Demikianlah penutup buku Epistemologi Hukum Pidana Islam: Landasan Fiqih Jina>yah, semoga buku ini bermanfaat dan menjadi karya yang baik. Perbuatan pidana disebut juga jina>jah yang berarti kejahatan atau kejahatan.6 Menurut Ibnu Nujaim sebagaimana dikutip.
Objek Hukum Pidana Islam
Dalam konteks Indonesia, hukum pidana adalah hukum yang berkaitan dengan pelanggaran yang diancam dengan pidana dan sanksi atau seperangkat aturan yang mengatur tentang tindak pidana dan hukumannya. Penetapan tindak pidana dan pidana dengan demikian bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan kehidupan bermasyarakat.
Sejarah Hukum Pidana Islam
Unsur moral (), yaitu pencipta mukallaf, yaitu orang yang dapat mempertanggungjawabkan tindak pidana yang dilakukannya. Unsur-unsur umum ini merupakan unsur yang sama dan berlaku pada setiap tindak pidana.
Pembagian Jari>mah
Kedua, dalam hal seseorang tertangkap basah, maka orang tersebut tertangkap basah melakukan tindak pidana. Dari segi watak (watak atau watak), jari>mah dibedakan menjadi dua, yaitu jari>jari politik ( ) dan jari>jari biasa.
Al-Sunnah
Sunnah Mutawa>tir (al-Sunnah al-Mutawa>tirah)40 adalah qat}‘i>y al-wuru>d Rasulullah. Dikatakan al-Sunnah qat}‘i>y al-dala>lah jika Sunnah tidak membolehkan hukuman.
Ijma>‘
Definisi di atas sangat jelas menggambarkan bahwa ijma>' baru terjadi setelah wafatnya Nabi. Ijma>' sebagai sumber hukum secara implisit dianjurkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Qiya>s
Fuqaha>' berbeda pendapat mengenai penerapan qiya>s pada urusan h}udu>d dan kaffa>ra>t. Berbeda dengan qiyas yang pada dasarnya bersifat logika dengan menggunakan alasan hukum yang asli. Meskipun qiya>s adalah penafsirnya, namun secara umum ia mengatur bahwa qiya>s adalah sumber hukum pidana Islam.
Menyimpang dari kaidah di atas, maka asas hukum pidana Islam adalah asas legalitas. tidak ada tindak pidana dan hukuman tanpa adanya bagian dalam syariat Islam).
Asas Praduga Tak Bersalah
Jika seseorang mencuri sesuatu yang dimilikinya secara bersama-sama dengan orang lain, maka pidana tambahan atas pencurian itu menjadi tidak sah, karena dalam hal ini harta itu tidak secara khusus dimiliki oleh orang lain, melainkan menyangkut praduga kepemilikan juga pada pelaku perbuatan tersebut. . . Namun atas pembatalan hukuman tambahan ini, hakim tetap mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan hukuman ta'zi>r kepada terdakwa jika diperlukan. Para ulama sepakat mengenai penerapan asas di atas pada tindak pidana h}udu>d, namun mereka berbeda pendapat mengenai penerapannya pada tindak pidana ta'zi>r.
Menurut mereka, ketentuan ini diambil dengan tujuan untuk menjamin keadilan dan melindungi kepentingan terdakwa, baik itu tindak pidana h}add, qis}a>s}, atau ta'zi>r.
Asas Tidak Berlaku Surut
Pertama sekali, undang-undang jenayah Islam boleh digunakan untuk jenayah yang sangat berbahaya yang berkaitan dengan keselamatan dan ketenteraman awam (.).27 Ini berdasarkan tindakan Rasulullah yang kemudiannya menghukum sesuatu kaum dengan nas}s }. Kedua, undang-undang jenayah Islam mesti diguna pakai secara retroaktif apabila undang-undang jenayah itu nanti memberi manfaat kepada pelaku penipuan. Sekiranya dokumen baru dikeluarkan sebelum keputusan mengenai jenayah dibuat, manakala dokumen itu lebih menguntungkan suspek, dia mesti diadili berdasarkan dokumen baru, walaupun jenayah yang dilakukannya berlaku pada masa itu. adalah sah. lama nas}s};.
Sekiranya undang-undang baru dikeluarkan selepas keputusan dibuat, sedangkan undang-undang tidak lagi melihat kepada undang-undang dan tidak menjatuhkan hukuman terhadap sesuatu perbuatan yang telah berlaku, maka keputusan yang dibuat berdasarkan undang-undang lama tidak boleh dilaksanakan.
Pendapat Fuqaha>’ tentang Percobaan
Demikian pula bila ia memasuki rumah orang lain dengan maksud mencuri tanpa melubangi tembok atau memanjat atap, maka ia dianggap telah melakukan perbuatan pencurian, padahal perbuatan mencuri itu belum selesai. . Perkembangan hukum pidana Islam terhadap percobaan pelecehan seksual lebih komprehensif dibandingkan dengan hukum pidana positif. Menurut hukum pidana Islam, setiap tindakan yang belum selesai yang melibatkan maksiat harus dihukum dan tidak ada pengecualian.
Misalnya, KUHP Mesir menghukum upaya melakukan jari>mah jina>yah dan hanya sebagian jari>mah janhah, sedangkan upaya melakukan jari>mah mukha>lafah tidak dapat dihukum (Pasal 46 dan 46). 47).
Fase Pelaksanaan Percobaan Melakukan
Sebelumnya niat dan pemikiran mengenai perbuatan prst>mah dapat dipidana apabila dapat dibuktikan. Padahal upaya jari tersebut tidak dihukum dengan qis}a>s} dan/atau h}add, melainkan dihukum dengan ta'zi>r. Menurut aliran objektif (objective leer), permulaan dilakukannya suatu kejahatan ditentukan pada saat pelaku melakukan perbuatan materil yang berupa jari.
Melakukan tindakan lain yang tidak termasuk dalam rangka pembentukan jari tidak dianggap sebagai permulaan pelaksanaan.
Hukuman Percobaan Melakukan Jari>mah
Apabila tindak pidana tersebut tidak diselesaikan secara yudi>mah hira>bah dan pelakunya bertaubat, maka para fuqaha>' sepakat bahwa pelakunya tidak boleh dihukum. Fuqaha>' berbeda pendapat tentang pengaruh taubat dan penyesalan pada jari>mah selain hi}ira>bah. Selain itu, di beberapa pasal lain terdapat pernyataan bahwa taubat dapat menghilangkan hukuman.
Menurut mereka, tidak ada persamaan antara jari> mah h} ira> bah dengan jari> mah lainnya yang memungkinkan keduanya bisa disamakan.
Bentuk Turut Serta Melakukan jarimah
Dalam pasal 56 terdapat bentuk tindak pidana yang diancam sebagai pelengkap dilakukannya suatu tindak pidana, yaitu bantuan pada saat dilakukannya tindak pidana dan pemberian kesempatan, upaya, dan keterangan untuk melakukan tindak pidana tersebut. Pelaku melakukan jari>mah bersama orang lain (ikut serta dalam pelaksanaan jari>mah). Orang yang ikut serta secara langsung dalam pelaksanaan jari>mah disebut syari>k muba>shir, dan perbuatannya disebut ishtira>k muba>shir.
Orang yang tidak ikut serta secara langsung dalam pelaksanaan jari disebut syari>k mutasabbib, dan per-.
Turut Serta Melakukan Jarimah secara
Artinya apabila pekerjaan pada jari tersebut telah selesai dan jari tersebut berbentuk h}add, maka pelakunya dikenai hukuman h}add. Menurut hukum pidana Islam, jumlah pelanggar pada dasarnya tidak berpengaruh terhadap besarnya hukuman yang dijatuhkan kepada individu pelanggar. Penjahat mana pun yang berada dalam jangkauan jarinya tidak dapat mempengaruhi hukuman bagi teman yang melakukan kejahatan.
Namun setiap aktor dalam masyarakat dapat terpengaruh oleh keadaannya masing-masing, namun tetap tidak dapat mempengaruhi orang lain.
Turut Serta Melakukan Jari>mah secara
Menurut hukum pidana Islam, pada dasarnya pidana yang ditentukan berdasarkan radius>mah h}udu>d dan qis}a>s} hanya dijatuhkan kepada pelanggar langsung, bukan pelanggar tidak langsung. Dengan demikian orang yang ikut serta secara tidak langsung dalam perbuatan jari>mah tersebut dipidana dengan ta'zi>r.17. Menurut Ma>lik, pelaku tidak langsung dapat dianggap sebagai pelaku langsung apabila orang tersebut menyaksikan munculnya jari>mah.
Perbezaan hukuman antara pelaku langsung dan tidak langsung hanya berlaku pada jari>mah h}udu>d dan qis}a>s} dan tidak berlaku untuk jari>mah ta'zi>r.
Pertalian antara Perbuatan Langsung dengan
Inilah yang berlaku apabila kuasa itu sekuat orang yang memaksa orang lain untuk membunuh. Dalam kes ini, orang yang memaksa adalah orang yang secara langsung mendorong pelaku untuk melakukan pembunuhan itu. Abu> H{ani>fah dan al-Sha>fi‘i> menganggap orang yang menangkap adalah orang yang menolong (pelaku tidak langsung) tetapi bukan pelaku langsung.
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qis}a>s} terhadap orang-orang yang terbunuh;
Dasar Hukuman
Hukuman adalah tindakan pembalasan yang dimaksudkan untuk menjaga kepentingan masyarakat akibat pelanggaran ketentuan syariah.6. Barangsiapa menyimpang dari jalan Allah, akan disiksa berat karena melupakan Hari Pembalasan.9. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah orang-orang yang benar-benar pembela keadilan, menjadi saksi bagi Allah, baik terhadap diri sendiri, orang tua, atau orang tua sanak saudara.
Hakim di surga adalah hakim yang mengetahui kebenaran dan kemudian mengambil keputusan berdasarkan kebenaran tersebut.
Tujuan Hukuman
Berkaitan dengan hal tersebut, pentingnya pemidanaan bagi pelaku peradilan adalah upaya untuk menyelamatkan masyarakat dari perbuatannya. Pertama, diharapkan dapat mencegah penulis mengulangi karya yang sama di kemudian hari. Hukuman terhadap pelaku pada hakikatnya adalah upaya untuk mendidik mereka agar menjadi orang baik dan juga masyarakatnya.
Ia diajari bahwa perbuatan yang dilakukannya telah melanggar hak orang lain, baik materiil maupun moral.
Syarat-syarat Hukuman
Barangsiapa melakukan jari>mah h}udu>d, seperti zina, mencuri, dan sebagainya, maka akan diancam dengan hukuman sesuai dengan jari>mah yang dilakukannya. Kesetaraan yang disyaratkan oleh hukuman ta'zi>r adalah kesetaraan dalam aspek dampak hukuman terhadap pelakunya, yaitu pencegahan, pelatihan dan koreksi.19 Universalitas hukum ini telah dipraktikkan oleh teman-teman yang dibawa. Demikianlah 'Ali> saat itu menguji Abu> Surayh} sebagai hakim, yang kebetulan adalah 'Ali> yang sedang menangani kasus terhadap seorang Yahudi.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, Khalifah Ha>ru>n al-Rasyi>d menguji Abu> Yu>suf sebagai qa>d}i> kerana perselisihan faham antara Khalifah dan Majusi.
Macam-macam Hukuman
Hukuman h}udu>d, yaitu hukuman yang ditentukan atau ray>mah-jari>mah h}udu>d. Hukuman qis}a>s} dan diyah, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk ray>mah-jari>mah qis}a>s} dan diyah. Hukuman kaffa>rah, yaitu hukuman yang ditentukan untuk beberapa jari>mah qis}a>s} dan diyah serta beberapa jari>mah ta'zi>r.
Hukuman Ta'zi>r, yaitu hukuman yang ditentukan untuk radius>mah-jari>mah ta'zi>r.
Gabungan Hukuman
Menurut teori ini, pelaku menerima seluruh hukuman yang ditentukan untuk setiap kejahatan yang dilakukannya. Kelemahan teori ini adalah tidak adanya keseimbangan antara hukuman yang dijatuhkan dengan jumlah perbuatan yang dilakukan, sehingga menimbulkan kesan hukuman yang diberikan sangat ringan. Fuqaha>' yang sependapat mempunyai pendapat berbeda mengenai ruang lingkup jenis jari>mah.
Menurut Ahmad bin Hanbal, jika terjadi dua jari>mah h}u>d yang salah satunya diancam hukuman mati, maka yang dijatuhkan hanya hukuman mati, sedangkan hukuman lainnya hangus.
Pelaksanaan Hukuman
Selain penguasa negara atau orang yang ditunjuk, orang lain tidak boleh melaksanakan hukuman ta'zi>r, meskipun hukumannya menghilangkan nyawa. Para ahli sepakat bahwa ancaman dianggap sebagai paksaan jika ditujukan kepada orang yang dipaksa. Jika ancaman ditujukan kepada orang lain selain orang yang dipaksa, para ilmuwan mempunyai pendapat berbeda.
Menurut H{anafi>yah, ancaman tidak dianggap sebagai paksaan jika ditujukan kepada orang lain selain orang yang dipaksa.
Mabuk
Pakar undang-undang berbeza pendapat tentang sejauh mana tanggungjawab untuk pembunuhan dan pendakwaan. Secara etimologi dalam bahasa Arab, tanggungjawab jenayah ialah al-mas'u>li>yah al-jina>'i>yah. Menurut beberapa peguam, hukum pembelaan awam adalah 'ayn wajib yang dikenakan ke atas setiap orang Islam.
Para Fuqaha juga sepakat bahwa seorang laki-laki tidak boleh memukuli istrinya karena takut istrinya akan meninggalkannya, tetapi hanya setelah penganiayaan itu terjadi. Jika pemukulan seorang pria terhadap istrinya mengakibatkan cedera atau cacat fisik, para ahli hukum berbeda pendapat. Para Fuqaha sepakat bahwa akibat yang merugikan pasien tidak dapat dibebankan kepada dokter yang merawat.