• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of The EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU DALAM PENANGANAN MEMUTUS MATA RANTAI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of The EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU DALAM PENANGANAN MEMUTUS MATA RANTAI COVID-19"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU DALAM PENANGANAN MEMUTUS MATA RANTAI COVID-19

HIKMAH WAHYUNI

Jl. Soekarno Hatta No.43, Anggut Atas, Kec. Ratu Samban, Kota Bengkulu, [email protected]

Abstract

The Covid-19 pandemic has not only had an impact on public health, but has also affected the economic conditions, education and social life of the Indonesian people. Based on data from the National Disaster Management Agency (BNPB), the number of positive patients infected with Covid-19 in Indonesia reached 4,114,334 positive cases of people as of December 31 2021. This pandemic has caused several local governments, especially Lubuklinggau City, to implement a Large-Scale Social Restrictions (PSBB) policy which has implications for limiting community activities, including economic activities, educational activities, and other social activities. This study uses qualitative research. Based on the results of the research, it can be concluded that effectiveness has not been maximized to be implemented. This condition can be seen by the high number of cases of people infected with Covid-19. Second, the efficiency of the policy for handling Covid-19 in Lubuklinggau City is still not related to the budget used and the lack of human resources in the process of handling Covid-19. Third, responsiveness. The implementation of the policy for handling Covid-19, the Government of Lubuklinggau City has not been very responsive to the handling of the Covid-19 pandemic. This can be seen from the slightly late Lubuklinggau City Government making regulations to prevent the spread of Covid-19, such as the recently issued Lubuk Linggau Mayor Regulation No. 31 of 2020 concerning Guidelines for the Implementation of Discipline and Law Enforcement of Health Protocols as an Effort to Prevent and Control Corona in August 2021 which in July 2020 Lubuklinggau City was categorized as a red zone, which means cases of being infected with Covid-19 are very high. Meanwhile, the first case of Covid-19 was detected in Lubuklinggau City in early April 2021.

Keywords: Covid-19, Policy, Handling

Abstrak

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga memengaruhi kondisi perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pasien positif terinfeksi Covid-19 di Indonesia mencapai 4.114.334 kasus positif orang per 31 Desember 2021. Pandemi ini menyebabkan beberapa pemerintah daerah terkhusus Kota Lubuklinggau menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berimplikasi terhadap pembatasan aktivitas masyarakat, termasuk aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, dan aktivitas sosial lainnya. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Efektivitas belum maksimal untuk diimplementasikan. Kondisi itu terlihat dengan sempat tingginya kasus masyarakat yang terinfeksi Covid-19. Kedua, efesiensi dari kebijakan penanganan Covid-19 di Kota Lubuklinggau masih kurang terkait dengan anggaran yang digunakan dan kurangnya sumberdaya manusia pada proses penanganan Covid-19. Ketiga, responsivitas Implementasi kebijakan penanganan Covid-19 Pemerintah Kota Lubuklinggau belum begitu responsif terhadap penanganan pandemi Covid-19. Hal ini dapat dilihat dari sedikit terlambatnya Pemerintah Kota Lubuklinggau membuat peraturan pencegahan penyebaran Covid-19 seperti baru diterbitkannya Peraturan Walikota Lubuk Linggau No. 31 Tahun 2020 tentang Pedoman Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona pada bulan Agustus 2021 yang mana pada bulan Juli 2020 Kota Lubuklinggau dikatagorikan sebagai zona merah yang artinya kasus terinfeksi Covid-19 sangat tinggi.

Sedangan kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi di Kota Lubuklinggau terjadi di awal bulan April 2021.

Kata Kunci: Covid-19, Kebijakan, Penanganan

(2)

PENDAHULUAN

Berawal dari laporan Cina kepada World Health Organization (WHO) terdapat 44 pasien pneumonia yang berat di suatu wilayah yaitu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yang diduga muncul dari pasar basah yang menjual ikan, hewan laut dan berbagai hewan lain. Pada awal tahun 2020 kondisi tersebut baru teridentifikasi bahwa gejala itu adalah virus corona atau lebih dikenal dengan (Covid-19). Virus ini menular langsung antar manusia (human to human) sehingga mengakobatkan peningkatan jumlah kasus yang sangat tinggi pada akhir bulan Januari tahun 2020 diseluruh belahan dunia tak terkecuali di Indonesia. Upaya pencegahan penyebaran virus tersebut telah dilakukan oleh Pemerintah dengan menerapakan kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang tertuang dalam UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Kota Lubuklinggau merupakan salah satu daerah yang memiliki kasus penyebaran Covid-19 cukup tinggi dengan jumlah kasus terkonfimasi positif berjumlah 7651 orang tertinggi per Desember 2021. Sedangkan dalam insiden kumulatif tertinggi dan kasus angka kematian tertinggi ditempati oleh kota Lubuklinggau, yakni dengan 486,96 kasus insiden kumulatif dan 17,16 kasus kematian per 100.000 penduduk. Dengan kondisi tersebut Pemerintah Kota Lubuklinggau telah melakukan berbagai upaya melalui kebijakannya untuk menekan kasus COVID- 19 diantaranya kebijakan penerapan protocol kesehatan dengan mengintruksikan masyarakat untuk wajib menggunakan masker di luar rumah, social distancing sampai dengan PSBB (pembatasan social berskala besar) dan PPKM akan tetapi belum memberikan hasil yang maksimal dalam menekan penyebaran kasus Covid-19 di Kota Lubuklinggau.

Persoalan utama penelitian ini dalam upaya penanganan Covid-19 di Kota

Lubuklinggau terkait dengan pelaksanaan kebijakan protokol penanganan virus corona dalam kebijakan vaksinasi terbilang rendah.

PENELITIAN TERDAHULU

Hasil Penelitian Helly F Kolondam, EJurnal Administrasi Publik, Universitas Padang, Vol 7 No. 123, 2021. Penelitian ini berjudul “Implementasi Kebijakan Pemerintah Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanggulangan Covid-19 Di Desa Kuma Selatan Kecamatan Essang Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan diteliti, penelitian tersebut berfokus pada permasalahan perilaku perangkat desa dalam menghadapi pandemi covid- 19 di desa Kuma, sedangkan penelitian yang akan diteliti mengenai upaya Pemerintah Kota Lubuklinggau dan perilaku masyarakat pada pelaksanaan kebijakan protokol penanganan Covid-19. Adapun persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama sama menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan indikator variabel yang akan dibahas ialah pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Hasil Penelitian Ni Nyoman Pujaningsih, I.G.A.AG Dewi Sucitawathi P, EJurnal Administrasi Publik, Universitas Islam Negeri Bengkulu , Vol 9 No. 98, 2020.

Penelitian ini berjudul “Penerapan kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) Dalam Penanggulangan Wabah Covid-19 di Kota Denpasar”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan diteliti, penelitian tersebut berfokus pada penerapan kebijakan PKM di Kota Denpasar meliputi beberapa hal yaitu pembatasan kerumunan masyarakat, larangan bepergian tanpa menggunakan masker, pergerakan masyarakat tanpa tujuan jelas, larangan kendaraan roda empat yang penuh penumpang, pembatasan aktivitas kendaraan

(3)

barang dan pembatasan jam operasional kegiatan usaha (toko) menunjukan efektifitas dalam menekan Kasus covid-19.

DAMPAK PANDEMI COVID-19

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga memengaruhi kondisi perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pasien positif terinfeksi Covid-19 di Indonesia mencapai 4.114.334 kasus positif orang per 31 Desember 2021. Pandemi ini menyebabkan beberapa pemerintah daerah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berimplikasi terhadap pembatasan aktivitas masyarakat, termasuk aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, dan aktivitas sosial lainnya.

KEBIJAKAN KESEHATAN

Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan, pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan perlindungan terhadap kaum rentan.

Kebijakan kesehatan juga peduli terhadap dampak dari lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan. Kebijakan kesehatan dapat bertujuan banyak terhadap masyarakat, untuk kebanyakan orang kebijakan kesehatan itu hanya peduli kepada konten. Contohnya, pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta atau kebijakan dalam hal pemantapan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kebijakan kesehatan berpihak pada hal-hal yang dianggap penting dalam suatu institusi dan masyarakat, bertujuan jangka panjang untuk mencapai sasaran, menyediakan rekomendasi yang praktis untuk keputusan-keputusan penting.

POLA RELASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH ERA PANDEMI COVID - 19

Dalam konteks pembagian urusan pemerintahan, maka koordinasi yang baik antara pusat dan daerah menjadi penentu sukses tidaknya kebijakan-kebijakan di level daerah, termasuk mengenai persoalan penanganan Covid -19. Pemerintah daerah dinilai lebih memahami kondisi masyarakat dan daerahnya serta lebih dekat dengan publik penerima layanan atau kebijakan dari pemerintah. Di sisi lain, pemerintah pusat harus memastikan keberimbangan pembangunan antar daerah dengan menggali potensi masing-masing daerah dan berupaya menciptakan pemerataan. Terkait dengan penanganan Covid -19 maka peran pemerintah pusat ibarat dirigen dalam sebuah orkestra dan daerah adalah berbagai musisi yang memegang beragam alat musik.

Kerjasama dan koordinasi yang baik antara pemain musik dan dirigen akan menghasilkan sebuah orkestrasi yang apik, begitupula koordinasi dan kerjasama yang baik antara pemerintah pusat dan daerah akan sangat membantu dalam melawan Covid-19

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengambil bentuk penelitian kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif diambil karena dinilai sesuai dengan tujuan dari penelitian ini sendiri yang berusaha untuk menjelaskan dan menginterpretasikan Kebijakan Pemerintah Kota Lubuklinggau dalam Penanganan Memutus Mata Rantai Covid-19 (Studi kasus yang dilakukan dalam rentan waktu April 2020 sampai dengan Desember 2021), berbeda dengan penelitian kuantitatif yang cenderung memiliki tujuan untuk menjelaskan tautan antar variabel dalam suatu fenomena dan lebih bertujuan untuk membuktikan sebuah hipotesis atau bahkan teori dalam tataran praktik yang biasanya dilakukan dengan logika deduktif. Selain itu, alasan peneliti memilih desain penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin mendeskripsikan keadaan yang akan diamati

(4)

di lapangan dengan lebih spesifik, transparan, dan mendalam terkait Kebijakan Pemerintah Kota Lubuklinggau dalam Penanganan Memutus Mata Rantai Covid-19.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian mulai dilaksanakan bulan November Tahun 2022.

Hasil penelitian yang diperoleh merupakan temuan data dan fakta yang terjadi dilapangan saat melakukan penelitian serta didukung oleh referensi yang dibutuhkan.

Selanjutnya data dan fakta yang ada dideskripsikan untuk kemudian dianalisis sehingga peneliti mendapatkan kesimpulan yang diharapkan bisa menjadi solusi yang kuat terkait permasalahan yang ada.

Beberapa aspek dalam pelaksanaan Implementasi Kebijakan sebagai berikut:

1. Efektifitas

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa pengadaan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan untuk menunjang pelayanan kesehatan dalam menekan dan memutus rantai peredaran Covid-19 berjalan dengan efektif. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya respon positif dari masyarakat yang merasakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada mereka melalui RSUD yang ada di Kota Lubuklinggau terutama di RSUD Petanang yang selain memiliki fasilitas kesehatan yang menunjang juga memiliki tenaga kesehatan yang mencukupi. Selain itu, penanganan Covid-19 melalui Peraturan Walikota yang mengintrusikan penegakan protokol kesehatan melalui wajib masker dan sosialisasi terkait pencegahan penyebaran Covid-19 serta pengadaan sarana dan prasarana kesehatan untuk memutus rantai penularan covid sudah berjalan efektif. Akan tetapi, implementasi penegakan saksi

pelanggaran protokol kesehatan dan kebijakan memberlakukan PPKM (mikro) belum berjalan efektif karena berbenturan dengan kepentingan masyarakat dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari disaat pandemic Covid-19 terjadi.

2. Efisiensi

Berdasarkan hasil obervasi dan wawancara penulis dapat menjelaskan bahwa dari segi anggaran tidak efesien dengan adanya pengalihan untuk penanganan Covid- 19 namun pengaruhnya tidak menyeluruh ke masyarakat seperti bantuan langsung tunai untuk keadaan darurat PPKM Covid-19.

Begitupula dengan adanya pembangunan posko penanganan disetiap daerah hanya pemborosan anggaran dikarenakan tidak ada petugas yang berjaga.

3. Responsivitas

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa responsivitas pemerintah dalam melihat persoalan ini terkesan kurang responsif. Hal ini dilihat dari kebijakan Peraturan Walikota yang baru diberlakukan pada bulan Agustus yang terbilang lama dari sejak munculnya Covid-19. Selain itu, terhitung sampai dengan anger Tahun 2022 Pemerintah Kota Lubuklinggau belum menerbitkan Peraturan Daerah untuk memperkuat peraturan pelaksananya. Akibatnya pemerintah kewalahan dalam menangani kasus yang terjadi di awal-awal Covid-19.

PENUTUP

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut: Efektivitas kebijakan penanganan Covid-19 di Kota Lubuklinggau dengan dikeluarkanya Peraturan Walikota Lubuk Linggau No. 31 Tahun 2020 tentang Pedoman Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona belum efektif. Hal tersebut ditunjukan dengan upaya

(5)

penegakan sanksi terhadap pelanggaran protokol kesehatan belum maksimal untuk diimplementasikan. Kondisi itu terlihat dengan sempat tingginya kasus masyarakat yang terinfeksi Covid-19 di pertengahan tahun 2021 tepatnya pada bulan Juli yang menyebabkan Kota Lubuklinggau dikatagorikan zona merah. Kedua, Efesiensi dari kebijakan penanganan Covid-19 di Kota Lubuklinggau masih kurang efisien terkait dengan anggaran yang digunakan dan kurangnya sumberdaya manusia pada proses penanganan Covid-19. Hal ini terlihat dari penggunaan dana yang besar untuk penanganan Covid-19 belum berdampak secara maksimal terhadap masyarakat secara umum dan tidak terserap secara optimal terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Serta pembuatan posko yang bersumber dari dan hibah Pemerintah Pusat juga tidak efektif dan efisisen, terlihat dari posko penanganan Covid-19 di tingkat kelurahan kurangnya petugas, bahkan tidak ada petugas yang berjaga sebagai salah satu basis informasi penanganan pandemi Covid-19 di tingkat kelurahan. Yang mana posko itu seharusya

digunakan sebagai pusat koordinasi, sumber informasi terkait dengan penanganan Covid- 19. Sehingga masyarakat bisa lebih cepat mengetahui tren perkembangan/ penurunan kasus Covid-19 yang ada di Kota Lubuklinggau. Ketiga, responsivitas Implementasi kebijakan penanganan Covid- 19 Pemerintah Kota Lubuklinggau belum begitu responsif terhadap penanganan pandemi Covid-19. Hal ini dapat dilihat dari sedikit terlambatnya Pemerintah Kota Lubuklinggau membuat peraturan pencegahan penyebaran Covid-19 seperti baru diterbitkannya Peraturan Walikotaa Lubuk Linggau No. 31 Tahun 2020 tentang Pedoman Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona pada bulan Agustus 2021 yang mana pada bulan Juli 2020 Kota Lubuklinggau dikatagorikan sebagai zona merah yang artinya kasus terinfeksi Covid-19 sangat tinggi. Sedangan kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi di Kota Lubuklinggau terjadi di awal bulan April 2021.

DAFTAR PUSTAKA

Aditio Susilo, dkk. 2020, Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini,

http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/in dex.php/jpdi/article/view/415

Agustino, Leo. 2020. ANALISIS

KEBIJAKAN PENANGANAN

WABAH COVID-19:

PENGALAMAN INDONESIA,

Jurnal Borneo Administrator, 16 (2), 253-270.

https://doi.org/10.24258/jba.v16i2.68 5

Anisa, R. D., Rusdinal, R., & Firman, F.

(2021). Dampak COVID-19 terhadap Aktivitas Sosial Masyarakat Di Kota Lubuklinggau. Syntax Idea, 3(3), 611-619.

Diah Handayani. 2020. Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal respirologi Indonesia Vol. 40 Np. 2 April 2020.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Elza Astari Retaduari,

https://nasional.kompas.com/read/20 22/03/02/10573841/2-maret-2020- saat-indonesia-pertama-kali-dilanda- Covid-19. (diakses, 20 Juni 2022)

(6)

Gustance. 2019. Evaluasi Pelaksanaan Program Bantaun Pangan Non Tunai (BPNT) Dalam Mendorong Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGS Di Kota Bandar Lampung (Doctoral disertation, Universitas Lampung).

Jurnal Publik.

Humas BNPP. (January 31, 2020). PLBN Terpadu Entikong Bentuk Tim Gerak Cepat Penanggulangan Virus Corona.

https://bnpp.

go.id/index.php/berita/beritadetail/pl bn-terpadu-entikong-bentuk-

timgerak-cepat-penanggulangan- virus-Corona (diakses, 12 Mei 2022)

Humas Kemensetneg. (March 16, 2020).

Langkah Terpadu Pusat dan Daerah Tangani Penyebaran Virus Korona.

https://www.men

pan.go.id/site/berita-terkini/dari- istana/ langkah-terpadu-pusat-dan- daerah-tanganipenyebaran-virus- korona (diakses, 21 Februari 2022)

Humas Setkab. (May 4, 2020). Presiden Minta PSBB di 4 Provinsi serta 22 Kabupaten/Kota Diterapkan Secara Ketat dan Efektif. https://setkab.

go.id/presiden-minta-psbb-di-4- provinsi-serta-22-kabupaten-kota- diterapkan-secara-ketatdan-efektif/

(diakses, Desember 2021)

Ihsanuddin. (March 16, 2020). Jokowi Tegaskan Pemerintah Harus Tetap Sediakan Pelayanan Transportasi.

https://nasional.kompas.com /read/2020/03/16/15325561/jokowi- tegaskan-pemerintah-harus-tetap- sediakan-pelayanantransportasi (diakses, 10 Maret 2022)

Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19)

Putri, K. Retno. 2020. Efek Pandemi Covid- 19: Dampak Lonjakan Angka PHK Terhadap Penurunan Perekonomian di Indonesia. Jurnal Bismak. Vol.1 No. 1 Maret. Raho, Bernard, SVD.

2007. Teori Sosiologi Modern.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Rasyid, Ryas. 2003. Regional Autonomy and Local Politics in Indonesia. In:

Aspinal, Edward., & Fealy, Greg (Eds), Local Power and Politics in Indonesia: Decentralization and Demo- cratization.Singapura:

Institute of Southeast Asian Studies.

Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Bandung. PT. Raja Grafindo

Rondinelli, Dennis A., & Nellis, John R., &

Chema ,G Shabbir. 1983.

Decentralization in Developing Countries (A Review of Recent Experience). Washington DC: World Bank.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Yogyakarta : Media Pressindo

Referensi

Dokumen terkait

Selama masa pandemi COVID-19, hendaknya pelayanan imunisasi dilaksanakan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah masing-masing; memperhatikan angka kasus COVID-19, capaian

23 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH MELALUI PERAREM DESA ADAT DALAM PENANGANAN COVID 19 Sukawati Lanang P Perbawa Fakultas Hukum, Universitas Mahasaraswati Email: