• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gede Wedantara Ni Luh Supadmi (Jurusan Akuntansi FE Unud) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gede Wedantara Ni Luh Supadmi (Jurusan Akuntansi FE Unud) ABSTRAK"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

1

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,

PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI BALI TAHUN ANGGARAN 2003-2007

Gede Wedantara Ni Luh Supadmi

(Jurusan Akuntansi FE Unud)

ABSTRAK

Otonomi daerah menuntut kemandirian daerah di berbagai bidang, termasuk kemandirian dalam mendanai pelaksanaan pembangunan di daerahnya. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan sumber penerimaan yang dapat menjamin kesinambungan serta konsistensi pembangunan di daerah. Besarnya PAD dan DAU sangat erat kaitannya dengan pelaksanaan belanja daerah. Belanja daerah yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan publik akan mengurangi kualitas pelayanan publik. Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan investasi modal yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan mampu meningkatkan produktifitas masyarakat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, PAD dan DAU terhadap belanja modal. Penelitian ini dilakukan pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali dengan objek penelitian yaitu pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU dan belanja modal tahun anggaran 2003 sampai dengan 2007. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis regresi linear berganda, yang didahului dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokolerasi, dan uji heterokedastisitas.

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap belanja modal dan secara statistik signifikan. Hasil ini memberi indikasi bahwa berbagai fasilitas yang disediakan dapat dioptimalkan pemanfaatannya sehingga memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif terhadap belanja modal dan secara statistik signifikan. Hasil ini memberikan indikasi bahwa besarnya belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali ditentukan oleh pendapatan asli daerah. Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa DAU berpengaruh positif terhadap belanja modal dan secara statistik signifikan. Hasil ini memberikan indikasi bahwa besarnya belanja modal sangat ditentukan oleh faktor DAU. Melalui penelitian ini peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti variabel-variabel lain atau sumber-sumber penerimaan lainnya yang dapat mempengaruhi besarnya belanja modal.

(5)

2

I. PENDAHULUAN

Otonomi daerah ditujukan untuk mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang ada di daerah. Konsekuensi dari pemberian hak dan kewenangan otonomi pada daerah menimbulkan kewajiban daerah untuk meningkatkan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan pelayanan dapat tercapai dengan tersedianya sumber-sumber pendapatan yang memadai dan mampu mendukung pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Otonomi daerah juga menuntut kemandirian daerah di berbagai bidang, termasuk kemampuan daerah dalam mendanai pelaksanaan pembangunan di daerahnya.

Pemerintah daerah harus berusaha meningkatkan kemandirian daerah dengan mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki. Salah satu upaya peningkatan potensi daerah dengan cara memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan pada sektor-sektor yang produktif di daerah (Harianto dan Adi, 2007). Belanja daerah yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan publik akan mengurangi kualitas pelayanan publik. Pemerintah daerah perlu mengubah komposisi belanja daerahnya dengan melakukan pergeseran komposisi belanja untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Pergeseran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik (Darwanto dan Yustikasari, 2007).

Daerah otonom tetap menjadi bagian dari negara kesatuan, membuat daerah masih tetap melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan oleh pemerintah pusat. Kewenangan untuk melaksanakan tugas tersebut tentu saja disertai dengan pembiayaan dan bantuan dari pusat. Mengingat kondisi dan potensi ekonomi yang berbeda-beda, pemerintah pusat juga memberikan dana perimbangan untuk melakukan pemerataan keuangan dalam pelaksanaan pembangunan daerah (Widanta, 2008).

Perimbangan keuangan pusat dan daerah selama ini, cenderung menunjukkan ketergantungan pemerintah daerah terhadap pusat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan sumber penerimaan yang dapat merangsang kesinambungan serta konsistensi pembangunan di daerah. Beberapa tahun berjalan, proporsi DAU terhadap penerimaan daerah masih yang tertinggi dibanding dengan penerimaan daerah yang lain,

(6)

3

termasuk PAD (Adi, 2006 dalam Harianto dan Adi, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa PAD belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan keuangan daerahnya sendiri karena masih tingginya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pasokan dana dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah harus berupaya untuk mengurangi ketergantungan ini dengan berusaha meningkatkan peranannya dalam bidang ekonomi dan menggali sumber keuangan daerah sendiri. Kemampuan keuangan daerah yang terakumulasi melalui PAD diharapkan semakin meningkat, sehingga cukup untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. PAD yang semakin tinggi akan merangsang pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kepada publik, sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah adalah pengalokasian belanja modal yang digunakan dalam pembangunan sektor publik. Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan mampu menciptakan efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor serta produktifitas masyarakat yang diharapkan dapat meningkat, sehingga mampu mencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik.

Provinsi Bali dengan kabupaten-kabupaten dan kotanya sebagai daerah otonom di Indonesia, memiliki PAD yang bersumber dari berbagai sektor-sektor ekonomi di setiap daerah. Pemerintah daerah juga menerima DAU yang akan digunakan untuk peningkatan pelayanan publik melalui belanja daerah. Belanja yang dilakukan pemerintah daerah diharapkan mampu meningkatkan kemajuan pembangunan daerah yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun anggaran 2003-2007.

II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil (Cahyono dan Darwanto, 2002). Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output produksi riil.

Pertumbuhan ekonomi, merupakan salah satu indikator penting yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kemajuan pembagunan suatu daerah. Bahkan teori ekonomi klasik

(7)

4

mengisyaratkan bahwa indikator ini merupakan indikator yang paling penting untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan di suatu daerah.

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah dimulai dari perlunya mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain sehingga tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah. Penyusunan strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah (Cahyono dan Darwanto, 2002).

2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Undang-undang RI Nomor 33 Tahun 2004). PAD merupakan sumber utama penerimaan bagi daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber penerimaan PAD terdiri dari:

1) Pajak Daerah

Pajak Daerah menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

2) Retribusi Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dapat dirinci menurut obyek pendapatan, yang mencakup:

(8)

5

(1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD. (2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN.

(3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, seperti: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, dan lain sebagainya.

2.3 Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan pasal 27 UU RI Nomor 33 Tahun 2004, disebutkan bahwa:

1) Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN.

2) DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. 3) Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah. 4) Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Proporsi DAU antara daerah provinsi/kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi/kabupaten/kota. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi/kabupaten/kota dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi/kabupaten/kota. Bobot daerah provinsi/kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah provinsi/kabupaten/kota. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi dasar, sedangkan daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah

(9)

6

dikurangi nilai celah fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima DAU. Hasil perhitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu per duabelas) dari DAU daerah yang bersangkutan. Penyaluran DAU dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan.

2.4 Belanja Modal

Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Abdul Halim (2004:73) menyatakan bahwa belanja modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset. Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.

2.5 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum dengan Belanja Modal

Desentralisasi fiskal menunjukkan bahwa potensi fiskal pemerintah daerah antara satu dengan yang lain bisa jadi beragam. Perbedaan ini pada gilirannya dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Pemberian otonomi akan memberikan dampak yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi, hal inilah yang mendorong daerah untuk mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk kepentingan pelayanan publik (Lin dan Liu, 2000 dalam Darwanto dan Yustikasari, 2007). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

(10)

7

Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah, pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat (UU 32/2004). Kemampuan daerah untuk menyediakan pendanaan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan merealisasikan potensi ekonomi tersebut menjadi bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan perguliran dana untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan.

Pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap belanja daerah, artinya semakin besar perolehan pendapatan suatu daerah, maka akan semakin besar pula belanja daerah yang dilakukan (Abdul Halim, 2004). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H2: Pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal

DAU sebagai bagian dari penerimaan pemerintah daerah, memperlihatkan bahwa terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah. Hasil penelitian Susilo dan Adi (2007) dalam Harianto dan Adi (2007), menemukan bahwa kemandirian daerah tidak menjadi lebih baik, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya yaitu ketergantungan pemerintah daerah terhadap transfer pemerintah pusat menjadi semakin tinggi. Hal ini memberikan adanya indikasi kuat bahwa perilaku belanja daerah khususnya belanja modal akan sangat dipengaruhi sumber penerimaan ini. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H3: Dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja modal

III. METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali. Penentuan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu tersedia data PDRB di tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali dari tahun 2002-2007 serta tersedia data PAD, DAU dan belanja modal di tiap kabupaten/kota di Provinsi Bali dari tahun anggaran 2003-2007.

Teknik analisis data yang dipergunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linear berganda. Pengujian regresi linear berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung

(11)

8

multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Untuk itu, sebelum melakukan pengujian regresi linear berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik. Teknik analisis ini dipergunakan untuk mengetahui ketergantungan satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas.

Model regresi linear berganda ditunjukkan dengan persamaan berikut (Nata Wirawan, 2002:267):

Y= a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + e ………...(2)

Keterangan:

Y = belanja modal (BM) a = konstanta

X1 = pertumbuhan ekonomi (PERT)

X2 = pendapatan asli daerah (PAD)

X3 = dana alokasi umum (DAU)

e = error

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

IV. PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas nilai residual dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik nonparametrik Kolmogorov–Smirnov (K-S). Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai K-S adalah 0,972 dan probabilitas signifikansi 0,301 (Lampiran 1). Nilai tersebut menunjukkan bahwa secara statistik probabilitas signifikansi K-S lebih besar dari 0,05 sehingga data residual pada hipotesis penelitian ini terdistribusi normal.

(12)

9 2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa antar variabel independen yang digunakan dalam model regresi tidak mengandung korelasi. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih besar dari 10 persen (0,1) atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih besar dari 10 persen dan VIF kurang dari 10 (Lampiran 2), sehingga tidak ada indikasi terjadinya multikolinieritas.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Hasil pengujian statistik Ljung Box hanya satu lag yang signifikan (Lampiran 4). Hasil ini menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Glejser. Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas karena signifikansi variabel bebas diatas 0,05 (Lampiran 3).

Hasil regresi linear berganda diperoleh nilai probabilitas signifikansi F sebesar 0,000 ( Lampiran 5). Nilai probabilitas signifikansi ini jauh lebih kecil dari 0,05, maka statistik uji jatuh pada daerah penolakan Ho. Artinya, variabel independen bersama-sama berpengaruh secara statistik terhadap belanja modal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan dianggap layak uji, sehingga pembuktian hipotesis dapat dilanjutkan.

Kuatnya hubungan variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) atau adjusted R2. Nilai R2 memiliki kelemahan yaitu dengan bertambahnya variabel independen, maka nilai R2 akan meningkat walaupun variabel yang

ditambahkan tersebut bukan bagian dari model. Nilai adjusted R2 sebesar 0,68. Ini berarti bahwa variasi dari variabel independen mampu menjelaskan variasi dari belanja modal sebesar 68

(13)

10

persen, sedangkan sisanya sebesar 32 persen dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan regresi.

Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BM= 44.092,253 - 11.925,8 PERT + 0,281 PAD + 0,241 DAU………(3) Keterangan:

BM = Belanja Modal

PERT = Pertumbuhan Ekonomi PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum

Uji t Statistik

Uji t statistik merupakan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

1) Hipotesis 1

Uji hipotesis alternatif 1 dilakukan dengan melihat dan menganalisis koefisien regresi variabel pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil pengujian variabel pertumbuhan ekonomi memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,015. Angka sig t tersebut lebih kecil dari 5% yang berarti H0 ditolak. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap belanja modal

dan secara statistik signifikan pada alpha 5 persen. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa adanya penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif, berbagai fasilitas yang disediakan dapat dioptimalkan pemanfaatannya sehingga memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi (Harianto dan Adi, 2007).

2) Hipotesis 2

Uji hipotesis alternatif 2 dilakukan dengan melihat dan menganalisis koefisien regresi variabel PAD. Berdasarkan hasil pengujian variabel PAD memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Angka sig t tersebut lebih kecil dari 5% yang berarti H0 ditolak. Berarti pendapatan asli

daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal dan secara statistik signifikan pada alpha 5 persen. Adanya pengaruh positif antara PAD terhadap belanja modal menunjukkan semakin tinggi PAD, maka belanja modal juga semakin meningkat. Hasil penelitian ini memberikan

(14)

11

indikasi bahwa besarnya belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali ditentukan oleh pendapatan asli daerah.

3) Hipotesis 3

Uji hipotesis alternatif 3 dilakukan dengan melihat dan menganalisis koefisien regresi variabel DAU. Berdasarkan hasil pengujian variabel DAU memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Angka sig t tersebut lebih kecil dari 5% yang berarti H0 ditolak. Berarti dana alokasi

umum berpengaruh positif terhadap belanja modal dan secara statistik signifikan pada alpha 5 persen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harianto dan Adi (2007). Temuan ini memberikan indikasi bahwa besarnya belanja modal sangat ditentukan oleh faktor DAU. Hal ini disebabkan karena pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali masih sangat tergantung pada dana dari pemerintah pusat untuk membiayai pembangunan.

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang disampaikan pada bab sebelumnya, adapun simpulan

yang dapat diambil dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum berpengaruh signifikan secara statistik terhadap belanja modal.

2) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap belanja modal dan secara statistik signifikan pada alpha 5 persen. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa adanya penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif, berbagai fasilitas yang disediakan dapat dioptimalkan pemanfaatannya sehingga memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi.

3) Pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal dan secara statistik signifikan pada alpha 5 persen. Adanya pengaruh positif antara PAD terhadap belanja modal menunjukkan semakin tinggi PAD, maka belanja modal juga semakin meningkat. Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa besarnya belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali ditentukan oleh pendapatan asli daerah.

4) Dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja modal dan secara statistik signifikan pada alpha 5 persen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

(15)

12

dilakukan oleh Harianto dan Adi (2007). Temuan ini memberikan indikasi bahwa besarnya belanja modal sangat ditentukan oleh faktor DAU. Hal ini disebabkan karena pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali masih sangat tergantung pada dana dari pemerintah pusat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1) Pemerintah daerah di dalam pelaksanaan pemerintahan agar lebih meningkatkan perolehan

pendapatan asli daerahnya, karena pendapatan asli daerah akan dapat mempengaruhi belanja modal dan pemberian pelayanan kepada publik.

2) Kebijakan penggunaan dana transfer dari pemerintah pusat harus dilakukan seefektif dan seefisien mungkin oleh pemerintah daerah dan dengan pengawasan yang ketat agar dana tersebut tidak salah sasaran.

3) Penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel lain atau sumber-sumber penerimaan lainnya yang dapat mempengaruhi besarnya belanja modal, atau meneliti pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap jenis-jenis belanja daerah yang lain.

(16)

13

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Halim. 2004. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Adi, Priyo Hari. 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah. Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang).

Cahyono, Budi dan Heri Darwanto. 2002. Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah. Majalah PP Edisi 28 Tahun 2002.

Darwanto dan Yulia Yustikasari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi X (Makassar).

Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, dan Pendapatan per Kapita. Simposium Nasional Akuntansi X (Makassar).

Republik Indonesia. 2000. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

. 2004. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

. 2004. Undang-undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

. 2006. Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Pusat Info Data Indonesia.

Widanta, A.A.B. 2008. Peranan Pembiayaan Pembangunan dan Investasi dalam Pembangunan Daerah. Jurnal Ekonomi dan Sosial Vol.1 No.2, Agustus 2008.

(17)

14

Lampiran

Lampiran 1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

45 .0000000 20023.16393 .145 .145 -.087 .972 .301 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Res idual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Lampiran 2 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa 44092.253 19268.175 2.288 .027 -11925.8 4705.559 -.281 -2.534 .015 .594 1.683 .281 .033 .825 8.595 .000 .790 1.265 .241 .046 .541 5.290 .000 .697 1.434 (Constant) PERT PAD DAU Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: BM a.

Lampiran 3 Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa 1.92E-011 19268.175 .000 1.000 .000 4705.559 .000 .000 1.000 .000 .033 .000 .000 1.000 .000 .046 .000 .000 1.000 (Constant) PERT PAD DAU Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Abs Ut a.

(18)

15

Lampiran 4 Uji Autokorelasi

Autocorre lations

Series : Unstandardized Residual

.298 .144 4.265 1 .039 .051 .143 4.393 2 .111 -.088 .141 4.786 3 .188 -.162 .139 6.143 4 .189 .033 .138 6.201 5 .287 -.053 .136 6.356 6 .385 -.090 .134 6.808 7 .449 -.100 .132 7.376 8 .497 .193 .130 9.569 9 .387 .112 .129 10.322 10 .413 .085 .127 10.773 11 .463 -.029 .125 10.825 12 .544 -.204 .123 13.569 13 .405 -.125 .121 14.642 14 .403 -.060 .119 14.899 15 .459 -.007 .117 14.902 16 .532 Lag 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Autocorrel

ation St d.Errora Value df Sig.b Box-Ljung Stat istic

The underlying proc ess ass umed is independence (white noise).

a.

Based on t he asymptotic c hi-square approx imation. b.

Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi

Model Summary .838a .702 .680 20742.78725 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), DAU, PAD, PERT

(19)

16 ANOV Ab 4E +010 3 1.382E +010 32.124 .000a 2E +010 41 430263222.8 6E +010 44 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), DAU, PA D, P ERT a.

Dependent Variable: BM b.

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Kautsar Riza Salman, SE.,Ak.,MSA.,BKP.,SAS selaku Dosen Wali yang telah membimbing dan memberikan banyak saran pada penulis selama menuntut ilmu di STIE

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •

[r]

(Lf), ada tidaknya adjuvant (mg) dan jumlah dosisnya, akan dibahas dalam tulisan ini penelitian yang dilakukan oleh Someya S et al.1° pada bayi di Jepang,

1) Untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya yang ada di wilayah Kabupaten Tapin sekaligus berusaha untuk mewujudkan penata lingkungan wilayah pertambangan di Kabupaten

Keunggulan teknologi baru yang dimiliki padi hibrida memang menjanjikan, namun memiliki kendala bagi petani yaitu pada harga benih padi hibrida yang lebih mahal dari pada benih

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan kekuatan tranversal antara resin akrilik teraktivasi panas dan resin akrilik teraktivasi kimia yang direndam

jawawaban semula dengan penghapus sampai bersih (jangan sampai rusak), kemudian hitamkan jawaban yang menurut anda benar7. PILIHLAH JAWABAN YANG