490 5.953

Galat 12 1.138 0.095

Lampiran 5 Hasil ANOVA persentase dada (%)

SK DB JK KT Fhit 0.05 0.01

Total 15 39.280 2.619

Perlakuan 3 2.747 0.916 0.301 3.490 5.953

Galat 12 36.533 3.044

Lampiran 6 Hasil ANOVA persentase sayap (%)

SK DB JK KT Fhit 0.05 0.01

Total 15 9.519 0.635

Perlakuan 3 1.800 0.600 0.933 3.490 5.953

Galat 12 7.719 0.643

Lampiran 7 Hasil ANOVA persentase punggung (%)

SK DB JK KT Fhit 0.05 0.01

Total 15 21.033 1.402

Perlakuan 3 1.305 0.435 0.265 3.490 5.953

(23)

12

Lampiran 8 Hasil ANOVA persentase paha atas (%)

SK DB JK KT Fhit 0.05 0.01

Total 15 10.359 0.691

Perlakuan 3 2.060 0.687 0.993 3.490 5.953

Galat 12 8.300 0.692

Lampiran 9 Hasil ANOVA persentase paha bawah (%)

SK DB JK KT Fhit 0.05 0.01

Total 15 20.839 1.389

Perlakuan 3 5.406 1.802 1.401 3.490 5.953

(24)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah puteri keempat dari empat bersaudara, dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 Oktober 1991 dari pasangan Bapak Syaripudin dan Ibu Endeh. Penulis mulai menempuh pendidikan pada tahun 1997 di Madrasah Ibtidaiyah Cigola dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjut Pertama Negeri 1 Cibungbulang dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibungbulang dan lulus pada tahun 2009.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Masuk IPB (USMI) pada tahun 2009. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010.

Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah aktif di Organisasi Cybertron pada tahun 2009-2010 dan Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Forum Aktivis Mahasiswa Muslim Al-An’am (FAMM Al-An’am) pada tahun 2010-2011. Selain kegiatan keorganisasian, penulis juga sempat mengikuti kegiatan magang di Laboratorium ITP (Ilmu dan Teknologi Pakan) pada tahun 2010 dan Laboratorium Terpadu di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Penulis merupakan salah satu mahasiswa penerima beasiswa BBM pada tahun 2009-2011 dan beasiswa KSE pada tahun 2012-2013.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 1 komposisi ransum broiler starter dan broiler finishera
Tabel 2 Komposisi nutrien ransum broiler starter dan broiler finisher

Referensi

Dokumen terkait

Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan antara lain dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah dengan pemberian akses yang luas

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam

Sering terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan industri serta belum terukurnya secara lengkap potensi bahaya ( Hazard ), maka cara yang dilakukan dengan mengukur

“ Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Mengambil Kredit Modal Kerja Rekening Koran pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) Cabang Bawean

1) Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum berpengaruh signifikan secara statistik

Sementara itu, rata-rata berat biji pada varietas Argomulyo lebih rendah dibandingkan varietas Wilis, kecuali pada perlakuan aplikasi sembilan kali menggunakan kerapatan

Data tersebut akan digunakan sebagai refrensi dan acuan dalam membuat komposisi “Bertahan Dalam Tempaan” untuk format band.. Tahap selanjutnya yakni pengolahan data, pada

berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang