• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKOLOGI HEWAN PERT 2 KEL 4

N/A
N/A
Susanti

Academic year: 2024

Membagikan "EKOLOGI HEWAN PERT 2 KEL 4"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

EKOLOGI HEWAN

KONSEP HABITAT DAN RELUNG BIOLOGI

OLEH KELOMPOK 4

MUTIARA D.R. YUSVIRA (2130106036)

RAHMA SARITA (2130106046)

SUSANTI (2130106055)

DOSEN PENGAMPU:

DWI RINI KURNIA FITRI M.Si

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR BATUSANGKAR

2024/1446 H

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ekologi Hewan ini dengan baik. Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata Fisiologi Tumbuhan tentang materi “Konsep Habitat Dan Relung Biologi”. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Dwi Rini Kurnia Fitri, M.Si selaku pembimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.

Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini, agar menjadi terbaik bagi penyusun. Akhir kata kami berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penyusun sendiri dan bagi semua yang berkepentingan.

Batusangkar, 6 Maret 2024

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 1

C.Tujuan ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A.Habitat dan Mikro Habitat ... 3

B.Relung Ekologi dan Asas Ekslusi ... 5

C.Persaingan dan Pemisahan Relung ... 6

D.Ekivalen Ekologi ... 10

E.Pergesaran Ciri ... 10

BAB III PENUTUP ... 14

A.Kesimpulan ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup dalam kehidupannya memiliki tempat hidupnya masing- masing, dimana dalam tempat hidupnya tersebut makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat hidup dari makhluk hidup ini dalam ilmu Ekologi lebih dikenal dengan istilah habitat.

Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangnya satwa liar. Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup.

Dalam habitatnya makhluk hidup memiliki cara hidupnya masing-masing dan memiliki fungsinya sendiri dalam habitatnya. Cara hidup dari makhluk hidup dalam habitatnya dalam ilmu Ekologi dikenal dengan istilah Relung Ekologi atau niche.

Dalam satu habitat dapat hidup berbagai jenis makhluk. Jika ada dua hewan 2 misalnya mempunyai relung atau niche yang sama maka akan terjadi persaiangan (Anggrita et al., 2017: 22).

Berdasarkan latar belakang diatas maka disusunlah makalah tentang Konsep Habitat Dan Relung Biologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah dalam pembuatan makalah tentang Konsep Habitat Dan Relung Biologi yaitu sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan habitat dan mikro habitat 2. Apa yang dimaksud dengan relung ekologi dan asas ekslusi 3. Apa yang dimaksud dengan persaingan dan pemisahan relung 4. Apa yang dimaksud dengan ekivalen ekologi

5. Apa yang dimaksud dengan pergeseran ciri

6. Apa ayat Al-Qur’an atau hadits tentang habitat dan relung ekologi C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dijelaskan bahwa tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Menjelaskan habitat dan mikro habitat

2. Menunjukkan relung ekologi dan asas ekslusi

(5)

2

3. Menjelaskan persaingan dan pemisahan relung 4. Menjelaskan ekivalen ekologi

5. Menunjukkan pergeseran ciri

6. Menunjukkan ayat Al-Qur’an atau Hadist terkait materi

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Habitat dan Mikro Habitat

1. Habitat

Habitat (bahasa Latin untuk "it inhabits") atau tempat tinggal makhluk hidup merupakan unit geografi yang secara efektif mendukung keberlangsungan hidup dan reproduksi suatu spesies atau individu suatu spesies. Di dalam habitat tersebut, makhluk hidup lainnya serta faktor-faktor abiotik yang satu dengan lainnya saling berinteraksi secara kompleks membentuk satu kesatuan yang disebut habitat di atas. Organisme lainnya antara lain individu lain dari spesies yang sama, atau populasi lainnya yang bisa terdiri dari virus, bakteri, jamur, protozoa, tumbuhan, dan hewan lain (Sumarto & Koneri, 2016: 11).

Habitat organisme ialah tempat dimana organisme hidup atau tempat dimana manusia dapat menemukan organisme tersebut. Habitat dapat juga berarti tempat hidup komunitas. Dalam hal ini habitat meliputi hanya lingkungan abiotik.

Tetapi dapat juga habitat melibatkan lingkungan biotik maupun abiotik.

Secara garis besar dikenal empat tipe habitat utama, yakni: daratan, perairan tawar, perairan payau dan estuaria serta perairan bahari atau laut. Masing-masing kategori utama dapat dipilih-pilihkan lagi tergantung corak kepentingannya, mengenai aspek yang ingin di ketahui. Dari sudut pandang dan kepentingan popuasi-populasi hewan yang menempatinya, pemilihan tipe-tipe habitat itu terutama didasarkan pada segi variasinya menurut waktu dan ruang.

Berdasarkan variasi habitat menurut ruang,dapat dikenal beberapa macam habitat yaitu sebagai berikut:

a. Habitat yang konstan, yaitu suatu habitat yang kondisinya terus-menerus relatip baik atau kurang baik.

b. Habitat yang bersifat memusim,yaitu suatu habitat yang kondisinya secara relative teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik.

c. Habitat yang tidak menentu,yaitu suatu habitat yang mengalami suatu priode dengan kondisi baik yang lamanya bervariasi, sehingga kondisinya tidak dapat diramalkan.

(7)

4

d. Habitat yang efemeral, yaitu suatu habitat yang mengalami priode kondisi baik yang berlangsung relative singkat, diikuti oleh suatu priode dengan kondisi yang kurang baik yang berlangsung relative lama sekali (Sandika, 2021:124).

Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat dapat diklasifikasi menjadi 3 macam sebagai berikut:

a. Habitat bersinambung, yaitu apabila suatu habitat memiliki area dengan kondisi baik yang luas sekali, yang melebihi luas area yang dapat dijelajahi populasi hewan penghuninya.

b. Habitat terputus-putus, yaitu apabila suatu habitat memiliki area dengan kondisi baik berselang-seling dengan area berkondisi kurang baik dan hewan penghuni menyebar dengan mudah dari kondisi baik satu ke kondisi lainnya.

Habitat terisolasi, yaitu apabila suatu habitat memiliki area berkondisi baik dengan luas terbatas, dan terletak jauh terpisah dari area berkondisi baik lainnya, sehingga hewan tak bisa menyebar, kecuali ada faktor kebetulan (Lumowa &

Purwati, 2023:25).

2. Mikrohabitat

Mikrohabitat merupakan suatu kondisi lingkungan yang cocok untuk ditempati oleh beberapa jenis organisme seperti serangga musuh alami maupun serangga hama tanaman.

Mikrohabitat sering juga diartikan sebagai habitat yang lebih kecil atau bagian dari habitat besar. Sebagai contoh, pohon tumbang di hutan dapat menyediakan mikrohabitat bagi serangga yang tidak ditemukan di habitat hutan lainnya di luar pohon yang tumbang tersebut. Lingkungan mikro merupakan segala sesuatu di sekitar organisme baik faktor kimia fisik maupun organisme lainnya di dalam habitatnya.

Mikrohabitat biasanya menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang merupakan faktor penting pada level 2-4 dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang tepat untuk menggunakan istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan relatif, dan pada skala penerapan yang ditetapkan secara eksplisit (Harianto & Haryadi, 2023: 22).

Lingkungan mikro merupakan segala sesuatu di sekitar organisme baik faktor kimia fisik maupun organisme lainnya di dalam habitatnya. Populasi- populasi hewan yang mendiami suatu habitat tertentu akan terkonsentrasi ditempat- tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya

(8)

5

masing-masing. Mikrohabitat adalah bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan makhluk hidup. Sebagai contoh, kemampuan koeksistensi yang tidak sama pada setiap serangga yang hidup bersama-sama menyebabkan pemisahan mikrohabitat serangga. Batas antara mikrohabitat yang satu dengan lainnya. acapkali tidak nyata.

Namun demikian, mikrohabitat memegang peranan penting dalam menentukan keanekaragaman jenis yang mempengaruhi habitat itu. Contoh makrohabitat dan mikrohabitat adalah organisme penghancur (pembusuk) daun hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis. Spesies organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar daun yang sama hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan sel- sel dalam selembar daun di atas disebut mikrohabitat, sedangkan keseluruhan daun dalam lingkungan makro disebut makrohabitat (Lumowa & Purwati, 2023: 26).

B. Relung Ekologi dan Asas Ekslusi 1. Relung Ekologi

Relung ekologi (ecological niche) sebaliknya merupakan terminologi yang lebih inklusif, yang tidak hanya meliputi ruang atau tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga perananya dalam komunitas, misalnya kedudukan pada jenjang (trofik) makanan dan posisinya pada gradien lingkungan : temperatur, kelembaban, pH, tanah, dan kondisi lain yang ada (Maknun, 2017: 94–95).

Relung ekologi merupakan posisi tertentu suatu spesies dalam suatu komunitas dan habitat yang ditempatinya sebagai hasil adaptasi struktural yang dicapainya lewat penyesuaian fisiologi dan pola tingkah laku khusus dalam memanfaatkan secara baik potensinya. Tiga aspek relung ekologi, antara lain : a. Relung habitat (spatial nich, habitat niche)

b. Relung jenjang makanan (trofik niche)

c. Relung multidimensional (multidimensional niche, hypervolume niche)

Relung ekologi suatu organisme tidak hanya tergantung dimana organisme hidup, tetapi juga pada apa yang dilakaukan organisme (bagaimana organisme mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi) dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain (Rina et al., 2019:23).

Relung ekologi adalah persaingan penggunaan habitat, termasuk ruang fisik dan peran fungsional pada komunitas, serta posisi komunitas didalam gradien suhu,

(9)

6

kelembaban, pH, tanah dan keadaan lainnya (Odum, 1996). Aspek relung ekologi yang menyangkut dimensi sumberdaya atau hal mendasar untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan dari suatu species harus berbeda (terpisah) dengan species lainnya, agar dapat berkoeksistensi dalam habitat yang sama hingga waktu yang lama.

Jadi relung ekologis adalah suatu kombinasi tertentu dari fator fisik (mikrohabitat) dan hubungan biotik (peranan) yang dibutuhkan oleh suatu spesies untuk aktifitas kehidupannya dan kelangsungan eksistensinya dalam suatu komunitas (Sunarti et al., 2023:329).

2. Asas Ekslusi

Terdapat dua respon organisme dalam menghadapi persaingan interspesifik ini yaitu:

a. Eksklusi persaingan (Competitive Exclusion): satu spesies akan memanfaatkan sumber daya dengan lebih efektif sehingga spesies lain akan punah.

b. Pemisahan sumber daya (Resource Partitioning): setiap spesies akan hidup dalam habitat yang sama tetapi tetapi terjadi pembagian sumber daya (pemisahan relung/niche separation).

Asas Eksklusi Persaingan (Competitive Exclusion) Pada 1930-an, Georgy Gause melakukan serangkaian studi empiris tentang dinamika populasi paramecia dalam kompetisi atau pemangsaan untuk menguji prediksi persamaan diferensial.

Pada bukunya tahun 1934, Gause menyatakan bahwa dua spesies yang menempati relung yang sama dalam lingkungan yang homogen tidak bisa hidup berdampingan.

saat mereka bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang sama, artinya satu spesies satu relung (Latuconsina, 2019:48).

C. Persaingan dan Pemisahan Relung 1. Persaingan Relung

Persaingan dalam ekologi hewan terjadi ketika dua atau lebih spesies bersaing untuk sumber daya yang sama, seperti makanan, ruang hidup, atau pasangan. Ini dapat menyebabkan pemusatan sumber daya pada spesies yang lebih kuat atau memiliki strategi yang lebih efektif, sementara spesies lain mungkin mengalami penurunan populasi atau bahkan punah. Persaingan dalam ekologi hewan merujuk pada interaksi antara individu-individu dari spesies yang sama atau berbeda yang bersaing untuk sumber daya yang terbatas, seperti makanan, tempat bertelur, atau pasangan untuk berkembang biak. Ini bisa mengarah pada

(10)

7

penyesuaian perilaku, morfologi, atau habitat agar spesies-spesies tersebut dapat bertahan dalam lingkungan yang bersaing. Konsep persaingan relung dalam ekologi hewan mengacu pada interaksi antara individu-individu dari spesies yang sama atau berbeda yang bersaing untuk sumber daya yang terbatas dalam suatu lingkungan.

Persaingan relung terjadi ketika spesies-spesies tersebut memiliki kebutuhan yang serupa dan harus berkompetisi untuk mendapatkan sumber daya tersebut. Beberapa contoh persaingan relung dalam ekologi hewan meliputi:

a. Persaingan untuk Makanan, spesies-spesies yang memiliki diet yang serupa akan bersaing untuk sumber makanan yang terbatas di lingkungan yang sama.

Persaingan ini dapat menyebabkan perubahan dalam strategi makan, seperti perubahan pola migrasi atau penyesuaian dalam jenis makanan yang dikonsumsi.

b. Persaingan untuk Ruang Hidup, hewan-hewan bersaing untuk ruang hidup yang terbatas, seperti tempat bertelur, sarang, atau tempat berlindung. Persaingan ini bisa menjadi faktor penting dalam menentukan distribusi dan kelangsungan hidup suatu spesies di suatu habitat.

c. Persaingan untuk Pasangan, spesies yang memerlukan pasangan untuk berkembang biak akan bersaing untuk menarik dan mempertahankan pasangan.

Faktor seperti kecantikan, kekuatan, atau kemampuan untuk memberikan sumber daya kepada keturunan dapat mempengaruhi hasil dari persaingan ini.

d. Persaingan untuk Sumber Daya Lainnya, selain makanan, ruang hidup, dan pasangan, hewan juga bisa bersaing untuk sumber daya lainnya seperti air, sinar matahari, atau tempat bertengger.

Persaingan relung merupakan konsep penting dalam memahami interaksi antara spesies-spesies dalam suatu ekosistem dan dapat memengaruhi distribusi, kelimpahan, dan perilaku hewan di alam liar. Syarat-syarat utama untuk pemisahan relung dalam ekologi hewan adalah:

a. Ketersediaan Sumber Daya Terbatas, pemisahan relung terjadi ketika terdapat sumber daya yang terbatas, seperti makanan, ruang hidup, atau pasangan, yang harus dibagi di antara spesies-spesies yang berbeda.

b. Kemampuan Spesies untuk Beradaptasi, spesies-spesies harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan memanfaatkan sumber daya yang berbeda. Ini bisa melibatkan perubahan perilaku, morfologi, atau kebiasaan makan.

(11)

8

c. Kehadiran Spesies-spesies yang Berbeda, untuk terjadi pemisahan relung, harus ada spesies-spesies yang berbeda yang berpotensi bersaing untuk sumber daya yang sama. Pemisahan ini lebih mungkin terjadi di lingkungan yang kaya akan keanekaragaman hayati.

d. Perbedaan Ekologi Antara Spesies-spesies, spesies-spesies yang terlibat dalam pemisahan relung harus memiliki perbedaan ekologi yang cukup untuk menghindari persaingan langsung. Perbedaan ini bisa berupa perbedaan preferensi makanan, habitat, atau pola aktivitas.

e. Stabilitas Lingkungan, lingkungan harus cukup stabil untuk memungkinkan spesies-spesies beradaptasi dengan pemisahan relung yang terbentuk.

Perubahan lingkungan yang cepat atau ekstrem dapat mengganggu pemisahan relung dan menyebabkan persaingan yang lebih intens antara spesies-spesies.

(Husodo & Fitriani, 2020:24–25).

2. Pemisahan Relung

Pemisahan relung, atau pengelompokan spesies ke dalam relung ekologis yang berbeda, adalah cara di mana spesies-spesies yang berbeda menghindari persaingan langsung dengan memanfaatkan sumber daya yang berbeda atau menghuni habitat yang berbeda. Hal ini memungkinkan spesies-spesies tersebut untuk koeksisit dalam suatu area tanpa bersaing secara langsung satu sama lain.

Misalnya, beberapa burung dapat memanfaatkan lapisan hutan yang berbeda untuk mencari makanan, sehingga mengurangi persaingan antara mereka.

Pemisahan relung, di sisi lain adalah strategi di mana spesies-spesies berbeda menghindari persaingan langsung dengan membagi sumber daya atau memanfaatkan habitat yang berbeda. Hal ini memungkinkan spesies-spesies tersebut untuk hidup berdampingan tanpa bersaing secara langsung. Contohnya, beberapa jenis burung yang memiliki paruh yang berbeda mungkin memakan makanan dari lapisan hutan yang berbeda, sehingga mengurangi persaingan langsung antara mereka. Konsep pemisahan relung dalam ekologi hewan mengacu pada strategi di mana spesies-spesies berbeda menghindari persaingan langsung dengan memanfaatkan sumber daya atau habitat yang berbeda. Ini memungkinkan spesies-spesies tersebut untuk hidup berdampingan tanpa bersaing secara langsung satu sama lain.

(12)

9

Ada beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan pemisahan relung:

a. Pemisahan Temporal, spesies-spesies yang berbeda dapat menghindari persaingan dengan aktif mencari makan atau melakukan aktivitas tertentu pada waktu yang berbeda dalam sehari atau musim tertentu.

b. Pemisahan Spatial, spesies-spesies dapat membagi ruang hidup atau habitat dengan cara menghuni lapisan atau zona ekologis yang berbeda. Contohnya, beberapa spesies burung dapat menghuni kanopi hutan, sedangkan yang lainnya tinggal di lapisan tengah atau bawah hutan.

c. Pemisahan Morfologis, spesies-spesies yang memiliki perbedaan morfologi tertentu dapat menghindari persaingan langsung dengan mengkhususkan diri pada jenis makanan atau sumber daya yang berbeda.

d. Pemisahan Perilaku, spesies-spesies dapat mengembangkan pola perilaku yang berbeda untuk menghindari persaingan langsung. Contohnya, beberapa spesies burung mungkin memiliki lagu panggilan yang berbeda untuk mempertahankan wilayah masing-masing (Rahmadhani & Martuti, 2023: 78).

Pemisahan relung memungkinkan ko-eksisitensi spesies-spesies yang berbeda dalam suatu ekosistem dengan meminimalkan persaingan langsung antara mereka. Penyebab adanya pemisahan relung dalam ekologi hewan bisa bervariasi tergantung pada konteks ekologisnya, namun beberapa faktor umum yang dapat menyebabkan pemisahan relung meliputi:

a. Perbedaan Preferensi Makanan, spesies-spesies yang memiliki preferensi makanan yang berbeda akan cenderung menghindari persaingan langsung dengan memanfaatkan sumber daya makanan yang berbeda pula. Hal ini bisa menyebabkan pemisahan relung berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi.

b. Spesialisasi Habitat, spesies-spesies dapat menghuni habitat yang berbeda atau memiliki preferensi habitat yang berbeda. Pemisahan relung dapat terjadi ketika spesies-spesies tersebut menghindari persaingan langsung dengan memanfaatkan habitat yang berbeda dalam suatu wilayah ekologi.

c. Pemisahan Temporal, spesies-spesies dapat aktif pada waktu yang berbeda dalam sehari atau musim tertentu. Pemisahan relung dapat terjadi ketika spesies-spesies tersebut menghindari persaingan langsung dengan melakukan aktivitas mereka pada waktu yang berbeda.

d. Perbedaan Pola Aktivitas, perbedaan dalam pola aktivitas harian atau musiman antara spesies-spesies dapat menyebabkan pemisahan relung. Contohnya,

(13)

10

beberapa spesies burung mungkin aktif pada waktu tertentu di pagi hari sementara yang lainnya aktif di sore atau malam hari.

e. Perbedaan Spesialisasi Morfologis, spesies-spesies dapat memiliki adaptasi morfologis yang berbeda, yang memungkinkan mereka untuk memanfaatkan sumber daya yang berbeda dalam lingkungan yang sama. Hal ini dapat menyebabkan pemisahan relung berdasarkan spesialisasi morfologis masing- masing spesies.

Faktor-faktor ini dan kombinasi dari mereka dapat menyebabkan terjadinya pemisahan relung, yang memungkinkan spesies-spesies yang berbeda untuk berbagi wilayah yang sama tanpa bersaing langsung satu sama lain untuk sumber daya yang terbatas (Akhsani et al., 2021: 13–14).

D. Ekivalen Ekologi

Ekivalensi ekologi atau kesamaan ekologi menunjukan dua atau lebih spesies memiliki relung yang sama tetapi berada di daerah geografis yang berbeda. Ekivalensi ekologi biasanya terjadi pada komunitas yang relatif sederhana. Perkerabatan taksonomi dari ekivalen ekologi ini dapat memiliki hubungan yang dekat atau jauh.

Spesies dengan relung ekivalen cenderung memiliki kedekatan kekerabatan jika terdapat pada tempat yang berdekatan sedangkan pada tempat yang terpisah jauh cenderung tidak memiliki kedekatan taksonomik (kekerabatan). Secara umum ekivalen ekologi dapat dikenal dari kemiripan-kemiripan yang diperlihatkan organisme dalam proses adaptasi morfologi dan perilakunya dalam memanfaatkan sumber daya.

Contoh spesies yang memiliki ekivalensi ekologi adalah katak Mantella yang merupakan katak endemik dari Kepulauan Madagaskar, dimana memiliki relung yang sama dengan katak dari family Dendrobatidae (Poison dart frog) yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Keduanya memiliki kemiripan morfologi seperti ukuran dan morfologi tubuh serta pola tingkah lakunya. Kedua katak ini memiliki warna yang mencolok dan menghasilkan racun yang mampu membuat takut predator (Husodo &

Fitriani, 2020: 25).

E. Pergesaran Ciri

Pergeseran ciri ekologi hewan adalah perubahan dalam karakteristik fisik, perilaku, atau distribusi spesies hewan yang terjadi sebagai respons terhadap perubahan lingkungan atau tekanan seleksi alam. Hal ini bisa mencakup perubahan dalam pola makan, habitat, waktu reproduksi, atau adaptasi lainnya untuk bertahan hidup dan

(14)

11

berkembang biak dalam lingkungan yang berubah. Pergeseran ciri pada ekologi hewan mengacu pada perubahan dalam karakteristik fisik, perilaku, atau distribusi spesies hewan sebagai respons terhadap perubahan lingkungan atau tekanan seleksi alam.

Fenomena ini adalah bagian dari proses evolusi di mana spesies hewan beradaptasi dengan lingkungannya untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Contohnya, dalam respons terhadap perubahan iklim, beberapa spesies hewan mungkin mengalami pergeseran geografis dalam habitat mereka, memilih untuk bermigrasi ke wilayah yang lebih cocok atau beradaptasi dengan kondisi yang berubah.

Selain itu, pergeseran ciri ekologi hewan juga bisa terjadi dalam pola makan, dengan spesies hewan beralih ke sumber makanan yang lebih tersedia atau memperluas rentang makanannya untuk bertahan hidup. Perubahan dalam ciri ekologi hewan juga bisa terjadi sebagai respons terhadap interaksi dengan spesies lain, seperti persaingan untuk sumber daya atau tekanan predasi. Sebagai contoh, jika spesies pemangsa baru memasuki suatu ekosistem, spesies mangsanya mungkin mengalami pergeseran dalam perilaku atau strategi pertahanan untuk menghindari pemangsa baru tersebut.

Secara keseluruhan, pergeseran ciri pada ekologi hewan adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara spesies hewan dan lingkungan mereka, dan merupakan strategi evolusioner untuk bertahan hidup dan berkembang biak dalam kondisi yang selalu berubah. Pergeseran ciri pada ekologi hewan bisa terjadi melalui beberapa mekanisme evolusi, di antaranya:

a. Mutasi Genetik: Mutasi genetik adalah perubahan acak dalam DNA yang dapat menghasilkan variasi genetik baru. Jika mutasi ini menghasilkan sifat yang memberikan keunggulan dalam lingkungan tertentu, maka sifat tersebut dapat menjadi lebih umum dalam populasi seiring waktu.

b. Seleksi Alamiah: Seleksi alamiah merupakan proses di mana individu-individu dengan sifat-sifat yang memberikan keunggulan dalam bertahan hidup dan berkembang biak lebih mungkin untuk bertahan hidup dan menghasilkan keturunan dibandingkan dengan individu-individu yang kurang cocok. Seiring waktu, hal ini dapat mengarah pada peningkatan frekuensi sifat-sifat yang menguntungkan dalam populasi.

c. Rekombinasi Genetik: Melalui proses reproduksi seksual, gen-gen dari induk yang berbeda dapat bergabung untuk membentuk kombinasi genetik baru dalam keturunan. Ini dapat menciptakan variasi genetik yang memungkinkan populasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

(15)

12

d. Migrasi dan Isolasi Geografis: Pergeseran ciri juga dapat terjadi melalui migrasi atau isolasi geografis. Populasi yang terisolasi dari satu sama lain di habitat yang berbeda dapat mengalami tekanan seleksi yang berbeda, mengarah pada evolusi jalur yang berbeda dan pergeseran ciri yang berbeda pula.

e. Interaksi Antar-Spesies: Interaksi antar-spesies seperti predasi, persaingan, atau hubungan simbiosis juga dapat mempengaruhi pergeseran ciri pada ekologi hewan.

Tekanan dari spesies lain dalam ekosistem dapat mendorong spesies untuk mengembangkan adaptasi baru atau mengubah perilaku mereka untuk bertahan hidup. Melalui kombinasi mekanisme-mekanisme ini, pergeseran ciri pada ekologi hewan dapat terjadi seiring waktu, memungkinkan spesies untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dan bertahan hidup dalam persaingan evolusi yang berkelanjutan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pergeseran ciri pada ekologi hewan, antara lain:

a. Perubahan Lingkungan: Perubahan dalam lingkungan seperti perubahan suhu, curah hujan, atau keadaan habitat dapat mendorong spesies hewan untuk beradaptasi dengan cara yang berbeda.

b. Interaksi dengan Spesies Lain: Interaksi dengan spesies lain seperti persaingan dengan spesies baru atau perubahan dalam rantai makanan dapat mempengaruhi perilaku dan karakteristik hewan.

c. Tekanan Seleksi: Tekanan seleksi alamiah dapat mengarah pada perubahan dalam sifat-sifat tertentu yang memberikan keunggulan dalam bertahan hidup dan berkembang biak di lingkungan yang berubah.

d. Perubahan Sumber Daya: Perubahan ketersediaan sumber daya seperti makanan, air, atau tempat bertelur dapat mempengaruhi pola perilaku dan distribusi spesies hewan.

e. Interaksi dengan Manusia: Aktivitas manusia seperti perburuan, perubahan habitat, atau polusi juga dapat mempengaruhi ekologi hewan dan menyebabkan pergeseran ciri (Sumarto & Koneri, 2016: 35–36).

(16)

13 F. Ayat Al-Qur’an Atau Hadist Terkait Materi

Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang relevan dengan habitat adalah dalam Surah Al-An'am (6:38):

َتِكْلا يِف اَنْط َّرَف اَم ۚ ْمُكُلاَثْمَأ ٌمَمُأ َّلَِإ ِهْيَحاَنَجِب ُريِطَي ٍرِئاَط َلَ َو ِض ْرَ ْلْا يِف ٍةَّباَد ْنِم اَم َو ِبا

ِ ب َر ٰىَلِإ َّمُث ۚ ٍءْيَش ْنِم َنو ُرَشْحُي ْمِه

Artinya:

"Dan segala binatang yang merangkak di bumi, dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, semuanya merupakan umat yang sama dengan kamu. Kami tidak menyisakan sesuatupun dari Al-Qur'an; kemudian mereka menghalangi (orang) dari ayat-ayat Kami itu. Maka mereka itu hanyalah orang-orang yang berdosa." (QS.

Al-An'am: 38).

Ayat ini menekankan kesatuan seluruh makhluk hidup di bumi, termasuk manusia, binatang darat, dan burung-burung. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga habitat dan ekosistem agar tetap seimbang, karena setiap makhluk hidup memiliki peranannya masing-masing dalam menjaga keseimbangan alam.

(17)

14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa hal penting yaitu sebagai berikut.

1. Habitat organisme ialah tempat dimana organisme hidup atau tempat dimana manusia dapat menemukan organisme tersebut. Mikrohabitat sering juga diartikan sebagai habitat yang lebih kecil atau bagian dari habitat besar.

2. Relung ekologis adalah suatu kombinasi tertentu dari fator fisik (mikrohabitat) dan hubungan biotik (peranan) yang dibutuhkan oleh suatu spesies untuk aktifitas kehidupannya dan kelangsungan eksistensinya dalam suatu komunitas.

3. Persaingan dalam ekologi hewan terjadi ketika dua atau lebih spesies bersaing untuk sumber daya yang sama, seperti makanan, ruang hidup, atau pasangan. Pemisahan relung, atau pengelompokan spesies ke dalam relung ekologis yang berbeda.

4. Ekivalensi ekologi atau kesamaan ekologi menunjukan dua atau lebih spesies memiliki relung yang sama tetapi berada di daerah geografis yang berbeda

5. Pergeseran ciri ekologi hewan adalah perubahan dalam karakteristik fisik, perilaku, atau distribusi spesies hewan yang terjadi sebagai respons terhadap perubahan lingkungan atau tekanan seleksi alam.

6. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang relevan dengan habitat adalah dalam Surah Al-An'am (6:38).

(18)

15

DAFTAR PUSTAKA

Akhsani, F., Muhammad, M., Sembiring, J., Putra, C. A., Alhadi, F., & Wibowo, R. H. (2021).

Analisis Ekologi Relung Katak Fejervarya, Dramaga, Jawa Barat: ditinjau dari Waktu Aktif Makan. Jurnal Ilmu Hayat, 5(1). http://journal2.um.ac.id/index.php/jih/index Anggrita, Nasihin, ling, & Nendrayana, Y. (2017). Keanekaragaman Jenis dan Karakteristik

Habitat Mamalia Besar di Kawasan Hutan Bukit Bahohor Desa Citapen Kecamatan Hantara Kabupaten Kuningan. Wanaraksa, 11(1).

Harianto, I., & Haryadi, N. T. (2023). Pengaruh Tanaman Refugia Terhadap Tingkat Keragaman Parasitoid Hymenoptera Hama Kepik Hijau Pada Tanaman Kedelai. Jurnal

Hama dan Penyakit Tumbuhan, 11(1), 20–27.

https://doi.org/10.21776/ub.jurnalhpt.2023.011.1.3

Husodo, T., & Fitriani, N. (2020). Ekologi. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Latuconsina, H. (2019). Ekologi Perairan Tropis Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Daya Hayati Perairan (Kedua). Malang: Universitas Gadjah Mada.

Lumowa, S. V. T., & Purwati, S. (2023). Ekologi Hewan. Malang: Media Nusa Creative.

Maknun, D. (2017). Ekologi:Populasi, Komunitas, Ekosistem. Cirebon: Nurjati Press.

Rahmadhani, G. W., & Martuti, N. K. T. (2023). Keanekaragaman Makrozoobentos di Sekitar Alat Pemecah Ombak Wilayah Pesisir Kota Semarang sebagai Data Awal Upaya Konservasi. Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences, 46(2).

Rina, Abdullah, N., & Abubakar, S. (2019). Kajian Pola Kekayaan Spesies dan Relung Mikrohabitat Ekosistem Padang Lamun Di Pulau Manomadehe Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan, 2(1), 63–71.

Sandika, B. (2021). EKOLOGI (Integrasi Islam Sains). Grobogan: Yayasan Citra Dharma Cindekia.

Sumarto, S., & Koneri, R. (2016). Ekologi Hewan. Bandung: CV. Patra Media Grafindo.

Sunarti, Abubakar, Y., Subur, R., Abubakar, S., Rina, Susanto, A. N., & Fadel, A. H. (2023).

Gastropod Microhabitat Associations and Niches in Seagrass Ecosystems on Donrotu Island, South Jailolo District, West Halmahera Regency. Jurnal Biologi Tropis, 23(1), 328–334. https://doi.org/10.29303/jbt.v23i1.4642

Referensi

Dokumen terkait