niat atau pribadi pembuat untuk mengetahui maksud yang dituju oleh perbuatannya itu. Dengan perkataan lain, aliran tersebut lebih menekankan kepada subjek atau niatan pembuat.14
Jika dianalisis, hukum pidana Islam dapat mengakomodasi dua aliran di atas. Perbuatan yang bisa dihukum menurut aliran subjektif bisa dihukum menurut hukum pidana Islam. Hanya saja hukum pidana Islam memberikan syarat bahwa perbuatan yang dilakukan bisa dikualifikasi sebagai perbuatan maksiat; tidak seperti aliran subjektif yang mengarahkan perbuatan yang mulai dikerjakan harus bisa mendatangkan kepada unsur materiilnya jari>mah.
Sebagai contoh, orang yang memasuki rumah dengan tujuan berzina dengan seorang perempuan yang ada di dalamnya dan niat melakukan itu tidak terjadi karena ada di dalam rumah tersebut ada orang lain. Menurut aliran objektif, perbuatan itu tidak dikenai hukuman karena tidak ada yang dirugikan. Menu- rut aliran subjektif, perbuatan tersebut dapat dihukum karena telah menunjukkan kuatnya tujuan untuk berzina. Menurut hukum pidana Islam, perbuatan di atas dapat dihukum karena terkategori maksiat.
Hadis tersebut meskipun hanya menyebutkan kata h}addan ( ) tidak hanya terfokus pada hukum pidana h}udu>d. Kata h}addan dalam hadis di atas mengkafer hukum pidana qis}a>s} dan h}udu>d, karena menunjuk pada hukuman yang ditentukan
Percobaan melakukan zina tidak boleh dihukum dengan h}add zina, yaitu seratus kali jilid atau rajam. Percobaan pencu- rian tidak boleh dihukum dengan h}add pencurian, yaitu potong tangan.16 Demikian juga, percobaan melakukan pembunuhan, tidak boleh dihukum dengan hukuman mati. Oleh karena itu, hukuman untuk jari>mah percobaan adalah hukuman ta‘zi>r.
Dalam hukum pidana Indonesia, hukuman untuk percobaan tercantum dalam pasal 53 ayat (2) KUHP:
1) Maksimum pidana pokok yang diancam atas kejahatan atau dikurangi sepertiganya.
2) Jika kejahatan itu dapat dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup maka dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.
Apabila tidak selesainya kejahatan itu adalah jari>mah h}ira>bah dan pelakunya bertobat, fuqaha>’ sepakat bahwa pelaku tidak dike- nai sanksi hukuman. Hal ini didasarkan pada firman Allah ketika membicarakan jari>mah hira>bah yang pada akhir ayat tersebut Allah berfirman:
Kecuali orang-orang yang tobat (di antara mereka) sebelum kalian dapat menguasai (menangkap) mereka, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.`17
Fuqaha>’ berbeda pendapat tentang pengaruh tobat dan pe- nyesalan pada jari>mah selain h}ira>bah. Dalam hal ini, ‘Awdah18
16 ‘Awdah, al-Tashri‘, juz 1, 351.
17 al-Qur’a>n, 5 [al-Ma>’idah]: 34.
18 ‘Awdah, al-Tashri>‘, juz 1, 353-355. Hanafi, Asas, 128-132. Munajat, Hukum, 54-59.
mengungkap tiga pendapat:
1. Beberapa fuqaha>’ dari mazhab Sha>fi‘i> dan H{anbali> ber- pendapat bahwa tobat dapat menghapuskan hukuman.
Menurut mereka, al-Qur’a>n menyatakan bahwa hapusnya hukuman h}ira>bah karena tobat, sedang h}ira>bah adalah jari>mah yang paling berbahaya. Jika tobat dapat meng- hapuskan jari>mah yang paling berbahaya, maka jari>mah lainnya tentu hukumannya dihapuskan. Selain itu, beberapa jari>mah yang lain terdapat pernyataan bahwa tobat dapat menghapuskan hukuman. Misalnya, tobat dapat menghapus hukuman dalam kasus zina dan pencurian. Allah berfirman:
Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kalian, maka berilah hukuman ke- pada keduanya, kemudian jika keduanya bertobat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka.
Sesung gunya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.19
Maka barang siapa bertobat (di antara para pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.20
19 al-Qur’a>n, 4 [al-Nisa>’]; 16>
20 Ibid., 5 [al-Ma>’idah]: 39.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Ma>jah Rasulullah bersabda:
Orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa.
2. Abu> H{ani>fah, Ma>lik, dan beberapa fuqaha>’ di kalangan mazhab Sha>fi‘i> dan Ah}mad berpendapat bahwa tobat tidak menghapuskan hukuman kecuali untuk jari>mah h}ira>bah. Pada dasarnya tobat tidak dapat menghapuskan hukuman, karena kedudukan hukuman adalah penebus kesalahan. Perintah untuk menjatuhkan hukuman pada orang yang berzina dan mencuri bersifat umum, baik yang bertobat maupun yang tidak. Rasulullah pernah menyuruh melaksanakan hukuman rajam kepada Ma‘iz dan wanita dari kampung Ghamidiyah serta hukuman potong tangan atas orang yang mengaku telah mencuri. Menurut mereka, antara jari>mah h}ira>bah dan jari>mah yang lain tidak ada kemiripan yang memungkinkan keduanya dapat dipersamakan.
3. Ibn Taymi>yah dan Ibn al-Qayyim berpendapat bahwa hu- kuman dapat membersihkan maksiat dan tobat bisa meng- hapuskan hukuman jari>mah yang berhubungan dengan hak Allah kecuali apabila pelaku menginginkan penyucian diri dengan hukuman. Dengan demikian, dia bisa dijatuhi huku- man meskipun bertobat.
A. Pengertian Turut Serta Melakukan
A. Pengertian Turut Serta Melakukan Jari>mahJari>mah
Secara etimologis, turut serta dalam bahasa Arab adalah al-isytira>k. Dalam hukum pidana Islam, istilah ini disebut al-isytira>k fi> al-jari>mah (delik penyertaan)1 atau isytira>k al-jari>mah.
Jika dikaitkan dengan pidana seperti pencurian dan perzinaan, ung- kapan ini disebut delik penyertaan pencurian atau perzinaan.
Secara terminologis turut serta berbuat jari>mah ialah melakukan tindak pidana (jari>mah) secara bersama-sama baik melalui kesepakatan atau kebetulan, meghasut, menyuruh orang, memberi bantuan atau keluasan dengan berbagai bentuk.2 Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh al-Da>r Qut}ni>, Rasulullah bersabda:
TURUT SERTA MELAKUKAN JARI<MAH
1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:
Pustaka CV Progresif, 1996), 766. Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Ali Maksum, 1996), 1131,
2 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam: Fiqih Jinayah (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2000), 55.
Jika ada seseorang yang menahan orang dan ada orang lain yang membunuhnya, maka orang yang membunuh hendaknya dibunuh dan orang yang manahan hendaknya dikurung.3