• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Gen Inflamasi dan Stres Oksidatif pada Biopsi Kulit dan Hubungannya dengan Pityriasis Alba

N/A
N/A
Ubay Susanto

Academic year: 2024

Membagikan " Ekspresi Gen Inflamasi dan Stres Oksidatif pada Biopsi Kulit dan Hubungannya dengan Pityriasis Alba"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Martinez-Fierro ML, Cabral-Pacheco GA, Garza-Veloz I, Campuzano-García AE, Díaz-Alonso AP, Flores-Morales V, et al. Expression Levels of Inflammatory and Oxidative Stress-Related Genes in Skin Biopsies and Their Association with Pityriasis Alba. Medicina. 2020; 56(7):359. https://doi.org/10.3390/medicina56070359

Hipopigmentasi pada Pityriasis Alba

Hipopigmentasi terjadi akibat penurunan pigmen melanin pada area lesi.

Gambaran mikroskopis pityriasis alba menyerupai dermatitis non-spesifik ringan, kronik dengan penurunan produksi melanin. Gambaran histopatologi menunjukan hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, spongiosis, dan infiltrat perivaskular. Pada biopsi kulit terdapat penurunan melanin pada lapisan basal, penurunan jumlah melanosit aktif, dan terdapat penurunan jumlah dan ukuran melanosom.

Peran Radiasi Ultraviolet

Kerusakan pada lapisan epidermis akibat radiasi ultraviolet (UV) diduga menjadi faktor awal timbulnya pityriasis alba. Pajanan sinar UV mencetuskan respon inflamasi akut dan peningkatan stres oksidatif sehingga keratinosit akan memproduksi sitokin pro-inflamasi dan mediator inflamasi lain yang berdampak pada perubahan pigmentasi kulit. Selain itu, diduga terjadi hipersensitivitas tipe IV yang menyebabkan hipopigmentasi post-inflamasi pada pityriasis alba.

(2)

Scabies

Berikut prosedur apusan dan kerokan kulit untuk mendiagnosis scabies:

Teteskan 1 tetes silicone oil atau KOH 10% pada lesi kunikulus Kerok lesi dengan sisi tajam pisau bedah steril kemudian

gerakkan pisau secara longitudinal dan lateral

Pindahkan sampel ke slide preparat dan tutup dengan coverslip Fiksasi sisi-sisi coverslip menggunakan kuteks transparan

Simpan slide pada suhu 10–14°C di kulkas

(3)

Pemeriksaan kulit untuk scabies

1. Carilah ujung terowongan yg masih aktif (meninggi, dg papul yg belum terekskoriasi). Diagnosis scabies dibuat dg 4-6 sampel dr lokasi yg berbeda.

2. Teteskan mineral oil atau minyak emersi ke atas terowongan yg akan diambil sbg sampel

3. Gunakan scalpel atau jarum spuit/lancet utk mengerok kulit. Pegang scalpel membentuk sudut 90o

terhadap permukaan kulit (atau 5-10o untuk jarum spuit/lancet).

4. Keroklah kulit dg perlahan. Mungkin akan terjadi perdarahan minimal, namun hal tsb tidak akan mengganggu hasil pemeriksaan

5. Sampel diletakkan pada kaca objek dan ditetesi KOH 10-20% sebanyak 1-2 tetes.

6. Sediaan ditutup dengan kaca penutup dan dibiarkan selama beberapa saat agar keratin lisis. Bila KOH berlebihan serap kelebihan larutan KOH dengan tissue atau kertas penyaring.

7. Diamkan beberapa saat. Untuk mempercepat proses pelisisan, sediaan dapat pula dilewatkan di atas api Bunsen sebanyak 2-3 kali, jangan sampai mendidih atau

kering

8. Lakukan hal serupa sampai terkumpul 4-6 sampel pemeriksaan dari area yg berbeda

9. Sediaan diperiksa dengan pembesaran 100 kali, kemudian diperbesar 400 kali untuk diagnosis penyakit

10. Gambarlah hasil pemeriksaan

(4)

Sarcoptes scabiei

- Bentuk tubuh relatif bundar, dengan striae-striae yang berjalan transversal - Memiliki 2 bagian tubuh :

(1) bagian anterior gnathosoma memiliki struktur alat makan antara lain palp dan chelicerae,

(2) bagian posterior idiosoma terdiri

dari kaki dan perpanjangan dari setae sensoris

- Betina : panjang 0.33-0.6 mm dan lebar 0.25-0.4 mm - Jantan : panjang 0.2-0.24 mm dan lebar 0.15-0.2 mm - Memiliki 4 pasang kaki yang pendek

- Dua pasang kaki di bagian posterior tidak melewati batas tubuh dan berakhir menjadi setae yang panjang (pada betina kedua kaki di bagian posterior

berakhir menjadi setae sedangkan pada jantan hanya kaki ke 4 yang memanjang menjadi setae)

- Bagian mulut berbentuk membulat - Spina-spina berbentuk triangular

(5)

Ulkus diabetikum

Anamnesis pada pasien ulkus diabetikum dilakukan dengan menanyakan kontrol glikemik, gejala neuropati perifer, gejala insufisiensi arteri perifer, gejala sistemik, riwayat lesi, riwayat diabetes pasien

Pemeriksaan fisik pada ulkus diabetikum sebaiknya menilai kondisi ulkus yang ada, tanda neuropati perifer, tanda penyakit arteri perifer dan

deformitas kaki.

(6)

Ultrasonografi Doppler

Pemeriksaan untuk penyakit vaskular perifer dapat dilakukan dengan alat doppler yang membandingkan rasio tekanan darah sistolik tumit dan lengan. Tingkat keparahan penyakit arteri perifer dapat diinterpretasi sebagai berikut:

0,91–1,30: Normal

0,70–0,90: Obstruksi ringan 0,40–0,69: Obstruksi sedang

<0,40: Obstruksi berat

>1,3 : Poorly compressible vessel

Referensi : Dinh T, Tecilazich F, Kafanas A, et al. Mechanisms involved in the development and healing of diabetic foot ulceration. Diabetes. 2012;61(11):2937-2947.

(7)

Klasifikasi Luka Ulkus Diabetikum

Langkah awal penatalaksanaan ulkus diabetikum adalah mengklasifikasikan luka tersebut. Klasifikasi yang umum digunakan adalah klasifikasi Wagner, yang dapat membantu menentukan intensitas dan durasi terapi.

Lesi Grade 0

Pada pasien kategori lesi grade 0, memerlukan konseling atau edukasi mengenai perawatan kaki yang baik, terutama pada pasien dengan neuropati.

Lesi Grade 1 dan 2

Lesi grade 1 dan 2 memerlukan tata laksana debridement yang ekstensif, perawatan luka yang baik, mengurangi tekan/beban di ulkus, dan kontrol infeksi.

Lesi Grade 3

Terapi untuk lesi grade 3 mencakup debridement, kontrol infeksi, perawatan luka, dan mengurangi tekanan atau beban ulkus. Pasien di kategori ini berisiko untuk amputasi, sehingga konsultasi berbagai ilmu seperti penyakit dalam dan bedah sangat

diperlukan.

Lesi Grade 4 dan 5

Lesi Grade 4 dan 5 merupakan lesi yang rumit, sehingga seringkali memerlukan perawatan inap di rumah sakit, konsultasi operasi dan terkadang amputasi.

(8)
(9)

Ulkus piogenik

Ulkus piogenik adalah kulit yang menimbulkan ulkus tidak khas dan disebabkan oleh streptokokus atau stafilokoku Anamnesis : gatal di bekas luka

Pemfis : Ulkus, soliter, bau (-), nyeri (-), indurasi (-), warna daerah sekitar lesi tampak hipopigmentasi

Pemeriksaan penunjang : Hasil pemeriksaan gram dengan pembesaran 100x : Warna ungu, terdapat susunan streptococcus

Kesan : Gram positif streptococcus Tatalaksana

Obat oral:

 Ampisilin, diminum dosis 4x500mg, diberikan sejam sebelum makan

 Amoksilin diminum 3/4x500mg sesudah makan

 Eritromisin diminum 3/4x500mg sesudah makan. Obat ini kadang menimbulkan rasa mual dan rasa tidak nyaman dilambung

 Sefalosporin, o Sefalosporin, obat golong bat golongan ini terdiri terdiri dari 4 generasi dan generasi dan efektif efektif untuk kuman gram positif. Dosis obat bergantung dari generasi I yang

dosisnya hingga 4x450mg.

Obat topikal:

Obat antibiotik topikal yang sering digunakan pada pioederma

adalah basitrasin, neomisin, mupirosin dll. Lamanya penggunaan obat bergantung pada jenis piodermanya. bergantung pada jenis piodermanya. Rata-rata berki Rata-rata berkisar 7-10 hari

(10)

Stratum korneum adalah lapisan epidermis teratas, mengandung keratin (keratinosit) dan terhubung dengan desmosom.

barier (sawar/pertahanan) yang efektif terhadap cahaya, panas, bakteri, jamur dan zat kimia.

Stratum lusidum adalah lapisan epidermis berupa garis translusens dan transparan diantara stratum korneum dan stratum granulosum.

Stratum lusidum adalah lapisan epidermis yang biasa terdapat pada kulit tebal seperti telapak kaki dan telapak tangan dan tidak tampak pada kulit tipis.

Stratum granulosum adalah lapisan epidermis tersusun dari 3-5 lapis sel poligonal gepeng diantara stratum lusidum dan stratum spinosum.

Stratum granulosum adalah lapisan epidermis yang hanya mengandung sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan kering.

Stratum granulosum tersusun dari 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang memiliki inti sel di tengah dan sitoplasmanya terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.

(11)

Stratum spinosum adalah lapisan epidermis berupa berkas-berkas filament (tonofibril) diantara stratum granulosum dan stratum basal.

• mempertahankan kohesi sel

• melindungi terhadap efek abrasi dari epidermis

• menahan gesekan dari luar

Stratum basal adalah lapisan dasar epidermis dan terdiri dari sel basal (sel batang) &

sel merkel.

• terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.

• memperbaharui epidermis setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain.

• sel basal akan membelah dan mendorongnya ke permukaan untuk menjadi lapisan berikutnya, yaitu stratum spinosum.

Referensi

Dokumen terkait