• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM KONSELING INDIVIDU UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SMA NEGERI 1 SANGKAPURA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM KONSELING INDIVIDU UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SMA NEGERI 1 SANGKAPURA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

INDIVIDU UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SMA NEGERI 1 SANGKAPURA

Ainun Nazhirah1, Ayomg Lianawati2.

1,2Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

lCo-Author: [email protected] 085234901986

Info Artikel

Masuk : 16/02/2023

Revisi : 21/05.2023

Diterima : 22/05/2023 Alamat Jurnal

https://ojs.uniska- bjm.ac.id/index.php/A N-NUR/index

Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia disseminated below https://creativecommons.

org/licenses/by/4.0/

Abstract : The purpose of the study was to determine the effectiveness of positive reinforcement techniques for learning motivation at SMA Negeri 1 Sangkapura. This study uses a quantitative approach with a single-subject method (single-subject design). In this study, students of classes XI-Mia 3 and 4 were used as an experimental sample, amounting to 2 students using the purposive sampling technique to get the results that they have low learning motivation potential. This research method uses a learning motivation questionnaire. The data analysis technique used descriptive statistics. The results showed that individual counseling services were given using positive reinforcement techniques for student learning. Effectively the two counselees have different results, counselee 1 overlap which is generated 0% while the second counselee 20%. Individual counseling services with positive reinforcement techniques can increase student learning motivation with the support of the results of data analysis.

Keywords: Positive Reinforcement; Individual Counseling; motivation.

(2)

PENDAHULUAN

Rendahnya motivasi belajar juga berpengaruh pada tingkat keberhasilan peserta didik.

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Emda bahwa proses pembelajaran akan berhasil jika siswa termotivasi untuk belajar dengan baik. Oleh karena itu, motivasi belajar sangat penting bagi setiap siswa, baik intrinsik maupun ekstrinsik (Cahyani, Listiana, and Larasati 2020). Permasalahan dalam proses belajar dapat menghambat seseorang untuk mencapai cita- citanya. Pada umumnya seseorang mengalami masalah bisa dari diri sendiri seperti: frustasi, putus asa, tidak memiliki kepercayaan diri, dan lain sebagainya, biasanya dialami peserta didik yaitu: tingkah laku, kemampuan fisik, daya pikir, perasaan, dan masalah pengembangan jiwa dan pribadinya. yang artinya dalam pemberian motivasi beajar, hal ini tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran (Nurwahid 2021).

Motivasi belajar adalah proses yang memberikan semangat belajar, arah dan kegiatan perilaku (Nurwahid 2021). Motivasi belajar yaitu suatu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar (Octavia et al. 2020). Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang ada dalam siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga siswa mendapatkan yang diinginkan(Cahyani et al. 2020). Dapat disimpulkan bahwa, motivasi belajar adalah suatu dorongan yang memberikan semangat belajar siswa untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang diharapkan tercapai. Dapat disimpulkan bahwa, motivasi belajar adalah suatu dorongan yang memberikan semangat belajar siswa untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang diharapkan tercapai.

Konseling individu yaitu suatu layanan yang dilaksanakan secara tatap muka dalam rangka mengentaskan masalah yang di hadapi siswa dengan didampingi oleh guru pembimbing Hellen(2005:84) dalam (Dewi and Mugiarso 2020). Menurut asrori (2019) dalam (Mardilla, Darmiany, and Husniati 2021). reinforcemen positif adalah stimulus yang dapat memperkuat perilaku. Menurut wahid murni (wijayanto, 2013:31) mengatakan bahwa teknik reinforcemen positif (positif reinforcement) adalah respon positif seseorang terhadap perilaku positif yang telah dicapai anak dalam proses belajar, yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku. Corey (setiowati,2017:46) dalam (Jayadi, Anggraini, and Juniarti 2020). menyatakan bahwa penguatan positif adalah suatu respon yang disertakan stimulus seperti pujian sebagi konsekuensi dari perilaku tertenyu. Dapat disimpulkan bahwa reinforcement positif adalah respon positif di ikuti stimulus yang dilakukan seseorang atas perilakunya yang dapat meningkatkan tingkah laku yang dicapai anak dalam proses belajarnya seperti pujian sebagai konsekuensi dari suatu perilaku tersebut.

Pembelajaran dalam jaringan (daring) bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Berbeda dengan halnya ketika guru sedang menerangkan materi nya secara langsung hal ini mampu menciptakan suasana pembelajaran yang mendukung motivasi belajar siswa bisa tercapai. Akan tetapi berbeda halnya pembelajaran online atau daring kondisi dilapangan sangatlah berbeda, kebanyakan guru mengalami kesulitan mengkontrol siswa saat memberikan bahan ajar secara online. Keadaan menurunnya motivasi belajar bisa berdampak pada hasil belajar siswa tidak stabil. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan menggunakan judul “Efektivitas Teknik Reinforcement Positif dalam Konseling Individu Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar SMA Negeri 1 Sangkapura.

(3)

METODE

Sampel berjumlah 2 orang siswa yaitu kelas XI-Mia 3 dan 4 yang bertempat di sekolah SMA Negeri 1 Sangkapura. Peneliti memberikan suatu teknik reinforcemen positif menggunakan layanan konseling individu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena menggunakan data statistik dalam bentuk numerik sebagai alat untuk mengidentifikasi jawaban atas pertanyaan agar dapat mengorganisasikan temuan penelitian secara sistematis dan jelas. Metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis meggunakan statistik (Dr.Sugiyono 2018).

Penelitian ini menggunakan singel subject design dengan menggunakan desain A-B.

Pada pola A- B ini terdapat dua fase, yang pertama fase baseline yang ditandai dengan hurut (A), dan yang ke dua fase intervensi di tandai dengan huruf (B) (Sumanto, Takeuchi, and Nakata 2005). Pada fase baseline ini disebut kemampuan awal subjek penelitian, sebelum dilaksanakannya fase intervensi atau sebelum diberlakukannnya teknik reinforcemen positif, yang dilakukan selama tiga kali. Setelah itu peneliti melakukan fase intervensi, yang mana fase intervensi ini kemampuan siswa setelah diberikan intervensi teknik reinforcemen positif dan layanan konseling individu yang manapada fase intervensi ini dilaksanakan selama 5 kali.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan model skala likert. Menggunakan skala likert, maka variabel yang diukur diubah menjadi indikator. Pengujian validitas menggunakan aplikasi Microsoft Excel dan aplikasi SPSS 25.0 for windows.

Gambar 1. Desain Penelitian Singel Subjek A-B

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil pada fase baseline ke dua konseli MS dan PN di fase baseline memperoleh nilai sekor yang di lakukan selama tiga kali pertemuan. Tahap ini perserta didik diberikan angket yang dibagikan melalui link google from yang persesi soal tersebut selalu diacak, untuk menemukan nilai yang stabil. Pada setiap sesi peserta didik diberikan soal sebanyak 30 butir soal yang dikerjakan secara mandirseperti pada gambar/grafik di bawah ini.

(4)

Gambar 2. Fase Base line MS dan PN

Menurut hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, di fase baseline ini kedua konseli memiliki skor yang berbeda pada setiap pertemuan.

Gambar 3. Fase Intervensi MS dan PN

Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam kondisi, konseli MS Kondisi Baseline (A/1) Intervensi (B)

1. Panjang kondisi 3 5

2. Estimasi kecenderungan arah ( - ) ( - ) 3. Kecenderungan stabilitas stabil Variabel

4. Jejak data

5. Level stabilitas dan rentang Variabel ( 46 – 57 )

Variabel ( 65 – 93 )

6. Perubahan level 57 – 50

(-7)

93 – 65 (+28 )

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa panjang fase baseline (A) ada 3 sesi, dan fase intervesi ada 5 sesi. Berdasrkan hasil analisis visual diketahui bahwa tidak ada perubahan pada motivasi belajar peserta didik. Adapun kecenderungan arah yang terjadi pada baseline ( A) adalah variabel, dan pada fase intervensi (B) adalah variabel. Selain itu perubahan yang terjadi pada motivasi belajar peserta didik muncul pada fase baseline (+7) dan fase intervensi (+28).

(5)

Kondisi yang di bandingkan B1/A2 (2:1)

1. Jumlah variable 1

2. Perubahan arah dan efeknya (-) (-) 3. Perubahan stabilitas Variabel ke variabel

4. Perubahan level 57-65 = -8

5. Persentase overlap 0%

Berdasarkan hasil analisi pada tabel di atas, pada perubahan arah pada fase baseline (A) dan fase intervensi (B) tidak mengalami perubahan yairu dari menurun ke menurun. Hal ini juga didukung oleh data tumpang tindih ( overlap), yaitu 0%, Rendahnya persentase overlope ini, dapat dikatakan bahwa meningkatnya motivasi belajar pada peserta didik.

Tabel 2. Rangkuman hasil Analisis Visual kondisi, konseli PN

Kondisi A/1 B

/2

1. Panjang kondisi 3 5

2. Estimasi kecenderungan arah

( + ) ( - ) 3. Kecenderungan stabilitas Stabil Variabel

4. Jejak data ( + ) ( - )

5. level stabilitas dan rentang Stabil ( 52 – 56

)

Variabel 55 – 86.

6. Perubahan level 52 – 56

(-4) 86 – 55 (+ 31 )

Penelitian dapat diketahui panjang kondisi fase baseline (A) yaitu 3 dan pada fase intervensi (B) yaitu 5. Berdasarkan hasil analisis tabel 4, adanya perubahan motivasi belajar siswa. Kecenderungan arah berada pada fase baseline (B) meningkat sedangkan pada fase intervensi menurun. Selain itu, perubahan dapat dilihat pada motivasi belajar siswa yaitu pada saat fase intervensi dengan adanya perubahan level yaitu ( +31).

Perbandingan kondisi B1/A1

( 2:1 )

1. Jumlah Variabel 1

2. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

(-) (+) 3. Perubahan kecenderungan stabilitas Stabilitas ke variabel

4. Perubahan level (86 – 55 ) = + 31

5. Overlap ( 1÷ 5 ) × 100 = 20%

(6)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisi pada tabel di atas, perubahan kecenderungan arah pada fase baseline (A) dan intervensi (B) yaitu dari menurun ke menaik. Hal ini didukung oleh data tumpang tindah (overlap) pada fase baseline (A) ke fase intervensi (B).

Dalam penelitian yang sudah diteliti oleh penelitian terdahulu, seperti pada penelitian (Syachtiyani and Trisnawati 2021) hal ini mengacupada dampak yang mempengaruhi belajar seperti cita-cita dan aspirasi siswa. Fakktor ini sama halnya dengan permasalahan pada konseli yang mana tidak mempunyai cita-cita dalam belajarnya dikarenaka dampak dari keluarganya terutama pada dari orang tua yang memiliki sikap dingin terhadap konseli.

Hasil penelitian di sekolah SMA Negeri 1 Sangkapura, terdapat 2 siswa terindikasi memiliki rendahnya motivasi belajar, ini dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti; faktor internal mengarah pada minat belajar dan unsur dinamis, serta faktor eksternal yang memepengaruhi siswa terdapat pada lingkunga sosial keluarga dan konsidi lingkungan belajar siswa. Menurunnya motivasi belajar disebabkan kurangnya semangat dalam belajarnya.

Mood dan konsentrasi sangat penting dalam aktivitas minat dan motivasi belajarnya (Jannah, Mudjiran, and Nirwana 2015).

konseli 1(MS) kondisi lingkungan belajarnya dipengaruhi oleh faktor minat belajar, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Ketika ingin belajar, rasa minat pada belajar itu masih kurang. Unusur dinamis meliputi perasaan, ingatan, keinginan dan pengalaman yang dimiliki siswa turut mempengaruhi dalam belajar, baiksecara langsung maupun tidak langsung. Kondisi lingkungan keluarga yang nyaman mendukung dan memperkuat motivasi belajar siswa, hal ini membantu motivasi belajar untuk memunculkan rasa ingin tahu, berinteraksi dengan guru. Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan. Lingkunga belajr sangat berperan dalam menciptakan gairah siswa dan secara sosial sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Lingkungan belajar dapat meingkatkan keaktifan serta keefektifan siswa dalam belajar. Lingkungan belajar tidak hanya berpengaruh langsung terhadap tingkat hasil belajar, tetapi lingkungan belajar juga mempengaruhi ranah kognitif atau personal sumiati,2012:4 (Damanik 2019).

Konseli ke dua di pengaruhi oelh faktor sosial keluarga, minat belajar serta kurangnya interaksi antara anak dan orag tua, dimanankonseli mendaptkan perilaku yang dingin oleh orang tuanya, hal ini membuat proses belajarnya terganggu yang mana menurut gerungan(2006) dalam (Mulyaningsih 2014) mengatakan bahwa “Interaksi sosial keluarga yang tidak berhasil ditandai dengan hubungan keluarga yang tidak bersahabat, ketidaktertarikan orang tua terhadap kegiatan belajar anak, dan pengabaian orang tua terhadap minat dan kebutuhan belajar anak.”. Minat memiliki dampak besar pada pembelajaran. Karena jika materi yang dipelajarinya tidak sesuai dengan minatnya, maka siswa tersebut tidak akan belajar semaksimal mungkin (Zulfia and Syofyan 2015).

Berdasarkan hasil penelitian pada fase baseline kedua konseli berada pada kategori rendah.

Semua aspek mempengaruhi konseli, akan tetapi ada tingkatan dari yang tertinggi hingga terenda, yaitu optimis, dorongan mencapai sesuatu, komitmen, inisiatif dan relevansi.

Pada penelitian motivasi belajar siswa terdiri dari lima aspek terdiri dari dorongan mencapai sesuatu, komitmen, inisiatif, optimis dan relevansi yang dikutip t marilyn K.

Gowing dalam (Cahyani et al. 2020) dan (Nurbaeti, Wikanengsih, and Rosita 2021). Pada aspek dorongan mencapai sesuatusiswa merasa terdorong untuk berjuang demi mewujudkan

(7)

proses belajar. Dengan memiliki komitmen yang tinggi, peserta didik memiliki kesadaran untuk belajar, mampu mengerjakan tugas dan mampu menyeimbangkan tugas. Inisiatif Peserta didik dituntut untuk memunculkan inisiatif-inisiatif atau ide-ide baru yang akan menunjang keberhasilan dan kesuksesannya dalam menyelesaikan proses pendidikannya, karena ia telah mengerti dan bahkan memahami dirinya sendiri, sehingga ia dapat menuntun dirinya sendiri untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan juga orang di sekitarnya. Optimis Sikap gigih, tidak menyerah dalam mengejar tujuan dan selalu percaya bahwa tantangan selalu ada, tetapi setiap dari kita memiliki potensi untuk berkembang dan tumbuh lebih baik lagi. Relevansi dapat menarik konsep dari materi dan mengacu pada penerapan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mengetahui tingkat kategori pada konseli untuk meningkatkan motivasi belajar diberikannya layanan konsling individu dengan teknik reinforcemne positif adanya peningkatan yang signifikan terhadap kelima aspek tersebut.

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa memberikan konseling individu tekink reinforcemen positif guna meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI-Mia 3 dan 4 SMA Negeri 1 Sangkapura. Dalam melaksanakan pemberian layanan konseling individu dilakukan sua fase, fase pertama dinamakan fase baseline, dimana pada fase ini dilakukan tiga kali pembagian angket atau kuesioner melalui google from, dan fase yang ke dua dinamakan fase intervensi, pada fase ini dilakukan 5 kali, bertempat di angkringan dengan durasi 40 menit.

Penelitian ini dapat dikatakan efektif dengan di dukungnya hasil analisis data.

Dengan hasil yang cukup efektif, hal ini tentunya memiliki catatan bahwa ketika memberikan teknik reinforcemen positif hendaknya dilakukan secara berturut-turut agar mendapatkan hasil yang maksimal dan pada saat pemberian teknik reinforcemen positif hendaknya divariasi sesuai dengan respon tindakan positif dari siswa.

REFERENSI

Cahyani, Adhetya, Iin Diah Listiana, and Sari Puteri Deta Larasati. (2020). “Motivasi Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19.” IQ (Ilmu Al- Qur’an): Jurnal Pendidikan Islam 3(01):123–40. doi: 10.37542/iq.v3i01.57.

Damanik, Bahrudi Efendi. (2019). “Pengaruh Fasilitas Dan Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar.” Publikasi Pendidikan 9(1):46. doi: 10.26858/publikan.v9i1.7739.

Dewi, Yolanda Puspita, and &. Heru Mugiarso. (2020). “HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN EFIKASI DIRI DALAM MEMECAHKAN MASALAH MELALUI KONSELING INDIVIDUAL DI SMK HIDAYAH SEMARANG.” JURNAL EDUKASI Jurnal Bimbingan Konseling 29–40.

Dr.Sugiyono, Prof. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. 1st ed. edited by Setiyawami.

Bandung: Alfabeta,cv.

Jannah, Nurul, Mudjiran Mudjiran, and Herman Nirwana. (2015). “Hubungan Kecanduan Game Dengan Motivasi Belajar Siswa Dan Implikasinya Terhadap Bimbingan Dan Konseling.” Konselor 4(4):200. doi: 10.24036/02015446473-0-00.

Jayadi, Gita Anggraini, and Dina Juniarti. (2020). “Mengatasi Motivasi Belajar Rendah Siswa Dengan Teknik Behavioral.” Paedagogie 8(2).

(8)

Mardilla, Maya, Darmiany Darmiany, and Husniati Husniati. (2021). “Hubungan Antara Reinforcement Positif Dengan Disiplin Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Matematika Di SDN 19 Rabangodu Utara Kota Bima.” Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan 6(3):537–45. doi: 10.29303/jipp.v6i3.289.

Mulyaningsih, Indrati Endang. (2014). “Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar the Influence of Social Interaction of Family Relationship , Achievement Motivation , and Independent Learning.” Jurnar Pendidikan Dan Kebudayaan 20(4):441–51.

Nurbaeti, Anne, Wikanengsih Wikanengsih, and Tita Rosita. (2021). “Profil Motivasi Belajar Siswa Withdrawal Smpn 1 Sucinaraja.” FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling Dalam Pendidikan) 4(2):89. doi: 10.22460/fokus.v4i2.6147.

Nurwahid, Mohammad. (2021). “Korelasi Antara Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Online Dengan Hasil Belajar Matematika Di Masa Pandemi.” Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika 5(2):1127–37. doi:

10.31004/cendekia.v5i2.596.

Octavia, Maria, Lisa Setia, S. D. Regina, Pacis Bogor, Program Studi, and Fakultas Pendidikan. (2020). “Kondisi Motivasi Belajar Rendah Dua Siswa Kelas Xi Sma Marie Joseph Kelapa Gading Tahun Ajaran 2018 / 2019.” 18(1):44–56.

Sumanto, Juang, Koji Takeuchi, and Hideo Nakata. (2005). “Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal.” CRICED University of Tsukuba 1–150.

Syachtiyani, Wulan Rahayu, and Novi Trisnawati. (2021). “Analisis Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Di Masa Pandemi Covid-19.” Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan 2(1):90–101. doi: 10.37478/jpm.v2i1.878.

Zulfia, Risda, and Efrizal Syofyan. (2015). “Pengaruh Fasilitas Belajar Di Rumah, Minat Belajar Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Komputer Akuntansi Di SMK Kabupaten Agam.” Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi 2(1):1–10.

.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya dengan memberikan tugas. Hal ini dapat

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pengaruh kondisi sosial ekonomi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Bima, 2)