• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPESIES IKAN YANG TERTANGKAP DI BATANG SIAT NAGARI AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SPESIES IKAN YANG TERTANGKAP DI BATANG SIAT NAGARI AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SPESIES IKAN YANG TERTANGKAP DI BATANG SIAT NAGARI AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU

KABUPATEN DHARMASRAYA

Mutia Kaloren, Armein Lusi Zeswita, Meliya Wati

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Email: mutiakaloren@gmail.com

ABSTRAC

Batang Siat is river in which the society around do fishing by using electro fishing, this sort of fishing tool disadvantages the fish the society itself and also the fishes life. It also can kill the fishes eggs, if these eggs killed, the fish resources will be decreased or it might be disappeared. Batang siat is also the place where the people mining the sand. This activity also negatively influences the fishes life. The purpose of this research is to examine the fish species that have been caught and the physics-chemistry factors which are contained in Batang Siat Ampang Kuranji village Koto Baru Dharmasraya. This researched used survey method and direct observation. This research get the result there are is 15 species, 6 family dan 3 ordo of fish are caught during the research they are Barbodes gonionotus, Hampala macrolepidota, Labiobarbus sabanus, Puntius brevis, Puntius lateristriga, Puntius tetrazona, Rasbora sumatrana, Bagrichthys micranodus, Myscus nemurus, Myscus nigriceps, Channa melasoma, Channa striata, Mastacembelus notophthalmus, Osphronemus gouramy and Pristolepis grootii. The result of the meansurement from water chemical-physical factor in Batang Siat shows that a suitable and normal condition for our life.

Keyword : Species, Fish, Batang Siat, Dharmasraya.

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar, terutama dalam perbendaharaan jenis-jenis ikan.

Diperkirakan sekitar 16% spesies ikan yang ada di dunia hidup pada perairan Indonesia. Data ikan perairan Indonesia mencapai 7.000 jenis (spesies).

Hampir sekitar 2.000 spesies diantaranya merupakan jenis ikan air tawar (Khairuman &

Amri, 2008).

Batang Siat adalah salah satu sungai yang ada di Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Arus bervariasi mulai dari berarus sangat lambat (tenang), berarus lambat dan berarus deras. Terdapat batu-batu yang tidak terlalu besar di pinggir dan di dalam sungai.

Serta pinggir kiri dan kanan sungai terdapat perladangan penduduk seperti perkebunan karet, sawit, singkong, cabe, tebu, terong, dan semak-semak lainnya.

Batang Siat Nagari Ampang Kuranji memiliki kedalaman sungai ± 0,5-2,40 m dan lebar sungai ± 10-20 m. Hulu sungai ini berada di perbatasan nagari Abai Siat dengan nagari Ampang Kuranji dan bagian hilir sungai yaitu di perbatasan nagari Ampang Kuranji dengan nagari Koto Baru.

Batang Siat ini merupakan salah satu habitat ikan dimana di sungai ini terdapat berbagai jenis ikan yang hidup dan berkembang biak.

Penangkapan ikan di Batang Siat dilakukan

dengan menggunakan electro fishing (setrum ikan). Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang dampak penggunaan setrum secara berlebihan atau terus-menerus sehingga masih digunakan sampai saat sekarang ini.

Penggunaan setrum berpengaruh pada kelangsungan hidup ikan yang akhirnya merugikan masyarakat. Alat setrum ini dapat membunuh ikan-ikan kecil dan dapat menghancurkan telur-telur ikan, jika telur ikan hancur dan ikan-ikan kecil mati maka beberapa tahun ke depan persediaan ikan di sungai akan berkurang.

Batang Siat juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat penambangan pasir dengan menggunakan alat berupa mesin sedot pasir yang dapat merusak ekosistem dan air menjadi keruh, sehingga tidak masuknya cahaya ke dalam air yang mengakibatkan habitat biota yang ada di Batang Siat ini terganggu. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya spesies ikan dan jika kegiatan ini terus berlanjut maka akan menyebabkan kepunahan terhadap spesies ikan.

Menurut Kottelat, Whitten, Kartikasari, dan Wiroatmodjo (1993), pengerutan pasir sungai merupakan ancaman yang serius bagi ikan dan habitatnya. Sedangkan menurut effendi (2000), penambangan pasir dapat menyebabkan keberadaan fitoplankton dan zooplankton terganggu karena substrat yang ditempatinya dan kualitas airpun menurun.

(2)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 di Batang Siat Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Identifikasi sampel di lakukan di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Pengukuran faktor fisika-kimia air dilakukan di lapangan pada saat pengambilan sampel.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari jangka sorong, pinset, camera, loupe, toples, ember, styrofoam, suntik, jarum pentul, plastik, thermometer HG, pH meter, mistar, tali rafia, kertas label, stopwatch, alat tulis, sarung tangan, bola ping-pong, erlemeyer, gelas ukur, gelas kimia, batang pengaduk, botol sampel dan buku indetifikasi ikan. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan yaitu berupa jala tebar ukuran mesh ¾ inch, tangguk, bubu dan pancing dengan mata pancing yang berukuran kecil sampai besar yaitu ukuran 1 sampai 10 serta electro fishing (Setrum ikan) dengan accu 12 volt.

Bahan yang digunakan adalah sampel ikan, amilum, MnSO4, Na2S2O3 0,025, KOH-KI, H2SO4, formalin 10% dan alkohol 70%.

Metode yang digunakan adalah metode survei dan observasi langsung yang bersifat deskriptif yaitu pengamatan langsung di lokasi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling berdasarkan kondisi sungai yang berbeda.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan alat tangkap yaitu jala, tangguk, bubu, electro fishing (setrum ikan) dan pancing. Penangkapan ikan dilakukan setiap hari yaitu pagi hari pukul (07.00-10.00 WIB) dan sore hari pukul (15.00-18.00 WIB) serta malam hari pukul (20.00-22.00 WIB) selama 9 hari dengan 3 kali penangkapan pada masing-masing stasiun.

Pengambilan sampel dengan menggunakan Alat tangkap berupa jala tebar ukuran mesh ¾ inch, tangguk, bubu dan pancing dengan mata pancing yang berukuran kecil sampai besar yaitu ukuran 1 sampai 10 serta electro fishing (Setrum ikan) dengan accu 12 volt.

Jala dilakukan dengan cara mengayunkan jala dari pundak tangan kanan kemudian mengembangkan ke arah sasaran dan akan membentuk kerucut menjepit seluruh isi jala.

Pengambilan sampel dengan menggunakan bubu dilakukan dengan cara membenamkan bubu di dasar air pada sore hari dan diambil pada pagi hari. Penangkapan menggunakan tangguk dilakukan dengan menyorongkan tangguk ke pinggir kiri dan kanan sungai sampai sampel didapatkan. Penangkapan dengan menggunakan pancing yaitu dengan melemparkan pancing ke dalam sungai dan membiarkan sampai ikan

didapat dilakukan secara berulang-ulang, umpan yang digunakan untuk memancing antara lain roti, udang busuk, nasi, cacing dan pelet. Alat tangkap berupa setrum dilakukan dengan cara menyetrum dekat batu-batu kacil yang dilakukan secara terus-menerus.

Pengambilan sampel dilakukan setiap hari sampai tidak ditemukan jenis baru. Sampel ikan yang didapatkan difoto di atas styrofoam dan dicatat ciri-ciri morfologinya seperti warna tubuh dan warna sirip, kemudian diukur panjangnya dengan menggunakan mistar. Ikan yang didapatkan disuntik dengan larutan formalin 10%

untuk mencegah organ agar tidak busuk dan ikan dimasukkan dalam kotak sampel yang telah diberi label (waktu, nama lokal ikan dan kolektor).

Sampel yang telah dikoleksi langsung dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk pengukuran dan diidentifikasi, sebelum diidentifikasi terlebih dahulu dicuci dengan alkohol 70%. Sebelum melakukan pengambilan sampel ikan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran faktor fisika-kimia air yang meliputi pengukuran suhu, kecepatan arus, pH dan kadar oksigen terlarut (DO).

Langkah-langkah kerja mengidentifikasi di laboratorium. Sampel ikan diidentifikasi mengacu pada buku identifikasi ikan Saanin (1984), Kottelat, et. al. (1993), dan aplikasi Fish Base.

Pengukuran ikan dilakukan untuk melihat karakter:

Letakkan sampel ikan di atas styrofoam, ukur a.

panjang ikan dengan menggunakan mistar kemudian sampel ikan difoto.

Amati ciri morfologi seperti warna sirip, tipe b.

sirip, tipe mulut, tipe ekor dan bentuk tubuh.

Pengukuran karakter morfometrik meliputi c.

pengukuran standar seperti panjang standar, panjang moncong, tinggi sirip punggung atau tinggi batang ekor. Pengukuran karakter morfometrik dilakukan untuk mendapatkan rasio perbandingan pada ukuran-ukuran tertentu, sampai perbandingan antara panjang kepala dan panjang standar.

Penghitungan karakter meristik meliputi d.

jumlah jari-jari (lunak dan keras) pada sirip dada, perut, anal dan ekor, untuk mendapatkan rumus sirip setiap jenis yang menggambarkan bentuk sirip.

Berdasarkan data sampel yang didapat di lapangan, maka dilakukan analisis data dengan cara mendeskripsikan masing-masing spesies ikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian spesies ikan yang tertangkap di Batang Siat Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya pada stasiun I, II, dan III didapatkan 15 spesies, 6 Famili dan 3 Ordo seperti yang terlihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Spesies Ikan yang Tertangkap di Batang Siat Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

Ordo Famili Spesies Nama Lokal

Stasiun

Jumlah

I II III

Cypriniformes Cyprinidae Barbodes gonionotus Paghepang 1 0 0 1

Hampala macrolepidota Baghau 8 0 3 11

Labiobarbus sabanus Palau 11 0 3 14

Puntius brevis Mansai 9 0 2 11

Puntius leteristriga Catua 1 0 0 1

Puntius tetrazona Pimping 1 0 0 1

Rasbora sumatrana Saluang 17 0 2 19

Siluriformes Bagridae Bagrichthys micranodus Sawai 2 0 7 9

Mystus nemurus Baung 1 9 7 17

Myscus nigriceps Sangiring 5 2 0 7

Perciformes Chanidae Channa melasoma Bakok 0 0 1 1

Channa striata Wan 0 0 5 5

Mastacembeloidae Mastacebelus notophthalmus Tilan 1 0 1 2

Osphoronemidae Osphronemus gouramy Kalui 2 2 4 8

Pristolepididae Pristolepis grootii Batung 0 5 7 12

Jumlah Individu 59 18 42 119

Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa spesies ikan paling sedikit ditemukan yaitu pada stasiun II sebanyak 4 spesies dengan 18 individu,

sementara spesies ikan yang paling banyak ditemukan yaitu pada stasiun I sebanyak 12 spesies dengan 59 individu, dan pada stasiun III ditemukan 11 spesies dengan 42 individu.

Tabel 2. Parameter Fisika dan Kimia Air di Batang Siat Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

Parameter Stasiun

I II III

Suhu (º C) 28 29 28,7

pH 6,75 7,1 6,87

Kec. Arus (m/s) 0,44 0,18 0,39

DO (mg/L) 6,0 5,4 5,8

Parameter fisika dan kimia yang diukur meliputi suhu air, pH, kecepatan arus dan oksigen terlarut (DO). Suhu pada lokasi pengambilan sampel pada stasius I yaitu 28°C, pada stasiun II yaitu 29°C dan pada stasiun III yaitu 28,7°C. pH yang diukur pada stasiun I yaitu 6,75, pada stasiun II yaitu 7,1, dan pada stasiun III yaitu 6,87.

Kecpatan arus yang diukur pada stasiun I yaitu 0,44 m/s, pada stasiun II yaitu 0,18 m/s, dan pada stasiun III yaitu 0,39 m/s. Oksigen terlarut yang diukur didapatkan pada stasiun I yaitu 6,0mg/L, pada stasiun II yaitu 5,4 mg/L dan pada stasiun III yaitu 5,8 mg/L.

Spesies ikan yang tertangkap di Batang Siat berjumlah 119 individu, 15 spesies, 6 famili dan 3 ordo. Spesies ikan yang ditemukan di Batang Siat berjumlah sedikit dengan yang ditemukan di sungai Siluitung desa Sirilogui kecamatan Siberut Utara kabupaten Kepulauan Mentawai yang dilakukan Goistepan (2016) berjumlah 16 spesies dari 260 individu, jenis ikan yang ditemukan di sungai Muara Enim kabupaten Muara Enim provinsi Sumatera Selatan yang didapatkan 28 spesies dari 11 famili dan 5 ordo (Hamidah, 2003)

dan spesies ikan di sungai Komering kecamatan Madang suku II kabupaten Ogan Komering Ulu Timut Sumatera Selatan yang di dapatkan 20 spesies dari 16 genus dan 10 famili (Patriono, dkk., 2007).

Spesies ikan yang tertangkap di Batang Siat berjumlah banyak dibandingkan dengan spesies ikan yang ditemukan kawasan intlet dan outlet waduk Gajah Mungkur Wonogiri didapat 13 spesies dari 10 genus dan 5 famili (Sriwidodo, dkk., 2013) dan jenis-jenis ikan yang tertangkap di Batang Momong Kecamatan IX Koto kabupaten Dharmasraya didapatkan 46 individu, 13 spesies, 10 famili dan 4 ordo (Romlah, 2015).

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah dan spesies ikan yang tertangkap di Batang Siat pada masing-masing stasiun bervariasi. Pada stasiun I sebanyak 12 spesies dengan 59 individu, pada Stasiun II sebanyak 4 spesies dengan 18 individu dan pada stasiun III ditemukan 11 spesies dengan 42 individu.

Penangkapan paling sedikit yaitu pada stasiun II yaitu tertangkapnya famili Bagridae spesies Myscus nemurus sebanyak 2 individu dan

(4)

Myscus nigriceps sebanyak 9 individu, serta famili Osphoronemidae yaitu spesies Osphronemus gouramy sebanyak 2 individu dan famili Pristolepididae yaitu spesies Pristolepis grotii sebanyak 5 individu. Hal ini disebabkan karena pada stasiun II merupakan lokasi masyarakat menambang pasir yang mengakibatkan air sungai menjadi sangat keruh. Penambangan pasir menyebabkan sungai menjadi berlumpur dan menyebabkan ikan-ikan memilih ke tempat yang lebih terang.

Menurut Cahyono (2001), air yang keruh dapat menghilangkan selera makan ikan karena daya penglihatan ikan terganggu. Sedangkan menurut Sinaga (1995) dalam Fithra (2010), pencemaran akan mengeliminasi hidrobiota (ikan) yang sensitfif sehingga kompetisi antar spesies berkurang dan sungai yang tercemar akan mengalami perubahan dan penurunan keanekaragaman ikan yang hidup di sungai tersebut.

Penangkapan spesies ikan paling banyak pada stasiun I yaitu pada lokasi sebelum penambangan pasir, spesies ikan yang tidak ditemukan pada stasiun I yaitu pada famili Chanidae dan famili Pristolepididae. Famili Cyprinidae merupakan spesies ikan yang banyak tertangkap pada penelitian ini pada lokasi penangkapan stasiun I dan III yaitu sebanyak 6 spesies diantaranya adalah Barbodes gonionotus, Hampala macrolepidota, Labiobarbus sabanus, Puntius brevis, Puntius Lateristriga, Puntius tetrazona, dan Rasbora sumatrana. Hasil penelitian yang diperoleh di beberapa sungai di kawasan pulau Sumatera menunjukkan bahwa famili Cyprinidae terlihat lebih mendominasi jika dibandingkan dengan famili ikan air tawar lainnya. Sedangkan Siregar (1993), menyatakan bahwa famili Cyprinidae merupakan famili ikan air tawar yang paling utama menempati beberapa sungai di pulau Sumatera selain famili Bagridae.

Famili Bagridae memiliki anggota terbanyak kedua yang ditemukan pada penelitian ini yaitu sebanyak 3 spesies diantaranya adalah Bagrichthys micronodus, Myscus nigriceps dan Myscus nemurus. Menurut Kotellat et. al., (1993), ikan dari famili Bagridae memiliki kemampuan untuk hidup di berbagai kondisi. Famili Bagridae merupakan ikan berkumis air tawar yang dapat hidup di air keruh. Famili Bagridae ini merupakan penghuni dasar air dan makanan ikan ini terdiri atas anak ikan, udang remis, insekta, molusca dan rumput. Selain itu ikan ini melakukan pergerakan dari hulu ke hilir sungai dan sebaliknya, sehingga dapat ditemukan di sepanjang aliran sungai.

Menurut Hoek (1840), Myscus nigriceps memiliki permukaan dorsal dari kepala dan badan berwarna abu-abu kream, mempunyai sirip lemak dan sirip punggung berwarna abu-abu kehijauan. M.

nigriceps ditemukan pada habitat sungai besar, air

mengalir dengan kecepatan lambat dan substrat yang berlumpur. Distribusi pada drainase di Jawa (Bengawan Solo, Cimanuk, Citanduy, Ciujung, Kalibrantas) dan Sumatera.

Famili Chanidae merupakan anggota famili terbanyak ketiga yang di temukan pada penelitian ini yaitu sebanyak 2 spesies Channa melasoma dan Channa striata. Menurut Kotellat et. al., (1993), Chanidae merupakan suku ikan air tawar yang hidup di kawasan tropis. Bentuk badan hampir bundar di bagian depan dan pipih tegak ke arah belakang. Kadang-kadang disebut sebagai ikan berkepala ular karena kepalanya lebar dan bersisik keras. Semua jenis anggotanya mampu menghirup udara dari atmosfir karena memiliki organ pernapasan pada bagian atas insang, dan biasanya membangun sarang di antara vegetasi di rawa-rawa atau sungai berarus lambat. Sedangkan menurut peter & kelvin (1989), Channa Melasoma menyerupai C.Striata yang memiliki bentuk tubuh yang hampir sama, tetapi dapat dibedakan dengan mudah dari beberapa karakter. Bagian dorsal tubuh C. melasoma bervariasi berwarna gelap atau abu-abu kecoklatan sampai hampir hitam ketika diawetkan. C. Melasoma ditemukan pada habitat yang gelap, sungai yang berarus lambat dengan air yang jernih. Contoh besar akan ditemukan pada akar pohon pada lumpur yang lunak, apabila habitat terganggu, ikan akan menggali lumpur dan akar, sehingga akan mempersulit penangkapan.

Famili Mastacembelidae yang ditemukan di Batang Siat hanya 1 spesies yaitu Mastacembelus notophthalmus atau dikenal dengan nama ikan Tilan yang di temukan dengan panjang 332,0 mm.

Kottelat et. al. (1993), menyatakan bahwa spesies ini badannya sangat panjang dengan ekor pipih datar dan barisan duri kecil sepanjang punggung di depan jari-jari sirip punggung, tidak memiliki sirip perut, moncongnya memanjang membentuk hidung mancung dan lubang hidungnya terletak di samping. Spesies ini ditemukan pada perairan tenang dan vegetasi yang lebat atau pada lumpur yang lunak.

Famili Osphronemidae yang ditemukan di Batang Siat yaitu spesies Osphronemus gouramy, spesies ini di temukan pada ketiga stasiun penelitian. Kottelat et. al. (1993), menyatakan bahwa ikan ini memiliki duri pertama pada sirip perut dan duri kedua memiliki filamen yang sangat panjang, kepala ikan yang lebih dewasa membengkak secara tidak teratur. Ikan ini merupakan ikan konsumsi penting yang awalnya hanya terdapat di Sumatera, Jawa dan Kalimantan, tetapi sekarang sudah banyak di introduksi ke Asia dan Australia. Famili Osphronemidae hanya memiliki satu genus yang terdiri dari 4 spesies.

Panjang total O. gouramy yang ditemukan adalah 128,1 mm. Menurut Kottelat et. al., (1993), O.

gouramy memiliki panjang total mencapai 1000 mm.

(5)

Famili Pristolepididae pada penelitian ini hanya di temukan pada stasiun II dan III sebanyak 1 spesies yaitu Pristolepis grootii yang memiliki panjang total 127,7 mm. Menurut Kottelat et. al.

(1993), sungut rahang atas yang hanya mencapai pinggiran depan mata dan gurat sisi yang terputus terdiri dari 20 sisik. Suku yang terdapat di Indonesia diwakili oleh dua jenis.

Faktor abiotik (pH, suhu, cahaya dan lain sebagainya) seperti dengan adanya naungan berupa pohon dan semak yang yang ada dipinggiran sungai dapat menghambat naiknya suhu, habitat seperti ini sangat disukai ikan. Selain itu juga perairan sungai yang luas akan memberikan bentuk kondisi yang lebih banyak, sehingga dapat mempunyai banyak ragam jenis ikan, lebih luas suatu perairan sungai memungkinkan dapat didatangi oleh banyak macam ikan dan memberikan ikan lebih leluasa bergerak bebas didalamnya (Djuhanda, 1981).

Sedangkan menurut Haryono & Tjakrawidjaja (1993) dalam Marcel, A., dkk. (2013), Faktor pembatas pada jenis ikan di suatu perairan adalah arus air yang deras dan substrat yang keras, suhu yang rendah dan badan air yang sempit.

Tabel 2 dari hasil pengukuran faktor fisika kimia di Batang Siat didapatkan suhu air pada lokasi pengambilan sampel yaitu 28-29°C, suhu ini merupakan suhu yang umum dijumpai didaerah tropis. Adanya vegetasi atau pohon sepanjang stasiun menyebabkan suhu lingkungan rendah. Ini diduga cocok terhadap kehidupan ikan.

Djuhanda (1981), menyatakan bahwa adanya pohon dan vegetasi pada pinggiran sungai dapat menghambat naiknya suhu, habitat seperti ini sangat disukai ikan. Menurut Cahyono (2001) ukuran suhu optimal bagi kehidupan ikan adalah 25-29°C. Berdasarkan hal tersebut, suhu di lokasi pengambilan sampel masih layak untuk kehidupan ikan. Sedangkan menurut Sutisna & Sutarmanto (1995) dalam Marcel, dkk. (2013), menyatakan bahwa suhu dapat mempengaruhi komunitas ikan yang ada di sungai terutama untuk pertumbuhan ikan. Kisaran suhu air yang baik bagi pertumbuhan ikan adalah antara 25-35°C.

Arus juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan, kecepatan arus yang diukur yaitu 0,18-0,44 m/s, jadi kecepatan arus yang didapat berada pada kisaran yang baik untuk kehidupan ikan. Menurut Angelier (2003) dalam Siahaan, Indrawan, Soedharma, dan Prasetyo (2011) bahwa kecepatan arus sungai 0,09-1,40 m/dtk yang semakin melambat kehilir. Sedangkan Odum (1996) mengatakan bahwa kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kedalaman dan kelebaran sungai. Lagler (1977) dalam Sriwidodo (2013), menyatakan bahwa arus perairan merupakan gerakan suatu masa air yang sangat penting bagi kehidupan akuatik. Arus mempunyai peranan dalam menyediakan atau transportasi zat

hara, plankton, telur ikan dan larva ikan serta biota lainnya untuk berpindah dari satu tempat ketempat lainnya.

Derajat keasaman (pH) pada lokasi pengambilan sampel yaitu 6,75-7,1 merupakan pH yang layak untuk kehidupan ikan. Menurut Cahyono (2001) bahwa pH untuk mendukung kehidupan ikan berkisar pada pH 5-8,7. Oksigen terlarut (DO) yaitu 5,4-6,0 ppm.

Salamin (2005) dalam Nurudin (2013), menyatakan bahwa oksigen terlarut pada air yang ideal untuk kehidupan ikan adalah 5-7 ppm, jika kurang dari itu maka resiko kematian akan semakin tinggi. Menurut Ciptanto (2010), kandungan oksigen terlarut minimal 5 ppm yang terkandung di dalam air untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Berdasarkan hasil pengukuran oksigen terlarut yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kadar oksigen terlarut di Batang Siat masih mampu mendukung kehidupan organisme perairan yang ada di dalamnya.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian spesies ikan di Batang Siat Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya dapat disimpulkan bahwa:

Ditemukan 15 spesies, 6 famili dan 3 ordo 1.

yaitu Barbodes gonionotus, Hampala macrolepidota, Labiobarbus sabanus, Puntius brevis, Puntius lateristriga, Puntius tetrazona, Rasbora sumatrana, Bagrichthys micranodus, Myscus nemurus, Myscus nigriceps, Channa melasoma, Channa striata, Mastacembelus notophthalmus, Osphronemus gouramy, Pristolepis grootii.

Hasil pengukuran faktor fisika kimia air di 2.

Batang Siat seperti suhu, pH, kecepatan arus, dan DO menunjukkan suatu keadaan yang sesuai dan normal bagi kehidupan ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2001. Budi Daya Ikan Di Perairan Umum. Kanisius: Yogyakarta.

Ciptanto. 2010. Top 10 Ikan Air Tawar. Andi:

Yogyakarta.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico:

Bandung.

Effendi. H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Jurusan. MSP Fak.

Perikanan dan Kelautan IPB: Bogor.

Fithra, R. Y., dan Y. I. Siregar. 2010.

Keanekaragaman Ikan Sungai Kampar Inventarisasi dari Sungai Kampar Kanan.

Riau : Journal of Environmental Science.

ISSN 1978-5283.

Goistepan. 2016. Jenis-Jenis Ikan yang Tertangkap di Sungai Silitung Desa Sirilogui Kecamatan Siberut Utara Kabupaten

(6)

Kepulauan Mentawai. Skripsi. Padang:

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Hamidah, A. 2003. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Palembang:

Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Volume 4, Nomor 2.

Hoek. N. H. 1840. The Identity of Myscus nigriceps ( Valenciennes in Cuvier &

Valencinnes, 1840), With The Description of a New Bagred Catfish ( Teleostei : Siluriformes) From Southeas Asia. Singapore : The Raffles Bulletin of Zoologi 2002 50 (1) : 161-168.

Khairuman dan Amri, K. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka: Jakarta.

Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari, S.

Wirjoadmodjo. 1993. Freshwater fish of western Indonesia and Sulawesi. Periplus:

Singapore.

Marcel, A. A., dkk. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan Arus Deras di Aliran Riam Banangar Kabupaten Landak. Pontianak : Jurnal Protobiont 2014. Volume 3(2) : 209-2017.

Nurudin, F. A. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Sekonyer Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah.

Skirpsi Online. Semarang : Jurusan Biolgi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang.

Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Patriono, E., P. S. Effendi, dan E. W. Alkhairi.

2007. Inventarisasi Spesies ikan di Sungai Komering Kecamatan Madang Suku II Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Sumatera Selatan. Skripsi Online. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya : Palembang.

Ramlah, S. 2015. Jenis-Jenis Ikan yang Tertangkap di Batang Momong Kecamatan IX Koto Kabupaten Dharmasraya. Skripsi. Padang : Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Peter, K. L. Ng and K. P. Lim Kelvin. 1989. The Black Snakehead, Channa Melasoma ( Bleeker, 1851) (Channidae) : First Record From Singapore. Singapore : Reffles Bulletin of Zoologi 1990 38 (1) : 21-24.

Siahaan, Indrawan, Soedharma, dan Prasetyo.

2011. Kualitas Air Sungai Cisadane, Jawa Barat-Banten. IPB : Bogor.

Siregar, R., R. M. Putra dan Sukendi. 1993. Fauna Ikan di Sekitar Bukit tigapuluh, Sumatera.

Rain Forest and Resouree Management.

Proceesding of the Norinda.

Sriwidodo, D. W. E., A. B. Raharjo, dan Sugiyarto. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Kawasan Intlet dan Outlet Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Surakarta : Jurnal Bioteknologi 10 (2).

Referensi

Dokumen terkait

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai pada Tahun 2012 di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu 1 Faktor