• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of STUDI EKSPERIMEN VARIASI JENIS SERAT DAN FRAKSI VOLUME KOMPOSIT BERMATRIKS UNSATURATED POLYMER RESIN (UPR) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS MATERIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of STUDI EKSPERIMEN VARIASI JENIS SERAT DAN FRAKSI VOLUME KOMPOSIT BERMATRIKS UNSATURATED POLYMER RESIN (UPR) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS MATERIAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI EKSPERIMEN VARIASI JENIS SERAT DAN FRAKSI VOLUME KOMPOSIT BERMATRIKS UNSATURATED POLYMER RESIN (UPR) TERHADAP SIFAT MEKANIK

DAN SIFAT FISIS MATERIAL

Novi Laura Indrayani1)

1)Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam “45” Bekasi Jl. Cut Mutia No.83, Margahayu, Bekasi Tim., Kota Bks, Jawa Barat 17113

E-mail: [email protected]

R. Hengki Rahmanto2), Paridawati3), Huda Maulana4), Dio Nanda Dayana5)

2, 3, 4, 5)

Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam “45” Bekasi Jl. Cut Mutia No.83, Margahayu, Bekasi Tim., Kota Bks, Jawa Barat 17113

Abstrak

Biokomposit merupakan jenis material yang berasal dari bahan dasar organik dan akan lebih mudah terurai saat menjadi limbah. Banyak produk saat ini bersumber dari komposit, dengan adanya biokomposit tentu saja akan mengurangi jumlah limbah. Pada penelitian ini akan dibuat material biokomposit dengan 2 variasi jenis serat bermatriks Unsaturated Polymer Resin (UPR) dan fraksi volume. Serat yang digunakan antara lain serat ijuk pohon aren dan serat pandan laut. Biokomposit dibuat menjadi empat jenis spesimen dengan perbedaan fraksi volume yakni 5%serat dengan 95%matriks; 10%serat dengan 90%matriks; 15%serat dengan 85%matriks; dan 20%serat dengan 80%matriks dengan metode hand lay – up. Hasil pembuatan biokomposit dilakukan pengujian sifat fisis berupa pengujian densitas, daya serap air dan swelling dan pengujian mekanik dengan uji tarik dan uji impact. Nilai sifat fisis terlihat hampir sama untuk masing-masing serat. Sedangkan untuk sifat mekanik biokomposit serat ijuk menunjukkan kekuatan impact tertinggi dibandingkan serat lainnya, diperoleh pada fraksi volume serat KSI3 yaitu sebesar 30,860 kJ/m2. Pada nilai kuat tarik biokomposit serat ijuk juga dapat menerima tegangan sampai menghasilkan nilai deformasinya sebesar 25,73 MPa.

Kata Kunci: Biokomposit serat, fraksi volume, metode hand lay – up, unsaturated polyester resin, uji sifat mekanik, uji sifat fisis.

Abstract

Biocomposite is a type of material derived from organic base materials and will more easily decompose when it becomes waste. Many products are currently sourced from composites, with the presence of biocomposites of course it will reduce the amount of waste. In this research, biocomposite materials will be made with 2 variations of Unsaturated Polymer Resin (UPR) fiber matrix types and volume fractions. The fibers used include palm fiber fibers and sea pandan fibers. The biocomposite was made into four types of specimens with different volume fractions, namely 5% fiber and 95% matrix; 10% fiber with 90% matrix; 15% fiber with 85% matrix; and 20%

fiber with 80% matrix by hand lay-up method. The results of the manufacture of biocomposites were tested for physical properties in the form of testing density, water absorption and thickness expansion and mechanical testing with tensile and impact tests. The value of physical properties looks almost the same for each fiber. As for the mechanical properties of the palm fiber biocomposite, it showed the highest impact strength compared to other fibers, obtained in the volume fraction of KSI3 fiber, which was 30.860 kJ/m2. On the tensile strength value of the palm fiber biocomposite can also accept stress to produce a deformation value of 25.73 MPa.

Keywords: Fiber biocomposite, volume fraction, hand lay-up method, unsaturated polyester resin, mechanical properties test, physical properties test.

PENDAHULUAN

Biokomposit adalah material yang terbuat dari bahan organik dan terdiri dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing – masing bahan berbeda satu sama lain baik itu sifat kimia maupun fisisnya. Saat ini pemanfaatan material komposit banyak ditemukan pada berbagai industri yaitu pembuatan bumper mobil, dashboard mobil, bodi pesawat atau particle board sebagai bahan pengganti logam. Selain karakteristik bahan yang kuat, ringan dan mudah dibentuk, biokomposit juga mudah didapatkan dan memiliki harga yang relatif murah dibandingkan dengan material polypropylene.

Sifat bahan biokomposit sangat dipengaruhi oleh sifat dan distribusi unsur penyusun, serta interaksi antara keduanya [1,2,3]. Parameter lain yang mempengaruhi sifat bahan komposit adalah bentuk, ukuran partikel atau serat, orientasi serat dan disribusi dari penguat dengan berbagai ciri – ciri dari matriks [4,5,6,7]. Sifat mekanik merupakan salah satu yang menetukan sifat dan karakteristik dari suatu material. Untuk aplikasi struktur, sifat mekanik ditentukan oleh

(2)

pemilihan campuran bahan [5,6,7,8,9]. Peran utama dalam biokomposit berpenguat serat adalah untuk memindahkan tegangan antara serat, memberikan ketahanan terhadap lingkungan yang merugikan dan menjaga permukaan serat dari efek mekanik dan kimia. Sementara kontribusi serat sebagian besar berpengaruh pada kekuatan tarik bahan komposit [5,6,7,9].

Secara umum serat terbagi menjadi dua jenis yaitu serat sintetis dan serat alami. Pada umumnya pembuatan komposit polimer adalah serat sintetis seperti fiberglass, sedangkan biokomposit mengunakan jenis serat alam. Sejalan dengan perkembangan zaman penggunaan teknologi dengan bahan komposit semakin mendapat perhatian, kemampuan komposit yang mudah dibentuk, mechanical properties yang baik, ringan dan ketahanan terhadap korosi mendorong para pelaku di dunia industri terus melakukan pengembangan, salah satunya adalah dengan memadukan komposit menggunakan serat alam (natural fiber) sebagai penguatnya sebagai alternatif pengganti serat sintetis. Penggunaan serat alam dinilai dapat menekan biaya produksi, meminimalisir limbah, serta lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan serat sintetis. Serat alami merupakan serat yang berasal dari tumbuh – tumbuhan yang terdapat di lingkungan sekitar dan dianggap lebih ramah lingkungan karena kemudahan dalam mekanisme pembuangannya setelah masa pakainya usai.

Banyak jenis serat yang bisa digunakan sebagai material komposit, saat ini banyak diteliti dan dikembangkan material komposit dengan berbagai serat alam sebagai pengganti material sintesis, saat ini penelitian pembuatan material biokomposit dengan menggunakan serat alam telah banyak dilakukan. Dalam hal ini peneliti bermaksud ingin membuat sebuah material biokomposit yang serupa akan tetapi dengan mengubah bahan serat alam dan fraksi volume yang berbeda-beda [5,6,7,8,11].

METODE

Penelitian ini terwakili oleh diagram alir penelitian yang terlihat pada Gambar 1 berikut ini:

(3)

Pada penelitian ini memiliki beberapa tahapanan dimulai dari proses ekstraksi pelepah pisang menjadi serat, dilanjutkan dengan perlakuan alkali serat menggunakan larutan NaOH 5%, perhitungan komposisi, penimbangan serat, pencetakan papan komposit menggunakan metode hand lay – up, pemotongan dan pembentukan papan komposit sesuai standar pengujian, dan proses pengujian yang meliputi pengujian sifat mekanik dan sifat fisis.

1. Proses Ekstraksi Serat; Sebelum digunakan sebagai penguat, serat harus melewati proses ekstraksi terlebih dahulu untuk memisahkan antara lapisan luar pelepah dengan seratnya yang berada dilapisan dalam. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan sikat kawat dengan cara disikat hingga lapisan luar pelepah terkikis dan menyisakan seratnya.

2. Perlakuan Alkali; Serat dipisahkan dari pelepah, serat yang dihasilkan dari proses ekstraksi kemudian diberikan perlakuan alkali dengan laruan NaOH 5% dengan lama perendaman 60 menit. Perlakuan alkali bertujuan untuk menghilangkan kandungan lignin dalam. Setelah direndam selama 60 menit serat kemudian dibilas menggunakan air bersih dan dikeringkan di bawah sinar matahari hingga tekstur mengering.

3. Perhitungan Komposisi; Perhitungan komposisi dilakukan berdasarkan volume total cetakan yang digunakan, yaitu 20 x 20 x 0,5 cm dengan variasi fraksi volume serat berbeda-beda untuk masing-masing jenis serat.

4. Penimbangan Serat; Setelah melakukan perhitungan komposisi dilanjutkan dengan proses penimbangan serat sesuai dengan komposisi yang telah dihitung sebelumnya. Proses penimbangan serat bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan jumlah takaran volume serat karna akan mempengaruhi mechanical properties papan komposit yang dihasilkan nanti.

5. Pencetakan Papan Biokomposit; Serat yang sudah ditimbang sesuai dengan takaran perhitungan kemudian diletakan dan disusun pada cetakan kaca. Setelah serat tersusun dilanjutkan dengan pemberian resin (matriks) sebagai bahan pengikat komposit menggunakan metode hand lay – up. Cetakan yang telah terisi resin dan penguat kemudian didiamkan selama 24 jam dengan kondisi temperatur ruang hingga mengering. Setelah didiamkan selama 24 jam cetakan kaca dapat dibuka dan papan komposit dapat dilepaskan dari cetakan.

6. Spesimen Penelitian

Spesimen Pengujian Sifat Fisis

Setelah selesai pengkondisian, lembaran lembaran papan komposit, dipotong menjadi bagian - bagian contoh uji seperti terlihat pada Gambar 2 Pengambilan Contoh uji dan pengujian mengacu pada Standard JIS A5908-2003.

Gambar 2. Spesimen Uji (a) Densitas (b) Daya Serap Air dan Swelling Keterangan:

1. Contoh uji kerapatan dan kadar air, berukuran 10cm x 10cm.

2. Contoh uji daya serap air dan swelling berukuran 5cm x 5cm.

3. Contoh uji keteguhan lentur (modulus of elasticity/MOE) dan keteguhan patah (modulus of rapture/MOR) berukuran 5cm x 20cm

4. Contoh uji keteguhan rekat internal (internal bond) berukuran 5cm x 5cm.

Spesimen pengujian Sifat Mekanik

Pada proses setelah mengunggu selama 24 jam kemudian melakukan pemisahan atau pelepasan papan komposit yang sudah kering dari cetakan kaca dan dilanjutkan memotong papan komposit sesuai masing-masing ukuran standar uji yang digunakan pada pengujian impact dan tarik material. Pembuatan model spesimen pengujian dilakukan berdasarkan ketentuan standar ukuran spesimen uji impact yang digunakan yaitu mengacu pada standar ukuran ISO 179-1. Dilanjutkan pada proses pemotongan bentuk specimen uji tarik untuk standar acuan sebagai ukuran pada uji tarik ini mengunakan standar ASTM D 638 – 1

HASILDANPEMBAHASAN A. Pengujian Sifat Fisis

Sifat fisis adalah sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada struktur material. Pada pengujian sifat fisis yang dilakukan meliputi pengujian densitas, uji daya serap air, dan swelling seesuai dengan mengacu pada standar JIS A5908 – 2003 berikut adalah data hasil dari proses ketiga pengujian tersebut.

(4)

Pengujian Densitas

Densitas atau kerapatan merupakan banyaknya massa persatuan volume. Semakin tinggi kerapatan suatu material maka semakin tinggi pula kekuatannya. Data hasil pengujian kerapatan papan komposit ditampilkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Nilai Pengujian Densitas Serat Biokomposit

Fraksi Volume

(%)

Volume (cm3)

Massa (g)

Densitas (g/cm3) Serat Ijuk Pohon

Aren

KSI 1 49 58,3 1,168

KSI 2 49,33 57.43 1,176

KSI 3 50,66 60,43 1,188

Serat Pandan Laut

KSP 1 52,95 59,375 1,121

KSP 2 60,55 68,125 1,125

KSP 3 68,5 77,175 1,126

Berdasarkan hasil pengujian densitas yang dilakukan, didapatkan nilai kerapatan dari kedua serat komposit memiliki nilai hampir sama. Secara umum hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi volume matriks yang digunakan maka semakin tinggi pula kerapatan papan komposit yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena semakin bertambahnya massa serat yang digunakan maka akan menambah massa total dari papan komposit yang dihasilkan pada volume yang sama.

Pengujian Daya Serap Air

Daya serap air merupakan kemampuan dari papan komposit dalam menyerap air selama dilakukan peremdaman 24 jam. Air yang masuk ke dalam papan partikel dapat dibedakan atas 2 macam yaitu air yang langsung masuk kedalam papan dan air yang masuk ke dalam partikel serat penyusun. Nilai hasil pengujian daya serap air dari papan komposit ditampilkan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai Pengujian Daya Serap Air Serat

Biokomposit

Massa (g) Fraksi Volume

(%) B1 B2 ΔB Penyerapan

(%) Serat Ijuk

Pohon Aren

KSI 1 14,8 14,975 0,175 1,18

KSI 2 13,575 13,7 0,125 0,92

KSI 3 15,875 16,1 0,225 1,41

Serat Pandan Laut

KSP 1 15,24 15,44 0,2 1,312

KSP 2 16,84 17,26 0,42 2,49

KSP 3 19,44 20,02 0,58 2,98

Berdasarkan hasil data yang didapat dari pengujian daya serap air pada Tabel 4.2 fraksi volume pada Serat Ijuk yang memiliki nilai tertinggi yaitu pada fraksi volume KSI3 sebesar 1,41 % karna pada komposisi ini memiliki kadar air yang cukup rendah dimana dalam ruang komposit ini sangat kering sehingga dapat menyerap air yang lebih banyak. Sedangkan pada Serat Pandan cendrung memiliki daya serap air yang lebih tinggi dari pada Serat Ijuk.

Serat Pandan menunjukkan terjadi kenaikan nilai daya serap air seiring bertambahnya komposisi serat yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh sifat dari pengisi pada komposit yaitu serat pandan laut yang mudah menyerap air. Semakin banyak serat yang digunakan dalam komposisi maka semakin banyak pula air yang mampu diserap oleh spesimen. Tinggi komposisi serat menyebabkan komposit didominasi oleh banyaknya serat pandan laut sehingga air yang terserap oleh papan komposit semakin banyak dan menambah massa akhir dari spesimen. Standar JIS A509 – 2003 menyebutkan semakin kecil persentase daya serap air pada komposit maka kualitas papan komposit yang dihasilkan memiliki ketahanan yang baik. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengujian daya serap air, maka papan komposit yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar JIS A509 – 2003 karena persentase serapan airnya berada dibawah nilai maksimal yang diizinkan, yaitu 6%.

Pengujian Swelling

Swelling merupakan sifat fisis yang akan menentukan apakah suatu papan partikel dapat digunakan untuk keperluan eksterior atau interior. Apabila swelling papan partikel tinggi berarti bahwa stabilitas dimensi produk tersebut tidak dapat digunakan untuk penggunaan eksterior atau jangka waktu yang lama, karena sifat mekanis yang dimilikinya akan segera menurun secara drastis dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Data hasil pengujian swelling ditampilkan dalam bentuk Tabel 3.

(5)

Tabel 3. Nilai Pengujian Swelling.

Serat Biokomposit

Tebal (mm) Fraksi Volume

(%)

T1

(mm)

T2

(mm)

ΔT (mm)

Pengembangan (%) Serat Ijuk

Pohon Aren

KSI 1 4.74 5.01 0.27 5.69

KSI 2 4.81 4.93 0.12 2.49

KSI 3 5.16 5.33 0.17 3.18

Serat Pandan Laut

KSP 1 5,2472 5,2757 0,028 0,533

KSP 2 6,3016 6,3528 0,06 0,812

KSP 3 7,171 7,25 0,079 1,10

Nilai yang didapat pada nilai swelling setelah perendaman 24 jam bahwa pada seluruh fraksi volume semuanya berada pada batas bawah nilai max yang ditentukan yaitu 12 % sesuai pada standar JIS A 5908-2003, sehingga pada swelling papan partikel ini sudah memenuhi standar karena berada di bawah 12 %.

B. Hasil Dan Pembahasan Sifat Mekanik Komposit Pengujian Impact

Pengujian impact dilakukan dengan mengacu pada standar ISO 179. Kondisi spesimen sebelum (a) dan sesudah (b) pengujian impact ditampilkan pada Gambar 3 dan data – data yang didapatkan dari hasil pengujian impact dirangkum pada Tabel 4. yang menunjukkan nilai energi serap dan ketangguhan impact rata – rata dari hasil pengujian pada dua variasi serat.

Serat Ijuk Pohon

Aren

Serat Pandan

Laut

(a) (b)

Gambar 4. Kondisi Sebelum (a) dan Setelah (b) Pengujian Impact

Gambar 4. menunjukan bentuk biokomposit setelah menerima beban kejut dengan nilai energi serap yang diterima oleh biokomposit serat berbeda-beda. Selain jenis serat, fraksi volume juga menjadi variabel pada penelitian ini dan biokomposit dengan serat ijuk cenderung lebih tangguh dalam menerima beban kejut. Fraksi volume serat sangat berpengaruh dalam menentukan karakteristik komposit. Semakin banyak volume serat semakin tinggi ketangguhan impact (Rachman, A. dkk, 2022). Tabel 4, terbukti dengan naiknya ketangguhan impact berbanding lurus dengan volume serat, semakin tinggi volume serat semakin tinggi ketangguhan impact yang dihasilkan oleh komposit. Perbandingan serat-matrik sangat menentukan karakteristik mekanis yang dihasilkan (Amin & Raharjo, 2012).

(6)

Tabel 4. Nilai Pengujian Impact Biokomposit Serat

Pengujian Tarik

Pengujian tarik material biokomposit dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM D638. Kondisi spesimen sebelum (a) dan sesudah (b) pengujian tarik ditampilkan pada Gambar 5.

Serat Ijuk Pohon

Aren

Serat Pandan

Laut

Gambar 5. Kondisi Spesimen Sebelum (A) Dan Sesudah (B) Pengujian Tarik

Terlihat pada Tabel 5 bahwa pada nilai Kekuatan tarik tertinggi didapatkan pada serat ijuk bagian fraksi volume 3 yaitu sebesar 25,73 MPa dibandingkan dengan serat pandan, dimana serat ijuk lebih elastis dan dapat menerima beban atau gaya dari luar sehingga deformasi terjadi lebih lama. Selain jenis serat peningkatan fraksi volume serat mempengaruhi nilai kuat tarik material biokomposit. Serat yang berfungsi sebagai penahan beban mampu berikanatan dengan matriks dengan baik dalam deformasi plastic biokomposit. Pada nilai regangan tarik (Tensile Strain) presentase perpanjangan kurang dari 1% kecuali KSI3 dimana nilainya lebih dari 1%. Namun ini masih dalam nilai wajar, dan biokomposit masih dalam kategori material yang elastis.

Tabel 5. Nilai Pengujian Tarik Biokomposit Serat berdasarkan Biokomposit

Serat

Energi Serap (Joule)

Ketangguhan Impact (kJ/m2)

KSI 1 0.431 10,465

KSI 2 0.522 14,802

KSI 3 1.481 30,860

KSP 1 0,074 1,814

KSP 2 0,148 3,460

KSP 3 0,221 5,094

Biokomposit Serat

Kekuatan Tarik (MPa)

Strain (%)

Modulus Elastisitas

(GPa)

KSI 1 18.37 0,870 2,148

KSI 2 19,90 0,836 2,426

KSI 3 25,73 1,623 1,575

KSP 1 11,533 0,696 2,01

KSP 2 14,608 0,766 2,317

KSP 3 17 0,951 2,07

(7)

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Nilai densitas, swelling dan daya serap air berdasarkan jenis serat matriks unsaturated polyester resin dan fraksi volume didapatkan bahwa biokomposit serat ijuk mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan biokomposit serat pandan laut, namun nilai tersebut tidak terlalu berbeda jauh. 2) Nilai kekuatan impact dan tarik didapatkan bahwa biokomposit serat ijuk lebih kuat saat menerima beban kejut namun juga baik saat menerima tegangan sampai menghasilkan nilai deformasinya pada KSI 3.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Hasil pengujian dengan metode hand lay-up hendaknya memperhatikan kondisi dari spesimen yang akan di uji, karena kondisi spesimen masih terdapat void yang dapat mempengaruhi hasil pengujian, selain itu juga memperhatikan cuaca pada saat proses pembuatan spesimen. 2) dalam proses melakukan perlakuan alkali dapat menjadi faktor penting yang harus diperhatikan selama proses treatment pada serat dan pada proses penimbangan komposisi bahan serta proses penekanan juga harus di perhatikan karena akan berpengruh pada hasil karakteristik material. 3) diharapkan pada penelitian selanjutnya melakukan pengembangan pada variasi serat, variasi fraksi volume dan varisi orientasi sudut serat.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., & Raharjo, S. (2012). Pengaruh Perlakuan Alkali Terhadap Kekuatan Tarik Bahan Komposit Serat Rambut Manusia.

Bhagwan, D., & Agarwal. (1980). Analysis and Performance of Fiber Composite. John Wiley & Sons.

Colling, Davida, & Thomasvasilos. (1995). Industrial Material: Polyme Ceramics and Composite. Prentice Hall, Vol. 2.

Gibson, R. (1994). Principles Of Composite Material Mechanics. Mc Graw Hill, Inc.

Jekson, M. (2018). Analisa Pengaruh Arah Serat Terhadap Sifat Mekanik Material Komposit Serat Eceng Gondok Bermatrik Resin Polyester Dengan Metode Vacuum Bag.

Lokantara, P. (2007). Analisis Arah Dan Arah Perlakuan Serat Pelepah Pisang Serta Rasio Epoxy Hardener Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Komposit Epoxy. Vol. 2.

Made , R. G., & Berata, W. (2012). Pengaruh Penambahan Persentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrida Lamina dengan Penguat Serat Anyaman terhadap Karakteristik Tarik dan Bending. Institut Teknologi Sepuluh November.

Mathew, F. L., & Rawlings, R. D. (1994). Composite Materials: Engineering and Science. Chapman&Hall.

Munif, J. (2016). Pengaruh Variasi NaOH Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Mesokarp Kelapa.

Nicolais, L. (1993). Science and Technology of Polymer Composite. (G. Akovali, Penyunt.) Didalam Güneri Akovali (editor). The Interfacial Interaction in Polimer Composite.

Putra, E. (2011). Kualitas Papan Partikel Papan Bawah, Batang Atas Dan Cabang Kayu Jabon (Anthocepalus Cadamba Mic). Skripsi Fakultas Kehutanan. IPB.

Sakthivel, M., & Ramesh, S. (2013). Mechanical Properties of Natural Fibre (Banana, Cor, Sisal) Polymer Composite. J Sci Park.

Setyadi, I., Yulianto, & Pranandita, N. (2022). Analisis Pengaruh Serat Daun Nanas Terhadap Sifat Mekanik Pada Matrik Polyester Dengan Jenis Daun Nanas Smooth Cayenne.

Stark, N. M., & Rowland, R. E. (2003). Effect of Wood Fiber Characteristics on Mechanical Properties of Wood/Polypropylene Composites. Wood and Fiber Science.

Taufik, C. M., & Astuti. (2014). Sintetis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Serta Struktur Mikro Komposit Resin Yang Diperkuat Serat Daun Pandan Alas (Pandanus Dubius). Jurnal Fisisa Unand.

Tumpal Ojahan, R., & Hansen, A. (2015). Analisis Fraksi Volume Serat Pelepah Batang Pisang Bermatriks Unsaturated Resin Polyester (UPR) Terhadap Kekuatan Tarik dan SEM. Jurnal Mechanical, Vol. 6.

Witono, K., Irawan, Y. S., Soenoko, R., & Suryanto, H. (2013). Pengaruh Perlakuan Alkali (NaOH) Terhadap Morfologi dan Kekuatan Tarik Serat Mendong. Jurnal Rekayasa Mesin, Vol. 4.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Assets dan

To sum up, the dream of quality teacher education at all levels can become a reality only when the quality of inputs and training techniques including Information Communication