Wujud Konservasi oleh Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap
BALAI BESAR TAMAN NASIONAL
BETUNG KERIHUN DAN DANAU SENTARUM
Penulis : Muh. Amal Nurhakim & Ahmad Rindoan Editor : Junaidi, S.Hut., M.Si.
PENGARAH Ir. Arief Mahmud, M.Si.
selaku Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum
EDITOR Junaidi, S.Hut., M.Si.
PENULIS Muh. Amal Nurhakim, S.Si.
Ahmad Rindoan, S.Hut.
FOTOGRAFER Ferdi Yansyah, A.Md DESAIN GRAFIS Muh. Amal Nurhakim, S.Si Pustaka ini dilindungi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta DITERBITKAN Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum Jl. Banin No.6, Kedamin Hilir, Putussibau Kapuas Hulu - Kalimantan Barat Wujud Konservasi oleh masyrakat Iban di Dusun Sadap
upaya konservasi. Sudah selayaknya mereka diposisikan sebagai subyek dan bukan lagi sekedar obyek. Hal ini sejalan dengan poin pertama dalam
‘10 Cara Baru Mengelola Kawasan Konservasi’ yaitu m e n j a d i k a n m a s y a r a k a t s e b a g a i s u b y e k . Masyarakat bisa diposisikan sebagai pelaku utama dalam berbagai model pengelolaan kawasan,
Masyarakat secara turun-temurun mewariskan pengetahuan dalam pemanfaatan berbagai tumbuhan untuk keperluan sehari-hari kepada generasi penerusnya di dalam suatu komunitas adat. Istilah tersebut dinamai etnobotani. Kebun-kebun etnobotani yang terbentuk di sekitar permukiman-permukiman adat inilah menjadi cikal bakal semangat konservasi di lingkungan masyarakat adat.
Buku berjudul ‘Etnobotani : Wujud Konservasi oleh Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap’ ini mengulas hubungan sebuah komunitas dengan tumbuhan sehingga memiliki arti dan manfaat untuk kehidupan manusia, selanjutnya timbul upaya untuk melestarikan melalui budidaya.
Semoga semangat ini tetap bergelora untuk mewujudkan konservasi yang lebih besar di Taman Nasional Betung Kerihun.
Dirjen KSDAE
Pengetahuan tentang manfaat tanaman etnobotani diwariskan Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap dari generasi ke generasi secara verbal hingga saat ini. Buku Etnobotani ini diharapkan menjadi warisan tertulis yang dapat dipelajari oleh generasi mendatang.
Buku ini diharapkan mampu mengungkap hubungan manusia dengan tumbuhan dikeseharian kehidupan manusia dari pengalaman suku Dayak Iban di Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.
Secara spesik, komunitas masyarakat tradisional ini menetap di penyangga Taman Nasional Betung Kerihun yang sangat bergantung pada sumber daya alam khususnya tumbuhan dan hewan dari dalam hutan. Di sanalah hubungan itu terjalin sehingga mereka dapat memahami segala manfaat tumbuhan untuk kehidupan mereka sehari hari. Pengetahuan ini perlu di estarikan dan didokumentasikan secara tertulis, mengingat suku Dayak tidak memiliki kebiasaan untuk meninggalkan pesan atau ilmu secara tertulis tetapi melalui cara verbal.
Semoga buku ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menggugah kalangan akademis dan peneliti untuk mengkaji hal ini lebih dalam.
Kepala Balai Besar Ir. ARIEF MAHMUD, M.Si.
SAMBUTAN DIRJEN KSDAE
PENGANTAR KEPALA BALAI BESAR
DAFTAR ISI
BAGIAN I PENGERTIAN ETNOBOTANI
BAGIAN II KEBUN ETNOBOTANI DUSUN SADAP DAN SEJARAHNYA
BAGIAN III TANAMAN ETNOBOTANI DUSUN SADAP
BAGIAN IV P R O Y E K S I P E N G E M B A N G A N D A N PENGELOLAAN KEBUN ETNOBOTANI
DENAH KEBUN ETNOBOTANI
DAFTAR PUSTAKA
iii iv 1
2 5
44 47 ii
48
Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional. Penelitian etnobotani diawali oleh para ahli botani yang memfokuskan tentang persepsi ekonomi dari suatu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat lokal.
Dari sisi lain disadari bahwa teknologi maju telah banyak menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan, seperti misalnya obat-obatan atau pewarna makanan sintetis. Akhir-akhir ini timbul gerakan kembali ke alam atau back to nature, diantaranya upaya memanfaatkan kembali sumber-sumber daya nabati alami, misalnya penggunaan obat tradisional, kosmetik, pewarna, dan sebagainya.
Pengetahuan-pengetahuan mengenai kegunaan tumbuhan dan motivasi untuk membudidayakannya harus terus ditumbuh kembangkan supaya pengetahun tersebut tidak luntur dimakan zaman.
PENGERTIAN ETNOBOTANI
2
Wujud Konservasi di Dusun Sadap
Dusun Sadap merupakan salah satu dusun di kawasan penyangga Taman Nasional Betung Kerihun. Dusun Sadap berkedudukan di Desa Menua Sadap, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu. Masyarakat Dusun Sadap mayoritas adalah suku Dayak Iban yang mendiami sebuah Rumah Betang (Long House). Mereka masih tergantung pada sumber daya yang terdapat di alam termasuk tumbuhan. Hutan menjadi salah satu tempat masyarakat dalam mencari tumbuhan untuk kehidupan sehari hari.
David Atan yang menjadi Tuai Rumah Betang Sadap sejak
DAN SEJARAHNYA
awal berdirinya rumah Betang Sadap pada tahun 1980-an
mengatakan bahwa seiring dengan berjalannya waktu,
masyarakat berinisiatif menanam berbagai macam tanaman
yang diperlukan sehari-hari di kebun yang terletak di sebelah
utara Rumah Betang Dusun Sadap agar lebih mudah
didapatkan ketika dibutuhkan. Jenis yang ditanam antara
lain tanaman obat, buah-buahan, pewarna alam, bahan
baku kerajinan tangan, dan sebagainya. Hingga saat ini di
dalam kebun seluas kurang lebih 3 hektar tersebut terdapat
beragam tanaman yang jumlahnya lebih dari 160 individu. Hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Sadap baik
disengaja atau tidak telah berperan dalam upaya konservasi
t u m b u h a n y a n g m a n a p e n g e t a h u a n d a l a m
memanfatkannya diperoleh secara turun-temurun secara
verbal.
4
Kebun Etnobotani
Etnobotani mengkaji berbagai pemanfaatan tumbuhan berdasarkan kearifan-kearifan lokal yang dimiliki suatu komunitas masyarakat dan merupakan pewarisan p e n g a l a m a n h i d u p , p e n g e t a h u a n a s l i (
i n d i g e n o u s knowledge), dan kearifan lokal (local wisdom) mengenaipemanfaatan tumbuhan yang diturunkan suatu komunitas masyarakat ke anak cucu mereka (Utami dan Haneda, 2010).
Inisiatif masyarakat Dusun Sadap dalam menanam tanaman-
tanaman etnobotani di kebun tersebut merupakan wujud
konservasi secara tradisional, sehingga Bidang Pengelolaan
Taman Nasional (BPTN) Wilayah I Mataso bersama Masyarakat
Dusun Sadap mendeklarasikan kebun tersebut sebagai Kebun
Etnobotani
BAGIAN II
Kebun etnobotani Dusun Sadap memiliki berbagai m a c a m t a n a m a n y a n g d i b e d a k a n b e r d a s a r k a n m a n f a a t n y a , d i a n t a r a n y a a d a l a h t a n a m a n y a n g dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Salah satu contohnya adalah Kundung (
Litsea garciae) yangdimanfaatkan daunnya untuk membuat sayur asam.
Tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan antaranya terdapat Pohon Belian atau Ulin (Eusideroxylon
zwageri). Tanaman yang dimanfaatkan sebagai pewarnaalami dan bahan pembuat anyaman masing-masing adalah Rambutan (Nephelium lappaceum) dan Bemban (Donax
canniformis). Selain itu, terdapat juga tanaman yang memilikimanfaat lain seperti Tubuk (Picnarrhea cauliora) sebagai penyedap rasa pengganti vetsin, Gaharu (Aquilaria
beccariana) sebagai bahan pembuat wewangian, serta Sirih(Piper betle) sebagai bahan obat-obatan.
TANAMAN ETNOBOTANI DUSUN SADAP
6
TUBUK
Picnarrhena cauliora
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida
Ordo :
Ranunculales Famili : Menispermaceae
Genus :
Pycnarrhena Spesies :
Pycnarrhena cauliora (Miers.) Diels.
(Backer & Brink, 1963)
Tubuk secara morfologi memiliki daun-daun yang tidak berlapis dengan bentuk lebih panjang dan daun mudanya berserat ada tangkai. Serat tersebut merupakan cabang dari tulang daun atau tulang daun yang kecil. Tanaman ini biasanya hidup di antara pohon-pohon besar. Tubuk memiliki ranting yang berbentuk zigzag dan permukaan ranting berbulu halus dan rapat. Jarak antar daun sekitar 1-2 cm, bentuk daun elips, pangkal daun lancip, tepi daun rata, ujung daun lancip (acuminate), panjang ujung daun (accumane) atau ekor 2 cm, serta urat daun nyata sebanyak 6-8 pasang. Urat daun melengkung sebelum mencapai tepi (anastomosting). Permukaan daun tubuk bagian atas licin, mengkilat, sedang permukaan bawah berbulu pada urat daun (direticulet), ganggang daun termasuk bipulpined atau tegak tidak melengkung, dan tangkai daun berbenjol dua sekitar 3-4 cm (Backer & Brink, 1963)
Tanaman tubuk dapat ditemukan hidup pada ketinggian 80- 700 m dpl di habitat dataran rendah, perbukitan dan pada habitat hutan sekunder. Tanaman tubuk biasa digunakan oleh masyarakat Dusun Sadap sebagai penyedap atau yang biasa disebut 'micin'.
Menurut Uluk, dkk (2001) tanaman ini juga digunakan sebagai bumbu oleh masyarakat Dayak di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. Adanya kesamaan penggunaan tanaman ini juga terdapat pada daerah-daerah lain di hulu Kalimantan Barat seperti Sanggau, Sintang, dan Sekadau.
8
KUNDUNG Litsea garciae
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida
Ordo :
Laurales Famili : Lauraceae
Genus :
Litsea
Spesies : Litsea garciae Vidal
(Parmar, 2014)
Kundung merupakan tanaman buah yang masuk satu family dengan alpukat yaitu Lauraceae. Kundung merupakan tanaman asli dari Sarawak, Sabah, Kalimantan, dan Filipina. Kundung memiliki nama lokal lain engkala. Kundung merupakan sebutan oleh Suku Dayak Iban. Penyebaran tanaman ini sampai ketinggian 200 m dpl dan seringkali dijumpai di sepanjang sungai atau perbukitan pada tanah berpasir sampai tanah liat. Tanaman ini memiliki daun tunggal dengan letak berseling dan halus pada permukaannya.
Daun berbentuk bulat telur-lonjong-lanset (Parmar, 2014).
Kundung oleh Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap biasa d i m a n f a a t k a n s e b a g a i b a h a n m a k a n a n . B a g i a n y a n g dimanfaatkan dari tanaman ini adalah daun. Daun dari tanaman ini biasa digunakan sebagai bahan tambahan dalam membuat sayur asam.
10
NANGKA
Artocarpus heterophyllus
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Morales Famili : Moraceae
Genus :
Artocarpus Spesies :
Artocarpus heterophyllus Lamk.
(Rukmana, 1997)
Nangka merupakan salah satu jenis tanaman buah tropis yang multifungsi dan dapat ditanam di daerah tropis dengan ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. Batangnya tegak, berkayu, bulat, kasar dan berwarna hijau keruh. Bunga nangka merupakan bunga majemuk yang berbentuk bulir, berada di ketiak daun dan berwarna kuning. Bunga jantan dan betinanya terpisah dengan tangkai yang memiliki cincin, bunga jantan ada di batang baru di antara daun atau di atas bunga betina. Buah berwarna kuning ketika masak, oval, dan berbiji cokelat muda (Heyne, 1987). Daun berbentuk bulat telur dan panjang, tepinya rata, tumbuh secara berselang-seling dan bertangkai pendek, permukaan atas daun berwarna hijau tua mengkilap, kaku dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Bunga tanaman nangka berukuran kecil, tumbuh berkelompok secara tersusun dalam tandan, bunga muncul dari ketiak cabang atau pada cabang-cabang besar (Rukmana, 1997).
Nangka memiliki manfaat utama sebagai bahan makanan.
Selain buah matang yang dapat langsung dimakan, nangka muda dapat dijadikan bahan untuk membuat sayur. Daun nangka juga telah lama digunakan untuk obat diantaranya adalah obat demam, bisul, luka, dan beberapa jenis penyakit kulit akibat bakteri patogen alami pada tubuh manusia penyebab berbagai infeksi kulit. Kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada daun nangka disebabkan adanya senyawa aktif yang terkandung dalam daun nangka (Prakash dkk., 2009).
12
GAHARU Aquilaria spp.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeaceae Genus : Aquilaria
Spesies : Aquilaria spp.
(Susilo dkk., 2009)
Gaharu memiliki nama lain seperti agarwood, eaglewood atau aleowood yang merupakan tanaman yang terkenal akan resin aromatiknya. Tanaman ini tersebar secara alami di beberapa negara seperti Cina (Hongkong, Hainan), Pakistan, Iran, India, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Sri-Lanka, Kamboja, Vietnam, Laos, Thailand, Indonesia, Myanmar, Malaysia, Singapura dan Filipina (Kamonwannasit, 2013). Menurut Khalil dkk. (2013), spesies Aquilaria spp. telah beradaptasi untuk hidup di berbagai habitat seperti habitat yang berbatu, berpasir atau berkapur, lereng kering, pegunungan dan tanah yang berada di dekat rawa. Tanaman ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh tinggi hingga 15-30 meter dengan diameter batang 1,5-2,5 meter dan memiliki bunga yang berwarna putih. Daun dari tanaman ini memiliki panjang 5-11 cm dan lebar 2-4 cm.
Gaharu biasa dianfaatkan resin aromatiknya untuk membuat wangi-wangian. Selain itu beberapa studi juga menemukan bahwa kandungan kimia dari gaharu ini dapat dijadikan sebagai antibakteri, antimalarial, antivirus, analgesic, dan bakterisida. Hal ini berkaitan dengan penelitian Khalil dkk. (2013) yang menemukan beberapa senyawa bioaktif pada daun gaharu seperti alkaloid, triterpenoid, avonoid, saponin, dan tanin.
14
BUNGKANG Gardenia tubifera
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Gentianales Famili : Rubiaceae Genus : Gardenia
Spesies : Gardenia tubifera Wall. ex Roxb.
(Govaerts, 2017)
Bungkang merupakan tanaman perdu berumur tahunan dari famili Rubiaceae. Tanaman ini biasa ditemukan pada daerah dengan ketinggian 400 m dpl. Bungkang merupakan perdu tegak dengan tinggi 1-2 meter. Tanaman ini mempunyai batang bulat berkayu, bercabang, ranting muda, daunnya berlapis lilin dan tunggal. Daun berbentuk elips atau bulat telur tidak simetris, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, permukaan mengkilap. Daun berwarna hijau dan berbau harum (Dalimartha, 2005). Bungkang digunakan sebagai bumbu masak. Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap menyamakannya dengan daun salam, tetapi berbeda spesies dengan daun salam (Syzygium polyanthum) yang selama ini dikenal pada umumnya. Justru tanaman ini lebih dekat kekerabatannya dengan tanaman kacapiring (Gardenia jasminoides).
16
MANGGIS
Garcinia mangostana L.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferanales Famili : Guttiferae Genus : Garcinia Spesies :
Garcinia mangostana L
(Bahri dkk., 2012)
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara. Tanaman ini dapat tumbuh subur pada daerah yang mendapat banyak sinar matahari, kelembaban tinggi, serta musim kering yang pendek.
Manggis memiliki batang tegak dengan kulit batang cokelat dan memiliki getah kuning. Daun tanaman ini termasuk daun tunggal dengan posisi daun berhadapan atau bersilang berhadapan, permukaan daun mengkilat, berbentuk elips, dan memanjang (Nugroho, 2009).
Manggis biasa dimanfaatkan buahnya sebagai bahan makanan.
Buah manggis memiliki kandungan metaboit sekunder seperti Triterpene, mangostin, tannin, dan resin. Bagian lain yang juga memiliki manfaat sebagai obat adalah kulit manggis. Kulit manggis memiliki kandungan antosianin dan xanthone. Kandungan tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh sebagai antioksidan, anti-histamin, anti-inamasi, dan anti-mikroba (Nugroho, 2009)
18
SIRIH Piper betle L.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae Genus : Piper
Spesies : Piper bettle L.
(Tjitrosoepomo, 1993)
Sirih merupakan tanaman merambat yang bersandar pada batang pohon lain. Tinggi tanaman ini 5-15 m dengan batang berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas, dan merupakan tempat keluarnya akar. Sirih memiliki daun tunggal yang berbentuk jantung, berujung runcing, tepi rata, tulang daun melengkung, tumbuh berseling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Menurut Dalimartha (2006), Sirih tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan tumbuh pada ketinggian 200-1000 m dpl. Tanaman ini tumbuh di daerah hutan agak lembab dengan keadaan tanah yang lembab, daerah yang teduh dan terlindung dari angin.
Daun sirih biasa digunakan sebagai obat oleh Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap. Hal ini sejalan dengan Mooryati (1998) yang mengatakan bahwa daun sirih digunakan untuk mengobati bau mulut, sakit mata, keputihan, radang saluran pernapasan, batuk, sariawan dan mimisan. Selain itu menurut Wijaya dkk. (2004), sirih juga berpotensi sebagai insektisida alami yang bersifat sebagai pestisida yang ramah lingkungan.
20
EMPAKAN Durio kuteijensis
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales
Famili :
Malvaceae (Bombacaceae) Genus :
Durio
Spesies : Durio kuteijensis
(Wahida dkk., 2002)
Empakan atau disebut juga dengan lay memiliki tinggi pohon yang hampir sama dengan durian yakni dapat mencapai 50 meter. Daun tanaman ini lebih lebar dari daun durian, berwarna lebih hijau dari daun durian, dan pada bagian bawah berwarna kuning coklat keemasan yang lebih cerah dan mengkilat. Perbedaan antara empakan dan durian dapat dilihat dari kulit, daging, aroma, dan rasa pada buahnya. Kulit buah empakan berwarna kekuningan, duri lebih rapat, kecil, dan kurang tajam (lunak). Daging buah empakan lebih kering, berwatna kuning-jingga dengan aroma yang berbeda dari durian dan kurang menyengat (Wahida dkk., 2002)
22
TERAP
Artocarpus odoratissimus Blanco
Kingdom : Plantae
Divisi : Magoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Morales
Famili : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies :
Artocarpus odoratissimus Blanco
Terap merupakan pohon yang tingginya dapat mencapai 25 m dan berdiameter 40 cm. Tanaman ini terkadang memiliki akar papan kecil. Ranting pohon ini memiliki bulu-bulu panjang yang tersebar, berwarna kuning hingga merah. Daun tanaman ini berbentuk bulat telur tidak simetris, pinggirannya rata, ujungnya tumpul kadang lancip. Bunga tanaman ini tumbuh di ketiak daun.
Buah berbentuk agak bulat, berwarna kuning kehijauan, tertutup rapat oleh tonjolan-tonjolan yang panjangnya kira-kira 1 cm, daging buah berwarna putih. Terap biasa dijumpai di hutan sekunder sampai ketinggian 1000 m dpl.
Buah terap dapat dimakan sama halnya seperti buah nangka bahkan menurut masyarakat lebih enak dari nangka. Biji terap dapat dimakan setelah dibakar atau direbus selama 30 menit dengan air garam. Buah yang muda pun dapat dimanfaatkan sebagai sayur.
24
CEMPEDAK
Artocarpus integer (Tunb.) Merr.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Morales
Famili : Moraceae Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus integer (Tunb.) Merr.
Pohon cempedak mirip pohon nangka, namun lebih ramping.
Daun cempedak berbulu banyak dan lebih panjang bila dibandingkan dengan daun nangka. Bunga tersusun dalam tandan. Buah berbentuk bundar memanjang dengan kulit buah tidak sekasar kulit buah. Aroma buahnya sangat khas dan menusuk seperti bau campuran antara buah durian dan kemang. Daging buah melekat pada biji, tipis, lembek, berserat, berwarna kuning dan rasanya manis. Cempedak tumbuh baik pada ketinggian 0-700 m dpl dan membutuhkan rata-rata curah hujan sebanyak 2500- 3000 mm (Jansen dkk., 1992).
Menurut Jansen dkk. (1992), buah cempedak yang matang berbau harum menyengat, rasanya manis, daging buah kuning keputih- putihan dan dapat dimakan langsung sebagai buah segar. Namun karena buahnya lembek dan lengket, biasanya digoreng terlebih dahuu dengan tepung sebelum dimakan. Biji buah cempedak lunak sehingga setelah direbus atau dibakar dapat juga dimakan.
Dami (bagian antara kulit buah dan daging buah) juga dapat dimakan setelah direndam air garam selama satu hari satu malam, ditiriskan, dan kemudian digoreng.
26
DURIAN
Durio zibethinus Murr.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Bombacaceae Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr.
(Wiryanta, 2008)
Durian biasanya berukuran sedang hingga besar yang tingginya mencapai 50 m dan umurnya dapat mencapai puluhan hingga ratusan tahun. Bentuk pohonnya (tajuk) mirip segitiga dengan kulit batangnya berwarna merah cokelat gelap, kasar, dan kadang terkelupas. Bunga durian memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam 1 bunga sehingga tergolong bunga sempurna. Aroma dari buahnya cukup menyengat. Buahnya berduri dan bila dibelah di dalam buahnya terdapat ruang-ruang yang biasanya berjumlah lima. Warna buahnya bervariasi dari putih, krem, kuning sampai kemerahan (Widyastuti dkk., 1993). Daun dari buah durian bervariasi sesuai dengan varietasnya.
Buah durian merupakan salah satu buah yang digemari masyarakat sebagaimana di Dusun Sadap. Struktur dari daging buahnya beragam, ada yang tipis dan juga tebal. Buah durian sendiri berwarna hijau hingga kecoklatan dan tertutup dengan duri yang berbentuk menyerupai piramid lebar, tajam, dan panjangnya 1 cm. Tiap pohon durian dapat menghasilkan buah antara 80- 100 butir, bahkan hingga 200 buah, terutama pada pohon durian berumur tua (Rukmana, 1996).
28
TUBA
Derris elliptica Benth
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Rosales
Famili : Caesalpiniaceae Genus : Derris
Spesies : Derris elliptica Benth
(Starr dkk., 2003)
Menurut Starr dkk. (2003), tanaman tuba termasuk jenis merayap yang membelit dengan panjang 5-12 meter dengan panjang daun antara 15-30 cm. Sisi bawah daun berwarna hijau keabu-abuan dan daun yang masih muda berwarna ungu. Panjang tangkai dan anak tangkai bunga 12-6 cm. Jumlah biji 1-3 dengan musim berbuah 9 bulan pada bulan April-Desember. Buah polong berbentuk oval sampai memanjang dengan ukuran 3,5-7 cm.
Tamanan tuba mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah di Indonesia. Hingga saat ini lebih dari 80 spesies tanaman tuba tersebar dari selatan timur Asia (Adharini, 2008).
Akar tanaman tuba dimanfaatkan oleh Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap sebagai bahan pembuat racun ikan untuk menangkap ikan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Maini dkk. (1993) bahwa tanaman tuba yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian akar, karena mengandung senyawa rotenone (C23H22O6) (0,3-12%) yang merupakan senyawa aktif untuk membunuh hama tanaman dan ikan liar. Rotenone yang masuk ke dalam tanaman akan membuat organisme di daun, batang, dan akar sulit bernapas karena tidak mendapat oksigen.
Senyawa roteone dapat memasuki insang ikan secara langsung dan kerja rotenone adalah menghambat proses oksidasi ganda NADH2, sehingga ikan tidak dapat melakukan respirasi (Hinson, 2000).
30
ULIN / BELIAN
Eusideroxylon zwageri T. et B.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophytha Kelas : Monocotyl Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae Genus : Eusideroxylon Species :
Eusideroxylon zwageri T. et B.
(Nurhasybi, 2000)
Ulin termasuk tanaman dengan ketinggian sedang. Ketinggian pohon dewasa sekitar 40 – 50 m, batang lurus dengan batang bebas cabang mencapai 20 m. Diameter batang dapat mencapai 150 - 220 cm. Kulit batang berwarna merah atau abu- abu kecoklatan. Ulin memiliki tajuk lebat dengan bentuk membulat dengan percabangan mendatar. Jumlah cabang tidak begitu banyak, akan tetapi besar dan berat. Daun tersusun secara spiral.
Bentuk daun bulat lonjong tanpa daun penumpu. Ujung daun runcing sampai meruncing dengan pangkal daun membulat. Daun yang masih muda berwarna kemerahan dan daun dewasa berwarna hijau. Permukaan atas halus sedangkan permukaan bagian bawah berbulu (Kostermans dkk., 1994).
Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap mengatakan bahwa kayu ulin merupakan kayu yang berkualitas dan biasa digunakan untuk bahan bangunan. Sebagaimana dikatakan Haygreen dkk. (1986), bahwa ulin merupakan salah satu dari kelompok kayu indah dimana kayu Ulin adalah kayu yang sangat berat dan paling awet di dunia. Ulin juga menghasilkan kayu yang sangat keras sehingga digolongkan ke dalam jenis kayu Kelas Awet tingkat I dan Kelas Kuat tingkat I di Indonesia. Keawetan kayu merupakan daya tahan terhadap serangan perusak kayu dari golongan biologi misalnya rayap sedangkan kekuatan kayu merupakan kemampuan kayu
32
LANGSAT
Lansium domesticum Corr.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida
Ordo :
Sapindales Famili : Meliaceae
Genus :
Lansium
Spesies :
Lansium domesticum Corr.
(Mayanti, 2009)
Langsat atau disebut juga dengan duku merupakan tanaman yang tidak asing bagi Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap. Buah langsat merupakan salah satu buah yang umum dijumpai dan dikonsumsi masyarakat. Menurut Mayanti (2009), Langsat merupakan tanaman berupa pohon tinggi yang tegak dan menahun. Batangnya beralur-alur dalam dan menjulur tinggi. Kulit batangnya berwarna cokelat kehijauan atau keabu-abuan, pecah-pecah, dan bergetah putih. Kulit batangnya tipis dan sukar dilepaskan dari batangnya. Daun langsat merupakan daun majemuk ganjil tersusun berselang-seling. Setiap rangkai daunnya terdiri atas 5-7 helai anak daun yang berbentuk elips panjang, memiliki tepi rata, pangkal asimetrik dan ujungnya meruncing.
Kedua permukaan daun duku berwarna hijau tua atau agak kekuningan. Bunganya merupakan bunga majemuk tandan.
Bentuk bunganya seperti mangkuk dan merupakan bunga biseksual (terdapat putik dan benang sari dalam 1 bunga). Kelopak bunga tebal dan berjumlah 5 helai. Mahkota bunganya terdiri dari 4-5 helai dan tebal. Bakal buahnya terdiri dari 4-5 ruang. Buahnya berbentuk tandan, bentuk buahnya bulat atau bulat memanjang berdiameter sekitar 2-4 cm. Kulit buah muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning saat matang. Daging buahnya tebal, putih jernih agak transparan, agak kenyal, dan rasanya manis atau manis keasaman. Langsat tumbuh pada ketinggian kurang dari 600 m dpl.
34
TENGKAWANG Shorea pinanga Scheff..
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dikotil
Ordo : Malvales Famili : Dipterocarpaceae Genus : Shorea
Spesies :
Shorea pinanga Scheff.
(Alamendah, 2004)
Pohon tengkawang hidup pada punggung bukit di bawah ketinggian 700 m. Pohon sedang sampai besar dengan diameter mencapai 125 cm dan tinggi pohon mencapai 50 m, batang lurus berbentuk silinder. Tajuk terbuka dengan cabang-cabang melebar Permukaan kulit rata dengan warna coklat merah jambu pucat.
Bentuk daun elips, tunggal, alternate, tepi daun entire, ujung daun acuminate, pangkal daun cuneate. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 10 – 16 pasang dan pertulangan daun tersier bentuk tangga. Permukaan daun bagian atas dan bawah licin, helaian daun berukuran sedang dengan ukuran 11,5 – 21 x 4,9 – 9,1 cm. Tangkai daun licin, berwarna kelabu atau coklat kelabu dengan ukuran 1,1 – 2,2 cm. daun penumpu berbentuk lanset, berwarna merah, besar dan berukuran 36 – 60 x 12 – 17 mm (Soerianegara dan Lemmens 1994).
Masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap telah mengenal tengkawang sebagai kayu yang digunakan untuk bahan bangunan. Menurut Martawijaya dkk. (1981) sebagai salah satu jenis kayu primadona hutan tropika mulai sulit dicari di pasaran, eksploitasi terhadap jenis ini sangat besar sejalan dengan kebutuhan kayu konstruksi yang meningkat. Kayu tengkawang terutama dipakai untuk venir dan kayu lapis, disamping itu dapat juga dipakai untuk bangunan perumahan, kayu perkapalan, alat musik, mebel atau peti pengepak.
36
KABU
Ceiba pentandra (L.) Gaertn..
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Malvaceae Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba pentandra (L.) Gaertn.
(Heyne, 1987)
Kabu atau biasa juga disebut kapuk randu memiliki ketinggian mencapai 8-30 m dan memiliki batang pohon utama yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m, pada batangnya juga terdapat duri-duri tempel besar yang berbentuk kerucut. Tanaman ini tahan kekeringan sehingga dapat tumbuh di kawasan pinggir pantai serta lahan-lahan dengan ketinggian 100-800 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan tahunan 1.000-2.500 mm dan suhu dari 20- 27°C (Widhianti, 2011). Kabu memiliki daun majemuk menjari, bergantian dan berkerumun di ujung dahan. Berbentuk lonjong sampai lonjong sungsang, ujung meruncing, dasar segitiga sungsang terpisah satu sama lain, hijau tua di bagian atas dan hijau muda di bagian bawah. Bunga menggantung majemuk, bergerombol pada ranting, hermaprodit, keputih-putihan dan besar. Bunga berwarna putih sampai merah muda, putik dengan bakal buah menunpang, dekat ujung panjang dan melengkung, kepala putik membesar (Heyne, 1987). Sebagaimana pada umumnya, masyarakat Dayak Iban di Dusun Sadap juga memanfaatkan tanaman ini untuk membuat bantal dan kasur.
38
RAMBUTAN
Nephelium lappaceum
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Sapindaceae Genus : Nephelium Spesies :
Nephelium lappaceum
(Prihatman, 2000)
Menurut Prihatman (2000), rambutan termasuk tanaman tropis yang berasal dari Indonesia dan telah menyebar ke daerah beriklim tropis lainnya seperti Filipina, Malaysia dan negara-negara Amerika Latin.
Pertumbuhan rambutan sangat dipengaruhi oleh iklim, terutama ketersediaan air dan suhu. Intensitas curah hujan berkisar antara 1.500 – 2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Intensitas cahaya matahari sangat berperan penting, karena berkaitan erat dan mempengaruhi suhu lingkungan. Kelembaban udara yang dibutuhkan oleh rambutan tergolong rendah, karena pada kelembaban udara yang rendah, udara akan menjadi kering dengan sedikit uap air, dan kondisi tersebut cocok untuk pertumbuhan rambutan.
Rambutan selain menjadi tanaman konsumsi mempunyai manfaat lain yaitu seluruh bagian dari rambutan sebagai tanaman obat (Setiawan, 2003). Bagian dari rambutan yang dapat digunakan yaitu, kulit kayu, daun, kulit buah dan biji. Manfaat dari bagian- bagian rambutan antara lain kulit kayu sebagai obat sariawan, daun sebagai perawatan rambut, kulit buah sebagai obat disentri dan demam, serta biji sebagai obat kencing manis.
40
ENAU
Arenga pinnata
Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida
Ordo :
Arecales Famili : Arecaceae Genus : Arenga Spesies :
Arenga pinnata Merr
Tanaman enau (Arenga pinnata Merr.) merupakan tanaman perkebunan yang sangat potensial untuk dibudidayakan pada masa yang akan datang, karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan prospektif untuk diusahakan secara komersial mengingat kegunaannya yang beragam. Enau dapat dimanfaatkan sebagai penghasil nira (bahan utama gula, wine, cuka dan alkohol), sumber energi terbarukan (bioetanol), sumber karbohidrat (tepung), bahan campuran makanan dan minuman (kolang-kaling), bahan bangunan (batang) dan sebagai tanaman konservasi untuk lahan kritis.
Tanaman enau berasal dari wilayah Asia Tropis dan menyebar secara alami mulai dari India Timur di Sebelah Barat, hingga mencapai Laos, Kamboja, Srilangka, Thailand, Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Filipina di Sebelah Timur (Deptan 2009). Enau dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan ketinggian antara 0-1.500 m dpl, dengan suhu rata-rata 25 °C dan curah hujan 1.200 mm per tahun. Di Indonesia tanaman enau banyak ditemukan tumbuh secara liar pada daerah perbukitan dan lembah, dan berkembang tanpa dibudidayakan.
42
BEMBAN
Donax canniformis
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Commelinids Ordo : Zingiberales Famili : Marantaceae Genus : Donax
Spesies : Donax canniformis
Bamban (Donax canniformis (G. Forst.) K. Schum.) adalah tanaman yang sangat potensial sebagai tanaman obat. Berdasarkan beberapa hasil kajian etnofarmasi yang dilakukan di berbagai tempat yaitu Serampas, Jambi dan Serang, Banten diketahui bahwa tanaman bamban digunakan sebagai obat bisul (Hariyadi dkk., 2012) dan (Djarwaningsih, 2010), di Mempawah, Sanggau dan Landak, Kalimantan Barat digunakan sebagai obat jerawat (Diba dkk., 2013), di Pulau Wawonii dan Muna, Sulawesi Tenggara dan digunakan sebagai penutup luka untuk mencegah infeksi (Rahayu dkk., 2006) dan (Windadri dkk., 2006). Namun, sedikit sekali penelitian untuk menguji efek-efek farmakologi yang dimiliki oleh bamban. Sejauh ini penelitian yang dilakukan hanya untuk menguji efek antioksidan (Daud dkk., 2011).
44
Kebun etnobotani yang terletak di Dusun Sadap merupakan hasil inisiasi dari masyarakat Dusun Sadap sendiri. Masyarakat Dusun Sadap merasa bahwa potensi yang terdapat disekitar tempat tinggal mereka sangatlah tinggi. oleh karena itu, sebagai bentuk upaya konservasi maka dibentuknya Kebun Etnobotani. Kebun ini berisi tentang berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh dan berkembang secara alami. Terdapat juga tumbuhan yang berasal dari luar, seperti jenis aren yang didatangkan dari Tomohan, Sulawesi Utara.
Kebun etnobotani Dusun Sadap merupakan kebun etnobotani yang pertama kali di Desa Menua Sadap, bahkan di Kabupaten Kapuas Hulu. Kebun ini termasuk masih dalam kategori awal dan berusia muda, karena baru di launching pada tanggal 16 Maret 2018, bertepatan dengan Hari Bhakti Rimbawan yang ke 35 lingkup Balai Besar Tanabentarum. Karena terhitung masih seumur jagung, maka perlu dilakukan beberapa pengembangan kedepan agar kebun ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Dusun Sadap secara khusus dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan secara umum. Kedepan kebun ini akan dijadikan salah satu destinasi wisata di Dusun Sadap, sebagai penunjang wisata di Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun.
PENGELOLAAN KEBUN ETNOBOTANI
Beberapa ide pengembangan yang perlu dilakukan antara lain : 1. Pembuatan jalur atau track di dalam kebun etnobotani
Secara tidak langsung, jalur atau track di dalam kebun etnobotani sudah ada. Namun, kondisi jalur atau track tersebut masih belum tertata dengan rapi. Kedepan perlu dilakukan kegiatan untuk menata jalur atau track agar lebih tertata rapi.
2. Identikasi dan Tagging nama vegetasi
Salah satu motivasi yang mendorong terwujudnya kebun etnobotani di Dusun Sadap adalah tingginya potensi keanekargaman hayati terutama vegetasi didalamnya.
Agar pengunjung mengetahui potensi tersebut, maka perlu dilakukan identikasi dan penamaan atau tagging terhadap vegetasi yang berada di dalam kebun tersebut.
3. Pembuatan papan informasi dan media informasi lainnya Setelah dilakukan inventarisasi, perlu juga dilakukan pembuatan papan informasi yang berisi potensi dan nilai manfaat atau kegunaan vegetasi di dalam kebun etnobotani. Selain itu, perlu juga dilakukan pembuatan media informasi lainnya, seperti pembuatan leet, booklet, buku panduan, dan lain –lain yang memuat potensi dan manfaat jenis – jenis vegetasi di dalam kebun.
4. Pembentukan dan penguatan kelembagaan
Setelah kebun etnobotani tertata dengan baik, maka perlu disusun kelembagaan dan penguatan kelembagaan yang berperan sebagai pengelola kebun etnobotani tersebut.
kelembagaan berasal dari warga masyarakat Dusun Sadap.
Sedangkan penguatan kelembagaan dalam bentuk pelatihan – pelatihan, meliputi pelatihan pemandu wisata (guide), pelatihan melayani tamu, pelatihan interpreter wisata, dan lain sebagainya.
46
5. Pembangunan sarpras pendukung
Pembangunan sarpras pendukung ini berperan sebagai pendukung kegiatan wisata dan edukasi di dalam kebun etnobotani, seperti pembuatan pondok belajar, ruang informasi, gazebo, dan galeri atau showroom yang menyajikan barang – barang cinderamata bagi para wisatawan.
Rumah Betang Dusun Sadap
Pintu Masuk Kebun Etnobotani
Sungai Embaloh
Kandang Babi Kandang
Sapi
Dapur Biogas
Rumah Produksi
Menuju Mataso
Kantor Resort Sadap
SD Negeri Sadap
Tubuk Keterangan :
Kundung Nangka Gaharu
Bungkang Manggis Sirih Empakan Terap
Cempedak
Tuba Ulin/Belian Langsat Durian
Tengkawang Kabu
Rambutan Aren Bemban Jalan Setapak Dusun
Jalan Inspeksi Biogas
Jalan setapak kebun Etnobotani
Rumah Betang
Adharini, Gus. 2008. Uji Keampuhan Ekstrak Akar Tuba (Derris Elliptica Benth) Untuk Pengendalian Rayap Tanah. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Backer, C. A. dan B. v. D. Brink. 1963. Flora of Java Vol. I. N.V.P Noordhoff Groningen The Netherlands.
Dalimartha S. 2005. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Penerbit Penebar swadaya. Bogor.Bahri dkk., 2012
Daud, J. M., H. H. M. Hassan, R. Hashim and M. Taher. 2011.
Phytochemicals Screening and Antioxidant Activities of Malaysian Donax Grandis Extracts. European Journal of Scientific Research, Vol.61, No.4: 572-577.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Terjemahan. Yogyakarta: UGM Press.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terj. Badan Libang Kehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan Jakarta Pusat.
Hinson, D. 2000. Rotenone Characterization and Toxicity in Aquatic System. Principles of Enviromental Toxicology. Idaho. 1 – 13
Irawan, B., J Kusmoro dan S R Rahayuningsih. 2007. Kajian Taksonomi K u l t i v a r D u r i a n D i K a b u p a t e n S u b a n g J a w a B a r a t. http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses tanggal 25 Oktober 2018.
Jansen, P. C. M. V., E.W.M. dan Coronel, R. E. 1992. Artocarpus integer (Thumb) Merr. Edible Fruits and Nuts. PROSEA Bogor Indonesia, Bogor Kostermans, A.J.G.H., B. Sunarno, A. Martawijaya and S. Sudo. 1994. In
Soerianegara and R.H.M.J. Lemmens (ed.). PROSEA No. 5 (1): Timber Tress: Major Commercial Timbers. Bogor: PROSEA.
Maini, P. N and Rejesus, B. M. 1993. Moluscicidal Activity of Derris eliptica (Fam. Leguminosea). Phillipine Journal of Science, 122 : 61 -75
Martawijaya A et al. 1981. Atlas kayu Indonesia (jilid I). Bogor: Balitbang.
Pustaka.
Nugroho AE. 2009. Manggis (Garcinia Mangostana L.): dari kulit buah yang terbuang hingga menjadi kandidat Suatu Obat. Majalah Obat Tradisional. 12(42):1–9.
Nurhasybi. 2000. Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Publikasi Khusus Volume II No.3. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Prakash, Om., K, Rajesh., M , Anurag., and G, Rajiv. 2009. Artocarpus heterophyllus (Jackfruit): An overview, India : Review Article, 3 (6) : 353-358
Prihatman, Kemal. 2000. Tentang Budidaya pertanian Rambutan (Nephelium lappeceum). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.
Rukmana, R., 1997. Budi Daya Nangka. karisma, Yogyakarta.
Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara.
Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 1993 Plant resources of South-East Asia 5(1): Timber trees: major commercial timbers. Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, Belanda.
Starr, F. K. Starr, and L. Loope. 2003. Derris elliptica. United states Geological Survey Biological Resources Division Haleakala Field Station. Maui. Hawai'i.
Tjitrosoepomo, Gembong., 1993. Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Uluk, Asung, Made Sudana, dan Wollenberg, Eva. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak Terhadap Hutan di Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. Center of International ForestryReserach. Jakarta.
Utami S, Haneda NF. 2010. Pemanfaatan etnobotani darihutan tropis Bengkulu sebagai pestisida nabati. JMHT. 16(3): 143-147.anjarbaru.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Wijaya, S. dan Soemartojo. 2004. Uji Efek Bioinsektisida Ekstrak Daun Sirih (Piper bettle L.) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Linn. Dalam Pelarut Polar dan Non Polar. Fakultas Farmasi Unika Widya Mandala.
Universitas Airlangga. Surabaya
Windadri, F. I., M. Rahayu, T. Uji, & H. Rustiami. (2006). Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Bahan Obat oleh Masyarakat Lokal Suku Muna di Kecamatan Wakarumba, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Biodiversitas, Vol. 7, No. 4: 333-3.
Wiryanta, Bernard. 2008. Sukses Bertanam Durian. Agromedia Pustaka.
Jakarta,
BALAI BESAR TAMAN NASIONAL
BETUNG KERIHUN DAN DANAU SENTARUM
MUH. AMAL NURHAKIM, S.Si
Lahir di Tegal, 2 Desember 1991
Bekerja sebagai Polisi Kehutanan di Resort Sadap SPTN Wilayah I Lanjak BPTN Wilayah I Mataso Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum
Alumni Jurusan Biologi Universitas Diponegoro angkatan 2010
AHMAD RINDOAN, S.Hut.
Lahir di Pati, 3 Januari 1990
Bekerja sebagai Pengendali Ekosistem Hutan di Resort Sadap SPTN Wilayah I Lanjak BPTN Wilayah I Mataso Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum
Alumni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada angkatan 2009