• Tidak ada hasil yang ditemukan

[email protected] ABSTRACT Key Words

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "[email protected] ABSTRACT Key Words"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI POPULASI SEMUT RANGRANG Oecophylla smaragdina (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) DI DESA SIRILOGUI

KECAMATAN SIBERUT UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Oleh:

Ertha, Jasmi, Armein Lusi Z

Program Studi Pendidikan Biologi (STKIP) PGRI Sumatera Barat Email : [email protected]

ABSTRACT

Rangrang Ant

Oecophylla smaragdina is an insect which is often found in tree like frurt similan to

lychee, manggo, cacao, clove, rose apple, mangosteen, etc. Rangrang ant can hunt pest like green dented, caterpillar which eat leaf and other insect fruit pest. Related to it, it has been done research about population of rangrang ant

Oecophylla smaragdina (Hymenoptera : Formicidae) in Sirilogui village Nonth Siberut

Mentawai Island District in August 2013 with the purpose to know the population of rangrang ant which is talking about nest population and nest characteristic of rangrang ant. The research used descriptive survey method by observing rangrang ant nest directly which can be found in research location. The parameter which used are stem diameter, branch, small branch, height of nest, and plant types name of nest. For the research result which has been done, it can be gotten that rangrang ant nest which were located in cacao plantation and the lowest in scrub. The plant as the nests like

Eugenia aromatica, Theobroma cacao, Macaranga tanarius, Glochidion

sp, Dendrolobium umbellatum, Vitex pubescens, Leea indica.The stem diameter which is mostly found in about 5-10cm in 10 nests, the most nest which is found in branch is 1-3 is 36 nest and small branch 6- 10 is 22 nests. The high nest mostly found in 1-2 meter from land surface. It’s 26 nests.

Key Words:

Population, ant, Oecophylla smaragdina

PENDAHULUAN

Famili Formicidae merupakan salah satu famili dari ordo Hymenoptera. Pada famili Formicidae terdapat beberapa spesies semut. Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formicidae. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis.

Salah satu contoh spesies semut yaitu semut rangrang Oecophylla smaragdina (Suhara, 2009).

Habitat semut rangrang sering dijumpai bersarang di pohon, makanannya berupa hama tanaman, sehingga efektif sebagai pembasmi hama tanaman dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem. Semut rangrang sering ditemukan bersarang pada berbagai jenis pepohonan, misalnya pohon rambutan, pohon mangga, pohon manggis, pohon coklat, pohon cengkeh dll.

Keberadaan semut rangrang pada pepohonan sering dianggap sebagai pengganggu terutama saat akan melakukan pemanenan, karena gigitannya yang sakit.

Semut rangrang menyukai lingkungan yang berudara bersih. Asap pabrik, asap kendaraan bermotor dan asap yang berasal dari pembakaran sampah di kebun saja dapat membuat mereka menyingkir (Rahayu, 2004).

Keberadaan semut rangrang sebagai pemangsa tampak apabila semut ini bertemu dengan ulat pemakan daun misalnya, serangan wabah ulat bulu. Maka untuk menekan populasi hama ulat bulu pemakan daun yaitu dengan cara menghadirkan semut rangrang. Ini juga menjadi salah satu pemanfaatan perilaku dalam rantai makanan atau lebih dikenal dengan sebutan Bioinsektisida. Semut rangrang juga mampu menekan intensitas kerusakan akibat lalat buah, dengan diberi semut rangrang dimana intensitas kerusakan relatif jauh lebih rendah dibandingkan tanpa perlakuan. Tanaman buah yang diberi semut rangrang intensitas kerusakan hanya berkisar antara 1 hingga 2% saja.(Thamrin, dan Asikin, 2011).

Manfaat semut rangrang untuk tanaman telah dikenal di Indonesia. petani di Kalimantan Timur mempunyai pengalaman mengenai bagaimana semut rangrang dapat meningkatkan kualitas buah. Buah yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan lebih segar. Jika diamati dengan seksama, semut rangrang dapat mengganggu, menghalangi atau memangsa berbagai jenis hama seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, dan serangga-serangga pemakan buah. Bahkan semut rangrang dapat mengusir tikus.

(2)

Populasi semut rangrang yang tinggi dapat mengurangi permasalahan hama pada tanaman cengkeh.

Semut rangrang diketahui juga dapat melindungi pohon- pohon kayu lainnya. Semut ini dapat mengendalikan sebagian besar hama pada tanaman jeruk, melindungi tanaman kelapa dan coklat dari serangan kepik, sehingga meningkatkan mutu dan jumlah hasil panen (Rahayu, 2004).

Harlan (2006) informasi mengenai semut rangrang yang telah ada, dianatara Masjid AlHurriyah Kampus IPB Darmaga dengan judul Aktivitas mencarian makan dan pemindahan larva semut rangrang Oecophylla smaragdina (Hymenoptera : Formicidae) dengan hasil aktifitas pencarian menyusutnya populasi semut rangrang.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka telah dilakukan penelitian tentang Studi Populasi Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (Hymenoptera:

Formicidae) Di Desa Sirilogui Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai”.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013. Pengambilan sampel dilakukan di Desa Sirilogui Kecamatan Siberut Utara. Identifikasi dilakukan di laboratorium Herbarium Universitas Andalas Padang

Pengamatan populasi sarang semut rangrang dilakukan pada 4 stasiun. Pada pertanaman cengkeh (stasiun 1) pertanaman coklat (stadium II), area semak 1 (stasiun III) area semak II (stasiun IV). Pada pertanaman cengkeh ini, pertanamannya kurang terawat karena banyak terdapat lumut-lumut dan rerumputan, serasah tanaman dan ada lagi ditemukan tumbuhan paku-pakuan, dan ada juga ditemukan gulma tumbuh disana. Luas tanaman cengkeh yang diambil adalah 1 hektar (stasiun 1) yang berumur 9 tahun.

Pada tanaman coklat area pertanamannya juga kurang terawat, karena banyak ditemukan serasah- sarasah yang menumpuk begitu saja. Dan banyak juga rerumputan. Luas tanamannya 1 hektar (stadium II).

Sedangkan sebagai perbandingannya stasiun III dan IV diambil area semak yang pada area ini ditumbuhi berbagai macam tumbuhan perdu. Pada area semak ini jauh dari pemukiman penduduk dan areanya masih belum banyak terganggu oleh manusia. Jarak antara area semak 1 dan II sekitar ± 300 m. luas area stasiun III dan IV ini diambil juga sama dengan stasiun I dan II yaitu masing-masing 1 hektar.

Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif yaitu dengan metode sensus dengan cara menghitung semua sarang semut rangrang yang ada dalam lokasi penelitian. Pengamatan sarang semut dilakukan pada pertanaman budidaya dengan menetapkan empat stasiun yaitu stasiun 1 pada pertanaman cengkeh, stasiun II pada pertanaman coklat, stasiun III pada area semak 1 dan stasiun IV pada area semak II. Teknik pengamatan dilakukan dengan cara menghitung sarang mengukur diameter batang tempat bersarang, menghitung cabang dan ranting tempat

bersarang, mengukur tinggi sarang dari permukaan tanah, dan nama jenis tumbuhan tempat bersarang.

Kemudian mendekomendasikan (memfoto) sarang semut yang ditemukan.

Adapun cara kerja dilapangan yaitu menentukan titik sampling. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survey ke lapangan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai lokasi penelitian. Survey dilakukan untuk mengetahui area pengambilan sampel atau stasiun yang akan dibuat.

Lokasi sampling yang diambil yaitu pada tanaman budidaya dengan menetapkan titik 4 stasiun yaitu stasiun 1 pada pertanaman cengkeh, stasiun II pertanaman coklat, stasiun III pada area semak 1 dan stasiun IV area semak II. Pada ke empat stasiun ditetapkan area pengamatan sarang semut rangrang masing-masing area 1 hektar. Jadi total area keseluruhan adalah 4 hektar.

Pengamatan sampel sarang Oecophylla.

smaragdina semut rangrang yaitu dengan cara menghitung sarang, mengukur diameter batang tempat bersarang, menghitung cabang dan ranting tempat bersarang. Mengukur tinggi sarang dari permukaan tanah, dan jenis tumbuhan tempat bersarang, pengamatan ini dilaksanakan 1x15 hari selama satu bulan.

Selaian pengamatan sampel sarang semut rangrang, juga dilakukan pengukuran faktor fisik yaitu pengukuran suhu udara dengan menggunakan thermometer air aksa. Gantungkan thermometer tersebut selama 15 menit, lalu dilihat angka yang ditunjukkan pada thermometer yang merupakan suhu udara pada saat itu.

Pengukuran kelembaban udara dengan menggunakan hygrometer tersebut selama 15 menit, lalu dilihat jarum yang menunjukkan skala kelembaban yang ditunjukkan pada hygrometer yang merupakan kelembaban udara pada saat itu.

Selanjutnya cara kerja dilaboratorium yaitu mengidentifikasi tumbuhan. Semua sampel tumbuhan tempat bersarang diambil lengkap daun, batang, bunga, dan buahnya yang didapatkan dari lokasi penelitian dibawa kelaboratorium untuk diidentifikasi. Analisis data untuk menghitung kepadatan populasi (KP)

KP = (Suin, 2006)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai populasi semut rangrang Oecophylla smaragdina (Hymenoptera : Formicidae) di Desa Sirilogui Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi populasi koloni yang ditampilkan pada Gambar 5 dan Lampiran 3. Tempat bersarang ditampilkan pada Tabel 1 dan lampiran 3. Kondisi faktor lingkungan ditampilkan pada Tabel 2.

(3)

Gambar 5. Jumlah koloni sarang semut rangrang pada setiap pengamatan

Keterangan :

Area tanaman cengkeh, Area tanaman coklat, Area semak 1 Area semak 2

A= Pengamatan 1, B= Pengamatan 2 Berdasarkan Gambar 5 populasi sarang semut rangrang yang banyak ditemukan pada area tanaman coklat, sedangkan populasi sarang semut rangrang yang sedikit ditemukan pada area semak 1.

Populasi semut rangrang Oecophylla smaragdina secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor reproduksi, ketersediaan bahan makanan dan faktor lingkungan. Pada Gambar 5 dan Lampiran 3 dapat dilihat populasi sarang semut rangrang yang banyak ditemukan pada pertanaman coklat.

Tingginya populasi sarang semut rangrang pada pertanaman coklat diduga jumlah makanan yang tersedia banyak sehingga dengan banyaknya sumber makanan kemampuan untuk menghasilkan telur juga tinggi. Menurut Jumar (2000) lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan oleh suatu jenis serangga maka lebih tinggi kemampuan berkembangbiaknya.

Selain reproduksi tingginya populasi sarang semut rangrang (Gambar 5 dan Lampiran 3) diduga berkaitan dengan tersedianya sumber makanan. Salah satu sumber makanan semut rangrang yang banyak ditemukan pada pertanaman coklat yaitu hama seperti kutu putih.

Menurut Suhara (2009) selain butuh protein, semut rangrang memerlukan makanan tambahan berupa gula yang dihasilkan oleh serangga penghasil embun madu seperti kutu putih dan kutu daun yang digunakan sebagai energi tambahan pada periode awal pembangun sarang. Temuan ini didukung oleh Jolivet (1996) dalam Harlan (2006) yang menyatakan bahwa sumber karbohidrat diperoleh semut rangrang dari simbiosis dengan kutu daun penghasil cairan manis berupa glukosa dan sukrosa.

Sedangkan Populasi sarang semut rangrang yang terendah ditemukan pada area semak 1. Rendahnya

populasi sarang semut rangrang pada area semak 1 diduga karena sumber makanan yang tersedia sedikit.

Namun pada area ini jumlah sarang setiap melakukan pengamatan cenderung mengalami penurunan. Lain halnya pada pertanaman coklat (Gambar 5) dilihat bahwa jumlah sarang setiap melakukan pengamatan cenderung mengalami peningkatan.

Sarang yang terbanyak ditemukan pada cabang ke 1-3 yaitu sebanyak 38 sarang dan pada ranting ke 6-10 sebanyak 22 sarang. Hal ini diduga karena pada cabang ke 1-3 terdapat banyak ranting dan memiliki banyak daun yang lebat. Sedangkan pada ranting ke 6-10 diduga ranting sudah dekat ke daun-daun sehingga dengan banyaknya daun tersebut bisa melindungi dan menutupi sarang dari pengganggu yang datang sekaligus untuk menghindari sarang dari panasnya matahari. Menurut Rahayu (2004) pada musim kering untuk menghindari matahari yang panas sarang semut rangrang yang ada dibagian atas pohon ditinggalkan dan mereka menuju kebagian bahwa.

Tinggi sarang dari permukaan tanah yang banyak ditemukan pada ketinggian 1-2 meter dari permukaan tanah yaitu sebanyak 26 sarang. Hal ini diduga karena dengan ketinggian 1-2 meter dekat ketanah sehingga lebih mudah mencari makanan ke atas. Tumbuhan tempat bersarang diantaranya Eugenia aromatica, Thobroma cacao, Macaranga tanarius, Glochidion sp, Dendrolobium umbellatum, Vitex pubescens, Leea indica. Tumbuhan tersebut memiliki daun yang cukup lebar dan lentur. Menurut Suhara (2009) semut rangrang memilih tumbuhan untuk membuat sarang yang memiliki daun yang cukup lebar dan lentur atau berdaun kecil-kecil tetapi banyak sehingga memudahkan dalam merajut daun.

Selain laju reproduksi dan ketersediaan bahan makanan, faktor lain yang dapat mempengaruhi populasi semut rangrang adalah faktor lingkungan (Tabel 2). Suhu lingkungan merupakan faktor fisik yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap populasi semut rangrang. Pada penelitian ini suhu rata- ratanya berkisar antara 28,75-30,870C yang diduga merupakan suhu yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan semut rangrang. Menurut Rahayu (2004) semut rangrang menyukai lingkungan dengan suhu 26- 340C.

Temuan ini didukung oleh Harlan (2006) yang melaporkan suhu lingkungan mempengaruhi aktifitas pencarian makan Oecophylla smaragdina yaitu berkisar antara 23-300C dan menurun di atas 300C. Kemudian Jumar (2000) mengatakan bahwa pada suhu tertentu aktifitas serangga tinggi sedangkan pada suhu yang lain akan berkurang (menurun).

Pada umumnya serangga lebih tahan terhadap air.

Curah hujan rata-rata yang didapat adalah 250,65 mm.

Curah hujannya tergolong rendah. Menurut Suhara (2009), ratu semut beserta sarangnya lebih banyak ditemukan pada musim penghujan dibandingkan dengan musim kemarau karena pada musim penghujan cukup tersedia makanan dan tanaman untuk membuat sarang.

A B

(4)

Namun, jika curah hujannya terlalu tinggi bisa menyebabkan kerusakan sarang semut rangrang.

Angin berperan dalam membantu penyebaran serangga. Kecepatan angin rata-rata yang didapatkan adalah 2,15 knot, yang dideskripsikan sedikit berangin.

Jumar (2000) menyatakan angin mempengaruhi kandungan air dalam tubuh serangga, karena angin mempercepat penguapan dan penyebaran udara. Angin juga berperan dalam penyebaran hama serangga.

Selanjutnya kelembaban udara rata-rata yang didapat berkisar antara 76,75-88,25%. Menurut Rahayu (2004) semut rangrang menyukai lingkungan dengan kelembaban relatif antara 62-92%.

Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang populasi semut rangrang Oecophylla smaragdina (Hymenoptera : Formicidae) di desa Sirilogui Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat disimpulkan sebagai berikut :

Populasi sarang semut rangrang lebih banyak ditemukan pada area pertanaman coklat, dari pada area semak.

Tumbuhan tempat bersarang diantaranya pada Eugenia aramatica, Theobroma cacao, Macaranga tanarius, Leea indica, Glochidion sp, Dendrolobium umbella, Vitex pubescens. Diameter batang yang banyak di tempati sarang semut rangrang yaitu antara 5-10 cm.

Tempat bersarang yang banyak ditemukan pada cabang 1-3 dan pada ranting ke 6-10. Tinggi sarang dari permukaan tanah yang paling banyak ditemukan pada ketinggian 1-2 meter. Kecenderungan semut rang-rang menyukai tumbuhan daun lebar untuk membuat sarang.

Disarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat memilih berbagai predator alami yang lain ordo Formicidae yang dapat bermanfaat bagi petani.

DAFTAR PUSTAKA

Harlan, 1. Aktivitas Pencarian Makan dan Pemindahan Larva Semut RangrangOecophylla smaragdina (Formicidae : Hymenoptera).

IPB, Bogor.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta.

Jakarta

Rahayu, S. dan Soeharto, B. 2009. Semut Rangrang Si Penjaga Kebun Jeruk.

Artikel, Institut Pertanian Bogor (IPB) Rahayu, S. 2004. Buku “Semut Sahabat Petani :

meningkatkan Hasil buah-buahan dan menjagaKelestarian lingkungan Bersama semut rangrang” ini Diterjemahkan dengan adaptasi Dari Buku “ Ants as Friends : Improving Your Tree Crops With Weaver Ants” tulisan Paul Van Mele dan Nguyen Thi Thu Cuc yang diterbitkan oleh CABI Bioscience.

Suhara. 2009. Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina). Jurusan PendidikanBiologi

Fakultas Pendidikan Matematika Dan IPA, UPI Bandung.

Suin, M.N. 2006. Ekologi Bahan Ajar Laboratorium.

Universitas Andalas, Padang.

Thamrin, M. dan Asikin, S. 2011. Alternatif Pengendalian Hama Serangga Sayuran Rahma Lingkungan Di Lahan Lebak.Balai Penelitian PertanianLahan Rawa (Balittra). Banjarbaru

Referensi

Dokumen terkait

Pemrograman Sisi Klien client-side scripting Bahasa pemrograman yang untuk mengaplikasikannya tidak memerlukan web server, atau bahasa pemrograman yang berjalan di sisi client...