HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM
BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus Siswa-siswi Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 YogyakartaTahun Ajaran 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Theresia Septriani NIM : 041334022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Orang tuaku Paulus Tumiran & Pimitiva Srimurdyati
Kakakku Bernadetha Mei Astuti & Agnes Irni Yusnita
Adikku Yohanes Ludi Frandika
v
MOTTO
Pertama dan terpenting, aku akan selalu setia kepada Iman Kepecayaanku
Aku tidak akan meremehkan Daya Keutuhan Keluarga
Aku tidak akan meninggalkan teman, tetapi juga akan menyisihkan waktu
bagi diri sendiri
Aku akan menghadapi setiap tantangan dengan optimisme, bukan sikap
serba ragu
Aku akan selalu membentuk gambaran-diri yang positip dan
penghargaan-diri yang tinggi
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 7 April 2009
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : THERESIA SEPTRIANI
Nomor Mahasiswa : 041334022
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR
DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian peryataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 24 April 2009
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Kemandirian Belajar, Jumlah Jam Belajar dengan Prestasi Belajar
Akuntansi”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi sekolah pada masa yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penyusunan skripsi ini tidak akan
dapat berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya dukungan serta bantuan dari
semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak atas segala dukungan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada yang
terhormat :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
viii
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, yang
dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun skripsi
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Segenap dosen serta seluruh staff karyawan FKIP Universitas Sanata Dharma
yang telah memberikan bantuan selama penulis kuliah.
6. Ibu Sri Rahayuningsih S.Pd, selaku Kepala SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Orang Tuaku Bapak P. Tumiran dan Ibu Primitiva Srimurdyati, kakakku
Bernadetha Mei Astuti dan Agnes Irni Yusnita, adikku Yohanes Ludi
Frandika, serta abangku Yoseph Asmed yang selalu memberikan doa,
dukungan serta semangat kepada penulis.
8. Teman-temanku: Nuci dan Astri yang selalu memotivasi dan membantu dalam
penyusunan skripsi; Dika, Sella, Pungki, Hening, Mbak Rini terimakasih atas
dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik, dan masukan sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 7 April 2009
Penulis
ix
ABSTRAK
HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus : Siswa-siswi Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009
Theresia Septriani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : (1) ada hubungan yang
positif signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi, (2)
ada hubungan yang positif signifikan antara jumlah jam belajar dengan prestasi
belajar akuntansi.
Pengumpulan data dilaksanakan ada bulan November 2008. poulasi
penelitian berjumlah 104 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode
kuesione, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa = (1) ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi, hal ini
berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r =
0,486, sedangkan hasil pengujian signifikansi = 0,000 kurang dari α 0,05. (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah jam belajar dengan prestasi
belajar akuntansi, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi
bernilai positif dan signifikan dengan nilai r = 0,500, sedangkan hasil pengujian
x
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN
AUTO-LEARNING AND LEARNING TIME ALLOCATION AND ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study: the 11th Grade students of Senior High School of BOPKRI 2 Yogyakarta
in 2008/2009 Academic Year
Theresia Septriani Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
The purpose of the research is to identify whether (1) there is a significant relation between auto-learning and accounting learning achievement, (2) there is a positive and significant relation between learning time allocation and accounting learning achievement.
The data gathering was carried out during November 2008, covering a population of 104 students. The data gathering method which was applied included questionaire, observation, and documentation, whereas the data analysis technique was correlation analysis of product moment.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar ... 8
B. Kemandirian Belajar ... 12
C. Jumlah Jam Belajar ... 17
D. Prestasi Belajar ... 18
E. Kerangka Berpikir ... 19
F. Paradigma Penelitian ... 20
G. Hipotesis ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 22
D. Populasi ... 23
E. Operasionalisasi Variabel ... 24
F. Teknik Pengumpulan Data ... 27
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28
H. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA ... 37
B. Visi, Misi dan Tujuan ... 41
xiii
D. Sumber Daya Manusia ... 44
E. Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 44
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 49
B. Analisis Data ... 52
C. Pembahasan ... 56
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN
A. Kesimpulan ... 60
B. Keterbatasan Penelitian ... 60
C. Saran ... 61
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Kemandirian Belajar ... 24
Tabel 3.2. Kisi-kisi Jumlah Jam Belajar ... 26
Tabel 3.3. Rangkuman Uji Validitas Kemandirian Belajar ... 29
Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Jumlah Jam Belajar ... 31
Tabel 3.5 Rangkuman Uji Reliabilitas ... 33
Tabel 5.1. Responden Penelitian ... 49
Tabel 5.2. Sebaran Klasifikasi Kemandirian Belajar ... 49
Tabel 5.3. Sebaran Klasifikasi Jumlah Jam Belajar... 50
Tabel 5.4. Sebaran Klasifikasi Prestasi Belajar Akuntansi ... 51
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1. Sebaran Klasifikasi Kemandirian Belajar ... 50
Gambar 5.2. Sebaran Klasifikasi Jumlah Jam Belajar ... 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Ijin Penelitian ... 65
Lampiran Kuisioner ... 70
Lampiran Data Prapenelitian ... 81
Lampiran Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 85
Lampiran Data Penelitian ... 88
Lampiran Output Uji Normalitas ... 101
Lampiran Output Uji Hipotesis ... 103
Lampiran Deskripsi Data ... 105
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya dan akan
tergantung pada orang tua serta orang-orang yang berada di lingkungannya
hingga waktu tertentu. Seiring perkembangannya, anak perlahan-lahan akan
melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di
sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah
yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Mandiri
atau sering disebut berdiri diatas kaki sendiri merupakan kemampuan
seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain serta bertanggung jawab
atas apa yang dilakukannya (http://www.e-psikologi.com/epsi/individualdetail.
asp?id=383).
Namun saat ini banyak siswa yang kurang memiliki kemandirian,
nampak dari sering terjadi perkelahian antar pelajar, reaksi emosional yang
berlebihan dan berbagai perilaku yang mengarah pada tindakan kriminal.
Dalam konteks proses belajar gejala yang nampak adalah kurang mandiri
dalam belajar yang berakibat pada gangguan mental setelah memasuki
perguruan tinggi, kebiasaan belajar yang kurang baik yaitu tidak tahan lama
dan baru belajar setelah menjelang ujian, membolos, mencontek dan mencari
bocoran soal ujian. Problem remaja diatas merupakan perilaku-perilaku
yang diperkirakan akan semakin kompleks dan penuh tantangan. Gejala-gejala
lain seperti diatas juga muncul di SMA Bopkri 2 Yogyakarta yaitu
pelajar-pelajar sering berkeliaran pada jam belajar, mencontek saat ulangan, tidak
tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, pergi mengobrol dengan
teman-teman. Perilaku yang telah disebutkan diatas merupakan produk lingkungan
rumah. Selain itu kegiatan ekstra kurikuler sebagai kegiatan pengembangan
afektif atau pembinaan sikap kurang karena wadah-wadah penyaluran tidak
ada. Wajar saja kalau sikap pelajar sekarang cenderung makin lama makin
beringas, karena di rumah mereka terkadang kurang diberi pengertian
nilai-nilai moral dan agama yang mantap kecuali hanya segelintir keluarga saja
yang memperhatikannya. Sekolah lebih memperhatikan pengembangan aspek
kognitif dan psikomotorik yaitu berupa pemberian ilmu pengetahuan dan
pelaksanaan latihan keterampilan dan olah raga.
Menghadapi kenyataan tersebut, kemandirian belajar sepertinya perlu
ditingkatkan guna menyongsong masa depan. Ada banyak pihak perlu
melakukan introspeksi diri dan langsung bertindak dalam usaha meningkatkan
kemandirian belajar. Maka untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan
kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di
sekitarnya. Pada saat ini peran orang tua dan respon dari lingkungan sangat
diperlukan bagi anak sebagai penguat untuk setiap perilaku yang telah
dilakukannya. Orangtua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak
agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Dengan demikian anak akan
mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang
tua menjadi mandiri (http://www.e-psikologi.com/epsi/individualdetail.asp?
id=383). Cara lain yang dapat dilakukan dengan memberikan latihan, seperti
halnya kondisi psikologis yaitu dapat berkembang jika diberikan kesempatan
untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan
dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas-tugas
tanpa bantuan, tugas-tugas tersebut harus sesuai dengan usia dan kemampuan
anak. Selain itu proses belajar di sekolah memperlihatkan bahwa pengajar
harus berusaha mengembangkan siswa untuk belajar mandiri melalui bekerja
sendiri dan menemukan sendiri. Kondisi aktivitas belajar siswa yang demikian
akan menentukan pencapaian prestasi belajar yang cenderung tinggi
dibandingkan dengan siswa yang tidak mandiri.
Mengingat kemandirian akan memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan seseorang, maka sebaiknya kemandirian diajarkan sedini
mungkin sesuai kemampuannya seperti telah diakui bahwa segala sesuatu
yang diusahakan pada anak sejak dini dapat dihayati dan akan semakin
berkembang menuju kesempurnaan, karena kemandirian belajar sangatlah
penting untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal.
Dalam usaha pencapaian prestasi belajar, jumlah jam yang
dipergunakan untuk belajar perlu diperhatikan. Sebagai seorang pelajar
hendaknya terampil dalam mengelola waktu. Keterampilan mengelola waktu
masa studi maupun seluruh kehidupan seseorang (The Liang Gie, 1995:167).
Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien merupakan
salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda. Keterampilan
mengelola waktu khususnya untuk keperluan studi harus dikembangkan,
dimahirkan, dan diterapkan selama studi.
The Liang Gie (1995:168) mengatakan bahwa waktu senantiasa ada
dan tersedia setiap saat bagi siswa yang memerlukannya untuk melakukan
studi dan waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus menerus berlalu
dihadapan setiap orang. Dengan demikian waktu tidak bisa ditabung atau
disimpan pada kesempatan lain. Maka sebagai seorang pelajar hendaknya
melatih diri sendiri suatu kebiasaan menggunakan waktu sekarang juga atau
pada saat ini. Kebiasaan memanfaatkan waktu sekarang juga berarti bahwa
seorang siswa serta merta dapat mengikis kecenderungan diri untuk
menunda-nunda waktu, mengulur-ngulur tempo, mencari-cari alasan sampai besok saja,
atau bahkan mencari hari yang baik ataupun menanti saat yang cocok untuk
memulai menyempurnakan catatan, membaca buku wajib, membuat catatan
studi, menghafal bahan pelajaran, dan menulis tugas. Seorang siswa yang
unggul memiliki kebiasaan baik untuk melakukan studi mulai sekarang juga
dan pada setiap saat yang tersedia. Dengan demikian, siswa yang unggul akan
kelebihan waktu sehingga dapat meningkatkan prestasi studinya.
Namun kenyataannya siswa cenderung belajar ketika di sekolah saja
dan sering mengeluh kehabisan waktu atau kekurangan waktu. Dalam hal
konsumsi yang akan habis jika dipergunakan terus dan sifat dasar dari waktu,
bahwa waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus menerus berlalu
dihadapan setiap orang (The Liang Gie, 1995:168). Maka sebagai seorang
siswa hendaknya mempergunakan waktu sebaik-baiknya agar dapat
dimanfaatkan untuk belajar demi pencapaian prestasi belajar yang optimal.
Dimana jumlah jam/waktu yang dipergunakan oleh siswa dalam kegiatan
belajar sangat terkait dengan hasil yang akan diperoleh karena semakin
banyak waktu atau jumlah jam yang digunakan untuk belajar maka prestasi
yang diperoleh semakin tinggi.
Dari uraian diatas maka penulis ingin mengetahui apakah ada
hubungan kemandirian Belajar, Jumlah jam belajar dengan Prestasi belajar
akuntansi di SMA Bopkri 2 Yogyakarta khususnya kelas XI IPS dengan
alasan karena kelas XI baru memulai penjurusan sehingga siswa dapat menilai
bahwa sikap kemandirian yang dimiliki membawa segi positif yang akhirnya
siswa mampu menunjukkan kemampuannya untuk memilih kelas IPS.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi
belajar akuntansi.
2. Apakah ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang:
1. Hubungan kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
2. Hubungan jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak:
1. Bagi para guru SMA Bopkri 2 Yogyakarta sebagai pelaksana pendidikan.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan para guru bidang akuntansi dapat
meningkatkan mutu pendidikan dengan cara menumbuhkan semangat
kemandirian belajar pada siswa.
2. Bagi peneliti
Peneliti berharap bahwa proses penelitian ini bisa dijadikan sebuah
pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan
sebagai acuan penelitian lebih lanjut.
E. Definisi Operasional
1. Kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan
dirinya sendiri dalam belajar yang ditandai dengan adanya inisiatif,
progresif, ulet, aktif, bebas, mampu mengambil keputusannya sendiri,
belajarnya, mampu mengontrol diri dan mempunyai motivasi yang tinggi
dalam belajar dan bertanggung jawab.
2. Jumlah jam belajar adalah banyaknya waktu yang disediakan dan
digunakan siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam.
3. Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan belajar yang berupa nilai-nilai
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar
Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:14) belajar adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dari arti belajar menurut kamus
ini, maka belajar merupakan kegiatan atau aktivitas, sebab “berusaha” mesti
berupa kegiatan. Belajar adalah key term ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak
pernah ada pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2001:154) belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.
Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya,
berlangsung seumur hidup yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun satu
hal yang sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa
dilandasi oleh iktikad dan maksud tertentu.
Slameto menuliskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah
laku dan kecakapan. Sampai di manakah perubahan itu dapat tercapai atau
dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada
Menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi
dua golongan:
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual:
a) Kematangan/pertumbuhan
Kita tidak dapat mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang
baru duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semua itu
disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima
pelajaran itu. Mengajarkan sesuatu baru akan berhasil jika tarap
pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya yaitu potensi-potensi
jasmani atau rohaninya yang telah matang untuk menerima hal itu.
b) Kecerdasan/Intelijensi
Disamping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari
sesuatu dengan berhasil baik ditentukan/dipengaruhi pula oleh taraf
kecerdasannya. Kenyataan menunjukkan kepada kita, meskipun anak
yang berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang belajar
ilmu pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu
pasti.
c) Latihan dan ulangan
Terlatih dan sering mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan
pengetahuan yang dimilikinya makin dikuasai dan makin mendalam.
sesuatu. Makin besar minat makin besar pula perhatiannya sehingga
memperbesar hasratnya untuk mempelajari.
d) Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk
melakukan sesuatu. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang
sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu. Tak mungkin seseorang mau berusaha
mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak mengetahui
betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajar bagi
dirinya.
e) Sifat-sifat pribadi seseorang
Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam
belajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya
masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Sifat-sifat
kepribadian yang ada pada seseorang itu turut mempengaruhi sampai
di manakah hasil belajarnya dapat tercapai.
2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial
a) Keadaan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut
menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai
oleh anak-anak. Termasuk ada tidaknya fasilitas-fasilitas yang
diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula.
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang miliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan
pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan
bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak, merupakan faktor
penting dalam belajar di sekolah.
c) Alat-alat Pelajaran
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang
diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik
dari para guru, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat, akan
mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.
d) Motivasi Sosial
Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang-orang
disekitarnya, seperti tetangga, sanak saudara, teman sepermainan. Pada
umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja,
dan mungkin pula dengan tidak sadar.
e) Lingkungan dan Kesempatan
Siswa yang bersekolah karena jarak antara rumah dan sekolah
terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga
melelahkan dan anak-anak tidak dapat belajar dengan hasil baik dan
tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan
yang disebabkan sibuk setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk
B. Kemandirian belajar
1. Pengertian Kemandirian Belajar
Orang ingin menjadi mandiri maka seseorang harus belajar,
sehingga dapat dicapai suatu kemandirian belajar. Pengertian kemandirian
menurut Jacob Utomo (1990:108) adalah kecenderungan bebas
berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecenderungan menggunakan
kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas,
progresif, dan penuh dengan inisiatif. Pendapat ini dapat diartikan bahwa
seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab kepada
orang lain.
Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:84) adalah suatu
sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan
sesuatu atas dorongan diri sendiri dan unuk kebutuhan sendiri, mengejar
prestasi, penuh ketekunan serta keinginan untuk mengerjakan sesuatu
tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara
original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi
lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri sendiri dan memperoleh
kepuasan dari usahanya.
Menurut Yusuf Hadi Miarso (2004:267), bahwa belajar mandiri
prinsipnya sangat erat hubungannya dengan belajar menyelidiki, yaitu
berupa pengarahan dan pengontrolan diri dalam memperoleh dan
karena keberhasilan dalam kehidupan akan diukur dari kesanggupan
bertindakdan berpikir sendiri, dan tidak tergantung kepada orang lain.
Menurut Paullina Panen (1994:5), “siswa yang mampu belajar
mandiri adalah siswa yang dapat mengontrol dirinya sendiri, dan
mempunyai motivasi belajar yang tinggi, serta yakin akan dirinya
mempunyai orientasi atau wawasan yang luas dan luwes. Siswa yang
luwes, mandiri dan tidak komformis akan dapat belajar mandiri, namun
dukungan dan bimbingan guru biasanya tetap diperlukan bagi siswa
tersebut. Dengan demikian, kompetensi yang menjadi tujuan dan hal
pokok yang dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar
ditentukan sendiri oleh siswa (siswa mencari dan memilih sendiri
kompetensi yang diinginkan). Siswa dapat berlatih untuk meraih
kompetensi yang diinginkan tersebut berlansung setiap saat, karena semua
kegiatan yang dilakukan tidak lagi tergantung pada seorang tutor atau
guru.
Menurut Good dalam Slameto (1991:45), kemandirian belajar
adalah belajar yang dilakukan dengan sedikit atau sama sekali tanpa
bantuan dari pihak luar. Dalam pendapat ini siswa bertanggung jawab atas
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya dan
memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan yang diambilnya.
Didalam perkembangannya kemandirian muncul sebagai hasil proses
belajar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya lingkungan
muncul bila seseorang belajar, sebaliknya kemandirian tidak akan muncul
apabila siswa tidak dibekali dengan ilmu yang cukup.
Dari beberapa pengertian kemandirian di atas dapat disimpulkan
bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk
mengarahkan dirinya sendiri dalam belajar yang ditandai dengan adanya
inisiatif, progresif, ulet, aktif, bebas, mampu mengambil keputusannya
sendiri, disiplin, tidak tergantung pada orang lain dalam mengatur kegiatan
belajarnya, mampu mengontrol diri dan mempunyai motivasi yang tinggi
dalam belajar dan bertanggung jawab.
2. Ciri-ciri Kemandirian
Slameto (1991:46) mengemukakan ciri-ciri kemandirian sebagai
berikut:
a) Dapat menemukan identitas dirinya
b) Memiliki inisiatif dalam setiap langkahnya
c) Membuat pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya
d) Bertanggung jawab atas tindakannya
e) Dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Menurut Suardiman (1984:40), kemandirian memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak
atas kehendak sendiri
b) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan
c) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk
d) Mampu untuk berfikir dan bertindak secaa kreatif, penuh inisiatif dan
tidak sekedar meniru
e) Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk
meningkatkan prestasi belajar
f) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan
tanpa mengharapkan bimbingan dan pengarahan orang lain.
Suyata (1982:33) mengemukakan ciri-ciri kemandirian sebagai
berikut:
a) Percaya diri
b) Memiliki inisiatif
c) Mempu membuat pertimbangan-pertimbangan sendiri
d) Mampu mencukupi kebutuhan dalam batas-batas tertentu
e) Mampu mempertanggungjawabkan semua tindakannya
f) Mampu membebaskan diri dari keterikatan yang tidak perlu
g) Dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk memilih
Dari beberapa pendapat diatas ciri-ciri kemandirian belajar
akuntansi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Belajar akuntansi atas inisiatif sendiri
b) Berusaha mengatasi kesulitan belajar akuntansi secara sendiri
c) Mempunyai rasa percaya diri dalam belajar akuntansi
d) Adanya kemauan yang kuat untuk belajar akuntansi
f) Mempunyai perencanaan belajar dan berusaha ulet serta tekun dalam
menjalaninya
g) Memiliki kesadaran dan kemampuan belajar akuntansi yang tinggi.
3. Komponen-komponen Kemandirian Belajar
Komponen-komponen utama kemandirian menurut Masrun (1986)
meliputi:
a) Bebas, faktor ini ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas
kehendak sendiri bukan karena orang lain.
b) Progresif dan ulet, ini nampak dari adanya usaha untuk mengejar
prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan
harapan-harapannya.
c) Inisiatif, komponen ini meliputi kemampuan berfikir, bertindak secara
original, kreatif.
d) Pengendalian diri dari dalam, komponen ini meliputi perasaan mampu
mengatasi masalah, kemampuan mengendalikan diri dari dalam, dan
kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.
e) Kemampuan diri mencangkup aspek percaya terhadap kemampuan
sendiri, menerima dirinya, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian menurut Muhamad Ali
meliputi:
a) Gen atau keturunan orang tua, orang tua yang memiliki sifat
kemandirian yang tinggi sering kali menurun pada anaknya sehingga
b) Pola asuh orang tua, cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan
berpengaruh terhadap perkembangan kemandirian anak
c) Sistem pendidikan di sekolah, dalam proses pendidikan di sekolah
yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan, akan cenderung
menekankan indokrinasi tanpa argumen akan menghambat
kemandirian anak,
d) Sistem kehidupan di masyarakat, di dalam sistem kehidupan
bermasyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur
sosial.
C. Jumlah jam Belajar
Dalam kegiatan belajar, waktu merupakan faktor yang penting
sehingga perlu diperhatikan, misalnya berapa lama waktu yang digunakan
untuk belajar atau berapa jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar,
berapa kali waktu yang disediakan untuk belajar dalam sehari. Setiap siswa
umumnya mempunyai waktu 11 jam setiap hari untuk belajar. Sisanya 8 jam
digunakan untuk tidur, 3 jam untuk keperluan pemeliharaan diri, dan 2 jam
untuk keperluan pribadi dan urusan sosial (The Liang Gie 1995:171). Jika
dalam 11 jam tersebut 7 jam digunakan untuk belajar di sekolah maka sisanya
4 jam digunakan untuk belajar di rumah, di lembaga bimbingan atau
kelompok masyarakat.
Dalam belajar sebaiknya siswa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
belajar sangat menentukan tinggi rendahnya hasil belajar. Semakin banyak
jumlah jam yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai semakin
tinggi. Sebaliknya jika jumlah jam belajar yang digunakan sedikit maka hasil
yang dicapai semakin rendah
Berdasarkan uraian diatas jumlah jam belajar adalah waktu yang
digunakan oleh siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam. Jam belajar
yang digunakan ini merupakan jam belajar di luar sekolah, seperti di rumah, di
lembaga bimbingan belajar atau kelompok belajar masyarakat.
D. Prestasi Belajar
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar perlu adanya tujuan yang
ingin dicapai. Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran yang telah
dicapai, maka perlu adanya suatu tes. Hasil dari suatu tes tersebut dapat
mengetahui seberapa perubahan maupun kecakapan yang diperoleh siswa.
Prestasi merupakan suatu kecakapan nyata yang dimiliki oleh seseorang dan
merupakan hasil dari proses yang dilakukannya, hal ini sesuai dengan
pendapat Winkel (1983:161).
Poerwadminto (1995:787) merumuskan bahwa prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang oleh mata pelajaran lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Keberhasilan seseorang siswa dalam kegiatan belajar salah satunya
dapat dilihat dari nilai-nilai yang dilaporkan dalam rapor secara periodik. Hal
nilai yang tecantum dalam rapor merupakan perumusan terakhir yang
diberikan guru mengenai kemampuan belajar siswa selama masa tertentu.
Sumadi juga menegaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan dengan nilai-nilai
rapornya.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil dari suatu tes untuk mengetahui seberapa
perubahan maupun kecakapan yang diperoleh siswa berupa nilai-nilai yang
tercantum dalam rapor.
E. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Seorang siswa dituntut untuk terus belajar karena dengan belajar
dalam diri siswa akan muncul suatu keadaan kemandirian, dan sebaliknya
kemandirian tidak akan muncul dengan sendirinya bila seseorang tidak
ingin belajar. Terlebih lagi kemandirian dalam belajar tidak akan muncul
apabila siswa tidak dibekali dengan ilmu yang cukup. Kemandirian belajar
penting karena dengan memiliki kemandirian belajar siswa akan
bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain, siswa akan
menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan masalah
secara bebas, progresif dan penuh dengan inisiatif dan dengan kemandirian
belajar siswa akan memperoleh prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan
2. Hubungan Jumlah jam belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Dalam proses belajar jumlah jam belajar perlu diperhatikan.
Jumlah jam dalam hal ini adalah seberapa banyak waktu yang digunakan
seorang siswa diluar jam belajar dikelas. Siswa yang memanfaatkan waktu
yang ada dengan mengikuti bimbingan belajar, akan sangat membantu
proses pencapaian prestasi belajar. Maka semakin banyak jumlah jam
belajar yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai semakin
baik dalam hal ini prestasi belajar akuntansi.
F. Paradigma Penelitian
Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berpikir, maka akan dibuat
paradigma penelitian sebagai berikut:
Melalui gambar diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
antara kemandirian belajar (X1), jumlah jam belajar (X2) dengan prestasi
belajar akuntansi (Y).
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian
yang bisa dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empirik. X1
X2
Y rX2Y
Berdasarkan landasan di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai dasar
pengumpulan data, yaitu:
1. Ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar
akuntansi
2. Ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan meliputi:
1. Deskriptif
Yaitu suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan maksud
dan keadaan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak.
2. Studi kasus adalah penelitian yang mengambil suatu tempat atau daerah
yang telah ditentukan sebelumnya sebagai subyek penelitian dan
kesimpulannya hanya berlaku pada subyek yang diteliti (Consuelo,
1993:73).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
yang beralamat di Jl. Jenderal Sudirman No 87. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan November 2008.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam
penelitian sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian
Bopkri 2 Yogyakarta yang meliputi kelas XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI
IPS 4.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan
dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah
kemandirian belajar, jumlah jam belajar dan prestasi belajar akuntansi.
D. Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (1999:72) adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Bopkri 2 Yogyakarta
kelas XI IPS yang berjumlah 127 siswa. Kuesioner yang kembali berjumlah
104 kuesioner sehingga jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 104
siswa. Dalam penelitian ini, 104 responden diambil sebagai sarana penelitian
sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi
(Arikunto, 2006:130), adalah pendekatan semua elemen yang ada di dalam
wilayah penelitian.
Alasan pemilihan kelas XI IPS bahwa siswa kelas XI telah menerapkan
sikap kemandirian sejak kelas X sehingga siswa bisa menilai bahwa sikap
kemandirian yang dimiliki membawa segi positip yang akhirnya siswa mampu
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu
(Sugiyono, 2003:2). Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yang akan diteliti
yaitu variabel bebas (Independent Variabel), yang meliputi kemandirian belajar (X1) dan jumlah jam belajar (X2). Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah prestasi belajar akuntansi (Y)
1. Variabel bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependent (variabel terikat). Jadi variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2003:3). Dalam penelitian
ini yang menjadi variabel bebas adalah:
a) V ariabel Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar mencangkup progresif, inisiatif, ulet,
kreatif, pengendalian dari dalam, bebas, tanggung jawab, kemantapan
diri. Skor dalam setiap peryataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala
Likert dengan model multiple choice.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kemandirian Belajar
No Variabel Indikator Sub Indikator No Soal
Progresif Motivasi tinggi
Usaha mewujudkan
harapan
13, 25
1, 24 1. Kemandirian
belajar
Inisiatif Tidak
mengharapkan
pengarahan
Penuh inisiatif
Mampu
mengambil
keputusan sendiri
9, 16
10,15
Keuletan Ketekunan dan
keteraturan
12, 31
Kreatif Mencoba sendiri
Tidak mudah
meniru
Menemukan
ide-ide Kreatif 23 29 19, 36 21 Pengendalian dari dalam Mampu menyelesaikan masalah Mampu mengontrol diri Mempengaruhi lingkungan 34, 35 20, 32 22, 17
Bebas Bertindak (tidak
tergantung pada orang lain) Bersikap 3, 7 18 Tanggung jawab
Rasa tanggung
jawab pada tugas
Pemenuhan pada
kewajiban
6, 8, 26,
33
Kemantapan
diri
Percaya pada
kemampuan sendiri
Puas akan usaha
sendiri
4, 5, 11,
27, 30,
37
14
b) Variabel Jumlah jam belajar
Jumlah jam belajar adalah banyaknya waktu yang disediakan
dan digunakan siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam.
Dalam penelitian ini skor setiap pernyataan dinyatakan dalam 4 skala
Likert dengan model multiple choice. Skala likert yaitu suatu cara sistematis untuk memberikan skor dalam kuesioner yang dibagikan.
Pengukuran variabel jumlah jam belajar adalah sebagai berikut:
Jawaban Skor
A 1
B 2
C 3
D 4
Tabel 3.2
Kisi-kisi Jumlah Jam Belajar
No Variabel Indikator No Soal
1. Jumlah jam belajar Jumlah Jam 1,2,3,4
2. Variabel terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2003:3). Dalam
a) Variabel prestasi belajar akuntansi
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa berupa
nilai-nilai yang tercantum dalam rapor. Rapor tersebut menyatakan tinggi
rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti
pelajaran di sekolah.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan lembar pertanyaan secara tertulis dengan berbagai alterlatif
jawaban yang telah disediakan oleh peneliti dan kemudian dijawab
responden. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk
mengungkapkan data tentang Hubungan Kemandirian Belajar, Jumlah jam
Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi
2. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen
yang telah ada. Dokumentasi digunakan untuk mengungkap data tentang
prestasi belajar siswa kelas XI IPS dan data tentang sekolah.
3. Observasi
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati proses
belajar mengajar yang terjadi di kelas guna mengetahui gambaran secara
umum Hubungan Kemandirian Belajar, Jumlah Jam Belajar dengan
G. Teknik Pengujian Instrumen
Agar alat ukur yang dipakai dapat dipertanggungjawabkan atau dapat
dipercaya harus diuji terlebih dahulu. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui apakah alat ukur tersebut memang cocok dan mantap jika
diterapkan pada variabel yang diukur. Dalam dunia penelitian kecocokan dan
kemantapan alat ukur disebut dengan validitas dan reliabilitas instrumen
1. Uji Validitas
Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang
seharusnya diukur (sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor jawaban masing-masing item pertanyaan
dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan.
Pengujian validitas dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur yang beralamat
di Jl P. Senopati No 18 Yogyakarta. Pengujian validitas sebanyak 30
responden dikelas XI IPS 1. Uji validitas digunakan dengan rumus
Korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2006:327) yaitu:
(
)(
)
(
)
{
2}
{
2( )
2}
1 2 1 1 1 1 1 Y n n n r
Y
X
X
Y
X
Y
X
∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan:r : Koefisien korelasi n : Jumlah item pertanyaan Xi : Skor total setiap item tes ke-i Yi : Skor masing-masing item tes ke-i
Jika r hitung ≥ r tabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka instrumen
tersebut valid, dan sebaliknya Jika r hitung ≤ r tabel dengan tingkat
kepercayaan 95%, maka instrumen tersebut tidak valid
Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel
kemandirian belajar dan jumlah jam belajar. Uji validitas ini dilakukan
untuk tiap-tiap butir, sehingga empat puluh dua (42) pertanyaan yang
akan dilakukan uji validitas.
a) Hasil Pengujian Validitas Variabel Kemandirian Belajar
Ada tiga puluh tujuh (37) butir pertanyaan pada variabel ini.
Rangkuman uji validitas untuk kemandirian belajar adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Rangkuman Uji Validitas untuk Kemandirian Belajar Butir
No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
2 0,239 0,369 Valid
3 0,239 0,351 Valid
5 0,239 0,401 Valid
6 0,239 0,320 Valid
8 0,239 0,423 Valid
9 0,239 0,303 Valid
10 0,239 0,359 Valid
11 0,239 0,263 Valid
12 0,239 0,621 Valid
13 0,239 0,334 Valid
14 0,239 0,368 Valid
17 0,239 0,330 Valid
18 0,239 0,554 Valid
19 0,239 0,365 Valid
20 0,239 0,326 Valid
21 0,239 0,263 Valid
22 0.239 0,399 Valid
23 0.239 0,393 Valid
24 0.239 0,621 Valid
25 0.239 0,371 Valid
26 0.239 0,393 Valid
27 0.239 0,342 Valid
28 0.239 0,306 Valid
29 0.239 0,552 Valid
30 0.239 0,512 Valid
31 0.239 0,345 Valid
32 0.239 0,462 Valid
33 0.239 0,445 Valid
34 0.239 0,345 Valid
35 0.239 0,414 Valid
36 0.239 0,335 Valid
37 0.239 0,565 Valid
Sumber : Data Prapenelitian (Lampiran iii, hal 82)
Dari item pertanyaan pada variabel kemandirian belajar menunjukkan
bahwa sebanyak tiga puluh tiga (33) butir pertanyaan adalah valid dan
terdapat empat (4) butir soal dinyatakan tidak valid yaitu butir nomor
1, 4, 7, 15. Empat (4) butir pertanyaan yang tidak valid meliputi:
Soal 1. Usaha yang dapat saya lakukan untuk mewujudkan prestasi
Soal 4. Saya merasa lebih percaya diri jika dalam melaksanakan
kegiatan belajar...
Soal 7. Ketika teman mengalami kesulitan belajar terhadap materi atau
penelesaian soal akuntansi maka yang dapat saya lakukan
adalah....
Soal 15. Tindakan yang dapat saya lakukan ketika ada ulangan
mendadak adalah....
Butir yang tidak valid ini selanjutnya dibuang dan tidak dipergunakan
pada kuesioner penelitian. Pengambilan kesimpulan ini bisa dilakukan
dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel Dengan jumlah
data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau
0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,239.
b) Hasil Pengujian Validitas Variabel Jumlah Jam Belajar
Ada empat (4) butir pertanyaan pada variabel ini. Rangkuman uji
validitas untuk jumlah jam belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Rangkuman Uji Validitas untuk Jumlah Jam Belajar Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,239 0,644 Valid 2 0,239 0,565 Valid 3 0,239 0,507 Valid 4 0,239 0,419 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel
jumlah jam belajar menunjukkan bahwa sebanyak empat pertanyaan
adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini bisa dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Dengan jumlah data
(n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05
maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,239. Dari hasil perhitungan
diperoleh bahwa keseluruhan nilai r hitung semuanya menunjukkan
angka lebih besar dari nilai rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semua butir pertanyaan variabel jumlah jam belajar adalah
valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung reliabilitas
kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha Cronbach
dengan taraf signifikansi 5% (Arikunto,2006:196)
Rumus Alpha :
⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −
=
∑
21 2 11 1 1 σ σb k k r Keterangan:
r
11 : Reliabilitas instrumenk : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
σ
2b : Jumlah varians butir
σ
2Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach-Alpha dan dapat dikerjakan dengan program SPSS for windows
versi 12.0. Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dengan dk =
n-2 (dk=30-n-2 =n-28) menunjukkan nilai r tabel = 0,239. Hasil perhitungan nilai
r untuk variabel kemandirian belajar nilai r hitung = 0,866 sementara pada
variabel jumlah jam belajar nilai r hitung = 0,739. Dengan demikian
instrumen penelitian ini dapat diandalkan atau reliabel. Rangkuman hasil
pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status
Kemandirian belajar 0,239 0,866 reliabel Jumlah jam belajar 0,239 0,739 reliabel
Sumber : Data Prapenelitian (Lampiran iv, hal 86 dan 87)
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian ini memenuhi kedua prasyarat instrumen yang baik yaitu valid
dan reliabel
H. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
umum (Sugiyono,1999:142). Deskripsi data penelitian ini dilakukan
2. Pengujian Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis ini digunakan sebagai langkah selanjutnya
dalam melakukan analisis data, dan sebagai dasar pengambilan keputusan
agar tidak menyimpang dari kebenaran.
Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang
terjaring dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk
menguji normalitas distribusi data setiap variabel digunakan one sample Kolmogrov-Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.0. Jika α hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini di
bawah α = 0,05, maka distribusi data tersebut tidak normal. Jika
masing-masing variabel mempunyai nilai di atas 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel penelitian berdistribusi normal. Adapun rumus uji
Kolmogrov-Smirnov (Gozali, 2002:36), sebagai berikut: D = Maksimum [F0 (X1) - Sn (X1)]
Keterangan :
D : Deviasi maksimum
F0(X1) : Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn : Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan analisis Korelasi Product
Moment (Sugiyono, 2005:213). Langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :
a) Rumusan Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan
prestasi belajar akuntansi
Ha : Ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi
belajar akuntansi
Hipotesis kedua
Ho : Tidak ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan
prestasi belajar akuntansi
Ha : Ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi
belajar akuntansi
b) Pengujian Hipotesis
r xy
Y
Y
X
X
N N Y X XY N=
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − −)
)
2 2 22 ( ) ( ( ) ( ) )( ( ) ( Keterangan :
r
xy = koefisien validitas X = hasil pengukuran Y = kriteria yang dipakai N = jumlah subyekc) Untuk memberi interpretasi terhadap kuat lemahnya hubungan maka
dapat digunakan Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (Sugiyono,
1999:183)
d) Pengujian signifikansi koefisien korelasi
Pengujian signifikansi dilakukan dengan memperbandingkan nilai
signifikansi dengan alpha (α) 0,05
e) Kriteria pengujian atau pengambilan keputusan
Dalam pengujian korelasi ini digunakan taraf signifikansi 5 %. Ho
ditolak jika Signifikansi < dari α 0,05 . Ini berarti ada hubungan positif antara kemandirian belajar (X1) dan jumlah jam belajar (X2) dengan
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. SEJARAH SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Sejarah SMA Bopkri 2 Yogyakarta tidak terlepas dari Yayasan Bopkri
Yogyakarta. BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia)
adalah suatu organisasi berbentuk yayasan yang didirikan pada zaman
perjuangan. Yayasan Bopkri Yogyakarta didirikan dengan motivasi, cita-cita
dan idealisme tertentu. Pada saat berdirinya Yayasan Bopkri mendapatkan
dukungan dari masyarakat Kristen sebagai perwujudan pelayanan pendidikan
secara formal untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang telah
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Yayasan Bopkri Yogyakarta lahir
pada 18 Desember 1945. Sejarah Yayasan Bopkri dapat dibagi menjadi 4
tahap yaitu:
1. Pada Masa Penjajahan Belanda
Pada masa penjajahan Belanda, di Yogyakarta sudah terdapat
lembaga pendidikan Kristen yaitu: Sekolah-sekolah Zending yang diusahakan oleh gereja-gereja Nederland dan Vereneging Scholen yang diusahakan perkumpulan-perkumpulan di luar gereja.
Sekolah-sekolah Zending di Yogyakarta pada umumnya siswanya
adalah anak-anak golongan pribumi sedangkan Vereneging Scholen
menyelenggarakan 4 macam sekolah yaitu HIS, ELS, HCS dan MCS.
penilaian lebih tinggi dibandingkan sekolah-sekolah yang berbahasa
pengantar bahasa Jawa atau Melayu.
Sekolah-sekolah HIS yang setingkat dengan itu yang terdapat di
Yogyakarta misalnya : HIS Bintaran Wetan, HIS Bintaran Kulon, KWS
Gondolayu, Christelijke Mulo Schol di Kotabaru (sekarang SMA BOPKRI
1), Christelijke Huishound Schol di Jalan Jenderal Sudirman 87 (sekarang
SMA Bopkri 2).
2. Pada Masa Pendudukan Jepang
Pada awal tahun 1943 Jepang memaksa sekolah-sekolah swasta
dinegerikan, guru-guru yang bersedia menjadi pegawai negeri boleh
mengajar terus. Sekolah-sekolah Kristen sepakat untuk bernaung di bawah
panji PERKUMPULAN PERSEKOLAHAN MASEHI ( PPM ). Agar
sekolah-sekolah tersebut dapat diatur dengan baik, dipilih dan diangkat
seorang pengampu yaitu Dr. Sumardi.
3. Pada Masa Revolusi Kemerdekaan
Dalam masa Perang Kemerdekaan, umat Kristen tidak mau
ketinggalan, mereka turut berjuang menegakkan dan mengisi
kemerdekaan. Partai Kristen Indonesia ( Parkindo ) didirikan pada tanggal
11 Mei 1945. Dalam kongres yang pertama di Surakarta, diputuskan
mendirikan lembaga pendidikan dengan nama Bopkri, dengan ketua
Yayasan Bopkri Yogyakarta didirikan di Yogyakarta pada 18
Desember 1945 dengan akte notaris RM Wiranto, 11 Mei 1946, Asas
dan tujuan Bopkri adalah :
a) Dasar pendidikan Bopkri adalah kitab suci yaitu firman Tuhan.
b) Turut setia dengan pemerintah dalam usaha mempertinggi derajat
Bangsa Indonesia pada umumnya dalam dunia pengetahuan
kebudayaan.
c) Memperluas pengajaran dan pendidikan Kristen di dalam negara
Republik Indonesia dengan usaha-usaha mendirikan segala macam
sekolah baik yang memberikan pendidikan umum maupun kejuruan.
Dalam clash II 19 Desember 1948, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Yayasan Bopkri telah menutup seluruh sekolahnya baik SR,
SGTK, SMP maupun SMA Bopkri. Kemudian pada Februari 1948,
sekelompok kecil guru-guru Kristen berkumpul di Balai Pertemuan
Kristen ( BPK ) sekarang Galeria Mall, membicarakan nasib
sekolah-sekolah Bopkri yang menghasilkan kebulatan pendapat: “Kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas pendidikan yang bercirikan Kristen, sekolah-sekolah BOPKRI harus dilanjutkan kehadirannya”.
4. Setelah Pengakuan Kedaulatan 1949
Pada tanggal 29 Juni 1949 Belanda angkat kaki dari Yogyakarta,
Pemerintah RI kembali ke Ibu Kota Yogyakarta. Sri Sultan HB IX selaku
Menteri Negara Koordinator Keamanan, pada 5 Juli 1949 menyerukan
Diadakan pembentukan Bopkri baru, dengan ketua, Drs. Sudarmono dan
penulis, merangkap Bendahara, S. Subanu. Sekolah-sekolah Bopkri yang
dibuka kembali antara lain SMA Bopkri 2 Yogyakarta di Jalan Jenderal
Sudirman 87 Yogyakarta
SMA Bopkri 2 Yogyakarta Sebagai tonggak sejarah Bopkri
Yogyakarta, setelah mengalami pasang surut, 1 Agustus 1949 dinyatakan
sebagai hari lahir SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Hingga sekarang ini, setelah
diakreditasi sebanyak dua kali akhirnya pada 1977 SMA Bopkri 2
memperoleh status disamakan. Sejak awal berdiri hingga sekarang SMA
Bopkri 2 Yogyakarta sudah mengalami pergantian kepala sekolah
sebanyak sepuluh kali, mereka adalah:
a) Margono Paulus ( 1949 – 1957 ),
b) Nathanael Daljoeni ( 1957 – 1963 ),
c) Echbert Daniel Yohanes ( 1963 – 1969 ),
d) Drs. Widiatmoko Br. ( 1970 – 1971 ),
e) Purwanto B.A. ( 1971 – 1974 ),
f) Widiarso ( 1975 – 1977 ),
g) Drs. Tukidjo WS ( 1977 – 1995 ),
h) Drs. S. Supadiyono Paulus ( 1995 – 2003 ).
i) Drs.Priyanto (2003 –2008)
B. Visi, Misi dan Tujuan SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
1. Visi
Menjadi sekolah yang berkualitas baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, sikap dan keterampilan berdasarkan ajaran Kasih
Tuhan.
2. Misi
a) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia,
b) Meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar,
c) Mempertahankan dan meningkatkan disiplin sivitas akademika,
d) Meningkatkan prestasi akademis dan non akademis,
e) Mendorong sivitas akademika untuk meningkatkan kualitas budi
pekerti,
f) Mewujudkan ajaran kasih di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
3. Tujuan
a) Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas
1) Pendidikan Umum merupakan Pendidikan Dasar dan Menengah
yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh
peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
2) Mempunyai orientasi ke depan yang berupa tujuan pendidikan
yaitu mengembangkan multi kecerdasan kepada peserta didik yang
indivual (PPI) yang sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 dan PP
19 tahun 2005.
b) Tujuan Pendidikan SMA Bopkri 2 Yogyakarta
1) Meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan, dengan melaksanakan
tertib belajar sehingga mampu menguasai ilmu pengetahuan,
berprestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2) Membentuk kepribadian yang berkualitas dengan melaksanakan
ajaran kasih Tuhan sehingga memiliki kecerdasan emosional,
spiritual, sosial dan berkepribadian santun.
3) Meningkatkan kecakapan untuk menjadi pelaku Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi sehingga mampu hidup mandiri.
4) Mampu melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi yang
berkualitas sehingga dapat berkomunikasi dengan lingkungan dan
berkompetisi di era global
C. Kurikulum satuan pendidikan SMA BOPKRI 2
Pada tahun pelajaran 2008/2009 SMA Bopkri 2 Yogyakarta
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan menjadi
rintisan Sekolah Kategori Mandiri (SKM).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan
dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta (KTSP) yang
beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri
atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan pedoman
penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar nasional pendidikan tersebut,
yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan
acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Penyelenggaraan pendidikan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dinilai
berhasil apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta
didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui
pengukuran dengan menggunakan tes dan non tes. Proses pembelajaran akan
efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan
baik supaya dapat diterima untuk memenuhi:
1. Kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global,
2. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia
global,
D. Sumber daya manusia satuan pendidikan SMA BOPKRI 2
SMA Bopkri 2 Yogyakarta pada tahun ajaran 2008/2009 memiliki
sumber daya manusia yang unggul yang memiliki jabatan dan tugas
masing-masing. Personil SMA Bopkri 2 Yogyakarta dapat bekerjasama dengan baik
sebagai keluarga SMA Bopkri 2 Yogyakarta.
Jumlah seluruh personil di SMA Bopkri 2 Yogyakarta sebanyak 86
orang yang terdiri atas Kepala Sekolah 1 orang, Guru Tetap 22 orang, Guru
Tidak Tetap 30 orang, Pegawai Tetap 9 orang, dan Pegawai Tidak Tetap 24
orang.
E. Kondisi Fisik dan Lingkungan
SMA Bopkri 2 Yogyakarta berlokasi di Jalan Jendral Sudirman 87,
Yogyakarta. SMA Bopkri 2 Yogyakarta memiliki luas bangunan 3.211,5
meter persegi. Kondisi gedungnya sudah permanen dan secara umum sudah
baik. Terdapat 2 gedung yaitu gedung sebelah utara dan gedung sebelah
selatan. Gedung sebelah utara terdiri dari 3 lantai dan gedung sebelah selatan
terdiri dari 2 lantai. Bangunan sudah terbuat dari tembok seluruh atap
menggunakan genteng merah, dan untuk langit-langitnya terbuat dari tembok
untuk lantai 1 dan 2. Untuk lantai paling atas, langit-langitnya terbuat dari
eternit.
Halaman SMA Bopkri 2 Yogyakarta cukup luas. Halaman tersebut
masih terlihat gersang karena kurangnya tumbuhan disekitar lapangan.
kendaraan tidak terlalu mengganggu proses belajar mengajar, karena
penempatan kelas-kelas tidak terlalu dekat dengan pintu utama sekolah,
sehingga proses belajar mengajar siswa dan guru di kelas bisa berjalan dengan
cukup baik.
SMA Bopkri 2 Yogyakarta memiliki beberapa unit ruang yang terdiri
dari ruang teori/kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, laboratorium,
perpustakaan, dan lain-lain.
1. Ruang Teori/Kelas
Jumlah ruang kelas untuk kelas X ada 7 kelas (A/B/C/D/E/F/G),
kelas XI ada 8 kelas (XI Bahasa, XI IPA1, XI IPA2, XI IPA3, XI IPS1, XI
IPS2, XI IPS3, XI IPS4) dan kelas XII ada 8 kelas(XII Bahasa, XII IPA1,
XII IPA2, XII IPA3, XII IPS1, XII IPS2, XII IPS3, XII IPS 4). Jumlah
seluruhnya ada 23 kelas dengan fasilitas :
a) Luas per ruang 56 m2
b) Meja dan kursi terpisah
c) Penerangan cukup
d) Papan tulis dan papan pengumuman cukup
2. Kantor
Ruang kantor terdiri dari :
a) Kantor Kepala Sekolah
b) Kantor Wakil Kepala Sekolah
c) Kantor Guru
e) Kantor Yayasan Bopkri
3. Ruang dan Alat Penunjang Pendidikan
Alat penunjang pendidikan meliputi :
a) Foto copy dan pengganda b) Wartel
c) Ruang data
d) Studio Musik
e) Ruang OSIS
f) Gudang
g) Kamar mandi/WC putra dan putri
h) Peta
i) Jadwal Pelajaran
j) Gambar Pahlawan
k) Papan Pengumuman
l) Papan Presensi
m) Ruang Pembimbing Konseling
4. Laboratorium
SMA BOPKRI 2 memiliki 7 laboratorium, yaitu :
a) Laboratorium Bahasa
b) Laboratorium Fisika
c) Laboratorium Kimia
d) Laboratorium Biologi
f) Laboratorium TI dan Komputer
g) Laboratorium Internet
5. Perpustakaan
Perpustakaan terletak di lantai satu, dalam pelayanan sirkulasi buku
petugasnya ada empat orang.
6. Usaha Kesehatan Sekolah
Melayani siswa yang kesehatannya terganggu pada saat belajar di
sekolah. Pelayanan sekolah dilakukan tiap hari dan dijaga oleh seorang
petugas kesehatan. Di sana menyediakan obat-obatan sebagai pertolongan
pertama, namun bila menderita sakit yang cukup mengkhawatirkan pihak
sekolah segera memberitahu orang tua/wali untuk segera mengambil
tindakan selanjutnya.
7. Kantin dan Koperasi Sekolah
Koperasi dan Kantin sekolah menyediakan kebutuhan siswa seperti
alat tulis, foto copy, makanan, minuman, dan lain-lain. Dengan adanya
fasilitas tersebut akan mempermudah siswa dan guru dalam mendapatkan
kebutuhannya.
8. Lapangan Olah Raga
Lapangan ini bisa digunakan untuk berbagai kegiatan. Misalnya:
untuk olah raga, upacara, pramuka atau acara-acara intern lainnya yang
9. Parkir Kendaraan
Secara keseluruhan, lingkungan fisik SMA Bopkri 2 Yogyakarta
sudah cukup kondusif untuk proses belajar-mengajar di sekolah. Letaknya
yang berada di pusat kota memudahkan peserta didik untuk menjangkau
49
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Jumlah
siswa kelas XI IPS adalah 127, sedangkan kuesioner yang kembali berjumlah
104 sehingga peneliti hanya mengambil 104 responden. Keseluruhan
responden tersebut telah mengisi secara lengkap sehingga jumlah sumber data
penelitian ini adalah 104 kuesioner. Berikut ini disajikan tabel yang memuat
uraian tentang responden.
Tabel 5.1 Responden Penelitian
Kelas Jumlah Frekuensi Relatif (%)
XI IPS 1 23 22,12
XI IPS 2 29 27,88
XI IPS 3 24 23,08
XI IPS 4 28 26,92
Jumlah 104 100
Berikut ini disajikan deskripsi data variabel-variabel penelitian ini
1. Kemandirian Belajar
Deskripsi kemandirian belajar didasarkan pada Pedoman Acuan
Patokan (PAP) tipe II :
Tabel 5.2
Sebaran Klasifikasi Kemandirian Belajar