• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPERCAYAAN PELANGGAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PADA LINOGRAPH OFFSET DI SURABAYA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPERCAYAAN PELANGGAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PADA LINOGRAPH OFFSET DI SURABAYA TIMUR."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPERCAYAAN PELANGGAN TERHADAP

KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PADA

LINOGRAPH OFFSET DI SURABAYA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

Oleh :

A. YANI SUPRIYANTO

1012010055 / FEB / EM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KEPERCAYAAN TERHADAP KEPUASAN DAN

LOYALITAS PELANGGAN PADA LINOGRAPH OFFSET

DI SURABAYA TIMUR

Oleh :

A. YANI SUPRIYANTO

1012010055 / FEB / EM

Telah diseminar kan dan disetujui untuk menyusun skr ipsi

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. Pandji Soegiono, MM

Tanggal………

Mengetahui Ketua Pr ogr am Studi

Manajemen

(3)

SKRIPSI

PENGARUH KEPERCAYAAN TERHADAP KEPUASAN DAN

LOYALITAS PELANGGAN PADA LINOGRAPH OFFSET

DI SURABAYA TIMUR

Yang diajukan

A. YANI SUPRIYANTO

1012010055 / FEB / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. Pandji Soegiono, MM

Tanggal………

Mengetahui Wakil Dekan I

(4)

SKRIPSI

PENGARUH KEPERCAYAAN PELANGGAN TERHADAP

KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PADA

LINOGRAPH OFFSET DI SURABAYA TIMUR

Disusun Oleh:

A. YANI SUPRIYANTO

1012010055 / EM

Telah Diper tahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh

Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur

Pada tanggal 24 J uli 2014

Pembimbing Utama : Tim Pengguji : Ketua

`

Dr s. Ec. Pandji Soegiono, MM Dr . Muhadjir Anwar , MM

Sekr etar is

Dr s. Ec. Pandji Soegiono, MM Anggota

Dr s. Ec. Her ry Pudjo P, MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veter an”

J awa Timur

(5)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“PENGARUH KEPERCAYAAN PELANGGAN TERHADAP KEPUASAN

DAN LOYALITAS PELANGGAN PADA LINOGRAPH OFFSET DI

SURABAYA TIMUR”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala

ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Prof. Dr. Syamsul Huda, SE, MM , selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Pandji Soegiono, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam

(6)

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama

masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan

segalanya.

7. Maya Sarie Sesanti, yang telah mensupport dalam banyak hal.

8. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak

kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan

yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang

berkepentingan.

Surabaya, Juli 2014

(7)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

ABSTRAKSI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Pemasaran ... 10

2.2.1. Definisi Pemasaran ... 11

2.2.2. Manajemen Pemasaran ... 11

2.2.3. Falsafah Manajemen Pemasaran ... 12

2.2.4. Definisi Jasa ... 13

2.2.5. Persepsi Pelanggan ... 17

2.2.6. Kepuasan Pelanggan... 19

2.2.7. Kepercayaan ... 22

(8)

... 32

2.2.10. Pengaruh Kepuasan terhadap Loyalitas Pelanggan ... 33

2.3. Model Konseptual ... 35

2.4. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 38

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 52

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 56

4.2.1.Analisis Statistik Deskriptif ... 56

4.2.2. Uji Validitas ... 58

4.2.3. Uji Reliabilitas ... 60

4.2.4. Model Struktural ... 61

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 65

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.2 Identitas Responden Menurut Pendidikan ... 57

Tabel 4.3 Identitas Responden Menurut Umur ... 57

Tabel 4.4. Hasil Uji Validitas ... 58

Tabel 4.5. Avarage Variance Extracted (AVE) ... 59

Tabel 4.6. Pengujian Reliability Consistency Internal... 60

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PADA

LINOGRAPH OFFSET DI SURABAYA TIMUR

A. Yani Supriyanto

ABSTRAK

Bagi perusahaan, salah satu faktor penentu kesuksesan dalam menciptakan kesetiaan merek para pelanggannya adalah kepuasan terhadap kualitas yang diberikan. Dengan demikian, kualitas produk yang baik akan menciptakan, mempertahankan kepuasan serta menjadikan Pelanggan loyal. Karakteristik Pelanggan yang loyal salah satunya adalah selalu melakukan pembelian ulang. Loyalitas merek adalah sebagai suatu faktor yang penting dalam menetapkan nilai dari suatu merek. Nilai penting dari merek tersebut dapat meliputi kualitas, bentuk serta kegunaan dari barang dan jasa yang ditawarkan lebih baik dari para pesaing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Kepercayaan Pelanggan Terhadap Kepuasan Pelanggan Dan Loyalitas Pelanggan Pada Linograph Offset.

Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan Linograph Offset. Penelitian ini menggunakan teknik non probability dengan metode Simpel Random Sampling, dimana yang menjadi sampel adalah mereka ditemui oleh peneliti di Linograph Offset. Sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 60 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan sebagai berikut : Kepercayaan Pelanggan mampu memberikan kontribusi terhadap Kepuasan Pelanggan pada Percetakan Linograph, Kepuasan Pelanggan mampu memberikan kontribusi terhadap Loyalitas Pelanggan pada Percetakan Linograph,

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan

harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah

satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan

adalah mempertahankan Pelanggan yang telah ada, terus menggarap

Pelanggan-Pelanggan potensial baru agar jangan sampai Pelanggan

meninggalkan perusahaan menjadi Pelanggan perusahaan lain. Dengan kata

lain perusahaan harus mampu mempertahankan loyalitas Pelanggan.

Loyalitas Pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep yang

sangat penting khususnya pada kondisi tingkat persaingan yang sangat ketat

dengan pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi demikian loyalitas pada

merek sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Di samping

itu, upaya mempertahankan loyalitas merek ini merupakan upaya strategis

yang lebih efektif dibandingkan dengan upaya menarik Pelanggan baru.

Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yang harus dipantau

secara terus-menerus oleh setiap perusahaan. Merek-merek yang kuat, teruji,

dan bernilai tinggiterbukti tidak hanya sukses mengalahkan

hitungan-hitungan rasional, tetapi juga canggih mengolah sisi - sisi emosional

(14)

activity yang bukan sekadar berdasarkan komunikasi, tetapi merupakan segala

macam usaha lain untuk memperkuat merek tersebut.

Dari komunikasi, merek bisa menjanjikan sesuatu, bahkan lebih dari

janji, merek juga mensinyalkan sesuatu. Merek akan mempunyai reputasi jika

ia memiliki kualitas dan karisma. Agar memiliki karisma, merek harus

mempunyai aura, harus konsisten, kualitasnya harus dijaga dari waktu ke

waktu, selain tentunya juga harus mempunyai kredibilitas. Agar tampil

menjadi yang terbaik, tentu suatu merek harus terlihat seksi di pasar hingga

mampu membuat Pelanggan tertarik membelinya. Agar terlihat seksi, merek

tersebut harus memiliki costumer value jauh di atas merek-merek yang lain.

Upaya penciptaan kepuasan dan loyalitas Pelanggan harus selalu

diikuti dengan evaluasi terhadap tingkat kepuasan dan loyalitas yang dicapai

oleh Pelanggan. Hal ini sangat diperlukan karena dengan mengetahui tingkat

kepuasan atau loyalitas Pelanggannya, manajemen perusahaan akan dapat

menentukan strategi pemasaran yang pada masa yang akan datang.

Kecenderungan perkembangan persaingan pemasaran di masa

mendatang akan menjadi persaingan antar merek, yaitu suatu persaingan

untuk memperoleh dominasi merek. Merek akan menjadi asset perusahaan

yang paling bernilai, karena merek lebih dari sekedar sebuah nama atau

sebuah logo seperti sebuah hubungan lebih dari sekedar interaksi (James

2003:314). Untuk itu merek perlu dikelola, dikembangkan, diperkuat dan

ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan keuntungan kompetitif

(15)

dan intangible yang terwakili dalam sebuah yang mampu menciptakan nilai

dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat.

Bagi perusahaan, salah satu faktor penentu kesuksesan dalam

menciptakan kesetiaan merek para Pelanggannya adalah kepuasan terhadap

kualitas yang diberikan. Dengan demikian, kualitas produk yang baik akan

menciptakan, mempertahankan kepuasan serta menjadikan Pelanggan loyal.

Karakteristik Pelanggan yang loyal salah satunya adalah selalu melakukan

pembelian ulang. Aaker menyatakan bahwa loyalitas merek adalah sebagai

suatu faktor yang penting dalam menetapkan nilai dari suatu merek. Nilai

penting dari merek tersebut dapat meliputi kualitas, bentuk serta kegunaan

dari barang dan jasa yang ditawarkan lebih baik dari para pesaing.

Demikian halnya dengan Percetakan Linograph Offset yang

bergerak dalam bidang jasa dengan memberikan layanan pada desain grafis

dan percetakan. Melihat para pesaing yang jumlahnya semakin bertambah,

dimana para pesaing tersebut mempunyai keunggulan bersaing terutama

dalam hal kualitas layanannya, maka perusahaan ini dalam menjalankan

usahanya mengalami masalah penurunan jumlah pengguna jasa desain grafis

dan percetakan.Data jumlah Pelanggan Percetakan Linograph Offset pada 3

(16)

Tabel 1. Data Pengguna J asa Percetakan Linograph Offset

BULAN (TAHUN)

J UMLAH

PELANGGAN PENDAPATAN

Januari 2011– Juni 2011 438 orang Rp. 183,745,200

Juli 2011– Desember 2011 459 orang Rp. 131,936,400

Januari 2012– Juni 2012 412 orang Rp. 156,101,000

Juli 2012– Desember 2012 381 orang Rp. 124,376,000

Januari 2013 – Juni 2013 335 orang Rp. 117,587,000

Juli 2013 – Desember 2013 304 orang Rp. 96,966,000

Sumber : Percetakan Linograph Offset

Dari data tersebut diatas, maka dilihat dari jumlah Pelanggan

desain grafis dan percetakan yang setiap tahunnya mengalami penurunan

yang berturut – turut. Penurunan tersebut tidak menguntungkan bagi

kelangsungan hidup Percetakan Linograph Offset karena hal ini akan

berdampak pada penurunan pendapatan. Penyebab penurunan Pelanggan

tersebut dikarenakan rendahnya loyalitas dan penurunan kualitas, hal

tersebut bisa di lihat dari meningkatnya jumlah complain. Apalagi rata-rata

pelanggan Linograph Offset adalah dari beberapa Dinas di Surabaya antara

lain : Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Dinas Pendidikan Kota Surabaya,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Jenis complain dan jumlah complain

(17)

Tabel 2. Data komplain Percetakan Linograph Offset

TAHUN J ENIS KOMPLAIN J UMLAH

KOMPLAIN

2011

Terdapat bintik-bintik setelah dicetak, gambar kurang terang, jasa pengiriman terlambat, barang selesai tidak sesuai perjanjian.

62

2012

Barang selesai tidak sesuai perjanjian, kekeliruan cetak, terdapat garis tipis setelah dicetak, jasa pengiriman terlambat, beberapa barang cacat, hasil cetak tidak sesuai pesanan.

84

2013

Kenaikan tarif jasa, contoh desain kurang variatif, hasil foto kurang terang, hasil yang kurang rapi, barang selesai tidak sesuai perjanjian, beberapa barang cacat, jasa pengiriman terlambat, kekeliruan cetak, ukuran tidak sesuai.

103

Sumber : Percetakan Linograph Offset

Permasalahan diatas harus menjadi perhatian serius bagi perusahaan,

karena berdasarkan Dharmmesta dan Transistari (2002) bahwa kualitas

layanan memiliki dampak positif terhadap kepercayaan. Dengan kualitas

layanan yang baik, akan menciptakan tingkat kepercayaan yang tinggi oleh

Pelanggan. kepercayaan yang tinggi akan menciptakan kelekatan emosional

terhadap Pelanggan. Menurut Koltler (2005) menandaskan bahwa kepuasan

Pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

(atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Sedangakan

Tjiptono (2000 : 25) menyatakan bahwa dalam mengevaluasi kepuasan

terhadap suatu perusahaan tertentu, faktor-faktor penentu yang digunakan

Pelanggan adalah aspek pelayanan dan kualitas barang atau jasa yang dibeli

yang akan menimbulkan kepuasan Pelanggan.Pada saat individu

(18)

menggantungkan dirinya pada pihak lain tersebut dan individu akan

mempunyai komitmen dalam hubungan tersebut. Komitmen ini akan

membuat individu memiliki niat untuk mempertahankan hubungan tersebut.

Demikian juga halnya jika entitas yang dipercayai individu adalah organisasi,

maka individu memiliki niat (intention) untuk mempertahankan hubungannya

dengan organisasi tersebut. (Darsono, 2008:13) Kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk

danharapan-harapannya. Kepuasan merupakan prediksi harapan atau kepercayaan

Pelangganterhadap apa yang akan terjadi (Dharmayanti, 2006).

Kepercayaan timbul dari suatu proses yang lama. Apabila

kepercayaan sudah timbul antara Pelanggan dan perusahaan, maka usaha

untuk membina hubungan kerjasama akan lebih mudah. Kepercayaan timbul

ditunjukkan oleh suatu kredibilitas yang diperoleh dari pihak lain karena

memiliki keahlian yang dikehendaki untuk melakukan suatu tugas.

Kepercayaan juga dapat diperoleh karena melakukan sesuatu hal yang terbaik

kepada pihak lain melalui suatu hubungan. (Hermawan, 2004) Tingkat

kepercayaan dapat diukur melalui beberapa faktor antara lain kejujuran dalam

bertransaksi, tanggung jawab perusahaan terhadap Pelanggan dan masih

banyak lagi.

Loyal tidaknya Pelanggan terhadap suatu merek perusahaan sangat

tergantung pada kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola factor

(19)

(dalam Maylina, 2003:99) mengemukakan bahwa faktor – faktor yang

mempengaruhi loyalitas merek adalah: (1) variabel satisfaction atau kepuasan

yang didapatkan dari penggunaan suatu produk yang meliputi kesesuaian

dengan manfaat, kemampuan produk, gambar, tulisan, desain warna khas,

kejelasan informasi dan kemudahan dalam memperoleh. (2) variabel habitual

behavior atau kebiasaan dalam menggunakan suatu produk meliputi proses

pengambilan keputusan dan kebiasaan. (3) variabel liking of the brand yaitu

tingkat kesukaan pada suatu produk meliputi keterikatan yakni perasaan

emosional yang terkait pada suatu merek dan pengalaman dalam penggunaan

sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya.

Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam

menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif,

apabila konsuman merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang

disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak

efisien. Dengan adanya kepuasan Pelanggan maka akan dapat menciptakan

loyalitas Pelanggan . Sesuai dengan teoti Kotler (2000:236) bahwa kepuasan

atau ketidakpuasan Pelanggan akan mempengaruhi perilaku Pelanggan

Pemahaman yang lengkap tentang kesetiaan tidak dapat diperoleh

tanpa penjelasan mengenai kepercayaan dan bagaimana hubungannya

dengan Kesetiaan. Dalam pemasaran industri, para peneliti telah

menemukan bahwa kepercayaan terhadap sales dan supplier merupakan

(20)

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka peneliti

ingin mengetahui bagaimana penilaian Pelanggan Surabaya terhadap

perkembangan Linograph Offset tersebut diukur dari Loyalitas. Berdasarkan

latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk menelusuri apakah ada pengaruh

Kepercayaan Pelanggan dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas

Pelanggan Pada Linograph Offset.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok pikiran pada latar belakang tersebut diatas, maka

penulis merumuskan permasalahan, yaitu :

1. Apakah Kepercayaan Pelanggan berpengaruh terhadap Kepuasan

Pelanggan?

2. Apakah Kepuasan Pelanggan berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan ?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Kepercayaan Pelanggan terhadap

Kepuasan Pelanggan

2. Untuk menganalisis pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas

(21)

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi Peneliti

Bisa menambah pengetahuan penulis khususnya berhubungan dengan

Loyalitas Pelanggan

2. Manajemen perusahaan

Memberikan masukan untuk pengembangan berbagai kebijakan pemasaran

untuk meningkatkan Loyalitas Pelanggan

3. Bagi Universitas

Memberikan tambahan perbendaharaan kepustakaan khususnya yang

(22)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Untuk penelitian dengan masalah perluasan merek (brand extension)

memang sudah ada yang melakukan pada penelitian sebelumnya.

1. Ningtyas (2011) dengan judul : Pengaruh Kepercayaan, Komitmen,

Komunikasi, Penanganan Masalah Dan Kepuasan Nasabah Terhadap

Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Di Surabaya

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan

seperti kepercayaan ,komitmen , komunikasi, penanganan konflik , dan

loyalitas pelanggan . Tujuan ini penelitian ini adalah untuk menguji

pengaruh kepercayaan , komitmen , komunikasi, penanganan konflik

dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan . Penelitian ini

dilakukan di Surabaya tepatnya pada Bank Muamalat . Penelitian ini

menggunakan sampel non probability sampling dan Pengambilan

sampel Penghakiman untuk mendapatkan 120 nasabah bank sebagai

responden . Hal ini dilakukan dengan berarti dari regresi untuk

menganalisis data dengan SPSS. hasilnya menunjukkan bahwa Trust

memiliki efek pada Loyalitas. Komitmen belum ada pengaruh yang

signifikan pada Loyalitas Pelanggan . Selain itu, komunikasi tidak

(23)

Konflik belum mempengaruhi Loyalitas Pelanggan , tapi Kepuasan

Pelanggan berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan .

2. Ishak, 2011, Pengaruh Kepuasan Dan Kepercayaan Pelanggan

Terhadap Loyalitas

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peran Biaya Pengalihan

(Switching Cost) sebagai mediasi pengaruh Kepuasan Pelanggan

(Consumer Satisfaction) dan Kepercayaan Pelanggan (Consumer trust)

dalam menggunakan jasa penyedia telepon Celular. 120 responden

dipilih sebagai sampel, menggunakan metode pengambilan sampel

konfinien. Structural Equation Model (SEM) telah digunakan untuk

menguji hipotesis penelitian ini. Temuan menunjukkan bahwa semua

hipotesis didukung. Dengan kata lain, Kepuasan Pelanggan dan

Kepercayaan Pelanggan mempengaruhi Loyalitas Pelanggan baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui Biaya Pengalihan.

Hasil ini konsisten dengan temuan sebelumnya. Walaupun penelitian

tersebut mengungkapkan bahwa Biaya Pengalihan tidak sepenuhnya

memediasi pengaruh Kepuasan Pelanggan dan Kepercayaan Pelanggan

pada Loyalitas Pelanggan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengaruh

langsung Kepuasan Pelanggan dan Kepercayaan Pelanggan pada

(24)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Definisi Pemasaran

Pemasaran adalah Suatu proses sosial dan manajerial yang

membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan

dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai

dengan orang lain.

Dalam konsep diatas dapat terlihat dengan seksama istilah – istilah

penting berikut:

Kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk dan jasa, nilai, kepuasan dan

mutu, pertukaran, transaksi dan hubungan serta Pasar.

2.2.2. Manajemen Pemasaran

Manajemen Pemasaran adalah Analisis, perencanaan dan

implementasi dan pengendalian dari program – program yang dirancang

untuk menciptakan, membangun dan memelihara pertukaran yang

menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan

perusahaan.

• Membangun Hubungan yang Menguntungkan dengan konsumen :

Hal ini sangat penting dalam dunia pemasaran karena dalam konsep

ruang lingkup pemasaran kepuasan konsumenlah harus di utamakan.

Sehingga untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan

(25)

memuaskan konsumen secara lebih efektif dan efisien daripada yang

dilakukan oleh pesain.

2.2.3. Falsafah Manajemen Pemasaran

• Konsep Produksi ( production concept )

Beranggapan bahwa konsumen akan menyukai produk yang gampang

diperoleh dan sangat terjangkau ; karenanya, manajemen harus berfokus

pada perbaikan efisiensi produksi dan distribusi. Konsep ini adalah

salah satu falsafah tertua yang menjadi pedoman penjualan.

• Konsep Produk ( product concept )

Bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan produk

terbaik, kinerja terbaik, dan bersifat paling inovatif. Karenanya, suatu

organisasi harus mencurahkan tenaga untuk melakukan perbaikan

produk secara terus – menerus.

• Konsep Penjualan ( selling concept )

Gagasan bahwa konsumen tidak cukup banyak produk perusahaan

kecuali jika perusahaan tersebut melakukan usaha penjualan dan

promosi dalam skala besar.

• Konsep Pemasaran ( marketing concept )

Falsafah manajemen pemasaran mengatakan bahwa, untuk mencapai

tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan

pasar sasaran ( target market ) dan memuaskan konsumen secara lebih

(26)

• Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial ( societal marketing concept )

Konsep pemasaran berwawasan sosial gagasan yang menyatakan

bahwa, organisasi harus menetukan kebutuhan , keinginan , dan minat

pasr sasaran dan memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih

efektifdan efisien dari pada pesaing , dengan suatu cara yang dapat

menjaga dan meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat .

2.2.4. Definisi J asa

Menurut Tjiptono (2000:6), jasa merupakan aktivitas manfaat atau

kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya : salon kecantikan,

kursus keterampilan, hotel, rumah sakit, hiburan dan sebagainya. Menurut

Kotler (1985 : 352), jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang dapat

diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya yang pada dasarnya tidak

berwujud (intangible) dan tidak pula berakibat pemilikan sesuatu.

Produksinya (pembuatan atau hasilnya) dapat atau tidak dapat diperhatikan

dengan suatu produk fisik.

Sedangkan menurut William J. Stanton, jasa adalah sesuatu yang

dapat diidentifikasikan secara terpisah tidak berwujud, ditawarkan untuk

memenuhi kebutuhan. Jasa tidak dapat dihasilkan dengan menggunakan

benda-benda berwujud atau tidak. Dan menurut Valarie A. Zeithaml dan

(27)

produk dikonsumsi bersama dengan waktu produksi dan memberikan nilai

tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud.

(Alma, 2002 : 204)

Dan menurut Wilson (1982 : 13), jasa konsumen adalah jasa yang

dimanfaatkan oleh rumah tangga dan pribadisesuai dengan kemampuan

rumah tangga dan pribadi sesuai dengan kemampuan rumah tangga.

Sedangkan jasa produsen ini dapat di kategorikan secara tepat

sebagai berikut :

a. Jasa peralatan yaitu semua pelayanan jasa yang ada kaitannya dengan

instalasi, penyelenggaraan perawatan dan perbaikan pabrik, alat-alat

perlengkapan dan alat-alat operasi, perkakas dan perabotan.

b. Jasa pemberian kemudahan yaitu semua pelayanan jasa untuk

menyediakan sarana operasi dan organisasi yang produktif termasuk

penggandaan uang, penyimpanan, pengangkutan, promosi dan asuransi.

c. Jasa berupa nasihat atau konsultasi yaitu semua pelayanan jasa dengan

menyampaikan keahlian dan kecakapan umum maupun khusus,

termasuk nasehat untuk penggunaan dan pencarian sumber-sumber

daya, riset, pendidikan, organisasi, dan pemasaran.

Menurut Alma (2002 : 208), jasa dapat diuraikan berdasarkan

pengelompokan bagai berikut :

a. Personalized sevices

Jasa ini sangat bersifat personal, yang tidak dapat dipisahkan dari

(28)

langsung ditangani sendiri oleh produsennya. Pemakaian peralatan dalam

hal ini tidak praktis. Saluran distribusinya langsung adalah yang paling

tepat.

Kelompok jasa ini digolongkan lagi kedalam 3 golongan yaitu :

1) Personal services yaitu jasa yang sangat mengutamakan pelayanan

orang dan masih banyak yang lainnya. Yang sangat diperhatikan dalam

marketing jasa seperti ini adalah : lokasi yang baik, menyediakan

fasilitas dan suasana yang menarik dan nama baik yang bersangkutan.

2) Marketing profesional services yaitu pelayanan jasa yang dalam

pemasarannya biasanya menunggu konsumen yang pernah datang,

maka konsumen tersebut akan datang kembali lain waktu. Jadi yang

penting dalam jenis pelayanan adalah harus mempunyai banyak kenalan

dan memasuki berbagai organisasi dimasyarakat.

Ciri-ciri jasa ini adalah :

- Memiliki kode etik formal dan diterima oleh

anggota-anggotanya.

- Ada pengawasan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan

terhadap standar yang telah ditetapkan.

- Memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggota, seperti

pendidikan, pengalaman, lama latihan, dan penamoilannya.

- Anggota yang diterima secara penuh, akan dibrikan sertifikat

khusus.

(29)

Menurut Wheatley (1983), beberapa puluh tahun yang lalu, jasa

profesional sudah diperluas dengan arsitektur, teknik, keuangan,

konsultan, manajemen, pendidikan, pidato, militer, administrasi

kesehatan. (Alma, 2002 : 209)

3) Marketing Business services yaitu sistem pemasaran yang tidak

langsung dalam arti perusahaan jasa tersebut lebih senang diundang

oleh konsumen baru untuk memberikan jasa-jasanya.

b. Financial services

Terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :

- Banking services (bank)

- Insurance service (asuransi)

- Invesment securities (lembaga penanaman modal)

c. Public Utility and Trasportation Services

Pada perusahaan ini mempunyai monopoli secara alamiah,

misalnya, perusahaan listrik, air minum. Yang para pemakainya terdiri

dari konsumen lokal, perkantoran, dan perdagangan industri dan

pemerintah.

d. Entertainment

Usaha ini adalah usaha yang dapat menghasilkan untuk atau

pendapatan yang sangat besar, karena dapat mempengaruhi masyarakat

melalui iklan, misalnya: usaha-usaha dibidang olah raga, bioskop,

(30)

e. Hotel service

Usaha ini merupakan salah satu sarana dalam bidang

kepariwisataan. Jasa yang ditawarkan pada bidang ini adalah bidang

fasilitas penyewaan kamar, fasilitas rekreasi, hiburan.

2.2.5. Persepsi Konsumen

Kualitas layanan pada dasarnya adalah hasil persepsi yang ada

dibenak konsumen. Persepsi ini terbentuk setelah konsumen

membandingkan antara persepsi kualitas layanan yang mereka terima

dengan harapan.

Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1998) yang

menunjukan lima kesenjangan (gap) yang mengakibatkan kegagalan

penyampaian jasa, yaitu :

1) Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.

2) Gap antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa.

3) Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.

4) Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.

5) Gap antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan.

Pihak manajemen dapat berharap banyak kepuasan konsumennya,

bila gap-gap ini mampu menghilangkan atau paling tidak dipersempit

jaraknya. Dengan keberhasilan menyampaikan kualitas jasa, konsumen

(31)

Menurut Robert K & Angelo K (2003 : 209), persepsi sosial

meliputi rangkaian empat tahap proses informasi yaitu :

- Perhatian pemahaman yang selektif

Orang yang secara terus menerus dengan rangsangan fisik dan sosial

dari lingkungannya. Karena tidak memiliki kapasitas mental untuk

sepenuhnya memahami semua informasi ini, maka secara selektif

mereka menerima sebagian dari rengsangan lingkungan tersebut.

Inilah dimana perhatian yang selektif atau pemahaman atau

memainkan peran.

- Pengkodean dan penyerahan

Informasi yang diamati tidak disimpan dalam ingatan dalam bentuk

yang aslinya.

- Penyimpanan dan mengingat

Pada fase ini memasukan penyimpanan informasi pada ingatan jangka

panjang adalah seperti sebuah kompleks apartemen yang terdiri dari

unit-unit terpisah yang berhubungan satu sama lain.

- Mendapatkan kembali dan tanggapan

Orang memperoleh kembali informasi dari ingatan ketika mereka

membuat penilaian-penilaian dan mereka juga mendapatkan

tanggapan-tanggapan baik buruknya penelitian-penelitian tersebut.

Sedangkan menurut Robbins 2001, yang telah dikutip oleh

(Darmawan, dkk, 2004), merinci lebih dalam mengenai cara praktis dalam

(32)

a) Persepsi selektif pada orang-orang yang secara selektif menafsirkan

apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang,

pengalaman dan sikap.

b) Efek hallo adalah menarik suatu kesan umum mengenai suatu

individu berdasarkan suatu karakteristik yang tunggal.

c) Efek kontras adalah evaluasidari karakteristik-karakteristik seseorang

yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain

yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih

rendah pada karakteristik yang sama.

d) Proyeksi dengan menghubungkan karakteristik-karakteristiknya

sendiri ke orang lain.

e) Berstreotipe dengan menilai seseorang tatas dasar persepsi seorang

terhadap kelompok seorang itu.

2.2.6. Kepuasan Konsumen

Menurut Kotler, (2002 : 298) (dalam Herizon, dkk, 2003),

kepuasan konsumen adalah sejauh mana kinerja yand diberikan oleh

sebuah produk sepadan dengan harapan pembeli. Shermerhorn

berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan dari suatu organisasi bisnis

adalah memproduksi barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan

konsumennya. Dengan kata lain perusahaan berusaha untuk menciptakan

konsumen yang merasa puas, manajemen perusahaan harus mengetahui

(33)

Tse dan Wilton ( dikutip oleh nasution; 2004 : 104 ) menyatakan,

bahwa kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respons konsumen

terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskormasi yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya.

Engel, et al. ( dikutip oleh Nasution; 2004 : 104 ) mengungkapkan,

bahwa kepuasan konsumen merupakan evaluasi pembeli, dimana alternatif

yang dipilih sekurang – kurangnya memberikan hasil ( outcome ) sama

atau melampaui Kepuasaan Konsumen, sedangkan ketidakpuasan timbul

apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi Kepuasaan Konsumen.

Tjiptono ( 1995 : 28 ) Konsep kepuasan konsumen pada dasarnya

menyangkut komponen dari kepuasan konsumen tersebut, antara lain

adalah harapan dan kinerja / hasil yang dirasakan. Umumnya Kepuasaan

Konsumen merupakan perkiraan atau keyakinan konsumen tentang apa

yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk

(barang atau jasa).Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi

konsumen terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk

yang dibeli.

Untuk menentukan kebutuhan dan keinginan konsumen yang

akan dipuaskan bukanlah hal yang mudah, hal ini disebabkan karena

kebutuhan dan keinginan konsumen selalu mengalami perubahan dari

waktu ke waktu. Jika konsumen merasa puas, maka ada kecenderungan

(34)

Kurtz and Boone (1995), .customer satisfactionis the ability of

goods or services to meet or exceed buyer need and expectations. (p. 46).

Jika saat konsumen membeli dan menggunakan suatu produk, dan mampu

memenuhi bahkan melampaui kebutuhan dan harapannya, maka akan

terjadi kepuasan. Kotler (2000), .customer satisfaction is a person’s

feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a

product perceived performances (or outcome) in relation to his or her

expectations. (p. 36). Kepuasan konsumen atau konsumen dapat diartikan

sebagai perasaan senang atau kecewa (ketidakpuasan) seseorang setelah

membandingkan kinerja (performance) produk dengan apa yang

diharapkan (expectation).

Menurut Herizon (2003 : 102) kepuasan konsumen meliputi :

1. Product Quality : Merupakan mutu semua komponen yang membentuk

produk sehingga produk tersebut mempunyai nilai lebih.

2. Product Features : Komponen-komponen fisik dari suatu produk yang

menghasilkan.

3. Reliability : Merupakan gabungan dari kemampuan suatu produk

4. Warranty : Penawaran untuk pengembalian harga pembelian

5. Response to and Remedy of Problems : Merupakan sikap dan

karyawan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan atau

membantu konsumen.

6. Sales Experience: Merupakan hubungan pribadi antara karyawan

(35)

7. Convenience of Acquisition : Merupakan kemudahan yang diberikan

oleh badan usaha.

2.2.7. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan pondasi dari bisnis. Suatu transaksi bisnis

antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling

mempercayai. Kepercayaan ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak

lain/mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat

dibuktikan. Kepercayaan telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam

berbagai transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen

dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan (Rofiq, 2008:30)

Menurut Yousafzai et al. dalam Rofiq (2008:30) setidaknya terdapat

enam definisi yang relevan dengan aplikasi e-commerce. Hasil identifikasi

dari berbagai literature tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

Rotter (1967) mendefinisikan Kepercayaan adalah keyakinan bahwa kata

atau janji seseorang dapat dipercaya dan seseorang akan memenuhi

kewajibannya dalam sebuah hubungan pertukaran.

Morgan dan Hunt (1994) mendefinisikan bahwa Kepercayaan akan

terjadi apabila seseorang memiliki trust diri dalam sebuah pertukaran

dengan mitra yang memiliki integritas dan dapat dipercaya.

• Mayer et al. (1995) mendefinisikan Kepercayaan adalah kemauan

seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada

(36)

yang mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk

mengawasi dan mengendalikannya.

Rousseau et al. (1998) mendefinisikan trust adalah wilayah psikologis

yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan

harapan terhadap perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain.

• Gefen (2000) mendefinisikan trust adalah kemauan untuk membuat

dirinya peka pada tindakan yang diambil oleh orang yang dipercayainya

berdasarkan pada rasa trust dan tanggung jawab.

Ba dan Pavlou (2002) mendefinisikan trust adalah penilaian hubungan

seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu

menurut harapan orang trustnya dalam suatu lingkungan yang penuh

ketidak-pastian.

2.2.8. Loyalitas

Assael (1998: 130) mendefinisikan loyalitas sebagai “a favorable

attitude toward a brand resulting in consistent purchase of the brand over

time.” Literatur-literatur pemasaran menyatakan bahwa loyalitas dapat

dipahami dari dua dimensi sebagai berikut (Jacoby dan Kyner, 1973 seperti

dikutip oleh Hallowel, 1996):

1. Loyalty is behavioral, artinya loyalitas dapat dipahami sebagai

konsep yang menekankan pada runtutan pembelian, proporsi

(37)

Pemahaman ini sering disebut pendekatan keperilakuan (behavioral

approach).

2. Loyalty as an attitude, artinya loyalitas dipahami sebagai komitmen

psikologis konsumen terhadap obyek tertentu (Dharmmesta,

1999). Pemahaman ini sering disebut sebagai pendekatan

attitudinal (attitudinal approach).

Mowen & Minor (1998) seperti dikutip oleh Dharmmesta (1999: 74)

mengemukakan definisi loyalitas merek sebagai “kondisi dimana konsumen

mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen

pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa

mendatang.” Boulding dan kawan-kawan (1993) seperti dikutip oleh

Dharmmesta (1999) juga mengemukakan bahwa terjadinya loyalitas merek

pada konsumen itu disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan/

ketidakpuasan dengan merek tersebut yang terakumulasi secara

terus-menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas produk. Oliver (1999:

34) mendefinisikan loyalitas sebagai “a deeply held commitment to rebuy or

repatronize a preferred product/service consistently in the future, thereby

causingrepetitive same-brand or same brand-set purchasing, despite

situational influences and marketing efforts having the potential to cause

switching behavior.” Tiga definisi tersebut di atas didasarkan atas

pendekatan keperilakuan dan attitudinal. Penggabungan dua pendekatan

(38)

memuaskan untuk menganalisa loyalitas konsumen (Dharmmesta, 1999;

Dick dan Basu, 1994).

Loyalitas akan berkembang mengikuti tiga tahap, yaitu tahap

kognitif, afektif, dan konatif. Konsumen akan loyal lebih dulu pada aspek

kognitifnya, kemudian pada aspek afektif, dan akhirnya pada aspek konatif

(Oskamp, 1991 seperti dikutip olehDharmmesta, 1999). Pendapat tersebut

sejajar dengan ilmu perilaku konsumen, bahwa konsumen akan melalui

tahap learning perception attitude behavior.

Sikap sendiri terdiri dari 3 komponen, yaitu kognitif, afektif, dan

konatif. Komponen kognitif berkaitan dengan proses pembelajaran

konsumen, sedangkan komponen afektif berkaitan dengan sikap, dan konatif

berkaitan dengan perilaku. Hal ini berarti sebelum mencapai aspek konatif,

konsumen harus melewati terlebih dahulu aspekkognitif dan afektif.

Dharmmesta (1999) dan Oliver (1999) mengemukakan 4 tahap loyalitas

sebagai berikut:

a. Tahap pertama: Loyalitas Kognitif

Pada tahap ini, konsumen akan menggunakan basis informasi

yang secara memaksa menunjuk pada satu merek atas merek lainnya.

Jadi, loyalitasnya hanya didasarkan pada kognisi saja. Karena loyalitas

ini hanya didasarkan atas kognisi saja, makaloyalitas ini tidak cukup

(39)

b. Tahap kedua: Loyalitas Afektif

Pada tahap ini, loyalitas konsumen didasarkan atas aspek afektif

konsumen. Sikap merupakan fungsi dari kognisi (pengharapan) pada

periode awal pembelian (masa pra konsumsi) dan merupakan fungsi

dari sikap sebelumnya plus kepuasan di periode berikutnya (masa pasca

konsumsi). Loyalitas afektif muncul akibat dorongan factor kepuasan.

Tetapi, kepuasan belum menjamin adanya loyalitas, karena kepuasan

konsumen berkorelasi tinggi dengan niat membeli ulang di masa

mendatang. Niat, bahkan pembelian ulang belum menunjukkan adanya

loyalitas, hanya dapat dianggap tanda awal munculnya loyalitas.

Loyalitas pada tahap ini jauh lebih sulit dirubah, karena loyalitasnya

sudah masuk ke dalam benak konsumen sebagai afek dan bukan sebagai

kognisi yang mudah berubah. Afek memiliki sifat yang tidak mudah

berubah, karena sudah terpadu dengan kognisi dan evaluasi konsumen

secara keseluruhantentang suatu merek (Oskamp, 1991 seperti dikutip

oleh Dharmmesta, 1999).

c. Tahap Ketiga: Loyalitas Konatif

Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk

melakukan sesuatu ke arah suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu,

loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang mencakup

komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Komitmen sepertiini

sudah melampaui afek. Afek hanya menunjukkan kecenderungan

(40)

keinginan untuk menjalankan tindakan. Tahap Keempat: Loyalitas

Tindakan

Aspek konatif atau niat melakukan adalah kondisi yang mengarah

pada kesiapan bertindak dan pada keinginan untuk mengatasi hambatan

untuk mencapai tindakan tersebut. Artinya, tindakan merupakan hasil

pertemuan dua kondisi tersebut. Dengan kata lain, tindakan mendatang

sangat didukunh oleh pengalaman mencapai sesuatu dan penyelesaian

hambatan. Hal ini menunjukkan bagaimana loyalitas itu dapat menjadi

kenyataan: loyalitas kognitif loyalitas afektif loyalitas konatif

loyalitas tindakan (loyalitas yang ditopang dengan komitmen dan tindakan).

2.2.8.1. Tipe-Tipe Loyalitas.

Menurut Aaker (1997: 57) terdapat beberapa tingkat loyalitas,

dimana setiap tingkat mewakili tantangan pemasaran yang berbeda yang

mewakili juga tipe aset yang berbeda dalam mengelola dan

mengeksploitasinya, yaitu :

a. Pembeli komit.

b. Menyukai merek menganggap merek sebagai sahabat.

c. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan.

d. Pembeli yang puas bersifat kebiasaan tidak ada masalah untuk beralih.

(41)

Gam b ar 2.1

Pir am id a Loyalitas

Sumber : Aaker. A, David. 1997, Managing Brand Equity. New York : The Free Press a Division of Macmillan, inc. P. 57.

Tingkat yang paling dasar adalah pembeli yang tidak loyal sama

sekali yang menganggap bahwa semua merek adalah sama dan peran

merek adalah kecil dalam keputusan pembelian. Apapun yang diobral atau

menawarkan kenyamanan akan lebih disukai. Pembeli tipe ini mungkin

dapat diistilahkan sebagai pembeli harga atau pengalih.

Tingkat kedua adalah pembeli yang puas dengan suatu merek

tertentu atau setidaknya tidak kecewa terhadap suatu merek. Pada

dasarnya, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup untuk

menstimulasi suatu peralihan merek terutama jika peralihan tersebut

membutuhkan usaha. Para pembeli tipe ini mungkin bisa disebut rentan

terhadap kompetitor yang mampu menciptakan suatu manfaat nyata untuk

peralihan merek. Akan tetapi,. para pembeli ini mungkin juga sulit

dirangkul karena tidak ada alasan bagi mereka untuk memperhitungkan

berbagai alternatif. Segmen ini sangat potensial untuk direbut pesaing jika

(42)

Tingkat ketiga adalah orang-orang yang puas, namun mereka

memikul biaya peralihan (switching cost) yaitu, biaya dalam waktu, uang

atau resiko kinerja yang berhubungan dengan perpindahan ke suatu merek

lain. Barangkali mereka telah melakukan investasi dalam mempelajari

suatu sistem yang berkaitan dengan suatu merek. Untuk menarik minat

para pembeli ini, para kompetitor perlu mengatasi biaya peralihan dengan

menawarkan bujukan untuk beralih atau dengan tawaran suatu manfaat

yang cukup besar sebagai kompensasi. Kelompok ini mungkin bisa

disebut konsumen yang loyal terhadap biaya peralihan.

Tingkat keempat, kita temukan mereka yang sungguh-sungguh

menyukai merek yang menganggap merek sebagai sahabat, dimana

preferensi mereka mungkin didasarkan pada suatu asosiasi seperti simbol,

pengalaman menggunakan merek tersebut, atau karena kualitas merk

tersebut. Namun, rasa suka seringkali merupakan suatu perasaan yang

umum yang tidak bisa ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan

dalam sesuatu yang spesifik. Orang-orang tidak selalu sanggup untuk

mengidentifikasikan mengapa mereka menyukai sesuatu, apalagi bila

hubungan tersebut terbentuk dalam waktu lama. Berbagai segmen pada

tingkat keempat ini disebut sebagai teman-teman dari merek (friends of

the brand) karena terdapat perasaan emosional yang terikat.

Tingkat teratas adalah pembeli komit atau para konsumen yang

setia. Mereka mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau

(43)

mereka baik dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai

siapa mereka sebenarnya. Rasa percaya diri mereka termanisfestasi pada

tindakan semacam rekomendasi merek tersebut pada orang lain. nilai dari

kondisi yang berkomitmen tersebut tidaklah begitu besar pada perusahaan,

tapi lebih pada tampak terhadap orang lain dan juga terhadap pasar itu

sendiri.

2.2.8.2. Membangun Loyalitas Konsumen

Pada saat situasi krisis, perusahaan harus memperhatikan untuk

mempertahankan konsumen yang sudah ada (existing customer) daripada

harus mencari konsumen baru terus-menerus yang memerlukan biaya

cukup besar. Perusahaan seharusnya mulai mengembangkan budaya

loyalitas agar konsumen tetap setia, diantaranya dengan (Widjaja, 1999:

135) :

a. Mengukur tingkat loyalitas konsumen. Perusahaan dapat melakukan

hal ini dengan melihat data yang dimiliki oleh setiap wiraniaga atau

supervisor penjualan.

b. Mengevaluasi tingkat loyalitas setiap bulan. Ini dimaksudkan untuk

memberikan penghargaan (reward) kepada konsumen yang sangat

loyal.

c. Menggunakan berbagai taktik pemasaran. Hal ini dilakukan untuk

menarik konsumen agar tetap loyal, misalkan program peduli “skin

(44)

d. Mengingatkan pentingnya loyalitas konsumen kepada para bawahan

sehingga mereka selalu berusaha untuk menomersatukan konsumen.

e. Mengkaitkan tujuan membangun loyalitas konsumen terhadap prestasi

dan rencana kompensasi bawahan.

f. Mengajak bawahan terlibat dalam pengembangan dan

mempertahankan program loyalitas konsumen.

g. Mengidentifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan konsumen

pindah ke pesaing. Misalkan, faktor harga, pelayanan, atau kualitas dan

setelah itu dicoba untuk diperbaiki.

Menurut Lele dan Sheth (1996: 47) loyalitas konsumen dapat

dijabarkan oleh produsen dalam bentuk :

a. Sikap dan perilaku berkelanjutan mempersembahkan karya produk dan

pelayanan bermutu terbaik demi kepuasan konsumen.

b. Fleksibilitas menyesuaikan mutu produk ke kebutuhan konsumen yang

nyata.

c. Antusias menyambut dan memperhatikan customer complaint, bukan

menghindarinya.

d. Berupaya tulus memperhatikan kepentingan setiap konsumen sebagai

insan manusia, bukan sekedar data, nomer atau sumber siap

dieksploitasi demi kepentingan profit produsen.

e. Kesadaran bahwa itu harus didukung suasana employees satisfaction.

Loyalitas konsumen atau customer loyalty merupakan tiket menuju

(45)

marketing yang didukung oelh customer oriented drive seyogyanya

menghasilkan konsumen-konsumen yang loyal. Mereka yang

dikategorikan sebagai konsumen setia ialah mereka yang sangat puas

dengan produk tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk

memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya

pada tahap berikutnya konsumen yang loyal tersebut akan memperluas

kesetiaan mereka kepada produk-produk lain buatan produsen yang sama.

Pada akhirnya, mereka adalah konsumen yang setia kepada produsen

tertentu untuk selamanya.

2.2.9. Pengaruh Kepercayaan terhadap Kepuasan

Menurut Mowen dan Minor (2002:312), “kepercayaan konsumen

(consumer beliefs) adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh

konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek,

atribut, dan manfaatnya”. Sedangkan menurut Lau dan Lee (2007:344),

“kepercayaan konsumen didefenisikan sebagai keinginan konsumen untuk

bersandar pada sebuah merek pada resiko-resiko yang dihadapi karena

ekspektasi terhadap merek itu akan menyebabkan hasil yang positif”.

Kepercayaan atau trust didefinisikan sebagai persepsi akan keterhandalan

dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman,atau lebih pada

urut-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya

(46)

Kepuasan dan kepercayaan konsumen merupakan suatu hal yang

sangat berharga demi mempertahankan eksistensi perusahaan dimasa yang

akan datang. Layanan yang diberikan kepada konsumen akan memacu

kepercayaan yang memunculkan puas tidaknya seseorang konsumen..

(Guspul, 2014:42)

Jadi hubungan antara kepercayaan konsumen dengan kepuasan

adalah positif, maka kepercayaan yang tinggi akan meningkatkan

kepuasan konsumen

2.2.10.Pengaruh Kepuasan terhadap Loyalitas Konsumen

Terdapat banyak definisi mengenai kepuasan konsumen. Kotler

(2003) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai perasaan suka atau

tidak suka seseorang terhadap suatu produk setelah membandingkan

kinerja produk tersebut dengan yang diharapkan. Sementara Johnson and

Fornell (1991) menyatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan hasil

evaluasi menyeluruh konsumen atas kinerja produk yang dikonsumsinya.

Yi (1991) mengidentifikasi dua konsep kepuasan konsumen yang berbeda

yaitu transaction-specific satisfaction dan overall satisfaction. Transaction-

specific satisfaction merupakan konsep yang merujuk kepada penilaian

kepuasan konsumen setelah melakukan pembelian produk atau merek

tertentu. Sementara overall satisfaction adalah konsep yang mengukur

kepuasan (ketidakpuasan) konsumen terhadap produk atau merek tertentu

(47)

Dengan demikian overall satisfaction bias dipandang sebagai

fungsi dari semua transaction-specific satisfaction yang terjadi

sebelumnya. Dalam penelitian ini konsep kepuasan konsumen yang

dipergunakan adalah kepuasan yang menyeluruh (overall customer

satisfaction). Dalam beberapa dekade terakhir, kepuasan konsumen selalu

menjadi focus perhatian para akademisi dan praktisi pemasaran. Perhatian

tersebut berasal dari sebuah filosofi yang menyatakan bahwa untuk

mencapai kesuksesan perusahaan tergantung pada kemampuan perusahaan

tersebut dalam memberikan apa yang diinginkan konsumennya.

Dengan kata lain, kepuasan konsumen merupakan kunci sukses

perusahaan (Kurtz and Clow, 1993). Lebih lanjut Shin and Elliot (1998)

menjelaskan bahwa kepuasan konsumen menciptakan retensi konsumen

(consumer retention) yang selanjutnya dapat meningkatkan keuntungan

perusahaan, mengingat biaya untuk mempertahankan konsumen yang

sudah ada lebih murah daripada biaya mencari konsumen baru.

Berdasarkan temuan tersebut maka penelitian mengajukan hipotesa:

(48)

2.3. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

1. Kepercayaan pelanggan berpengaruh positif terhadap Kepuasan

pelanggan

2. Kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap Loyalitas pelanggan Kepercayaan

Pelanggan (X)

Kepuasan Pelanggan

(Y)

Loyalitas Pelanggan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk mempermudah pengertian dan menghindari kesalahan

persepsi maka penulis perlu menguraikan dimensi operasional dalam

penelitian ini, yaitu :

X = Kepercayaan pelanggan adalah persepsi pelanggan sebagai respon

tentang keyakinan timbal balik pada niat dan perilaku suatu

perusahaan, dengan indikator (Winahyuningsih, 2011 : 4) :

1. Kepercayaan terhadap layanan pegawai percetakan

2. Kepercayaan terhadap fasilitas percetakan

3. Kepercayaan terhadap hasil dan kualitas percetakan

Y = Kepuasan pelanggan merupakan perasaan suka atau tidak suka

seseorang terhadap produk setelah membandingkan kinerja produk

yang diharapkan, dengan indicator (Winahyuningsih, 2011 : 7) :

1. Kualitas yang diberikan sesuai dengan yang dijanjikan.

2. Pelayanan yang baik dan memberikan kepuasan bagi pelanggan.

3. Kepuasan bagi setiap pelanggan yang mencetak di percetakan

Z = Loyalitas pelanggan adalah suatu komitmen untuk membeli kembali

suatu barang atau jasa secara konsisten di masa yang akan datang

dengan indicator (Ishak, 2011 : 60) :

1. Merekomendasikan produk yang dipakai saat ini kepada

(50)

2. Akan terus menggunakan produk tersebut dengan membeli secara

terus menerus.

3.1.1. Pengukuran Variabel

Tipe skala yang digunakan dalam mengukur variabel tersebut,

baik itu variabel bebas maupun variabel terkait adalah menggunakan skala

likert, dengan skala 5 point dari sangat sangat tidak setuju – sangat setuju.

Dengan pola pertanyaan sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju

1 2 3 4 5

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor

yang berada dalam rating nilai 1 sampai dengan 5 pada masing-masing

skala, dimana nilai 1 menunjukan nilai terendah dan nilai 5 nilai tertinggi.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki

ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok

subyek / obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi

dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi dalam penelitian ini

adalah pelanggan Linograph Offset sebanyak 113 pelanggan.

3.2.2. Sampel

(51)

sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi, (Sumarsono,

2002 : 44). Dalam melakukan penarikan sampel, digunakan metode

“Simple Random Sampling” yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap

anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai

sampel, dan setiap anggota diberikan nomor, selanjutnya sampel ditarik

secara random dengan mempergunakan undian atau tabel bilangan

random. Agar jumlah sampel bisa mewakili jumlah populasi yang ada,

maka dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar

(1997:94) yaitu sebagai berikut :

e = persen kelonggaran tingkat kesalahan 5%

Maka pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut :

(52)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian

dengan kuesioner.

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber datanya diperoleh dari pelanggan

Linograph Offset.

3.3.3. Pengumpulan Data

1). Studi Pustaka, yaitu studi pendahuluan yang diperoleh dari literatur

tentang variabel penelitian yang akan digunakan dan menentukan

teori-teori yang tepat sebagai landasan teori-teori.

2). Studi Lapangan, yaitu studi langsung pada tempat penelitian dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Wawancara, yaitu teknik pegumpulan data dalam metode survei yang

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian guna

melengkapi data dalam penelitian ini

b. Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan cara membagikan

lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi

(53)

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode SEM berbasis

komponen dengan menggunakan PLS dipilih sbeagai alat analisis pada penelitian

ini. Teknik Partial Least Square (PLS) dipilih karena perangkat ini banyak

dipakai untuk analisis kausal – prediktif yang rumit dan merupakan teknik yang

sesuai untuk digunakan dalam aplikasi prediksi dan pengembangan teori seperti

pada penelitian ini.

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini

terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten

berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten

dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi nilai terhadap variabel laten

yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi

terhadap variabel laten yang dipengaruhi juga dapat dengan mudah dilakukan.

SEM berbasis kovarian membutuhkan banyak asumsi parametrik,

misalnya variabel yang diobservasi harus memiliki multivariate normal

distribution yang dapat terpenuhi jika ukuran sampel yang digunakan besar

(antara 200-800). Dengan ukuran sampel yang kecil akan memberikan hasil

parameter dan model statistik yang tidak baik (Ghozali, 2008)

PLS tidak membutuhkan banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi

normal multivariate dan jumlah sampel tidak harus besar (Ghozali

merekomendasikan antara 30 – 100). Karena jumlah sampel yang digunakan

(54)

Untuk melakukan pengujian dengan SEM berbasis komponen atau PLS,

digunakan dengan bantuan SmartPLS. PLS mengenal dua macam komponen

dalam model kausal yaitu model pengukuran (measurement models) dan model

struktural (structural model).

Melalui pendekatan ini, diasumsikan bahwa semua varian yang dihitung

merupakan varian yang berguna untuk penjelasan. Pendekatan pendugaan variabel

laten dalam PLS adalah sebagai exact kombinasi linear dari indikator, sehingga

mampu menghindari masalah indeterminacy dan menghasilkan skor komponen

yang tepat. Dengan menggunakan algoritma iteratif yang terdiri dari beberapa

analisis dengan metode kuadrat kecil biasa (ordinary least square) maka persoalan

identifikasi tidak menjadi masalah, karena model bersifat rekursif.

Pendekatan PLS didasarkan pada pergeseran analisis dari pengukuran

estimasi parameter model menjadi pengukuran prediksi yang relevan. Sehingga

fokus analisis bergeser dari hanya estimasi dan penafsiran signifikan parameter

menjadi validitas dan akurasi prediksi.

Didalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pencerminan indikatornya,

diistilahkan dengan indikator refleksif (reflective indicator). Disamping itu, juga

bisa konstruk dibentuk (formatif) oleh indikatornya, diistilahkan dengan indikator

(55)

3.4.2 Model Indikator Refleksif Dan Indikator Formatif

3.4.2.1 Model Indikator Refleksif

Dikembangkan berdasarkan pada classical test theory yang

mengasumsikan bahwa variasi skor pengukuran konstruk merupakan fungsi dari

true score ditambah error. Jadi konstruk laten seolah-olah mempengaruhi variasi

pengukuran dan asumsi hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator. Model

refleksif sering juga disebut principal factor model dimana kovarian pengukuran

indikator seolah-olah dipengaruhi oleh konstruk laten atau mencerminkan variasi

dari konstruk laten.

Pada model refleksif, konstruk (unidimensional) digambarkan dengan

bentuk ellips dengan beberapa anak panah dari konstruk ke indikator. Model ini

menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akan mempengaruhi

perubahan pada indikator. Model indikator refleksif harus memiliki internal

konsistensi karena semua indikator diasumsikan mengukur satu konstruk,

sehingga dua indikator yang sama reliabilitasnya dapat saling dipertukarkan.

Walaupun reliabilitas (Cronbach Alpha) suatu konstruk akan rendah jika hanya

ada sedikit indikator, tetapi validitas konstruk tidak akan berubah jika satu

indikator dihilangkan.

Contoh model indikator refleksif adalah konstruk yang berkaitan dengan

sikap (attitude) dan niat membeli (purchase intention). Sikap umumnya dipandang

sebagi jawaban dalam bentuk favorable (positif) atau unfavorable (negatif)

terhadap suatu obyek dan biasanya diukur dengan skala multi item dalam bentuk

(56)

Sedangkan niat membeli umumnya diukur dengan ukuran subyektif seperti how

likely-unlikely, probable-improbable, dan/atau possible-impossible.

Ciri-ciri model indikator reflektif adalah:

• Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari konstruk ke indikator.

• Antar indikator diarapkan saling berkorelasi (memiliki internal

consitency Reliability).

• Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan

merubah makna dan arti konstruk.

• Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat

indikator.

3.4.2.2 Model Indikator For matif

Konstruk dengan indikator formatif mempunyai karakteristik berupa

komposit, seperti yang digunakan dalam literatur ekonomi yaitu index of

sustainable economics welfare, the human development index, dan the quality of

life index. Asal usul model formatif dapat ditelusuri kembali pada “operational

definition”, dan berdasarkan definisi operasional, maka dapat dinyatakan tepat

menggunakan model formatif atau refleksif. Jika η menggambarkan suatu variabel

laten dan x adalah indikator, maka: η = x

Oleh karena itu, pada model formatif variabel komposit seolah-olah

dipengaruhi (ditentukan) oleh indikatornya. Jadi arah hubungan kausalitas

seolaholah dari indikator ke variabel laten. Dalam model formatif, perubahan pada

(57)

laten). Tidak seperti pada model refleksif, model formatif tidak mengasumsikan

bahwa indikator dipengaruhi oleh konstruk tetapi mengasumsikan bahwa semua

indikator mempengaruhi single konstruk. Arah hubungan kausalitas seolah-olah

mengalir dari indikator ke konstruk laten dan indikator sebagai group secara

bersama-sama menentukan konsep, konstruk atau laten.Oleh karena, diasumsikan

bahwa indikator seolah-olah mempengaruhi konstruk laten, maka ada

kemungkinan antar indikator saling berkorelasi, tetapi model formatif tidak

mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator secara konsisten. Sebagai misal

komposit konstruk yang diukur oleh indikator yang saling mutually exclusive,

adalah konstruk Status Sosial Ekonomi diukur dengan indikator antara lain

Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat Tinggal.

Oleh karena diasumsikan bahwa antar indikator tidak saling berkorelasi

maka ukuran internal konsistensi reliabilitas (Alpha Cronbach) tidak diperlukan

untuk menguji reliabilitas konstruk formatif. Kausalitas hubungan antar indikator

tidak menjadi rendah nilai validitasnya hanya karena memiliki internal konsistensi

yang rendah. Untuk menilai validitas konstruk perlu dilihat vaiabel lain yang

mempengaruhi konstruk laten. Jadi untuk menguji validitas dari konstruk laten,

peneliti harus menekankan pada nimological dan atau criterion-related validity.

Implikasi lainnya dari model formatif adalah dengan menghilangkan

(dropping) satu indikator dalam model akan menimbulkan persoalan serius.

Menurut para ahli psikometri indikator formatif memerlukan semua indikator

yang membentuk konstruk. Jadi menghilangkan satu indikator akan

Gambar

Tabel 1. Data Pengguna Jasa Percetakan Linograph Offset
Tabel 2. Data komplain Percetakan Linograph Offset
Gambar 2.1 Piramida Loyalitas
Gambar 4.1  Bagan Struktur Organisasi Perusahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik. Analisis struktural tidak hanya mendata unsur tertentu terhadap karya fiksi, namun yang penting adalah

Pihak Indovision perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam memilih TV Berlangganan, tingkat kepuasan konsumen Indovision, perilaku

Berdasarkan analisis deskriptif, maka diperoleh hasil indeks kualitas kinerja RSUD Sleman setelah adanya penerapan asuransi BPJS Kesehatan pada masing-masing aspek adalah

Berdasarkan analisis pendapatan usahatani yang dilakukan, usahatani padi petani program SLPTT secara absolut lebih menguntungkan dibandingkan dengan petani non SLPTT

Perilaku merokok adalah perilaku yang telah umum di jumpai.Perilaku merokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hai ini

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh.. bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan

Pada saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), SMK Muhammadiyah Kajen sudah menyeleksi calon siswa dan dari 453 siswa yang lolos seleksi masuk SMK Muhammadiyah Kajen kelas X

Pada pemodelan ini diperkirakan tinggi gelombang dan jarak penjalaran maksimal gelombang yang dapat terjadi jika hutan mangrove diasumsikan tidak ada, hasilnya