• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

Studi Kasus Siswa-siswi Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

Theresia Septriani NIM : 041334022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Orang tuaku Paulus Tumiran & Pimitiva Srimurdyati

Kakakku Bernadetha Mei Astuti & Agnes Irni Yusnita

Adikku Yohanes Ludi Frandika

(5)

v

MOTTO

Pertama dan terpenting, aku akan selalu setia kepada Iman Kepecayaanku

Aku tidak akan meremehkan Daya Keutuhan Keluarga

Aku tidak akan meninggalkan teman, tetapi juga akan menyisihkan waktu

bagi diri sendiri

Aku akan menghadapi setiap tantangan dengan optimisme, bukan sikap

serba ragu

Aku akan selalu membentuk gambaran-diri yang positip dan

penghargaan-diri yang tinggi

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 April 2009

Penulis

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : THERESIA SEPTRIANI

Nomor Mahasiswa : 041334022

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR

DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian peryataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 24 April 2009

Yang menyatakan

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah dan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Kemandirian Belajar, Jumlah Jam Belajar dengan Prestasi Belajar

Akuntansi”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi sekolah pada masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penyusunan skripsi ini tidak akan

dapat berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya dukungan serta bantuan dari

semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak atas segala dukungan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada yang

terhormat :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(9)

viii

4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, yang

dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun skripsi

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Segenap dosen serta seluruh staff karyawan FKIP Universitas Sanata Dharma

yang telah memberikan bantuan selama penulis kuliah.

6. Ibu Sri Rahayuningsih S.Pd, selaku Kepala SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Orang Tuaku Bapak P. Tumiran dan Ibu Primitiva Srimurdyati, kakakku

Bernadetha Mei Astuti dan Agnes Irni Yusnita, adikku Yohanes Ludi

Frandika, serta abangku Yoseph Asmed yang selalu memberikan doa,

dukungan serta semangat kepada penulis.

8. Teman-temanku: Nuci dan Astri yang selalu memotivasi dan membantu dalam

penyusunan skripsi; Dika, Sella, Pungki, Hening, Mbak Rini terimakasih atas

dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik, dan masukan sangat

diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 7 April 2009

Penulis

(10)

ix

ABSTRAK

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

Studi Kasus : Siswa-siswi Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009

Theresia Septriani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : (1) ada hubungan yang

positif signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi, (2)

ada hubungan yang positif signifikan antara jumlah jam belajar dengan prestasi

belajar akuntansi.

Pengumpulan data dilaksanakan ada bulan November 2008. poulasi

penelitian berjumlah 104 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode

kuesione, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah

analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa = (1) ada hubungan yang positif dan

signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi, hal ini

berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r =

0,486, sedangkan hasil pengujian signifikansi = 0,000 kurang dari α 0,05. (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah jam belajar dengan prestasi

belajar akuntansi, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi

bernilai positif dan signifikan dengan nilai r = 0,500, sedangkan hasil pengujian

(11)

x

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN

AUTO-LEARNING AND LEARNING TIME ALLOCATION AND ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT

A Case Study: the 11th Grade students of Senior High School of BOPKRI 2 Yogyakarta

in 2008/2009 Academic Year

Theresia Septriani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

The purpose of the research is to identify whether (1) there is a significant relation between auto-learning and accounting learning achievement, (2) there is a positive and significant relation between learning time allocation and accounting learning achievement.

The data gathering was carried out during November 2008, covering a population of 104 students. The data gathering method which was applied included questionaire, observation, and documentation, whereas the data analysis technique was correlation analysis of product moment.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

(13)

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar ... 8

B. Kemandirian Belajar ... 12

C. Jumlah Jam Belajar ... 17

D. Prestasi Belajar ... 18

E. Kerangka Berpikir ... 19

F. Paradigma Penelitian ... 20

G. Hipotesis ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 22

D. Populasi ... 23

E. Operasionalisasi Variabel ... 24

F. Teknik Pengumpulan Data ... 27

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28

H. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA ... 37

B. Visi, Misi dan Tujuan ... 41

(14)

xiii

D. Sumber Daya Manusia ... 44

E. Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 44

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 49

B. Analisis Data ... 52

C. Pembahasan ... 56

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN

A. Kesimpulan ... 60

B. Keterbatasan Penelitian ... 60

C. Saran ... 61

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Kemandirian Belajar ... 24

Tabel 3.2. Kisi-kisi Jumlah Jam Belajar ... 26

Tabel 3.3. Rangkuman Uji Validitas Kemandirian Belajar ... 29

Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Jumlah Jam Belajar ... 31

Tabel 3.5 Rangkuman Uji Reliabilitas ... 33

Tabel 5.1. Responden Penelitian ... 49

Tabel 5.2. Sebaran Klasifikasi Kemandirian Belajar ... 49

Tabel 5.3. Sebaran Klasifikasi Jumlah Jam Belajar... 50

Tabel 5.4. Sebaran Klasifikasi Prestasi Belajar Akuntansi ... 51

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Sebaran Klasifikasi Kemandirian Belajar ... 50

Gambar 5.2. Sebaran Klasifikasi Jumlah Jam Belajar ... 51

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Ijin Penelitian ... 65

Lampiran Kuisioner ... 70

Lampiran Data Prapenelitian ... 81

Lampiran Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 85

Lampiran Data Penelitian ... 88

Lampiran Output Uji Normalitas ... 101

Lampiran Output Uji Hipotesis ... 103

Lampiran Deskripsi Data ... 105

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya dan akan

tergantung pada orang tua serta orang-orang yang berada di lingkungannya

hingga waktu tertentu. Seiring perkembangannya, anak perlahan-lahan akan

melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di

sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah

yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Mandiri

atau sering disebut berdiri diatas kaki sendiri merupakan kemampuan

seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain serta bertanggung jawab

atas apa yang dilakukannya (http://www.e-psikologi.com/epsi/individualdetail.

asp?id=383).

Namun saat ini banyak siswa yang kurang memiliki kemandirian,

nampak dari sering terjadi perkelahian antar pelajar, reaksi emosional yang

berlebihan dan berbagai perilaku yang mengarah pada tindakan kriminal.

Dalam konteks proses belajar gejala yang nampak adalah kurang mandiri

dalam belajar yang berakibat pada gangguan mental setelah memasuki

perguruan tinggi, kebiasaan belajar yang kurang baik yaitu tidak tahan lama

dan baru belajar setelah menjelang ujian, membolos, mencontek dan mencari

bocoran soal ujian. Problem remaja diatas merupakan perilaku-perilaku

(19)

yang diperkirakan akan semakin kompleks dan penuh tantangan. Gejala-gejala

lain seperti diatas juga muncul di SMA Bopkri 2 Yogyakarta yaitu

pelajar-pelajar sering berkeliaran pada jam belajar, mencontek saat ulangan, tidak

tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, pergi mengobrol dengan

teman-teman. Perilaku yang telah disebutkan diatas merupakan produk lingkungan

rumah. Selain itu kegiatan ekstra kurikuler sebagai kegiatan pengembangan

afektif atau pembinaan sikap kurang karena wadah-wadah penyaluran tidak

ada. Wajar saja kalau sikap pelajar sekarang cenderung makin lama makin

beringas, karena di rumah mereka terkadang kurang diberi pengertian

nilai-nilai moral dan agama yang mantap kecuali hanya segelintir keluarga saja

yang memperhatikannya. Sekolah lebih memperhatikan pengembangan aspek

kognitif dan psikomotorik yaitu berupa pemberian ilmu pengetahuan dan

pelaksanaan latihan keterampilan dan olah raga.

Menghadapi kenyataan tersebut, kemandirian belajar sepertinya perlu

ditingkatkan guna menyongsong masa depan. Ada banyak pihak perlu

melakukan introspeksi diri dan langsung bertindak dalam usaha meningkatkan

kemandirian belajar. Maka untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan

kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di

sekitarnya. Pada saat ini peran orang tua dan respon dari lingkungan sangat

diperlukan bagi anak sebagai penguat untuk setiap perilaku yang telah

dilakukannya. Orangtua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak

agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil

(20)

mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Dengan demikian anak akan

mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang

tua menjadi mandiri (http://www.e-psikologi.com/epsi/individualdetail.asp?

id=383). Cara lain yang dapat dilakukan dengan memberikan latihan, seperti

halnya kondisi psikologis yaitu dapat berkembang jika diberikan kesempatan

untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan

dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas-tugas

tanpa bantuan, tugas-tugas tersebut harus sesuai dengan usia dan kemampuan

anak. Selain itu proses belajar di sekolah memperlihatkan bahwa pengajar

harus berusaha mengembangkan siswa untuk belajar mandiri melalui bekerja

sendiri dan menemukan sendiri. Kondisi aktivitas belajar siswa yang demikian

akan menentukan pencapaian prestasi belajar yang cenderung tinggi

dibandingkan dengan siswa yang tidak mandiri.

Mengingat kemandirian akan memberikan dampak yang positif bagi

perkembangan seseorang, maka sebaiknya kemandirian diajarkan sedini

mungkin sesuai kemampuannya seperti telah diakui bahwa segala sesuatu

yang diusahakan pada anak sejak dini dapat dihayati dan akan semakin

berkembang menuju kesempurnaan, karena kemandirian belajar sangatlah

penting untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal.

Dalam usaha pencapaian prestasi belajar, jumlah jam yang

dipergunakan untuk belajar perlu diperhatikan. Sebagai seorang pelajar

hendaknya terampil dalam mengelola waktu. Keterampilan mengelola waktu

(21)

masa studi maupun seluruh kehidupan seseorang (The Liang Gie, 1995:167).

Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien merupakan

salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda. Keterampilan

mengelola waktu khususnya untuk keperluan studi harus dikembangkan,

dimahirkan, dan diterapkan selama studi.

The Liang Gie (1995:168) mengatakan bahwa waktu senantiasa ada

dan tersedia setiap saat bagi siswa yang memerlukannya untuk melakukan

studi dan waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus menerus berlalu

dihadapan setiap orang. Dengan demikian waktu tidak bisa ditabung atau

disimpan pada kesempatan lain. Maka sebagai seorang pelajar hendaknya

melatih diri sendiri suatu kebiasaan menggunakan waktu sekarang juga atau

pada saat ini. Kebiasaan memanfaatkan waktu sekarang juga berarti bahwa

seorang siswa serta merta dapat mengikis kecenderungan diri untuk

menunda-nunda waktu, mengulur-ngulur tempo, mencari-cari alasan sampai besok saja,

atau bahkan mencari hari yang baik ataupun menanti saat yang cocok untuk

memulai menyempurnakan catatan, membaca buku wajib, membuat catatan

studi, menghafal bahan pelajaran, dan menulis tugas. Seorang siswa yang

unggul memiliki kebiasaan baik untuk melakukan studi mulai sekarang juga

dan pada setiap saat yang tersedia. Dengan demikian, siswa yang unggul akan

kelebihan waktu sehingga dapat meningkatkan prestasi studinya.

Namun kenyataannya siswa cenderung belajar ketika di sekolah saja

dan sering mengeluh kehabisan waktu atau kekurangan waktu. Dalam hal

(22)

konsumsi yang akan habis jika dipergunakan terus dan sifat dasar dari waktu,

bahwa waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus menerus berlalu

dihadapan setiap orang (The Liang Gie, 1995:168). Maka sebagai seorang

siswa hendaknya mempergunakan waktu sebaik-baiknya agar dapat

dimanfaatkan untuk belajar demi pencapaian prestasi belajar yang optimal.

Dimana jumlah jam/waktu yang dipergunakan oleh siswa dalam kegiatan

belajar sangat terkait dengan hasil yang akan diperoleh karena semakin

banyak waktu atau jumlah jam yang digunakan untuk belajar maka prestasi

yang diperoleh semakin tinggi.

Dari uraian diatas maka penulis ingin mengetahui apakah ada

hubungan kemandirian Belajar, Jumlah jam belajar dengan Prestasi belajar

akuntansi di SMA Bopkri 2 Yogyakarta khususnya kelas XI IPS dengan

alasan karena kelas XI baru memulai penjurusan sehingga siswa dapat menilai

bahwa sikap kemandirian yang dimiliki membawa segi positif yang akhirnya

siswa mampu menunjukkan kemampuannya untuk memilih kelas IPS.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalahnya sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi

belajar akuntansi.

2. Apakah ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi

(23)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang:

1. Hubungan kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi.

2. Hubungan jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak:

1. Bagi para guru SMA Bopkri 2 Yogyakarta sebagai pelaksana pendidikan.

Dengan hasil penelitian ini diharapkan para guru bidang akuntansi dapat

meningkatkan mutu pendidikan dengan cara menumbuhkan semangat

kemandirian belajar pada siswa.

2. Bagi peneliti

Peneliti berharap bahwa proses penelitian ini bisa dijadikan sebuah

pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan

sebagai acuan penelitian lebih lanjut.

E. Definisi Operasional

1. Kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan

dirinya sendiri dalam belajar yang ditandai dengan adanya inisiatif,

progresif, ulet, aktif, bebas, mampu mengambil keputusannya sendiri,

(24)

belajarnya, mampu mengontrol diri dan mempunyai motivasi yang tinggi

dalam belajar dan bertanggung jawab.

2. Jumlah jam belajar adalah banyaknya waktu yang disediakan dan

digunakan siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam.

3. Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan belajar yang berupa nilai-nilai

(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:14) belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dari arti belajar menurut kamus

ini, maka belajar merupakan kegiatan atau aktivitas, sebab “berusaha” mesti

berupa kegiatan. Belajar adalah key term ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak

pernah ada pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2001:154) belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.

Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya,

berlangsung seumur hidup yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun satu

hal yang sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa

dilandasi oleh iktikad dan maksud tertentu.

Slameto menuliskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar adalah suatu proses yang

menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah

laku dan kecakapan. Sampai di manakah perubahan itu dapat tercapai atau

dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada

(26)

Menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi

dua golongan:

1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor

individual:

a) Kematangan/pertumbuhan

Kita tidak dapat mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang

baru duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semua itu

disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima

pelajaran itu. Mengajarkan sesuatu baru akan berhasil jika tarap

pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya yaitu potensi-potensi

jasmani atau rohaninya yang telah matang untuk menerima hal itu.

b) Kecerdasan/Intelijensi

Disamping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari

sesuatu dengan berhasil baik ditentukan/dipengaruhi pula oleh taraf

kecerdasannya. Kenyataan menunjukkan kepada kita, meskipun anak

yang berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang belajar

ilmu pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu

pasti.

c) Latihan dan ulangan

Terlatih dan sering mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan

pengetahuan yang dimilikinya makin dikuasai dan makin mendalam.

(27)

sesuatu. Makin besar minat makin besar pula perhatiannya sehingga

memperbesar hasratnya untuk mempelajari.

d) Motivasi

Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk

melakukan sesuatu. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang

sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu

pengetahuan tertentu. Tak mungkin seseorang mau berusaha

mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak mengetahui

betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajar bagi

dirinya.

e) Sifat-sifat pribadi seseorang

Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam

belajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya

masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Sifat-sifat

kepribadian yang ada pada seseorang itu turut mempengaruhi sampai

di manakah hasil belajarnya dapat tercapai.

2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial

a) Keadaan keluarga

Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut

menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai

oleh anak-anak. Termasuk ada tidaknya fasilitas-fasilitas yang

diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula.

(28)

Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan

yang miliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan

pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan

bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak, merupakan faktor

penting dalam belajar di sekolah.

c) Alat-alat Pelajaran

Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang

diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik

dari para guru, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat, akan

mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.

d) Motivasi Sosial

Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang-orang

disekitarnya, seperti tetangga, sanak saudara, teman sepermainan. Pada

umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja,

dan mungkin pula dengan tidak sadar.

e) Lingkungan dan Kesempatan

Siswa yang bersekolah karena jarak antara rumah dan sekolah

terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga

melelahkan dan anak-anak tidak dapat belajar dengan hasil baik dan

tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan

yang disebabkan sibuk setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk

(29)

B. Kemandirian belajar

1. Pengertian Kemandirian Belajar

Orang ingin menjadi mandiri maka seseorang harus belajar,

sehingga dapat dicapai suatu kemandirian belajar. Pengertian kemandirian

menurut Jacob Utomo (1990:108) adalah kecenderungan bebas

berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecenderungan menggunakan

kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas,

progresif, dan penuh dengan inisiatif. Pendapat ini dapat diartikan bahwa

seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab kepada

orang lain.

Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:84) adalah suatu

sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan

sesuatu atas dorongan diri sendiri dan unuk kebutuhan sendiri, mengejar

prestasi, penuh ketekunan serta keinginan untuk mengerjakan sesuatu

tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara

original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi

lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri sendiri dan memperoleh

kepuasan dari usahanya.

Menurut Yusuf Hadi Miarso (2004:267), bahwa belajar mandiri

prinsipnya sangat erat hubungannya dengan belajar menyelidiki, yaitu

berupa pengarahan dan pengontrolan diri dalam memperoleh dan

(30)

karena keberhasilan dalam kehidupan akan diukur dari kesanggupan

bertindakdan berpikir sendiri, dan tidak tergantung kepada orang lain.

Menurut Paullina Panen (1994:5), “siswa yang mampu belajar

mandiri adalah siswa yang dapat mengontrol dirinya sendiri, dan

mempunyai motivasi belajar yang tinggi, serta yakin akan dirinya

mempunyai orientasi atau wawasan yang luas dan luwes. Siswa yang

luwes, mandiri dan tidak komformis akan dapat belajar mandiri, namun

dukungan dan bimbingan guru biasanya tetap diperlukan bagi siswa

tersebut. Dengan demikian, kompetensi yang menjadi tujuan dan hal

pokok yang dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar

ditentukan sendiri oleh siswa (siswa mencari dan memilih sendiri

kompetensi yang diinginkan). Siswa dapat berlatih untuk meraih

kompetensi yang diinginkan tersebut berlansung setiap saat, karena semua

kegiatan yang dilakukan tidak lagi tergantung pada seorang tutor atau

guru.

Menurut Good dalam Slameto (1991:45), kemandirian belajar

adalah belajar yang dilakukan dengan sedikit atau sama sekali tanpa

bantuan dari pihak luar. Dalam pendapat ini siswa bertanggung jawab atas

pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya dan

memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan yang diambilnya.

Didalam perkembangannya kemandirian muncul sebagai hasil proses

belajar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya lingkungan

(31)

muncul bila seseorang belajar, sebaliknya kemandirian tidak akan muncul

apabila siswa tidak dibekali dengan ilmu yang cukup.

Dari beberapa pengertian kemandirian di atas dapat disimpulkan

bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk

mengarahkan dirinya sendiri dalam belajar yang ditandai dengan adanya

inisiatif, progresif, ulet, aktif, bebas, mampu mengambil keputusannya

sendiri, disiplin, tidak tergantung pada orang lain dalam mengatur kegiatan

belajarnya, mampu mengontrol diri dan mempunyai motivasi yang tinggi

dalam belajar dan bertanggung jawab.

2. Ciri-ciri Kemandirian

Slameto (1991:46) mengemukakan ciri-ciri kemandirian sebagai

berikut:

a) Dapat menemukan identitas dirinya

b) Memiliki inisiatif dalam setiap langkahnya

c) Membuat pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya

d) Bertanggung jawab atas tindakannya

e) Dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

Menurut Suardiman (1984:40), kemandirian memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak

atas kehendak sendiri

b) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan

c) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk

(32)

d) Mampu untuk berfikir dan bertindak secaa kreatif, penuh inisiatif dan

tidak sekedar meniru

e) Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk

meningkatkan prestasi belajar

f) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan

tanpa mengharapkan bimbingan dan pengarahan orang lain.

Suyata (1982:33) mengemukakan ciri-ciri kemandirian sebagai

berikut:

a) Percaya diri

b) Memiliki inisiatif

c) Mempu membuat pertimbangan-pertimbangan sendiri

d) Mampu mencukupi kebutuhan dalam batas-batas tertentu

e) Mampu mempertanggungjawabkan semua tindakannya

f) Mampu membebaskan diri dari keterikatan yang tidak perlu

g) Dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk memilih

Dari beberapa pendapat diatas ciri-ciri kemandirian belajar

akuntansi dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Belajar akuntansi atas inisiatif sendiri

b) Berusaha mengatasi kesulitan belajar akuntansi secara sendiri

c) Mempunyai rasa percaya diri dalam belajar akuntansi

d) Adanya kemauan yang kuat untuk belajar akuntansi

(33)

f) Mempunyai perencanaan belajar dan berusaha ulet serta tekun dalam

menjalaninya

g) Memiliki kesadaran dan kemampuan belajar akuntansi yang tinggi.

3. Komponen-komponen Kemandirian Belajar

Komponen-komponen utama kemandirian menurut Masrun (1986)

meliputi:

a) Bebas, faktor ini ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas

kehendak sendiri bukan karena orang lain.

b) Progresif dan ulet, ini nampak dari adanya usaha untuk mengejar

prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan

harapan-harapannya.

c) Inisiatif, komponen ini meliputi kemampuan berfikir, bertindak secara

original, kreatif.

d) Pengendalian diri dari dalam, komponen ini meliputi perasaan mampu

mengatasi masalah, kemampuan mengendalikan diri dari dalam, dan

kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.

e) Kemampuan diri mencangkup aspek percaya terhadap kemampuan

sendiri, menerima dirinya, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian menurut Muhamad Ali

meliputi:

a) Gen atau keturunan orang tua, orang tua yang memiliki sifat

kemandirian yang tinggi sering kali menurun pada anaknya sehingga

(34)

b) Pola asuh orang tua, cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan

berpengaruh terhadap perkembangan kemandirian anak

c) Sistem pendidikan di sekolah, dalam proses pendidikan di sekolah

yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan, akan cenderung

menekankan indokrinasi tanpa argumen akan menghambat

kemandirian anak,

d) Sistem kehidupan di masyarakat, di dalam sistem kehidupan

bermasyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur

sosial.

C. Jumlah jam Belajar

Dalam kegiatan belajar, waktu merupakan faktor yang penting

sehingga perlu diperhatikan, misalnya berapa lama waktu yang digunakan

untuk belajar atau berapa jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar,

berapa kali waktu yang disediakan untuk belajar dalam sehari. Setiap siswa

umumnya mempunyai waktu 11 jam setiap hari untuk belajar. Sisanya 8 jam

digunakan untuk tidur, 3 jam untuk keperluan pemeliharaan diri, dan 2 jam

untuk keperluan pribadi dan urusan sosial (The Liang Gie 1995:171). Jika

dalam 11 jam tersebut 7 jam digunakan untuk belajar di sekolah maka sisanya

4 jam digunakan untuk belajar di rumah, di lembaga bimbingan atau

kelompok masyarakat.

Dalam belajar sebaiknya siswa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya

(35)

belajar sangat menentukan tinggi rendahnya hasil belajar. Semakin banyak

jumlah jam yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai semakin

tinggi. Sebaliknya jika jumlah jam belajar yang digunakan sedikit maka hasil

yang dicapai semakin rendah

Berdasarkan uraian diatas jumlah jam belajar adalah waktu yang

digunakan oleh siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam. Jam belajar

yang digunakan ini merupakan jam belajar di luar sekolah, seperti di rumah, di

lembaga bimbingan belajar atau kelompok belajar masyarakat.

D. Prestasi Belajar

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar perlu adanya tujuan yang

ingin dicapai. Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran yang telah

dicapai, maka perlu adanya suatu tes. Hasil dari suatu tes tersebut dapat

mengetahui seberapa perubahan maupun kecakapan yang diperoleh siswa.

Prestasi merupakan suatu kecakapan nyata yang dimiliki oleh seseorang dan

merupakan hasil dari proses yang dilakukannya, hal ini sesuai dengan

pendapat Winkel (1983:161).

Poerwadminto (1995:787) merumuskan bahwa prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang oleh mata pelajaran lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Keberhasilan seseorang siswa dalam kegiatan belajar salah satunya

dapat dilihat dari nilai-nilai yang dilaporkan dalam rapor secara periodik. Hal

(36)

nilai yang tecantum dalam rapor merupakan perumusan terakhir yang

diberikan guru mengenai kemampuan belajar siswa selama masa tertentu.

Sumadi juga menegaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan dengan nilai-nilai

rapornya.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil dari suatu tes untuk mengetahui seberapa

perubahan maupun kecakapan yang diperoleh siswa berupa nilai-nilai yang

tercantum dalam rapor.

E. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi

Seorang siswa dituntut untuk terus belajar karena dengan belajar

dalam diri siswa akan muncul suatu keadaan kemandirian, dan sebaliknya

kemandirian tidak akan muncul dengan sendirinya bila seseorang tidak

ingin belajar. Terlebih lagi kemandirian dalam belajar tidak akan muncul

apabila siswa tidak dibekali dengan ilmu yang cukup. Kemandirian belajar

penting karena dengan memiliki kemandirian belajar siswa akan

bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain, siswa akan

menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan masalah

secara bebas, progresif dan penuh dengan inisiatif dan dengan kemandirian

belajar siswa akan memperoleh prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan

(37)

2. Hubungan Jumlah jam belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi

Dalam proses belajar jumlah jam belajar perlu diperhatikan.

Jumlah jam dalam hal ini adalah seberapa banyak waktu yang digunakan

seorang siswa diluar jam belajar dikelas. Siswa yang memanfaatkan waktu

yang ada dengan mengikuti bimbingan belajar, akan sangat membantu

proses pencapaian prestasi belajar. Maka semakin banyak jumlah jam

belajar yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai semakin

baik dalam hal ini prestasi belajar akuntansi.

F. Paradigma Penelitian

Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berpikir, maka akan dibuat

paradigma penelitian sebagai berikut:

Melalui gambar diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

antara kemandirian belajar (X1), jumlah jam belajar (X2) dengan prestasi

belajar akuntansi (Y).

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian

yang bisa dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empirik. X1

X2

Y rX2Y

(38)

Berdasarkan landasan di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai dasar

pengumpulan data, yaitu:

1. Ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar

akuntansi

2. Ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar

(39)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan meliputi:

1. Deskriptif

Yaitu suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan maksud

dan keadaan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak.

2. Studi kasus adalah penelitian yang mengambil suatu tempat atau daerah

yang telah ditentukan sebelumnya sebagai subyek penelitian dan

kesimpulannya hanya berlaku pada subyek yang diteliti (Consuelo,

1993:73).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

yang beralamat di Jl. Jenderal Sudirman No 87. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan November 2008.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam

penelitian sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian

(40)

Bopkri 2 Yogyakarta yang meliputi kelas XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI

IPS 4.

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan

dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah

kemandirian belajar, jumlah jam belajar dan prestasi belajar akuntansi.

D. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono (1999:72) adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari.

Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Bopkri 2 Yogyakarta

kelas XI IPS yang berjumlah 127 siswa. Kuesioner yang kembali berjumlah

104 kuesioner sehingga jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 104

siswa. Dalam penelitian ini, 104 responden diambil sebagai sarana penelitian

sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi

(Arikunto, 2006:130), adalah pendekatan semua elemen yang ada di dalam

wilayah penelitian.

Alasan pemilihan kelas XI IPS bahwa siswa kelas XI telah menerapkan

sikap kemandirian sejak kelas X sehingga siswa bisa menilai bahwa sikap

kemandirian yang dimiliki membawa segi positip yang akhirnya siswa mampu

(41)

E. Operasionalisasi Variabel

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus atau obyek yang

mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu

(Sugiyono, 2003:2). Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yang akan diteliti

yaitu variabel bebas (Independent Variabel), yang meliputi kemandirian belajar (X1) dan jumlah jam belajar (X2). Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah prestasi belajar akuntansi (Y)

1. Variabel bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependent (variabel terikat). Jadi variabel bebas

adalah variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2003:3). Dalam penelitian

ini yang menjadi variabel bebas adalah:

a) V ariabel Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar mencangkup progresif, inisiatif, ulet,

kreatif, pengendalian dari dalam, bebas, tanggung jawab, kemantapan

diri. Skor dalam setiap peryataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala

Likert dengan model multiple choice.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Kemandirian Belajar

No Variabel Indikator Sub Indikator No Soal

Progresif ƒ Motivasi tinggi

ƒUsaha mewujudkan

harapan

13, 25

1, 24 1. Kemandirian

belajar

Inisiatif ƒ Tidak

mengharapkan

(42)

pengarahan

ƒ Penuh inisiatif

ƒ Mampu

mengambil

keputusan sendiri

9, 16

10,15

Keuletan ƒ Ketekunan dan

keteraturan

12, 31

Kreatif ƒMencoba sendiri

ƒTidak mudah

meniru

ƒMenemukan

ide-ide ƒKreatif 23 29 19, 36 21 Pengendalian dari dalam ƒMampu menyelesaikan masalah ƒMampu mengontrol diri ƒMempengaruhi lingkungan 34, 35 20, 32 22, 17

Bebas ƒBertindak (tidak

tergantung pada orang lain) ƒBersikap 3, 7 18 Tanggung jawab

ƒRasa tanggung

jawab pada tugas

ƒPemenuhan pada

kewajiban

6, 8, 26,

33

(43)

Kemantapan

diri

ƒPercaya pada

kemampuan sendiri

ƒPuas akan usaha

sendiri

4, 5, 11,

27, 30,

37

14

b) Variabel Jumlah jam belajar

Jumlah jam belajar adalah banyaknya waktu yang disediakan

dan digunakan siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam.

Dalam penelitian ini skor setiap pernyataan dinyatakan dalam 4 skala

Likert dengan model multiple choice. Skala likert yaitu suatu cara sistematis untuk memberikan skor dalam kuesioner yang dibagikan.

Pengukuran variabel jumlah jam belajar adalah sebagai berikut:

Jawaban Skor

A 1

B 2

C 3

D 4

Tabel 3.2

Kisi-kisi Jumlah Jam Belajar

No Variabel Indikator No Soal

1. Jumlah jam belajar Jumlah Jam 1,2,3,4

2. Variabel terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2003:3). Dalam

(44)

a) Variabel prestasi belajar akuntansi

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa berupa

nilai-nilai yang tercantum dalam rapor. Rapor tersebut menyatakan tinggi

rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti

pelajaran di sekolah.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan lembar pertanyaan secara tertulis dengan berbagai alterlatif

jawaban yang telah disediakan oleh peneliti dan kemudian dijawab

responden. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk

mengungkapkan data tentang Hubungan Kemandirian Belajar, Jumlah jam

Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen

yang telah ada. Dokumentasi digunakan untuk mengungkap data tentang

prestasi belajar siswa kelas XI IPS dan data tentang sekolah.

3. Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati proses

belajar mengajar yang terjadi di kelas guna mengetahui gambaran secara

umum Hubungan Kemandirian Belajar, Jumlah Jam Belajar dengan

(45)

G. Teknik Pengujian Instrumen

Agar alat ukur yang dipakai dapat dipertanggungjawabkan atau dapat

dipercaya harus diuji terlebih dahulu. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk

mengetahui apakah alat ukur tersebut memang cocok dan mantap jika

diterapkan pada variabel yang diukur. Dalam dunia penelitian kecocokan dan

kemantapan alat ukur disebut dengan validitas dan reliabilitas instrumen

1. Uji Validitas

Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang

seharusnya diukur (sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor jawaban masing-masing item pertanyaan

dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan.

Pengujian validitas dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur yang beralamat

di Jl P. Senopati No 18 Yogyakarta. Pengujian validitas sebanyak 30

responden dikelas XI IPS 1. Uji validitas digunakan dengan rumus

Korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2006:327) yaitu:

(

)(

)

(

)

{

2

}

{

2

( )

2

}

1 2 1 1 1 1 1 Y n n n r

Y

X

X

Y

X

Y

X

∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan:

r : Koefisien korelasi n : Jumlah item pertanyaan Xi : Skor total setiap item tes ke-i Yi : Skor masing-masing item tes ke-i

(46)

Jika r hitungr tabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka instrumen

tersebut valid, dan sebaliknya Jika r hitungr tabel dengan tingkat

kepercayaan 95%, maka instrumen tersebut tidak valid

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel

kemandirian belajar dan jumlah jam belajar. Uji validitas ini dilakukan

untuk tiap-tiap butir, sehingga empat puluh dua (42) pertanyaan yang

akan dilakukan uji validitas.

a) Hasil Pengujian Validitas Variabel Kemandirian Belajar

Ada tiga puluh tujuh (37) butir pertanyaan pada variabel ini.

Rangkuman uji validitas untuk kemandirian belajar adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.3

Rangkuman Uji Validitas untuk Kemandirian Belajar Butir

No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

2 0,239 0,369 Valid

3 0,239 0,351 Valid

5 0,239 0,401 Valid

6 0,239 0,320 Valid

8 0,239 0,423 Valid

9 0,239 0,303 Valid

10 0,239 0,359 Valid

11 0,239 0,263 Valid

12 0,239 0,621 Valid

13 0,239 0,334 Valid

14 0,239 0,368 Valid

(47)

17 0,239 0,330 Valid

18 0,239 0,554 Valid

19 0,239 0,365 Valid

20 0,239 0,326 Valid

21 0,239 0,263 Valid

22 0.239 0,399 Valid

23 0.239 0,393 Valid

24 0.239 0,621 Valid

25 0.239 0,371 Valid

26 0.239 0,393 Valid

27 0.239 0,342 Valid

28 0.239 0,306 Valid

29 0.239 0,552 Valid

30 0.239 0,512 Valid

31 0.239 0,345 Valid

32 0.239 0,462 Valid

33 0.239 0,445 Valid

34 0.239 0,345 Valid

35 0.239 0,414 Valid

36 0.239 0,335 Valid

37 0.239 0,565 Valid

Sumber : Data Prapenelitian (Lampiran iii, hal 82)

Dari item pertanyaan pada variabel kemandirian belajar menunjukkan

bahwa sebanyak tiga puluh tiga (33) butir pertanyaan adalah valid dan

terdapat empat (4) butir soal dinyatakan tidak valid yaitu butir nomor

1, 4, 7, 15. Empat (4) butir pertanyaan yang tidak valid meliputi:

Soal 1. Usaha yang dapat saya lakukan untuk mewujudkan prestasi

(48)

Soal 4. Saya merasa lebih percaya diri jika dalam melaksanakan

kegiatan belajar...

Soal 7. Ketika teman mengalami kesulitan belajar terhadap materi atau

penelesaian soal akuntansi maka yang dapat saya lakukan

adalah....

Soal 15. Tindakan yang dapat saya lakukan ketika ada ulangan

mendadak adalah....

Butir yang tidak valid ini selanjutnya dibuang dan tidak dipergunakan

pada kuesioner penelitian. Pengambilan kesimpulan ini bisa dilakukan

dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel Dengan jumlah

data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau

0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,239.

b) Hasil Pengujian Validitas Variabel Jumlah Jam Belajar

Ada empat (4) butir pertanyaan pada variabel ini. Rangkuman uji

validitas untuk jumlah jam belajar adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Rangkuman Uji Validitas untuk Jumlah Jam Belajar Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

1 0,239 0,644 Valid 2 0,239 0,565 Valid 3 0,239 0,507 Valid 4 0,239 0,419 Valid

(49)

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel

jumlah jam belajar menunjukkan bahwa sebanyak empat pertanyaan

adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini bisa dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Dengan jumlah data

(n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05

maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,239. Dari hasil perhitungan

diperoleh bahwa keseluruhan nilai r hitung semuanya menunjukkan

angka lebih besar dari nilai rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa semua butir pertanyaan variabel jumlah jam belajar adalah

valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung reliabilitas

kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha Cronbach

dengan taraf signifikansi 5% (Arikunto,2006:196)

Rumus Alpha :

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −

=

2

1 2 11 1 1 σ σb k k r Keterangan:

r

11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

σ

2

b : Jumlah varians butir

σ

2
(50)

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

Cronbach-Alpha dan dapat dikerjakan dengan program SPSS for windows

versi 12.0. Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dengan dk =

n-2 (dk=30-n-2 =n-28) menunjukkan nilai r tabel = 0,239. Hasil perhitungan nilai

r untuk variabel kemandirian belajar nilai r hitung = 0,866 sementara pada

variabel jumlah jam belajar nilai r hitung = 0,739. Dengan demikian

instrumen penelitian ini dapat diandalkan atau reliabel. Rangkuman hasil

pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status

Kemandirian belajar 0,239 0,866 reliabel Jumlah jam belajar 0,239 0,739 reliabel

Sumber : Data Prapenelitian (Lampiran iv, hal 86 dan 87)

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen

penelitian ini memenuhi kedua prasyarat instrumen yang baik yaitu valid

dan reliabel

H. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

umum (Sugiyono,1999:142). Deskripsi data penelitian ini dilakukan

(51)

2. Pengujian Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis ini digunakan sebagai langkah selanjutnya

dalam melakukan analisis data, dan sebagai dasar pengambilan keputusan

agar tidak menyimpang dari kebenaran.

Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang

terjaring dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk

menguji normalitas distribusi data setiap variabel digunakan one sample Kolmogrov-Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.0. Jika α hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini di

bawah α = 0,05, maka distribusi data tersebut tidak normal. Jika

masing-masing variabel mempunyai nilai di atas 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa variabel penelitian berdistribusi normal. Adapun rumus uji

Kolmogrov-Smirnov (Gozali, 2002:36), sebagai berikut: D = Maksimum [F0 (X1) - Sn (X1)]

Keterangan :

D : Deviasi maksimum

F0(X1) : Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

Sn : Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan analisis Korelasi Product

Moment (Sugiyono, 2005:213). Langkah-langkah yang harus dilakukan

untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :

a) Rumusan Hipotesis

(52)

Ho : Tidak ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan

prestasi belajar akuntansi

Ha : Ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi

belajar akuntansi

Hipotesis kedua

Ho : Tidak ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan

prestasi belajar akuntansi

Ha : Ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi

belajar akuntansi

b) Pengujian Hipotesis

r xy

Y

Y

X

X

N N Y X XY N

=

∑ ∑

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧

)

)

2 2 2

2 ( ) ( ( ) ( ) )( ( ) ( Keterangan :

r

xy = koefisien validitas X = hasil pengukuran Y = kriteria yang dipakai N = jumlah subyek

c) Untuk memberi interpretasi terhadap kuat lemahnya hubungan maka

dapat digunakan Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (Sugiyono,

1999:183)

(53)

d) Pengujian signifikansi koefisien korelasi

Pengujian signifikansi dilakukan dengan memperbandingkan nilai

signifikansi dengan alpha (α) 0,05

e) Kriteria pengujian atau pengambilan keputusan

Dalam pengujian korelasi ini digunakan taraf signifikansi 5 %. Ho

ditolak jika Signifikansi < dari α 0,05 . Ini berarti ada hubungan positif antara kemandirian belajar (X1) dan jumlah jam belajar (X2) dengan

(54)

37

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. SEJARAH SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

Sejarah SMA Bopkri 2 Yogyakarta tidak terlepas dari Yayasan Bopkri

Yogyakarta. BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia)

adalah suatu organisasi berbentuk yayasan yang didirikan pada zaman

perjuangan. Yayasan Bopkri Yogyakarta didirikan dengan motivasi, cita-cita

dan idealisme tertentu. Pada saat berdirinya Yayasan Bopkri mendapatkan

dukungan dari masyarakat Kristen sebagai perwujudan pelayanan pendidikan

secara formal untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang telah

diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Yayasan Bopkri Yogyakarta lahir

pada 18 Desember 1945. Sejarah Yayasan Bopkri dapat dibagi menjadi 4

tahap yaitu:

1. Pada Masa Penjajahan Belanda

Pada masa penjajahan Belanda, di Yogyakarta sudah terdapat

lembaga pendidikan Kristen yaitu: Sekolah-sekolah Zending yang diusahakan oleh gereja-gereja Nederland dan Vereneging Scholen yang diusahakan perkumpulan-perkumpulan di luar gereja.

Sekolah-sekolah Zending di Yogyakarta pada umumnya siswanya

adalah anak-anak golongan pribumi sedangkan Vereneging Scholen

menyelenggarakan 4 macam sekolah yaitu HIS, ELS, HCS dan MCS.

(55)

penilaian lebih tinggi dibandingkan sekolah-sekolah yang berbahasa

pengantar bahasa Jawa atau Melayu.

Sekolah-sekolah HIS yang setingkat dengan itu yang terdapat di

Yogyakarta misalnya : HIS Bintaran Wetan, HIS Bintaran Kulon, KWS

Gondolayu, Christelijke Mulo Schol di Kotabaru (sekarang SMA BOPKRI

1), Christelijke Huishound Schol di Jalan Jenderal Sudirman 87 (sekarang

SMA Bopkri 2).

2. Pada Masa Pendudukan Jepang

Pada awal tahun 1943 Jepang memaksa sekolah-sekolah swasta

dinegerikan, guru-guru yang bersedia menjadi pegawai negeri boleh

mengajar terus. Sekolah-sekolah Kristen sepakat untuk bernaung di bawah

panji PERKUMPULAN PERSEKOLAHAN MASEHI ( PPM ). Agar

sekolah-sekolah tersebut dapat diatur dengan baik, dipilih dan diangkat

seorang pengampu yaitu Dr. Sumardi.

3. Pada Masa Revolusi Kemerdekaan

Dalam masa Perang Kemerdekaan, umat Kristen tidak mau

ketinggalan, mereka turut berjuang menegakkan dan mengisi

kemerdekaan. Partai Kristen Indonesia ( Parkindo ) didirikan pada tanggal

11 Mei 1945. Dalam kongres yang pertama di Surakarta, diputuskan

mendirikan lembaga pendidikan dengan nama Bopkri, dengan ketua

(56)

Yayasan Bopkri Yogyakarta didirikan di Yogyakarta pada 18

Desember 1945 dengan akte notaris RM Wiranto, 11 Mei 1946, Asas

dan tujuan Bopkri adalah :

a) Dasar pendidikan Bopkri adalah kitab suci yaitu firman Tuhan.

b) Turut setia dengan pemerintah dalam usaha mempertinggi derajat

Bangsa Indonesia pada umumnya dalam dunia pengetahuan

kebudayaan.

c) Memperluas pengajaran dan pendidikan Kristen di dalam negara

Republik Indonesia dengan usaha-usaha mendirikan segala macam

sekolah baik yang memberikan pendidikan umum maupun kejuruan.

Dalam clash II 19 Desember 1948, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Yayasan Bopkri telah menutup seluruh sekolahnya baik SR,

SGTK, SMP maupun SMA Bopkri. Kemudian pada Februari 1948,

sekelompok kecil guru-guru Kristen berkumpul di Balai Pertemuan

Kristen ( BPK ) sekarang Galeria Mall, membicarakan nasib

sekolah-sekolah Bopkri yang menghasilkan kebulatan pendapat: “Kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas pendidikan yang bercirikan Kristen, sekolah-sekolah BOPKRI harus dilanjutkan kehadirannya”.

4. Setelah Pengakuan Kedaulatan 1949

Pada tanggal 29 Juni 1949 Belanda angkat kaki dari Yogyakarta,

Pemerintah RI kembali ke Ibu Kota Yogyakarta. Sri Sultan HB IX selaku

Menteri Negara Koordinator Keamanan, pada 5 Juli 1949 menyerukan

(57)

Diadakan pembentukan Bopkri baru, dengan ketua, Drs. Sudarmono dan

penulis, merangkap Bendahara, S. Subanu. Sekolah-sekolah Bopkri yang

dibuka kembali antara lain SMA Bopkri 2 Yogyakarta di Jalan Jenderal

Sudirman 87 Yogyakarta

SMA Bopkri 2 Yogyakarta Sebagai tonggak sejarah Bopkri

Yogyakarta, setelah mengalami pasang surut, 1 Agustus 1949 dinyatakan

sebagai hari lahir SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Hingga sekarang ini, setelah

diakreditasi sebanyak dua kali akhirnya pada 1977 SMA Bopkri 2

memperoleh status disamakan. Sejak awal berdiri hingga sekarang SMA

Bopkri 2 Yogyakarta sudah mengalami pergantian kepala sekolah

sebanyak sepuluh kali, mereka adalah:

a) Margono Paulus ( 1949 – 1957 ),

b) Nathanael Daljoeni ( 1957 – 1963 ),

c) Echbert Daniel Yohanes ( 1963 – 1969 ),

d) Drs. Widiatmoko Br. ( 1970 – 1971 ),

e) Purwanto B.A. ( 1971 – 1974 ),

f) Widiarso ( 1975 – 1977 ),

g) Drs. Tukidjo WS ( 1977 – 1995 ),

h) Drs. S. Supadiyono Paulus ( 1995 – 2003 ).

i) Drs.Priyanto (2003 –2008)

(58)

B. Visi, Misi dan Tujuan SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

1. Visi

Menjadi sekolah yang berkualitas baik dalam bidang ilmu

pengetahuan, teknologi, sikap dan keterampilan berdasarkan ajaran Kasih

Tuhan.

2. Misi

a) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia,

b) Meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar,

c) Mempertahankan dan meningkatkan disiplin sivitas akademika,

d) Meningkatkan prestasi akademis dan non akademis,

e) Mendorong sivitas akademika untuk meningkatkan kualitas budi

pekerti,

f) Mewujudkan ajaran kasih di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

3. Tujuan

a) Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas

1) Pendidikan Umum merupakan Pendidikan Dasar dan Menengah

yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh

peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

2) Mempunyai orientasi ke depan yang berupa tujuan pendidikan

yaitu mengembangkan multi kecerdasan kepada peserta didik yang

(59)

indivual (PPI) yang sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 dan PP

19 tahun 2005.

b) Tujuan Pendidikan SMA Bopkri 2 Yogyakarta

1) Meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan, dengan melaksanakan

tertib belajar sehingga mampu menguasai ilmu pengetahuan,

berprestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

2) Membentuk kepribadian yang berkualitas dengan melaksanakan

ajaran kasih Tuhan sehingga memiliki kecerdasan emosional,

spiritual, sosial dan berkepribadian santun.

3) Meningkatkan kecakapan untuk menjadi pelaku Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi sehingga mampu hidup mandiri.

4) Mampu melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi yang

berkualitas sehingga dapat berkomunikasi dengan lingkungan dan

berkompetisi di era global

C. Kurikulum satuan pendidikan SMA BOPKRI 2

Pada tahun pelajaran 2008/2009 SMA Bopkri 2 Yogyakarta

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan menjadi

rintisan Sekolah Kategori Mandiri (SKM).

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

(60)

kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan

dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan

untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan

potensi yang ada di daerah.

Pengembangan Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta (KTSP) yang

beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin

pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri

atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan pedoman

penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar nasional pendidikan tersebut,

yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan

acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Penyelenggaraan pendidikan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dinilai

berhasil apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta

didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui

pengukuran dengan menggunakan tes dan non tes. Proses pembelajaran akan

efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan

baik supaya dapat diterima untuk memenuhi:

1. Kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global,

2. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia

global,

(61)

D. Sumber daya manusia satuan pendidikan SMA BOPKRI 2

SMA Bopkri 2 Yogyakarta pada tahun ajaran 2008/2009 memiliki

sumber daya manusia yang unggul yang memiliki jabatan dan tugas

masing-masing. Personil SMA Bopkri 2 Yogyakarta dapat bekerjasama dengan baik

sebagai keluarga SMA Bopkri 2 Yogyakarta.

Jumlah seluruh personil di SMA Bopkri 2 Yogyakarta sebanyak 86

orang yang terdiri atas Kepala Sekolah 1 orang, Guru Tetap 22 orang, Guru

Tidak Tetap 30 orang, Pegawai Tetap 9 orang, dan Pegawai Tidak Tetap 24

orang.

E. Kondisi Fisik dan Lingkungan

SMA Bopkri 2 Yogyakarta berlokasi di Jalan Jendral Sudirman 87,

Yogyakarta. SMA Bopkri 2 Yogyakarta memiliki luas bangunan 3.211,5

meter persegi. Kondisi gedungnya sudah permanen dan secara umum sudah

baik. Terdapat 2 gedung yaitu gedung sebelah utara dan gedung sebelah

selatan. Gedung sebelah utara terdiri dari 3 lantai dan gedung sebelah selatan

terdiri dari 2 lantai. Bangunan sudah terbuat dari tembok seluruh atap

menggunakan genteng merah, dan untuk langit-langitnya terbuat dari tembok

untuk lantai 1 dan 2. Untuk lantai paling atas, langit-langitnya terbuat dari

eternit.

Halaman SMA Bopkri 2 Yogyakarta cukup luas. Halaman tersebut

masih terlihat gersang karena kurangnya tumbuhan disekitar lapangan.

(62)

kendaraan tidak terlalu mengganggu proses belajar mengajar, karena

penempatan kelas-kelas tidak terlalu dekat dengan pintu utama sekolah,

sehingga proses belajar mengajar siswa dan guru di kelas bisa berjalan dengan

cukup baik.

SMA Bopkri 2 Yogyakarta memiliki beberapa unit ruang yang terdiri

dari ruang teori/kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, laboratorium,

perpustakaan, dan lain-lain.

1. Ruang Teori/Kelas

Jumlah ruang kelas untuk kelas X ada 7 kelas (A/B/C/D/E/F/G),

kelas XI ada 8 kelas (XI Bahasa, XI IPA1, XI IPA2, XI IPA3, XI IPS1, XI

IPS2, XI IPS3, XI IPS4) dan kelas XII ada 8 kelas(XII Bahasa, XII IPA1,

XII IPA2, XII IPA3, XII IPS1, XII IPS2, XII IPS3, XII IPS 4). Jumlah

seluruhnya ada 23 kelas dengan fasilitas :

a) Luas per ruang 56 m2

b) Meja dan kursi terpisah

c) Penerangan cukup

d) Papan tulis dan papan pengumuman cukup

2. Kantor

Ruang kantor terdiri dari :

a) Kantor Kepala Sekolah

b) Kantor Wakil Kepala Sekolah

c) Kantor Guru

(63)

e) Kantor Yayasan Bopkri

3. Ruang dan Alat Penunjang Pendidikan

Alat penunjang pendidikan meliputi :

a) Foto copy dan pengganda b) Wartel

c) Ruang data

d) Studio Musik

e) Ruang OSIS

f) Gudang

g) Kamar mandi/WC putra dan putri

h) Peta

i) Jadwal Pelajaran

j) Gambar Pahlawan

k) Papan Pengumuman

l) Papan Presensi

m) Ruang Pembimbing Konseling

4. Laboratorium

SMA BOPKRI 2 memiliki 7 laboratorium, yaitu :

a) Laboratorium Bahasa

b) Laboratorium Fisika

c) Laboratorium Kimia

d) Laboratorium Biologi

(64)

f) Laboratorium TI dan Komputer

g) Laboratorium Internet

5. Perpustakaan

Perpustakaan terletak di lantai satu, dalam pelayanan sirkulasi buku

petugasnya ada empat orang.

6. Usaha Kesehatan Sekolah

Melayani siswa yang kesehatannya terganggu pada saat belajar di

sekolah. Pelayanan sekolah dilakukan tiap hari dan dijaga oleh seorang

petugas kesehatan. Di sana menyediakan obat-obatan sebagai pertolongan

pertama, namun bila menderita sakit yang cukup mengkhawatirkan pihak

sekolah segera memberitahu orang tua/wali untuk segera mengambil

tindakan selanjutnya.

7. Kantin dan Koperasi Sekolah

Koperasi dan Kantin sekolah menyediakan kebutuhan siswa seperti

alat tulis, foto copy, makanan, minuman, dan lain-lain. Dengan adanya

fasilitas tersebut akan mempermudah siswa dan guru dalam mendapatkan

kebutuhannya.

8. Lapangan Olah Raga

Lapangan ini bisa digunakan untuk berbagai kegiatan. Misalnya:

untuk olah raga, upacara, pramuka atau acara-acara intern lainnya yang

(65)

9. Parkir Kendaraan

Secara keseluruhan, lingkungan fisik SMA Bopkri 2 Yogyakarta

sudah cukup kondusif untuk proses belajar-mengajar di sekolah. Letaknya

yang berada di pusat kota memudahkan peserta didik untuk menjangkau

(66)

49

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Jumlah

siswa kelas XI IPS adalah 127, sedangkan kuesioner yang kembali berjumlah

104 sehingga peneliti hanya mengambil 104 responden. Keseluruhan

responden tersebut telah mengisi secara lengkap sehingga jumlah sumber data

penelitian ini adalah 104 kuesioner. Berikut ini disajikan tabel yang memuat

uraian tentang responden.

Tabel 5.1 Responden Penelitian

Kelas Jumlah Frekuensi Relatif (%)

XI IPS 1 23 22,12

XI IPS 2 29 27,88

XI IPS 3 24 23,08

XI IPS 4 28 26,92

Jumlah 104 100

Berikut ini disajikan deskripsi data variabel-variabel penelitian ini

1. Kemandirian Belajar

Deskripsi kemandirian belajar didasarkan pada Pedoman Acuan

Patokan (PAP) tipe II :

Tabel 5.2

Sebaran Klasifikasi Kemandirian Belajar

Sk

Gambar

Gambar 5.3. Sebaran Klasifikasi Prestasi Belajar Akuntansi ...........................................
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kemandirian Belajar
Tabel 3.2 Kisi-kisi Jumlah Jam Belajar
Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas untuk Kemandirian Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi sebagai acuan untuk penelitian mengenai keterampilan petugas filing, tingkat kejadian misfile dan

Hatta, G, Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan, Universitas Indonesia, Press, Jakarta

THE EFFECTS OF THE CULTURAL CONFLICTS ON THE MOTHER- DAUGHTER RELATIONSHIPS AS SEEN IN AMY TAN’S THE BONESETTER’S DAUGHTER AND THE JOY LUCK CLUB.. Beserta perangkat yang

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Segmentasi Citra pada Video dengan Metode Level Set Berbasis Pemrograman Paralel GPU CUDA” merupakan hasil

11 Hasil Belajar Kognitif Produk Siswa Kelas X SMAN 1 Sungai Tabuk pada Konsep Jenis dan Daur Ulang Limbah Menggunakan Model PBM.. Yulianti

 Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan atau dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.  Pendidikan berbasis

¾ Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah energi dan dapat menerapkan hukum kekekalan energi dalam menyelesaikan masalah.. ¾ Mahasiswa dapat memahami tentang Daya yang

Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan apabila diwakilkan diharapkan membawa surat kuasa, serta membawa berkas klarifikasi 1 (satu) Dokumen