Dalam melaksanakan tugas penegakan hukumnya, Polri harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan selalu berpegang pada Kode Etik Profesi Kepolisian. Dimana mereka bebas bertindak atau melakukan hal-hal yang diyakini tidak melanggar hukum atau Kode Etik Profesi Kepolisian Republik Indonesia melalui interaksinya dengan tersangka, korban atau orang di luar tugas. Apabila terjadi pelanggaran atau tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Polri, maka Instansi Kepolisian Negara wajib menindak anggotanya berupa sanksi pidana atau administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kode etik profesi.
Tujuan penanggulangan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Polri khususnya tindak pidana narkoba tidak akan terwujud apabila tidak dilakukan dengan penuh dedikasi, disiplin dan profesionalisme oleh anggota Polri sendiri dalam berusaha menjalankan fungsinya. dan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan baik dan bertanggung jawab serta tetap berpegang pada kode etik profesi. Kode etik profesi Polri menyatakan bahwa setiap anggota Polri harus menjauhkan diri dari perbuatan dan sikap tercela serta menjadi garda terdepan dalam setiap tindakan untuk mengatasi kesulitan masyarakat disekitarnya.
Peran Dan Fungsi Kode Etik Polisi
Di lingkungan anggota POLRI, Kode Etik mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pedoman dalam menentukan tindakan. Peningkatan pemahaman dan penghayatan terhadap etika profesi menjadi landasan dalam membina dan mengembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan masyarakat. Bagi anggota Polri pada hakikatnya harus mengambil keputusan dengan cepat dimana tidak ada waktu untuk bertanya kepada orang lain atau mencari referensi untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Dalam hal ini etika menjadi polisi dari polisi fungsional. sebagai pengawas/pengendali perilaku anggota Polri. Dengan kata lain, dengan menjunjung etika profesi, ia tidak akan pernah mengambil atau menyalahgunakan apa yang menjadi kewenangannya. Dengan memahami dan menjunjung tinggi etika profesi Polri, maka anggota Polri akan berperilaku etis sehingga menjaga harkat dan martabat Polri serta kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri.
Fungsi kode etik profesi adalah sebagai salah satu cara untuk membantu para pelaksana sebagai profesional agar tidak melanggar etika profesi. Artinya dengan adanya kode etik profesi, praktisi profesi mampu mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Artinya etika profesi dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat memahami pentingnya suatu profesi, sehingga.
Kode etik profesi tidak memperbolehkan adanya campur tangan pihak luar organisasi profesi dalam kaitannya dengan hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
Tujuan Kode Etik Profesi Polisi
Makna tersebut dapat dijelaskan bahwa praktisi profesi pada instansi atau perusahaan lain tidak boleh mengganggu pelaksanaan profesi pada instansi atau perusahaan lain. Menempatkan pelaksanaan tugas Polri sebagai suatu profesi yang terhormat dan menganggapnya sebagai cara yang berharga dan terbaik dalam mengabdi kepada masyarakat. Tujuan Kode Etik Kepolisian adalah berupaya menempatkan Etika Kepolisian dalam hubungannya dengan masyarakat secara proporsional.
Menerapkan nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Polri secara keseluruhan.
Pelaksanaan Wewenang Komisi Kode Etik Kepolisian
Pol: 14 Tahun 2011 mempunyai kekuatan mengikat yaitu menjadi pedoman bagi anggota Polri untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral. Berdasarkan fakta hukum dan fakta yang terjadi di masyarakat saat ini, mengenai adanya pelanggaran kode etik aparat kepolisian sehingga mengharuskan Komisi Kode Etik Polri untuk menerapkan sistem pengawasan yang baik di lingkungan Polri, maka rumusan permasalahannya adalah: muncul dan dalam hal ini. menghasilkan 2 rumusan masalah. Komisi Etik Kode Polri merupakan wadah yang dibentuk di lingkungan Polri yang mempunyai tugas memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian Nasional (KEPP) menurut tingkatan kepangkatannya.
Kapolri berwenang membentuk Komisi Kode Etik Polri untuk mengusut pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh seluruh anggota Polri, termasuk pejabat tinggi kepolisian dan komisaris polisi yang menduduki jabatan Deputi. Kapolda atau Inspektur Daerah. Dalam hal ini Komisi Kode Etik Kepolisian melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pejabat pembentuk Komisi Kode Etik Kepolisian. Komisi Kode Etik Kepolisian mempunyai tugas melakukan penyidikan di persidangan, pertimbangan hukum, dan memutus perkara pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian yang dilakukan oleh anggota Kepolisian.
Menghadirkan pendamping yang dipekerjakan oleh tersangka pelaku atau ditunjuk sebagai pendamping oleh Komisi Kode Etik Kepolisian; Menyampaikan rekomendasi administratif atas keputusan Komisi Kode Etik Polri kepada pejabat pembentuk Komisi Kode Etik Polri. Pejabat pembentuk Komisi Kode Etik Kepolisian berwenang menyelidiki dan menyelidiki laporan pelaksanaan tugas Komisi Kode Etik Kepolisian, menerima atau menolak rekomendasi Komisi Kode Etik Kepolisian, dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan. pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hukuman Pelanggaran Kode Etik Polisi
Pelanggaran Kode Etik Kepolisian sebenarnya diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia pada Pasal 20 sampai dengan 29 dan apabila hukuman atas pelanggaran Kode Etik Kepolisian mengacu pada Peraturan Kapolri, Republik Indonesia No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, tertuang dalam Pasal 21 Ayat (1) yang berbunyi. Sebelum dikenakan sanksi, anggota Polri yang diduga melanggar kode etik harus lulus ujian terlebih dahulu, selanjutnya terduga pelanggar akan mengikuti sidang di komisi kode etik yang akan diambil keputusan dan dikenakan sanksi. sanksi apabila tidak puas dengan hasil sidang komisi etik, maka dugaan pelanggaran dapat mengajukan permohonan banding melalui sidang komisi banding.
Dalam prosesnya, penegakan hukum terhadap anggota POLRI yang terbukti melakukan tindak pidana, khususnya dalam tema tulisan ini penyalahgunaan narkoba, diselesaikan dengan cara yang sama seperti masyarakat pada umumnya, yaitu melalui peradilan umum dengan tambahan penegakan hukum melalui uji etik kepolisian. . Berikut ini adalah uraian mengenai proses yang harus dilalui oleh aparat kepolisian dalam menerima penuntutan atas pelanggaran Kode Etik melalui proses peradilan biasa. Dengan memberikan sanksi atau hukuman kepada pelanggar aturan etika, misalnya. seperti dalam hal ini melakukan pelanggaran etik dengan menyalahgunakan narkoba, anggota kepolisian yang diduga menggunakan narkoba dan sedang diperiksa harus tetap dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan bersalah dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (asas praduga tidak bersalah/praduga tak bersalah) sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman.
7 Ismail. . dengan hormat berdasarkan peraturan pemerintah no. 1 Tahun 2003 tentang pemberhentian anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pidana penjara yang dijatuhkan berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap dan menurut pendapat pejabat yang berwenang tidak dapat dipertahankan dalam dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia b. Diketahui ia kemudian memberikan informasi palsu dan/atau. salah saat mendaftar menjadi calon anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Kendala Penerapan Kode Etik Profesi Kepolisian di Indonesia Peraturan Disiplin Anggota POLRI dimaknai sebagai aturan atau norma.
Hambatan Dalam Pelaksanaan Kode Etik Profesi Polisi di Indonesia Peraturan disiplin anggota POLRI dimaknai sebagai kaidah atau norma
Perbuatan yang dalam hal ini mengarah pada tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh undang-undang yang dilakukan oleh seseorang yang harus dipertanggungjawabkan menurut ketentuan undang-undang. Dalam menegakkan kode etik profesi kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Peraturan Kapolri NRI No. Setidaknya ada 3 faktor yang mempengaruhi bahkan menjadi kendala dalam penerapan kode etik profesi kepolisian, yaitu:
Penerapan hukum dalam penerapan kode etik profesi kepolisian dalam praktiknya masih belum maksimal dalam penetapannya dalam memberikan sanksi kepada anggotanya yang terbukti melakukan tindak pidana. Selama ini masih banyak anggota kepolisian yang mempunyai rasa solidaritas yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan keengganan untuk melakukan penyidikan dan pembuktian terhadap anggota POLRI yang diduga melakukan tindakan yang melanggar kode etik profesional kepolisian. Penerapan kode etik akan berjalan maksimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan masyarakat apabila pelaksanaannya didukung dengan alat dan fasilitas.
Sarana dan prasarana tidak hanya terbatas pada alat teknologi yang memadai, dana yang memadai, dan peraturan yang tepat berdasarkan prinsip keadilan, tetapi juga sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang terampil, terdidik, menjunjung tinggi norma agama dan mudah memposisikan diri juga sangat membantu dalam penegakan kode etik. Salah satunya adalah rasa solidaritas di antara mereka yang begitu tinggi hingga lupa akan kewajiban mengabdi pada negara dan rakyat.
Berdasarkan hal tersebut, masyarakat tidak lagi khawatir jika ada kasus yang melibatkan anggota POLRI, karena mereka bisa berasumsi bahwa kasus tersebut akan berakhir dengan tidak lagi dianggap serius oleh undang-undang yang berlaku saat ini, melainkan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggungjawaban.
Analisis Putusan Kode Etik Profesi Polisi (No
42/PID.SUS/2013/PT.PALU sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, harus memutus dan mengadili terdakwa yakni Rocky Freddi Linting Alias Edi yang merupakan anggota Polri. Mungkin kepemilikan, peredaran dan penyalahgunaan narkotika Golongan I bukanlah hal yang mengherankan, namun tidak berlaku bagi penegak hukum yaitu anggota POLRI. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, anggota POLRI wajib menjaga keamanan dalam negeri yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, pengaturan dan penegakan hukum, ketentuan perlindungan, pertahanan, dan pelayanan masyarakat serta memelihara perdamaian dalam masyarakat dengan melindungi hak asasi manusia. .
Logikanya, anggota POLRI yang bertugas sebagai penegak hukum harusnya menjadi role model atau panutan yang baik bagi masyarakat dalam bertindak di masyarakat. 42/PID.SUS/2013/PT.PALU yaitu seorang anggota POLRI menjadi tersangka atas kepemilikan, peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Sepuluh Komitmen Moral dan Perubahan Pola Pikir (Pikiran) Dalam etika kelembagaan, setiap anggota POLRI terikat pada berbagai ketentuan sebagaimana disebutkan di atas.
Masyarakat mungkin memandang rendah anggota POLRI dan mengurangi rasa percaya atau bahkan kehilangan kepercayaan terhadap kredibilitas dan kinerja polisi, terutama dalam menangani kasus. Mendorong kejujuran, kebenaran, keadilan dan selalu menjaga kehormatan dalam hubungan dengan masyarakat merupakan kewajiban anggota POLRI. Sebab, anggota POLRI sebagai pelayan dan pengayom masyarakat tentu saja bertugas menertibkan dan menciptakan ketentraman masyarakat, namun kenyataannya di lapangan Rocky Freddy Lintong alias Edi malah terjerat kasus tersebut.
Penyalahgunaan narkotika oleh Rocky Freddy Lintong alias Edi, lebih lanjut terdakwa bukan anggota Polri.
PENUTUPPENUTUP
SARAN
Dari analisa kasus di atas maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut, agar pihak kepolisian lebih banyak menanamkan dan meningkatkan tentang petugas keliling atau pekerjaan yang mulia dan berorientasi pada profesi yang mulia, artinya pekerjaannya tidak hanya berorientasi pada uang. , itu adalah. agar perbuatan seperti yang disebutkan dalam kasus di atas tidak akan terulang kembali.