Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
EKSISTENSI GURU SEKOLAH DASAR DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK BANGSA
Pujiono
SD Negeri Tanggeran 02 Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes [email protected]
Abstrak
Penulisan ini dilatarbelakangi oleh situasi yang semakin menjauhkan sikap dan perilaku anak bangsa dari karakter bangsa Indonesia yang terkenal religius, gotong royong, dan ramah tamah. Karakter anak bangsa yang rapuh dan lemah saat ini sangat mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan pendidikan di lingkungan keluarga telah meninggalkan pendidikan karakter untuk anak dan pendidikan di sekolah lebih mengutamakan perkembangan intelegensi dibandingkan dengan perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial, serta keterampilan. Untuk mengatasinya dibutuhkan penanaman pendidikan karakter dan nilai-nilai budi pekerti luhur sejak dini. Pendidikan karakter menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak dan budi pekerti luhur anak bangsa dan diharapkan dapat menjadi kerangka dasar dan sebagai pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2045. Disinilah pentingnya peran guru Sekolah Dasar (SD) dalam menentukan dan mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang berkarakter dan memiliki budi pekerti luhur secara intensif, integratif, dang sinergis.
Peranan yang dapat dilakukan adalah dengan menjadi guru yang kreatif dan inovatif dalam menanamkan pendidikan karakter melalui pembelajaran, ekstrakurikuler, dan non kurikuler..
Kata kunci: guru, karakter, anak bangsa
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara multikutural terbesar di dunia yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya.
Sejarah telah menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakat yang berkarakter religius, gotong royong, dan ramah tamah.
Karakter bangsa Indonesia yang mulia tersebut, sekarang sudah mulai terkikis dari kepribadian anak bangsa ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
sebagian anak bangsa. Perilaku tersebut telah menjurus ke arah memprihatinkan yang mencerminkan sikap dan perilaku kurang berkarakter.
Akhir-akhir ini hampir setiap saat melalui media massa, disuguhi berita- berita yang menunjukkan sikap dan perilaku anak bangsa yang kurang berkarakter, seperti tawuran antar pelajar, tawuran antar mahasiswa, tindak kekerasan geng motor, begal motor, pesta miras oplosan, narkoba, pemerkosaan, porno grafi, sek bebas, dan tindak
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
2 kekerasan anak terhadap orang tua.
Menurut catatan Komnas, sepanjang tahun 2014, laporan kejahatan yang dilakukan anak-anak masuk ke Komnas ada sekitar 1.851 pengaduan. Angka itu meningkat dibanding pada tahun 2013 yang hanya 730 kasus. Hampir 52 persen dari angka itu adalah kasus pencurian yang diikuti dengan kasus kekerasan, perkosaan, narkoba, judi, serta penganiayaan. Dari kasus tersebut 89,8 persen kasus anak yang berhadapan dengan hukum berakhir pada pemidanaan. (Tempo.Co: Rabu, 31 Desember 2014)
Fenomena di atas menunjukkan situasi yang semakin menjauhkan sikap dan perilaku anak bangsa dari karakter bangsa Indonesia yang terkenal religius, gotong royong, dan ramah tamah.
Pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan perhatian serius terhadap persoalan karakter anak bangsa tersebut. Pemerintah menyadari hanya dengan kepribadian dan karakter kuat yang dimiliki anak bangsa, akan dapat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan berkepribadian.
Permasalahan yang mendasar saat ini adalah mencari dan menemukan cara yang tepat dan efektif dalam menanamkan karakter tersebut pada anak bangsa ini.
Menanamkan karakter tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi sudah menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa ini. Salah satunya adalah Guru Sekolah Dasar (SD) sebagai pendidik yang mempuyai tugas mendidik dan
membimbing dalam mengembangkan karakter bangsa yang luhur tersebut melalui proses pembelalajaran. Anak usia SD merupakan masa dimulainya perkembangan psikologi anak menuju kematangan jiwa. Di sinilah pentingnya peran guru SD dalam menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik sebagai generasi anak bangsa.
Permasalahan dalam karya tulis ini adalah bagaimana peran guru SD dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap anak bangsa.
Tujuan dalam dari penulisan kart=ya tulis ini adalag untuk mengetahui sejauh mana peran guru SD dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap anak bangsa.
Manfaat Teoritis, memperkaya studi tentang Sumber Daya Manusia dan memberikan informasi secara ilmiah, khususnya terkait dengan peran guru SD dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap anak bangsa.
sedangkan manfaat praktisnya, bagi lembaga pendidikan, dengan adanya informasi tersebut diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti sehingga dapat dirumuskan suatu strategi bagi peningkatan kualitas pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik di sekolah.
Bagi pendidik, dapat dijadikan sebagai acuan untuk menanamkan pendidikan karakter bagi anak bangsa.
Bagi pengembangan Ilmu (Akademik), sebagai referensi ilmiah yang dapat dipergunakan untuk bahan pertimbangan sebagai tambahan wacana mengenai peran guru SD dalam
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
menanamkan pendidikan karakter terhadap anak bangsa.
Hakikat Pendidikan Karakter
Secara etimologi kata karakter berasal dari bahasa Inggris Character yang berarti watak atau sifat. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain (Depdiknas,2008:682).
Karakter merupakan ciri khas kepribadian seseorang yang membeda dengan dengan dengan orang lain, hal ini sejalan dengan dengan yang diungkapkan Said (2011), bahwa karakter adalah ciri khas seseorang sehingga menyebabkan ia berbeda dari orang lain secara keseluruhan.
Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk membentuk karakter anak bangsa sacara lahir batin menjadi generasi yang kuat dan beradap sebagaimana diungkapkan Mulyana (2012:1), pendidikan karakter adalah upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun bantin, dari sifat kudratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.
Pendidikan karakter ini harus dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam pikiran, penghayatan dalam bentuk sikap dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan daam interaksi terhadap Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan
lingkungannya. Nilai-nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis (Raharja,2010).
Dengan demikian pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menerapkan nilai-nilai luhur sehingga peserta didik berperilaku sebagai manusia yang berkaraker dan memiliki budi pekerti luhur.
Dasar hukum pendidikan karakter di pendidikan dasar
Pendidikan karakter merupakan bagian yang penting dalam upaya membentuk karakter anak bangsa yang kuat dalam mempersiapkan diri menghadapi kehidupan global. Karena pentingnya pendidikan karakter ini maka pemerintah telah membuat payung hukum untuk penyelenggaraan pendidikan karakter khususnya di pendidikan dasar..
Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
4 Pelaksanaan pendidikan karakter ini
dipertegas dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional. Bidang pendidikan pada program penguatan metodologi dan kurikulum dengan tindakan penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Hasil
yang diharapkan adalah
terimplementasinya kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
Nilai-nilai karakter di pendidikan dasar Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di pendidikan dasar dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, antara lain: 1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhahan:
kereligiusan, 2). Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri:
kejujuran, kecerdasan, rasa tanggung jawab, kebersihan dan kesehatan, kedisiplinan, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, ketangguhan, keingintahuan, cinta ilmu, rasa percaya diri, kemandirian, keberanian mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, jiwa kepemimpinan, dan kerja keras, 3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama: tolong menolong, kesantunan, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain , kepatuhan pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain,
demokrasi, 4) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan:
kepedulian terhadap lingkungan, dan 5) Nilai karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan: nasionalisme dan menghargai keberagaman. (kemendiknas, 2011)
Guru Kreatif dan Inovatif Berperanan Menanamkan Pendidikan Karakter
Guru yang kreatif dan inovatif sebagai komponen bangsa yang langsung berhadapan dengan peserta didik memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap peserta didik.
Guru Kreatif dalam Pembelajaran Hakikat guru kreatif
Secara bahasa, kreatif diambil dari bahasa Inggris, create, “mencipta”. Dalam sifat Tuhan, terdapat nama Sang Pencipta, yaitu Dia dapat mengadakan sesuatu dari ketiadaan, tanpa membutuhkan sesuatu dengan cara yang hanya Dia-lah yang tahu. Pada manusia kreatif didefinisikan sebagai proses pengolahan pengetahuan (Herlinawati,2011:3).
Menurut Herlinawati (2013:5-6) ada delapan ciri orang kreatif, antara lain: 1) selalu mencari cara untuk memperbaiki keadaan; 2) berani menerobos batas-batas baku dalam mencari solusi; 3) selalu ingin tahu; 4) mempunyai kebiasaan bertindak;
5) mempunyai jawaban alternatif; 6) selalu memperhatikan ide-ide meskipun kelihatan mustahil; 7) menyukai humor dan santai; dan 8) mempunyai tolerenasi terhadap hal-hal yang delematis.
Guru kreatif merupakan guru yang memiliki kemampuan untuk mencipta
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
cara-cara mengelola pembelajaran yang efektif sehingga pembelajaran menjadi kebutuhan peserta didik. Guru kreatif dapat diartikan sebagai guru yang tak pernah puas dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha menemukan cara-cara baru untuk menemukan potensi unik peserta didiknya (Maida,2012:51).
Ada sepuluh ciri guru kreatif, antara lain: 1) berpikir inovatif, 2) Percaya diri, 3) Tidak gaptek, 4) materi pelajaran yang diberikan menjadi mudah dimengerti, 5) terus belajar dan belajar, 6) cerdas dalam menemukan talenta anak didiknya, 7) kooperatif, 8) pandai memanfaatkan “Apa yang Ada” , seorang guru yang kreatif pandai memanfaatkan apa yang ada di dalam sekolah, 9) bisa menerima kritik, 10) mengajar dengan cara menyenangkan (Zape,2011).
Penerapan guru kreatif dalam pembelajaran
Masa depan bangsa ditentukan oleh kemampuan anak bangsa. Guru bertanggungjawab dalam menanamkan kepribadian dan karakter yang kuat dan luhur sebagai pondasi anak bangsa dalam membangun bangsa ini melalui proses pembelajaran. Disinilah guru dituntut untuk mempunyai kreativitas yang tinggi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran kondusif dan penanaman karakter luhur pada peserta didik dapat tercapai.
Banyak kreatifitas guru yang berkaitan dengan penanaman karakter anak bangsa melalui pembelajaran. Baik yang berkaitan dengan perencanaan
maupun pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM). Suwandi dalam Su’ud (2011) mengatakan bahwa dalam penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup pengembangan karakter harus berisi penambahan indikator pencapaian yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter, modifikasi teknik penilaian sekaligus dapat mengembangkan karakter.
Guru Inovatif dalam Pembelajaran Hakikat guru inovatif
Menurut Herlinawati (2011:42) proses kreatif akan melahirkan inovasi yang bermuara pada perubahan. Inovasi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang. Inovatif merupakan sifat pembaruan bisa berhubungan dengan pendekatan, metode, atau gagasan.
Pembaharuan merupakan suatu inovasi apabila berbeda dengan yang lama.
Dengan demikian guru inovatif adalah guru yang memiliki kemampuan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru.
Penerapan guru inovatif dalam pembelajaran
Guru mempunyai kesempatan yang sangat besar untuk membuat perubahan dalam pembelajaran yang kurang baik menjadi lebih baik, karena guru sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapakan Saroni (2013:124) bahwa dalam proses pendidikan dan pembelajaran keberadaan guru sebagai sumber belajar bagi anak didik. Anak didik menerima pembimbingan dari guru dalam berbagai
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
6 hal, khususnya sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Inovasi pembelajaran diarahkan pada proses perubahan kondisi anak didik.
Mereka yang mempunyai karakter buruk harus dikondisikan agar mempunyai karakter lebih bagus lagi. Demikian yang dilakukan untuk menjadikan anak didik sebagai sosok-sosok penting dalam
kehidupan mmasyarakat
(Saroni,2013:130).
PEMBAHASAN Masalah Karakter Permasalahan karakter
Pendidikan di lingkungan keluarga
Pendidikan di keluarga telah meninggalkan pendidikan karakater untuk anak. Kesibukan orang tua menjadi salah satu faktor penyebab tidak tertanamnya pendidikan nilai-nilai karakter pada anak dengan baik. Orang tua banyak yang tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anaknya. Mereka pagi-pagi sudah berangkat pada saat anak masih tidur dan pulang malam hari ketika anak sudah tertidur. Sehingga mereka tidah punya waktu untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur dan karakter kebangsaan dan hanya menghandalkan pendidikan anaknya pada pembantu rumah tangga dan sekolah.
Pendidikan di sekolah
Pendidikan sekolah yang lebih mengutamakan perkembangan intelegensi dibandingkan dengan perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial, serta keterampilan. Pendidikan yang hanya
mengutamakan intelegensi terbukti memunculkan sebuah sikap karakter yang tidak baik yaitu meraih prestasi dengan jalan kecurangan. Hal akan berdampak kelak jika sudah menjadi pejabat mereka akan melakukan hal yang sama yaitu kecurangan untuk mendapatkan jabatan dan kekayaan. Di sinilah muncul sikap serakah untuk mendapatakan jabatan dan kekayaan dengan jalan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Memudarnya implementasi nilai-nilai pancasila
Nilai-nilai pancasila yang luhur sekarang sudah mulai memudar. Banyak anak bangsa yang tidak yakin kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mereka melanggar aturan Tuhan dan tidak menaati perintahnya. Mereka tidak takut untuk berbuat dosa seperti melakukan pencurian, pemerasan, pengrusakan, judi, mabuk-mabukan, dan narkoba.
Rasa kemanusian juga sudah memudar hal ini ditunjukkan dengan adanya anak yang tega membunuh temannya, saudaranya bahkan ada yang membunuh orang tuanya. Di sisi yang lain rasa persatuan dan kasih yang terhadap saudara juga mulai memudar.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya tawuran antar pelajar, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar desa, dan tawuran antar suku. Demokrasi yang dibangun oleh para pendahulu kita juga dikhianit oleh para wakil rakyat yang hanya mementingkan diri sendiri dan partainya. Rasa keadilan dan kesejahteran dibumi pertiwi saat ini juga belum dirasakan oleh masyarakat. Mereka masih
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
merasakan mahalnya biaya pendidikan, mahalnya biaya kesehatan, dan sulitnya mencari keadilan hukum.
Bergesernya nilai etika dalam kehidupan Globalisasi sudah tidak mungkin kita hindari. Interaksi dengan budaya luar membawa pengaruh yang sangat besar terhadap budaya Indonesia. Nilai etika masyarakat kita sekarang sudah bergeser ke arah budaya barat, baik dari segi etika budaya berpakaian, berperilaku, berkomunikasi, dan berdemokrasi.
Akibat lemahnya karakter anak bangsa Kemajuan teknologi mendorong ke arah keterbukaan terhadap informasi yang datang dari luar. Hanya dengan kepribadian dan karakter yang kuatlah anak bangsa ini dapat mempertahankan diri dan menjadi bangsa ini bangsa yang besar di mata dunia.
Karakter bangsa yang rapuh dan lemah sangat mengkhawatirkan, terutama jika dihadapkan dengan era globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini. Akibat yang ditimbulkan dari lemahnya karakter anak bangsa ini adalah: tawuran, geng, korupsi, meningkatnya kenakalan remaja, dan rawannya keamanan sosial.
Fakta moralitas anak bangsa saat ini sudah berada pada titik yang sangat memprihatinkan terutama pada masalah penyalahgunaan Narkoba dan pornografi.
Terbukti dalam satu dekade ini permasalahan tersebut menjadi marak dengan bertambahnya jumlah pengguna narkoba secara siginifikan, seiring dengan meningkatnya pengungkapan kasus tindak
kejahatan narkoba yang semakin beragam pola dan modusnya.
Meskipun pemerintah sudah bertindak tegas untuk mengeksekusi mati 7 orang pelaku tidak kejahatan pada tanggal 18 Januari 2015, ternyata jaringan sindikat narkoba ini masih kuat. Untuk ltulah kita harus memeranginya dengan menanamkan karakter budi pekerti luhur kepada anak bangsa ini mulai sejak dini.
Hanya dengan kepribadian dan karakter yang kuatlah kita dapat memerangi kejahatan narkoba ini. Karena kejahatan ini tidak hanya merusak masa depan pengguna tetapi juga masa depan bangsa dan negara ini.
Akibat lemahnya karakter anak bangsa selain penyalahgunaan nakoba yang cukup memprihatinkan adalah pornografi. Menurut data KPAI, sejak tahun 2011 jumlah anak korban pornografi dan kejahatan online semakin meningkat dan mencapai 1.022 anak hingga tahun 2014. Anak yang menjadi korban pornografi secara offline sebanyak 28%, pornografi anak online 21%, prostitusi anak online 20%, obyek CD porno 15%, dan anak korban kekerasan seksual online 11%. Sementara itu 24%
anak memiliki materi pornografi.
Peran Guru SD dalam Menanamkan Pendidikan Karakter pada Anak Bangsa
Suatu kebijakan yang digulirkan pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah pendidikan karakter melalui pemberlakuan Kurikulum 2013.
Pendidikan karakter menjadi bagian dari
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
8 proses pembentukan akhlak anak bangsa
dan diharapkan dapat menjadi kerangka dasar dan sebagai pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2045.
Implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
(1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab. (Kemendikbud, 2015:2).
Penanaman karakter terhadap anak bangsa khususnya peserta didik memerlukan komitmen dari segenap komponen bangsa secara intensif, integratif, dang sinergis. Cukup banyak dan beragam kreatifitas dan inovatif yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan tugas dan peran sebagai guru.
Guru SD kreatif dan inovatif dalam pembelajaran
Beberapa aspek yang mungkin diberdayakan adalah baik yang berkaitan dengan perencanaan maupun pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM). dalam perencanaan dan pelaksanaan PBM terdapat beberapa komponen yang terkait langsung, yaitu bahan ajar, metode dan pendekatan, sarana dan prasarana, keterampilan dasar mengajar, dan asesmen.
Bahan ajar dapat diberdayakan melalui penggunaan buku pelajaran, dan dalam analisis bahan ajar. Pemilihan
metode dan pendekatan pembelajaran sangat menentukan kualitas pembelajaran, khususnya dalam perencanaan pengalaman belajar. Selain itu pembuatan dan penggunaan sarana pembelajaran akan membantu menciptakan iklim yang kondusif untuk pembelajaran yang bermakna. Kecerdikan guru dalam pengelolaan kelas, serta penggunaan teknik dan keterampilan bertanya akan melengkapi efektivitas dan kualitas PBM.
Terakhir tak kalah pentingnya adalah pemberdayaan asesmen yang bervariasi, memberikan arah pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif
Menjadi guru yang kreatif, inovatif,menyenangkan dan berkarakter tidaklah sulit. Setiap upaya untuk mencobakan gagasan baru yang mendorong siswa agar belajar bermakna dan produktif sudah menunjukkan kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi bukanlah sesuatu yang muluk- muluk. Setiap orang memiliki kreativitas yang kadarnya berbeda dan dapat dikembangkan atau dilatihkan oleh dirinya sendiri atau dengan bantuan orang lain (peserta didik oleh guru), tetapi yang penting orang yang bersangkutan mau berusaha dan tidak menyerah pada keadaan. Jadilah guru yang kreatif, inovatif,menyenangkan,dan berkarkter Guru SD kreatif dan novatif dalam kegiatan sekolah
Selain melalui pembelajaran guru juga dapat menanamkan karakter kepada anak bangsa ini melalui kreativitas dan inovasi kegiatan sekolah baik ekstrakurikuler maupun non kurikuler.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
Kreativitas dan inovasi kegiatan sekolah yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain:
Kegiatan ekstrakurikuler meliputi, kegiatan kerohanian, kegiatan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN), kempramukaan
Kegiatan non kurikuler, kegiatan sekolah non kurikuler bertujuan untuk menciptakan iklim sekolah yang menyenangkan bagi warga sekolah dan menumbuhkan budi pekerti dan karakter kebangsaan. Menanamkan budi pekerti dengan cara menghayati hubungan spiritual terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan diwujudkan dengan sikap moral keseharian untuk menghormati sesama makhkuk hidup dan alam sekitar.
Guru dapat berkreasi dan berinovasi dalam menginternalisasi nilai-nilai spiritual dan moral ini melalui kegiatan dan pembiasaan di lingkungan sekolah.
Kegiatan dan pembiasaan yang dapat dilakukan guru, antara lain: 1). kegiatan Kerohanian, membiasakan sebelum dan sesudah pembelajaran guru dan peserta didik berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik secara bergiliran, menunaikan ibadah bersama, merayakan hari besar keagamaan, 2) kegiatan gerakan peduli lingkungan sekolah, membiasakan menjaga kebersihan dan keamanan sekolah, peduli sesama warga sesama dengan memberikan ucapan selamat pada warga sekolah meraih prestasi dan menjenguk warga sekolah yang mendapatkan musibah seperti sakit, kematian, musibah bencana, dan lainnya, 3) kegiatan sosial, membiasakan untuk
berlatih melakukan kegiatan sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Selain menginternalisasi nilai-nilai spiritual dan moral peran guru yang lain dalam menanamkan karakter adalah menanamkan nilai-nilai karakter kebangsaan dan cinta tanah air serta kebhinnekaan melalui kegiatan Gerakan Nasionalisme.
Kegiatan Gerakan Nasionalisme ini bertujuan untuk menanamkan dan menjaga semangat tindakan bersama sebagai satu bangsa dan satu tanah air, dan menjaga semangat kebangsaan serta kebhinnekaan dalam menjalin keutuhan bangsa. Guru dapat berkreasi dan berinovasi dalam menginternalisasi nilai- nilai karakter kebangsaan dan cinta tanah air serta kebhinnekaan ini melalui kegiatan dan pembiasaan di lingkungan sekolah. Kegiatan dan pembiasaan yang dapat dilakukan guru, antara lain: 1) Melaksanakan upacara bendera setiap hari senin, 2) Melasanakan upacara bendera setiap hari besar nasional terutama yang berkaitan dengan nilai juang dan kebangsaan, misalnya : hari pahlawan, hari pendididkan nasional, hari sumpah pemuda, hari kemerdekaan, hari kebangkitan nasional, dan hari kesaktian pancasila, 3) Membiasakan menyanyikan lagu-lagu daerah, dan lagu wajib nasional sebelum akhir pembelajaran.
Membiasakan merayakan hari besar nasional dan mengenalkan semangat yang melandasi peringatan hari besar tersebut melalui berbagai kegiatan baik yang bersifat edukatif maupun sosial.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
10 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dapat bersifat generalisasi temuan sesuai permasalahan yang dibahas berdasarkan kajian yuridis, empiris, serta teoritis, dapat pula berupa rekomendatif untuk langkah selanjutnya.
Saran
Rekomendasi yang dapat penulis sampaikan adalah: 1) Penanaman pendidikan karakter harus dilakukan sejak dini mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, 2) Guru sebagai pendidik untuk meningkatkan kepekaannya terhadap tingkah laku peserta didiknya sehingga dapat mencegah sedini mungkin tindakan-tindakan yang menyimpang dari budi pekerti luhur dan karakter bangsa yang berbudaya.
Guru harus memiliki kreativitas dan inovasi dalam menanamkan pendidikan karakter sehingga peserta didik dapat menerima dan mengiternalisasikan pendidikan karakter dan nilai-nilai budi pekerti luhur tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Herlinawati, Ely. (2011). Menjadi Pribadi Kreatif, Inovatif, dan Cendikia.Bandung: Acarya Media Utama.
http://gaya.tempo.co/read/news/2014/12/31/1746 32007/sepanjang-2014-kejahatan-terhadap- anak-meningkat, diunduh tanggal 9 Juli 2015.
Instruksi Presiden nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional.
Kemendiknas, (2011). Pendidikan Karakter di Pendidikan Dasar.
Jakarta: Direkturat Jenderal Pendidikan Dasar.
Maida, Kirania. (2012). Kitab Suci Guru, Motivasi Pembakar Semangat untuk Guru.Yogyakarta:Araska.
Mulyana, E. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter.Jakarta:PT Bumi Aksara.
Raharjo, (2010).”Pendidkan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional, Vol.16 No.3 Mei 2010.
Said, Mohd. (2011). Pendidikan Karakter di Sekolah. Surabaya: Jaring Pena.
Saroni, Mohamad. (2013). Best Practice Langkah Efektif Meningkatkan Kualitas Karakter Warga Sekolah.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Su’ud, Abu, dkk. (2011). Pendidikan Karakter di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia.
(2008). Kamus Bahasa
Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional.
Zape. (2011). 10 Kiat Menjadi Guru Kreatif (tips pendidikan, cara mengajar menyenangkan, metode pengajaran, fun and
creative learning)
http://lagu2anak.blogspot.com/2 011/06/10-kiat-menjadi-guru- kreatif-tips.html
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Dasar di Era MEA, 24-25 Mei 2017, Kuningan, Jawa Barat
Profil Singkat
PUJIONO, lahir di Sukoharjo pada tanggal 18 Januari 1973. penulis adalah Guru SD di SDN Tanggeran 02 Kec.
Tonjong Kab. Brebes.
Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan S1 Prodi Pendidikan Geografi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Pendidikan S2 ditempuh di UNNES Semarang pada program Manajemen Pendidikan dan lulus tahun 2009. Pada tahun 2016 telah menyelesaikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Terbuka UPBJJ Purwokerto, . Penghargaan yang pernah diraih antara lain: Pada tahun 2013 terpilih sebagai juara II Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Brebes, Tahun 2014 Juara juara I Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Brebes, dan juara III Guru Berprestasi tingkat Provinsi Jawa Tengah.