• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of The Effects of Audit Committee Characteristics on Financial Distress in Banking Sector Companies Listing in Indonesia Stock Exchange 2018-2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of The Effects of Audit Committee Characteristics on Financial Distress in Banking Sector Companies Listing in Indonesia Stock Exchange 2018-2020"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN (E) : 2581-2343

Dewan Redaksi Jurnal Riset Akuntansi & Komputerisasi Akuntansi

Chife in Editor

Nurlaila MC., S.E., M.Acc., Ak., C.A., C.Li., C.Ra

(Universitas Islam 45)

Reviewers

Prof.Dr. M. Nizarul Alim, SE.,M.Si.,CA.

Univeristas Trunojoyo, Madura

Prof. Dr. Hj. Nunuy Nur Afiah, SE.,M.S. Ak.

Univeristas Padjajaran

Dr. Sugiyarti Fatma Laela, M. Buss. Acc.

CMA,

Institut Tazkia

Dr. Icuk Rangga Bawono, SH.,SE.,M.Si.,MH.,Ak.,CA

Univeristas Jendral Soedirman Ahalik,

SE.,Ak.,M.Si.,Ak.,CMA.,CPMA.,CPSA K.,DipIFR.,CPA.,CACP.,ACPA.,CA

Sekolah Tinggi Manajemen PPM

Editorial Board

Intan Immanuella, SE.,M.SA

(Universitas Katolik Widya Mandala) Vita Aprilina, SE.,M.Si.,AK.,CA Yuha Nadhirah Q., S.E., M.Ak.

(Universitas Islam 45) Ihsan Nasihin, S.Ak., M.Ak.

(Universitas Buana Perjuangan Karawang)

Gafar Hafiz Sagala, S.Pd.,M.Sc Universitas Negeri Medan

Andi Manggala Putra, SE., M.Sc.

Universitas Pembangunan Nasional

"Veteran" Jakarta

Mohammad Iqbal Firdaus

,

SE., M.Ak.

Universitas Negeri Malang Purnama Putra, SE.,M.Si Universitas Islam 45, Indonesia Hadi Mahmudah, SE.,M.Sc Universitas Islam 45, Indonesia

Kantor Redaksi

Gedung D, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam “45” Bekasi. Jl. Cut Meutia No.83 Bekasi. 17113. Telp/fax. (021) 88349033 (Direct); (021) 8808850 (Hunting), Ext. 130:

Fax. (021)8801192

Website: http://jurnal.unismabekasi.ac.id/; Email: jrak@unismabekasi.ac.id atau

jrakunisma@gmail.com

(2)

29

Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek

Indonesia Pada Tahun 2018-2020

1 Farah Aghniya ‘Ilmi

2 Nasyiah Hasanah Purnomowati

1,2 Universitas Sebelas Maret

2 nhpwati@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan memahami pengaruh karakteristik komite audit terhadap financial distress. Sumber data pada riset ini didapatkan dari laporan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar pada Indonesian Directory Exchange (IDX) selama periode 2018-2020. Berdasarkan metode purposive sampling, jumlah sampel pada riset ini sebanyak 38 sampel perusahaan. Metode springate digunakan untuk menghitung financial distress pada riset ini. Pengujian hipotesis pada riset ini mempergunakan metode analisis regresi linier berganda dengan program EViews 9.

Temuan pada riset ini yaitu frekuensi pertemuan komite audit mempengaruhi financial distress, tetapi menunjukkan ukuran komite audit, background pendidikan komite audit dan keberagaman gender komite audit tidak mempengaruhi pada financial distress.

Kata Kunci: financial distress, komite audit, springate ABSTRACT

This study aims to examine the effect of the characteristics of the audit committee to financial distress. The source of data in this research is obtained from reports annual banking companies listed on the Indonesian Directory Exchange (IDX) during the period 2018-2020. Based on the purposive sampling method, the number of samples in this research is 38 samples of companies. The springate method is used to calculate financial distress in this research. Hypothesis testing in research this method uses multiple linear regression analysis with the EViews 9 program. The findings in this research are that the frequency of audit committee meetings affects financial distress, but shows that the size of the audit committee, the educational background of the audit committee and the gender diversity of the audit committee do not affect the financial distress.

Keywords: financial distress, audit committee, springate

PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi berkembang dengan cepat seiring mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Seiring perkembangan tersebut perusahaan saling berlomba-lomba untuk berkembang dan bertahan. Hal tersebut memberikan dampak persaingan antar perusahaan. Apabila perusahaan tidak berhasil bertahan, perusahaan dapat menghadapi kerugian yang akan memberikan pengaruh kepada keuangan perusahaan yang dapat

(3)

memicu mengalami kondisi financial distress. Financial distress dapat terjadi disebabkan oleh banyak faktor penyebab. Menurut Long & Evenhouse (1989), faktor yang menjadi penyebab terjadinya financial distress atau kesulitan keuangan dibagi menjadi tiga diantaranya yakni keadaan ekonomi secara makro, kebijakan industri serta finansial, begitu juga perilaku debitur dan kreditur. Kurniasih et al (2020) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi financial distress adalah likuiditas, leverage, profitabilitas dan efisiensi.

Manajemen perlu berhati-hati ketika perusahaan dalam keadaan kesulitan keuangan, karena perusahaan dapat mengalami kebangkrutan jika tidak dikelola dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Brigham & Daves (1989), dimana financial difficulties pada perusahaan dapat terjadi disebabkan beberapa kesalahan yang saling berkesinambungan, seperti halnya kurang tepatnya pengambilan keputusan, kekurangan yang terkait secara langsung atau tidak langsung managemen dan lemahnya usaha untuk melakukan pemeriksaan pada kondisi keuangan yang mengakibatkan adanya penggunaan uang yang tidak tepat. (Zhang & Chen, 2014) menjelaskan bahwa financial repression di China menjadi penyebab kesulitan pendanaan pada Small Mediun Enterprises (SMEs) di China berdasarkan teori financial repression dan financial deepening.

Metode dalam perhitungan financial distress dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya adalah metode springate yang dimana pada metode ini memilih empat rasio dalam perhitungannya yaitu modal kerja terhadap aset, laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset. Laba sebelum pajak terhadap kewajiban lancar dan penjualan terhadap total aset, dengan penilaian apabila nilai S0,862 maka perusahaan tidak mengalami financial distress. Dengan melihat empat rasio tersebut terdapat beberapa bank yang mengalami kondisi yang kurang baik, seperti Bank IBK Indonesia (AGRS), Bank Jago (ARTO), Bank Pembangunan Daerah Banten (BEKS). Pada tahun 2018 sampai dengan 2020 Bank IBK Indonesia (AGRS), Bank Jago (ARTO), dan Bank Pembangunan Daerah Banten (BEKS) memiliki nilai EBIT minus selama 3 tahun berturut-turut, yang dimana hal tersebut mengindikasikan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban bunga para investor, selain itu terjadi penurunan penjualan Bank IBK Indonesia (AGRS), dan Bank Pembangunan Daerah Banten (BEKS) yang dimana hal ini juga menandakan manajemen kurang baik dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh penjualan.

(4)

Jika terdapat tanda terjadinya financial distress, maka hal ini memaksa perusahaan melakukan tata kelola yang baik (Bregiba, et al, 2016). Kegagalan beberapa perusahaan agar memperoleh tujuan atau bersikeras di dunia usaha biasa dihubungkan dengan pasar modal internasional, pengguna LK, serta profesi akuntansi yang memiliki kekurangan pada struktur corporate governance pada perusahaan (Fathi & Jean-Pierre, 2001). Sistem tata kelola perusahaan yang baik diperlukan untuk menaikkan kinerja keuangan perusahaan serta menghindari masalah keuangan (Dewi & Novridayani, 2019). Dalam melaksanakan pengendalian internal, komite audit ialah bagian dari mekanisme tata kelola perusahaan.

Salah satu bagian esensial dalam struktur tata kelola perusahaan yang mengulurkan bantuan untuk mengontrol serta memantau manajemen merupakan komite audit (Ruzaidah & Takiah, 2004). Di penelitian lain, karakteristik komite audit serta kepemilikan pemerintah terbukti berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan pengendalian intern.

(Ashfaq & Rui, 2019). Lebih jauh, peran komite audit dalam mempengaruhi pengungkapan pengendalian intern dimoderasi oleh ukuran auditor eksternal di Asia Selatan (Ashfaq &

Rui, 2019).

Maksud serta fungsi pembentukan komite audit merupakan untuk mengawasi secara independen prosedur pembentukan pelaporan keuangan serta penerapan audit eksternal, secara independen melakukan kontrol terhadap prosedur manajemen risiko serta pengendalian, dan secara independen mengawasi proses penetapan tata kelola perusahaan (Tambunan, 2021). Komite audit harus mengulurkan bantuan kepada dewan direksi untuk memantau manajemen agar efektif untuk melindungi kepentingan pemegang saham (Xie et al., 2003). Maka dari itu, menurut Blue Ribbon Committee (1999), tata kelola perusahaan yang mumpuni mampu meningkatkan hubungan akuntabilitas diantara karyawan perusahaan untuk melindungi kepentingan pemangku kepentingan.Namun demikian, Ahmed (2023) menyimpulkan bahwa independensi, ukuran, keahlian, dan jumlah pertemuan komite audit berpengaruh senagatif terhadap praktik integrated reporting.

Karakteristik yang dipunyai oleh komite audit dapat menjadi tolak ukur efektivitas kinerja komite audit (Nuresa & Hadiprajitno, 2013). Dengan keefektifan kinerja komite audit berharap dapat memperkecil dan menghindari permasalahan keuangan di perusahaan (Charbel Sallouma, et al., 2014; Qintharah et al., 2020). Dalam meningkatkan performa perusahaan juga dapat mengurangi penyelewengan dalam manajemen

(5)

perusahaan yang nantinya perusahaan akan terhindar dari keadaan financial distress maka untuk mewujudkannya dibutuhkannya komite audit yang kompeten (Revitasari et al., 2017).

Pada riset terdahulu dibuktikan bahwa frekuensi pertemuan komite audit serta pengetahuan komite audit yang diteliti oleh Nuresa & Hadiprajitno (2013), mempunyai pengaruh pada financial distress. Begitu juga pada riset yang dilakukan oleh Bregiba, et al (2016), membuktikan ukuran komite audit serta latar belakang komite audit tidak berpengaruh pada financial distress, selain itu frekuensi pertemuan komite audit yang dilihat dari jumlah pertemuan memberikan pengaruh yang signifikan pada financial distress. Selain itu, pada penelitian Haziroh & Negoro (2017), membuktikan ukuran komite audit serta frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh negative pada financial distress.

Ukuran komite audit dan kompetensi komite audit yang diteliti oleh Galuh & Januarti (2012), mempunyai pengaruh negatif terhadap financial distress.

Terdapat hasil yang beragam tentang pengaruh komite audit pada financial distress, yang membuat peneliti terdorong untuk meneliti kembali. Riset ini menggunakan variabel karakteristik komite audit yang relatif sama dengan riset sebelumnya yakni ukuran komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan background komite audit. Perbedaan pada penelitian sebelumnya yaitu dengan penambahan variabel keragaman gender sesuai dengan saran yang diberikan peneliti sebelumnya. Metode springate dipergunakan untuk perhitungan financial distress perusahaan. Dalam riset ini mempergunakan data perusahaan sektor perbankan yang terdaftar Indonesian Directory Exchange (IDX) pada tahun 2018-2020. Peneliti memilih sektor perbankan karena terjadinya financial distress pada beberapa bank di Indonesia seperti Bank Pembangunan Daerah Banten (BEKS), Bank IBK Indonesia (AGRS), Bank Jago (ARTO). Bank juga memiliki peran yang penting dalam masyarakat dimana memiliki pengaruh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (Wanke et al., 2015).

TINJAUAN PUSTAKA Teori Agensi

Menurut Jensen & Meckling (1976), teori keagenan merupakan kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Pemilik (principal) memberikan tanggungjawab kepada manajemen perusahaan (agent) untuk memberikan kontrol dalam pengambilan

(6)

keputusan tentang aktivitas operasional perusahaan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan (Sihombing, 2019). Kontrak ini dapat menimbulkan munculnya konflik yaitu asimetri informasi dimana pihak agent mengantongi informasi lebih banyak dari pada informasi yang diperoleh oleh principal (Masak & Noviyanti, 2019). Tanpa prosedur pengendalian yang independent dan efektif manajemen dapat tidak sejalan untuk melindungi kepentingan saham (Fama & Jensen, 1983).

Berdasarkan teori keagenan, untuk dapat mengurangi perilaku oportunistik seorang agent, diperlukannya kualitas pengawasan yang baik (Sari, dkk., 2017). Komite audit memiliki kewajiban memberikan wawasan perihal permasalahan akuntansi, pelaporan serta penjelasan keuangan, sistem pengendalian internal dan auditor independent (Forum for Corporate Governance in Indonesia, 2002). Perusahaan yang memiliki komite audit yang efektif serta efisien dibutuhkan untuk dapat mengurus permasalahan seperti asimetri informasi (Klein, 2002). Pembentukan komite audit memiliki tujuan dan manfaat untuk melakukan pemeriksaan independen terhadap pembentukan pelaporan keuangan serta penerapan audit eksternal, untuk memberikan pemeriksaan independen terhadap manajemen risiko serta prosedur pengendalian, serta untuk melakukan pemeriksaan independen terhadap sistem implementasi tata kelola perusahaan (Galuh & Januarti, 2012).

Financial Distress

Menurut Piatt & Piatt (2002), financial distress merupakan fase dimana perusahaan mengalami kemerosotan keadaan keuangannya, hal ini terjadi sebelum kebangkrutan maupun likuidasi. Selain itu Whitaker (1999), mengatakan perusahaan yang mengalami financial distress pada awal tahun arus kas yang dimiliki kurang dari jumlah hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang tidak memiliki kemampuan untuk bertahan dalam persaingan bisnis ini akan mengalami kebangkrutan, dan sebelum kebangkrutan benar-benar terjadi perusahaan cenderung akan mengalami kondisi kesulitan keuangan (Rizqiani & Umaimah, 2022). Jika keadaan financial distress dapat diketahui dahulu, perusahaan dapat melakukan kegiatan prefentif agar dapat memperbaiki keadaan, yang hal ini di harapkan dapat membantu perusahaan agar tidak pada tahap kemerosotan yang lebih berat.

Financial distress disebabkan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Menurut Ratna Sari et al, (2018), terdapat beberapa tanda kesulitan keuangan dari internal perusahaan antara lain dimana volume penjualan perusahaan mengalami penurunan yang

(7)

berkelanjutan, mengalami penurunan kemampuan perusahaan daam mendapatkan keuntungan, dan perusahaan mengalami ketergantungan terhadap hutang begitu juga perusahaan memiliki hutang dengan jumlah yang besar. Selain dari internal perusahaan adapun tanda kesulitan keuangan dari pihak luar perusahaan antara lain ketika terjadi penurunan jumlah deviden yang diberikan kepada pemegang saham selama beberapa periode, laba perusahaan secara berkelanjutan mengalami penurunan selama beberapa periode, terdapat satu atau lebih unit usaha yang terpaksa ditutup atau dijual, perusahaan melakukan PHK secara besar-besaran, dan harga pasar saham yang mengalami penurunan secara berkelanjutan.

Corporate Governance

Pada Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2002), tata kelola perusahaan merupakan aturan yang mengatur korelasi pemegang saham, manager perusahaan, kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal serta eksternal terkait hak serta kewajibannya. Adopsi system corporate governance yang tepat menjadi isu sentral di negara berkembang dan negara maju (Tsamenyi & Uddin, 2008). Corporate governance dibutuhkan untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan antara pemilik dan manajer. Konsep corporate governance dipergunakan untuk tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan untuk seluruh pengguna laporan keuangan (Nasution & Setiawan, 2007).

Komite Audit

Dalam peraturan BI No 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum yang tercantum pada pasal 12 ayat (1) menyatakan dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, dewan komisaris diwajibkan membentuk paling kurang: komite audit, komite pemantau risiko, dan komite remunerasi dan nominasi. Menurut POJK No 55/POJK.04/2015, komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh serta bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris untuk membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Sesuai dengan POJK No 55/POJK.04/2015 pasal 2 disebutkan bahwa Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki komite audit. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya komite audit bertindak secara independen. Menurut Ikatan Komite Audit Indonesia komite audit memiliki tugas pokok yaitu membantu dewan komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan, yang dimana hal ini terdiri dari pengawasan terhadap sistem pengendalian

(8)

internal perusahaan, kualitas laporan keuangan serta efektivitas fungsi audit internal.

Selain itu komite audit pula melakukan pengkajian terhadap risiko yang dihadapi perusahaan, serta kepatuhan terhadap regulasi.

Ukuran Komite Audit

Efektivitas komite audit dapat meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran komite, hal ini dikarenakan apabila perusahaan memiliki permasalahan jika komite banyak sumber daya maka hal itu dapat membantu perusahaan dengan cepat mengatasi permasalahan yang ada (Nuresa & Hadiprajitno, 2013). Komite audit mampu mengontrol dan memantau aktivitas manajemen secara efektif apabila memiliki anggota yang cukup untuk melakukan tugasnya dengan baik (Norziaton & Hafizah, 2019). Diharapkan komite audit yang efektif akan memberikan perubahan kebijakan yang berbeda dalam mendapatkan laba akuntansi di tahun-tahun mendatang maka perusahaan mampu terhindar dari masalah keuangan akibat kinerja yang kurang baik (Bregiba et al., 2016).

Frekuensi Pertemuan Komite Audit

Semakin sering diadakannya rapat komite audit hal ini akan mengurangi kemungkinan adanya kesalahan. Kegiatan usaha jika dilaksanakan berkelanjutan akan membuat lebih mudah diatasi serta permasalahan yang ada akan lebih dengan cepat diketahui kemudian dipecahkan. Maka pengawasan dan pemantauan yang dilaksanakan oleh komite audit lebih efektif (Kristanti et al., 2012). Pertemuan komite audit yang dilakukan lebih intens akan memberikan pemantauan yang lebih baik serta mengurangi terjadinya masalah pada pelaporan keuangan, selain itu dengan mengadakan pertemuan secara berkala membuat komite audit memberikan efektivitasnya dan memastikan integritas proses pelaporan keuangan (McMullen & Raghunandan, 1996).

Background Pendidikan Komite Audit

Komite audit yang mempunyai background pendidikan pengetahuan keuangan diharapkan mempunyai standar akuntabilitas yang tinggi. Sehingga komite audit diharapkan memberikan keahlian serta kinerja yang baik untuk perusahaan, yang utama dalam pengendalian serta pemeriksaan. Maka komite audit yang mempunyai background pendidikan pengetahuan keuangan akan memberikan kinerja bisnis yang baik dan diharapkan dapat membuat perusahaan terhindar dari risiko terkena financial distress (Galuh & Januarti, 2012). Komite audit yang mempunyai anggota yang melek keuangan

(9)

diharapkan mampu mencapai tanggung jawabnya secara efisien serta mampu mengoptimalkan kinerja keuangan (Bédard et al., (2004), Masak & Noviyanti (2019)).

Keragaman Gender Komite Audit

Pada Ernst & Young, (2009), menemukan apabila perusahaan yang memiliki keragaman pada dewan cenderung berkinerja lebih baik dari pada perusahaan yang mempunyai dewan homogen, biarpun orang-orang di dalamnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Keragaman gender dalam komite audit penting untuk dipelajari untuk melihat apakah keragaman komite audit berpengaruh. Perempuan dianggap memiliki pemahaman yang baik tentang perilaku konsumen dan kebutuhan (Brennan & Mccafferty, 1997). Perusahaan yang mempekerjakan perempuan dan laki-lak (gender diversity) dalam struk dewan komisaris cenderung mengalami financial distress yang lebih rendah dibanding perusahaan yang hanya mempekerjakan laki-laku (non-gender diversity) (Abbas

& Frihatni, 2023). Hasil dari kontribusi literatur tata kelola dewan memberikan hasil perusahaan dengan direktur wanita, khususnya pada komite audit menunjukkan disiplin pelaporan yang lebih baik (Srinidhi et al., 2011). Penelitian ini menggunakan variabel independen karakteristik komite audit yaitu ukuran komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, latar belakang komite audit dan keragaman gender komite audit. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan variabel dependen yaitu financial distress. Berdasarkan uraian tersebut, maka hubungan antar variabel yang terlibat dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

Financial Distress Ukuran Komite Audit

Frekuensi Pertemuan Komite Audit

Background Pendidikan Komite

Audit

Keragaman Gender Komite Audit

Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan

H1 - H2 - H3 - H4 -

(10)

Pada teori keagenan, disebutkan bahwa kualitas pengawasan yang dilakukan dengan benar dapat mengurangi perilaku menyimpang yang bisa dilakukan oleh manajer sebagai agen. Melihat keefektifan komite audit salah satunya dari karakteristik yang dimiliki, salah satunya yaitu ukuran komite audit, dimana pada POJK No 55/POJK.04/2015 mengatakan komite audit paling sedikit berjumlah tiga anggota. Agar komite audit dapat mengontrol dan memantau aktivitas manajemen secara efektif komite audit diharuskan mempunyai anggota yang cukup agar mampu menjalankan tugas yang relevan (Norziaton & Hafizah, 2019). Maka dari itu, berharap komite audit yang efektif akan memberikan perubahan kebijakan untuk mencapai laba akuntansi di tahun-tahun mendatang untuk memperkecil terjadinya financial distress (Nuresa & Hadiprajitno, 2013).

Berdasarkan uraian yang telah dituliskan dirumuskan hipotesis. Dengan dimilikinya komite audit yang dalam jumlah besar akan semakin memperkecil financial distress terjadi.

H1 : Ukuran Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Financial Distress

Menurut teori agensi, pengendalian ialah bagian dari tata kelola perusahaan.

Pengendalian yang berkualitas mampu mengurangi perilaku oportunistik manajer.

Efektivitas komite audit menjalankan tugas pengawasannya terhadap prosedur pelaporan keuangan serta pengendalian internal diperlukannya rapat berkala (Galuh & Januarti, 2012). Rapat berkala serta diawasi dengan baik akan menolong komite audit untuk memantau sistem pengendalian internal yang berkaitan dengan akuntansi dan memelihara informasi manajemen (Mullen & Raghunandan, 1996). Dengan dilakukannya rapat secara berkala hal ini dapat membuat komite audit mencegah serta menanggulangi terjadinya kesalahan pembuatan keputusan yang dilakukan manajemen yang disebabkan kagiatan pengendalian internal perusahaan yang dilaksanakan berkala sehingga jika terdapat masalah dapat segera terdeteksi dan diselesaikan (Nuresa & Hadiprajitno, 2013).

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dirumuskan hipotesis. Semakin kerap frekuensi pertemuan komite audit maka mengurangi kemungkinan keadaan financial distress.

H2 : Pertemuan Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Financial distress

Menurut teori agensi, agar mengurangi asimetri informasi serta memenuhi kepentingan pemilik serta manajemen, Komite Audit diharuskan mempunyai kapasitas

(11)

sesuai untuk memaksimalkan efektivitasnya (Galuh & Januarti, 2012). Pengetahuan yang berhubungan dengan akuntansi serta keuangan memberikan anggota komite audit dasar yang bagus untuk meninjau dan menelaah informasi keuangan (Bregiba, dkk., 2016).

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dirumuskan hipotesis. Semakin kecil kemungkinan keadaan financial distress dapat terjadi jika semakin banyak anggota komite audit yang mempunyai background pendidikan akuntansi dan keuangan.

H3 : Background Pendidikan Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Financial distress

Komite audit dibentuk dengan tujuan untuk melakukan fungsi monitoring dari operasi perusahaan sehingga mampu mengurangi terjadinya agency problem. Komposisi yang dimiliki komite audit harus baik sehingga mampu mengambil keputusan yang efektif, akurat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen dimana tidak memiliki kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis dalam hubungan satu dengan yang lain dan terhadap anggota komite audit. Menurut Cartera, et al,. (2007) dan Smith, et al,. (2006), keragaman gender dapat menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan. Samudra (2021) menjelaskan bahwa keragaman gender berpengaruh negatif terhadap financial distress. Perempuan dianggap memiliki pemahaman yang baik tentang perilaku konsumen dan kebutuhan (Brennan &

Mccafferty, 1997). Hasil dari kontribusi literatur tata kelola dewan memberikan hasil perusahaan dengan direktur wanita, khususnya pada komite audit menunjukkan disiplin pelaporan yang lebih baik (Srinidhi et al., 2011). Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dirumuskan hopotesis sebagai berikut:

H4 : Keragaman gender komite audit berpengaruh negatif terhadap Financial distress

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi yang dipergunakan merupakan perusahaan perbankan yang terdaftar pada Indonesian Directory Exchange (IDX) pada periode 2018-2020. Dalam menentukan sampel untuk riset ini mempergunakan metode purposive sampling. Maka dari itu terdapat beberapa karakteristik untuk menentukan sampel. Data yang diperoleh setelah melakukan purposive sampling serta kriteria pengambilan sampel terdapat 38 bank yang sesuai dengan kriteria. Pada riset ini memiliki total observasi sebanyak 114 sampel. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kategori mengalami financial distress

(12)

berdasarkan perhitungan dengan model springate. Data diolah menggunakan bantuan program Eviews 9. Metode analisis yang dipergunakan merupakan analisis regresi linier berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Tabel 1

Hasil Statistik Deskriptif

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2022

Financial distress memiliki nilai rata-rata sebesar 0.283316 dapat dikatakan bahwa rata-rata bank yang mengalami financial distress berada pada tingkat distress pada perhitungan model springate sebesar 0.283316. Tingkat distress terkecil sebesar -0.294000 dan terbesar sebesar 0.857000. Ukuran komite audit pada perusahaan yang mengalami financial distress didapatkan nilai minimum sebesar tiga orang dan nilai maksimum delapan orang serta nilai rata-rata ukuran komite audit sebesar 3.894737 dan standar deviasi sebesar 1.081. Frekuensi pertemuan komite audit pada bank yang mengalami financial distress didapatkan nilai minimal pertemuan komite audit sebesar 4 kali dalam setahun dan nilai maksimum sebesar 29 kali dalam satu tahun, serta nilai rata-rata pertemuan komite audit sebesar 11.19298. Background pendidikan anggota komite audit pada bank sampel penelitian ini didapatkan nilai minimal sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1 atau 100%

yang dimana keseluruhan anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan

Obsv Mean Maximum Minimum Std.Dev.

FD 114 0.283316 0.857000 -0.294000 0.227975

ACSIZE 114 3.894737 8.000000 3.000000 1.100028

ACMEET 114 11.19298 29.00000 4.000000 6.259686

ACLTERACY 114 0.692982 1.000000 0.000000 0.236051

GD 114 0.129298 0.670000 0.000000 0.152685

SIZE 114 19.50351 29.66000 14.09000 3.737691

(13)

akuntansi atau keuangan, dengan nilai rata-rata 0.692982 dan nilai standar deviasi sebesar 0.236051. Keragaman gender pada bank yang mengalami financial distress didapatkan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 0.67 serta nilai rata-rata kergaman gender pada bank yang yang mengalami financial distress adalah sebesar 0.129298 atau 12% dan standar deviasi sebesar 0.152685. Ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur dengan melihat total aset bank yang mengalami financial distess dalam bentuk transformasi Iogaritma natural, didapatkan nilai minimum sebesar 14.09000 dan nilai maksimum sebesar 29.66000 serta rata-rata ukuran perusahaan pada bank yang dijadikan sampel yaitu 19.50351 dan standar deviasi sebesar 3.737691.

Hasil Uji Chow

Uji Chow dipergunakan sebagai penentu model penelitian apakah menggunakan FEM atau CEM. Menurut Gujarati & Porter (2013), apabila nilai probability lebih dari 0.05 menggunakan common effect model (CEM). Dalam penelitian ini menunjukkan nilai probability dari cross-section chi-square yang digunakan sebesar 0.0982 atau lebih besar dari 0.05 yang artinya H0 didukung. Maka model regresi yang cocok untuk digunakan pada penelitian ini yaitu common effect model (CEM).

Hasil Uji Lagrange Multiplier

Setelah dilakukannya uji chow, selanjutnya melakukan uji langrange multiplier untuk menguji analisis data dengan menggunakan random effect (REM) atau common effect (CEM) yang lebih tepat digunakan. Menurut Gujarati & Porter (2013), apabila nilai probability lebih dari 0.05 menggunakan common effect model (CEM). Dalam penelitian ini menunjukkan nilai probability Breusch-pagan yang digunakan sebesar 0.3767 atau lebih besar dari 0.05 yang dimana H0 didukung. Maka model regresi yang cocok pada penelitian ini adalah common effect model.

Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas

(14)

Uji Normalitas dilakukan untuk mencari distribusi normal data. Uji normalitas dapat dilakukan dengan beberapa uji salah satunya adalah uji Central Limit Theorem (CLT). uji Central Limit Theorem (CLT) yaitu apabila jumlah observasi cukup besar (n > 30), maka asumsi normalitas dapat diabaikan (Gujarati, 2003). Pada penelitian ini memiliki jumlah observasi sebesar 114 yang dimana lebih besar dibandingkan 30 yang artinya data yang digunakan berdistribusi normal.

Hasil Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara variabel independen dalam suatu model regresi (Ghozali & Ratmono, 2017). Adanya multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang digunakan ialah untuk nilai tolerance 0.10 atau nilai VIF diatas angka 10. Berikut hasil uji multikolinieritas:

Tabel 2

Hasil Uji Multikolinearitas

Variable Prob.

ACSIZE 1.177393

ACMEET 1.159865

ACLTERACY 1.025877

GD 1.023684

SIZE 1.027406

C NA

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2022

Pada tabel 2 menunjukkan hasil seluruh variabel independen pada penelitian ini koefisien korelasi antara masing-masing variabel independen lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat variabel independen yang mengalami masalah multikolinearitas.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pada uji glesjer, suatu model regresi dikatakan tidak mempunyai permasalahan heteroskedastisitas jika seluruh variabelnya menunjukkan nilai probabilitas > 0.05. Berikut hasil uji heteroskedastisitas:

Tabel 3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variable Prob.

(15)

C 0.1082

ACSIZE 0.8975

ACMEET 0.3393

ACLTERACY 0.7882

GD 0.8343

SIZE 0.2984

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2022

Pada tabel 3 menunjukkan hasil nilai probabilitas seluruh variabel independen pada penelitian memiliki nilai lebih dari 0.05, maka model persamaan yang diuji pada penelitian ini terlepas dari permasalahan heteroskedastisitas.

Hasil Regresi Linier Berganda

Pada uji chow dan uji langrange multiplier menunjukkan bahwa model terbaik dalam pengolahan data adalah Common Effect Model. Berikut hasil pengujian analisis linier berganda:

Tabel 4

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.2347 7.23E-06 1416552 0.0000

ACSIZE -0.0221 2.96E-06 -0.745016 0.4579

ACMEET -0.0303 1.36E-06 -2.232650 0.0276

ACLTERACY 0.0139 3.96E-06 3.502259 0.0007

GD -0.0334 7.24E-06 -0.460897 0.6458

SIZE -0.0133 1.91E-07 -0.696809 0.4874

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2022

Pada tabel menunjukan model regresi linier berganda pada penelitian ini adalah:

𝐹𝐷 = 10.2347 − 0.0221ACSIZE − 0.0303ACMEET + 0.0139ACLTERACY − 0.0334GD

− 0.0133𝑆𝐼𝑍𝐸

Ukuran komite audit memiliki nilai signifikan 0.4579 > 0.05 serta koefisien -0.0221 maka secara parsial ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress.

Frekuensi pertemuan komite audit memiliki nilai signifikan kurang dari 0.05 yakni sebesar 0.0276 serta koefisien -0.0303 maka secara parsial memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress. Background pendidikan komite audit memiliki nilai signifikan 0.0007 kurang dari 0.05 serta koefisien 0.0139 maka secara parsial memiliki pengaruh positif terhadap financial distress. Keberagaman gender komite audit memiliki nilai signifikan

(16)

0.6458 > 0.05 serta koefisien -0.0334 maka secara parsial keberagaman gender komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress. Variabel kontrol ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan 0.4874 > 0.05 serta koefisien -0.0133 maka secara parsial ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap financial distress.

Hasil Uji F

Uji F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel independen pada penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut hasil uji f:

Tabel 5 Hasil Uji F

F-statistic 3.8514

Prob(F-statistic) 0.0029

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2022

Pada tabel 5 menunjukkan nilai Fhitung sebesar 3.8514 dan nilai signifikansi sebesar 0.0029. Pada penelitian ini, nilai Ftabel yaitu 2.4696. Maka dapat disimpulkan bahwa Fhitung>

Ftabel dan signifikan sebesar 0.0029 yang dimana kurang dari 0.05. Secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menunjukkan presentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut hasil uji koefisien determinasi:

Tabel 6

Hasil Uji Koefisien Determinasi

R-squared 0.1513

Adjusted R-squared 0.1120

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2022

Pada tabel 6 menunjukan nilai koefisien determinasi (R-square) sebesar 0.1513 yang artinya sebesar 15% variansi variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen, sedangkan sisanya 85% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Financial Distress

(17)

Menurut hasil pengujian ukuran komite audit tidak mampu meminimalisir terjadinya financial distress pada bank. Hasil riset ini sesuai dengan penelitian Dalton et al., (1999) dan Nadjib (2018) yang mengemukakan bahwa komite audit akan menjadi tidak efektif jika ukuran komite audit terlalu kecil ataupun terlalu besar, hal ini dikarenakan komite audit yang memiliki jumlah anggota yang besar lebih condong kurang memiliki partisipatif dan tidak fokus ketika mengatasi konflik keagenan dibandingkan dengan yang memiliki ukuran komite audit lebih kecil. Namun disisi lain, komite audit yang memiliki jumlah anggota lebih kecil tidak memiliki keragaman keterampilan dan pengetahuan, dan karena hal itu menjadi tidak efektif. Hal ini mengisyaratkan ukuran komite audit tidak efektif untuk menangani permasalahan keagenan apabila jumlah komite audit pada bank terlalu besar ataupun terlalu kecil (Nuresa & Hadiprajitno, 2013). Temuan riset ini selaras dengan riset sebelumnya yang menyampaikan bahwa ukuran komite audit tidak mempunyai pengaruh negatif pada financial distress, yang dilakukan oleh Rahmat et al., (2009), Kristanti et al., (2012), Nuresa & Hadiprajitno, (2013), Salloum et al., (2014) dan Norziaton & Hafizah, (2019).

Pengaruh Frekuensi Pertemuan Komite Audit Terhadap Financial Distress

Hasil pengujian regresi ini sejalan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa semakin sering komite audit mengadakan rapat maka akan dengan mudah memprediksi keadaan perusahaan apabila dalam keadaan yang tidak sehat agar tidak mengalami kebangkrutan. Dengan semakin sering pertemuan komite audit dapat mempercepat perusahaan dalam melihat dan mengontrol kondisi perusahaan sehingga pihak board director dapat segera mengambil keputusan sebelum terjadinya financial distress (Haziro, 2017). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian M. E. Kristanti et al., (2012), Nuresa &

Hadiprajitno, (2013) dan Salloum et al., (2014) yang menyatakan bahwa frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh signifikan negatif terhadap financial distress. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Galuh & Januarti, (2012), Siswanto & Fuad, (2017), dan Masak & Noviyanti, (2019) yang menyatakan bahwa frekuensi pertemuan komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap financial distress.

(18)

Pengaruh Background Pendidikan Komite Audit Terhadap Financial Distress

Temuan pada uji yang dilakukan mengungkapkan pengaruh background pendidikan komite audit tidak memiliki pengaruh negatif pada financial distress. Temuan riset ini selaras dengan riset Kristanti et al., (2012), dan Salloum et al., (2014), bahwa background pendidikan komite audit tidak memiliki pengaruh negatif pada financial distress, yang artinya financial distress masih dapat terjadi pada perusahaan yang memiliki anggota komite audit dengan background pendidikan akuntansi/keuangan. Pada umunya perusahaan telah memiliki anggota komite audit yang terdidik serta berpengalaman pada bidang akuntansi/keuangan, namun bukan jaminan bahwa risiko salah saji dalam laporan keuangan akan mampu diminimalisir. Namun riset ini bertentangan dengan riset Galuh &

Januarti (2012), yang menyatakan bahwa background komite audit mampu menanggulangi perusahaan mengalami financial distress.

Pengaruh Keberagaman Gender Komite Audit Terhadap Financial Distress

Menurut hasil pengujian menyatakan bahwa keberagaman gender tidak berpengaruh negatif terhadap financial distress, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ariska, (2021) yang menyatakan bahwa keberagaman gender komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress, yang artinya jika terdapat anggota komite audit wanita tidak akan membuat perusahaan terhindar dari financial distress. Berbeda dengan hasil penelitian oleh Srinidhi et al., (2011), yang menyatakan perusahaan yang memiliki partisipasi wanita yang lebih besar menunjukkan kualitas pendapatan yang lebih tinggi. Selain itu penelitian Jia, (2019), menyatakan akan lebih efektif menggurangi terjadinya financial distress dengan proporsi wanita yang memiliki pengalaman dalam bidang keuangan dibandingkan dengan proporsi laki-laki yang memiliki pengalaman dalam bidang keuangan. Dari keempat hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini, hanya satu yang berhasil didukung yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Ketiga hipotesis yang lain yang mengkaitkan antara ukuran komite audit, latar belakang komite audit dan keberagaman gender komite audit dengan financial distress tidak dapat didukung data.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(19)

Pada riset ini memiliki tujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh karakteristik komite audit pada kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan bank. Temuan riset ini menunjukkan dari ke empat karakteristik yang diteliti, terbukti bahwa frekuensi pertemuan komite audit memiliki pengaruh signifikan negatif pada financial distress. Maka dengan semakin sering komite audit mengadakan rapat maka akan dengan mudah memprediksi keadaan perusahaan apabila dalam keadaan yang tidak sehat agar tidak mengalami kebangkrutan. Selain itu, untuk karakteristik komite audit yang lain seperti ukuran komite audit, background komite audit, dan keberagaman gender komite audit pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan pada financial distress.

Saran

Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat menggunakan metode lain dalam perhitungan financial distress seperti metode Grover atau metode RGEC agar mendapatkan hasil penelitian yang dapat dibandingkan, serta memperluas ruang sampel pada penelitian yang diharapkan akan membuat riset semakin akurat dan dapat menggambarkan kondisi pasar. Selain itu peneliti selanjutnya dapat menguji variabel independen lainnya yang diduga dapat memberikan pengaruh terhadap financial distress.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A., & Frihatni, A. A. (2023). Gender diversity and firm performances suffering from financial distress: evidence from Indonesia. Journal of Capital Markets Studies, 7(1), 91–107. https://doi.org/10.1108/jcms-12-2022-0045

Ahmed, M. M. A. (2023). The relationship between corporate governance mechanisms and integrated reporting practices and their impact on sustainable development goals: evidence from South Africa. Meditari Accountancy Research.

https://doi.org/10.1108/MEDAR-06-2022-1706Abbas, A., & Frihatni, A. A. (2023).

Gender diversity and firm performances suffering from financial distress:

evidence from Indonesia. Journal of Capital Markets Studies, 7(1), 91–107.

https://doi.org/10.1108/jcms-12-2022-0045

Ahmed, M. M. A. (2023). The relationship between corporate governance mechanisms and integrated reporting practices and their impact on sustainable development goals: evidence from South Africa. Meditari Accountancy Research.

https://doi.org/10.1108/MEDAR-06-2022-1706

Ashfaq, K., & Rui, Z. (2019). The effect of board and audit committee effectiveness on internal control disclosure under different regulatory environments in South Asia.

(20)

Journal of Financial Reporting and Accounting, 17(2), 170–200.

https://doi.org/10.1108/JFRA-09-2017-0086

Kurniasih, A., Heliantono, H., Sumarto, A. H., Setyawasih, R., & Pujihastuti, I. (2020).

Determinant of Financial Distress: the Case of Pulp & Paper Companies Registered in Indonesia Stock Exchange. Jurnal Manajemen Dan Agribisnis, 17(3), 254–264.

https://doi.org/10.17358/jma.17.3.254

Masak, F., & Noviyanti, S. (2019). Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Financial Distress. International Journal of Social Science and Business, 3(3), 237.

https://doi.org/10.23887/ijssb.v3i3.21002

Nadjib, M. (2018). Pengaruh Komite Audit Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurakunman, 2(227), 85–102.

Qintharah, Y. N., Fajarwati, D., & Ovitasari, Y. C. (2020). Ownership Structure, Active Audit Committee, Audit Quality, and Leverage against Earnings Management.

Jurnal Penelitian Teori & Terapan Akuntansi (PETA), 5(1), 27–50.

Rizqiani, N., & Umaimah, U. (2022). Pengaruh Ukuran Komite Audit, Frekuensi Pertemuan Komite Audit, dan Reputasi Auditor dalam memprediksi Financial Distress. Prosiding Seminar Nasional Ekonomi Dan Bisnis 1, 479–491.

Samudra, G. D. (2021). Gender Diversity Dan Good Corporate Governance Terhadap Financial Distress. Eqien: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 8(2), 52–60.

https://doi.org/10.34308/eqien.v8i2.226

Tsamenyi, M., & Uddin, S. (2008). Introduction tocorporate governance inless developed andemerging economies. In Research in Accounting in Emerging Economies (Vol. 8).

Elsevier. https://doi.org/10.1016/S1479-3563(08)08018-3

Zhang, Q., & Chen, R. (2014). Application of metabolic GM(1,1) model in financial repression approach to the financing difficulty of the small and medium-sized enterprises. Grey Systems, 4(2), 311–320. https://doi.org/10.1108/GS-11-2013-0025 Abbas, A., & Frihatni, A. A. (2023). Gender diversity and firm performances suffering

from financial distress: evidence from Indonesia. Journal of Capital Markets Studies, 7(1), 91–107. https://doi.org/10.1108/jcms-12-2022-0045

Ahmed, M. M. A. (2023). The relationship between corporate governance mechanisms and integrated reporting practices and their impact on sustainable development goals: evidence from South Africa. Meditari Accountancy Research.

https://doi.org/10.1108/MEDAR-06-2022-1706

Ashfaq, K., & Rui, Z. (2019). The effect of board and audit committee effectiveness on internal control disclosure under different regulatory environments in South Asia.

Journal of Financial Reporting and Accounting, 17(2), 170–200.

https://doi.org/10.1108/JFRA-09-2017-0086

Kurniasih, A., Heliantono, H., Sumarto, A. H., Setyawasih, R., & Pujihastuti, I. (2020).

Determinant of Financial Distress: the Case of Pulp & Paper Companies Registered in Indonesia Stock Exchange. Jurnal Manajemen Dan Agribisnis, 17(3), 254–264.

https://doi.org/10.17358/jma.17.3.254

Masak, F., & Noviyanti, S. (2019). Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Financial Distress. International Journal of Social Science and Business, 3(3), 237.

https://doi.org/10.23887/ijssb.v3i3.21002

Nadjib, M. (2018). Pengaruh Komite Audit Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurakunman, 2(227), 85–102.

Qintharah, Y. N., Fajarwati, D., & Ovitasari, Y. C. (2020). Ownership Structure, Active Audit Committee, Audit Quality, and Leverage against Earnings Management.

(21)

Jurnal Penelitian Teori & Terapan Akuntansi (PETA), 5(1), 27–50.

Rizqiani, N., & Umaimah, U. (2022). Pengaruh Ukuran Komite Audit, Frekuensi Pertemuan Komite Audit, dan Reputasi Auditor dalam memprediksi Financial Distress. Prosiding Seminar Nasional Ekonomi Dan Bisnis 1, 479–491.

Samudra, G. D. (2021). Gender Diversity Dan Good Corporate Governance Terhadap Financial Distress. Eqien: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 8(2), 52–60.

https://doi.org/10.34308/eqien.v8i2.226

Tsamenyi, M., & Uddin, S. (2008). Introduction tocorporate governance inless developed andemerging economies. In Research in Accounting in Emerging Economies (Vol. 8).

Elsevier. https://doi.org/10.1016/S1479-3563(08)08018-3

Zhang, Q., & Chen, R. (2014). Application of metabolic GM(1,1) model in financial repression approach to the financing difficulty of the small and medium-sized enterprises. Grey Systems, 4(2), 311–320. https://doi.org/10.1108/GS-11-2013-0025

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan manajerial dalam meningkatkan kualitas produk perusahaan memilih alternativ melakukan pembenahan tanah untuk meningkatkan