• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuan Lahan dengan Metode Skoring di Kabupaten Aceh Besar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuan Lahan dengan Metode Skoring di Kabupaten Aceh Besar"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

e-ISSN : 2541-1934

Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuan Lahan dengan Metode Skoring di Kabupaten Aceh Besar

Muzailin Affan1*, Fadhil Hidayatullah2, Dahlan3

1,2Program Studi Informatika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala

3Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala

*Koresponden email: muzailin@unsyiah.ac.id

Diterima: 2 Oktober 2022 Disetujui: 15 Oktober 2022

Abstract

Aceh Besar District is designated as an Integrated Economic Development Zone (KAPET) with the potential for rapid economic and regional development. This has an effect on the demand for land and housing for development which at any time can increase sharply, if not accompanied by certain policies and considerations it can cause a decrease in land capacity and affect the sustainable development of the area. The demand for more rapid development can lead to uncontrolled land-use change, changes in spatial use, and trigger disasters that affect community economic development. This study aims to evaluate the suitability of land use based on the ability of the land to use spatial data in Aceh Besar District. This study uses the scoring method for spatial analysis that refers to the Permen PU No. 20 / PRT / M / 2007. The results showed that the land capability unit of Aceh Besar District had an average weight of 3, except for the land capability of the carrying capacity and foundation stability was less with a weight of 2-3. The land capability value of the Aceh Besar Regency is 71-121, with the highest land capability class being class c (value 83-109) covering an area of 215,861.16 Ha or 74.96% and is included in the medium development classification. The suitability of land use in Aceh Besar District has a high level of land-use suitability with an area corresponding to 277.887,38 Ha or 96,56% and an area according to conditionally covering 9.895,94 Ha or 3.44%, while the level of land use mismatch in Aceh Besar District is classified as low with an area of 2,15 Ha or 0,0007%.

Keywords: spatial analysis, scoring, land use, land capability, suitability of land use, land use directions, Aceh Besar District

Abstrak

Kabupaten Aceh Besar di arahkan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) dengan potensi pengembangan ekonomi dan wilayah secara pesat. Hal ini berpengaruh pada permintaan lahan dan perumahan untuk pembangunan yang sewaktu-waktu dapat meningkat tajam, jika tanpa diiringi dengan kebijakan dan pertimbangan tertentu dapat menimbulkan penurunan kemampuan lahan dan mempengaruhi sustainable development kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan menggunakan data spasial di Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan metode skoring untuk analisis spasial yang mengacu pada Permen PU No. 20/PRT/M/2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan kemampuan lahan Kabupaten Aceh Besar rata-rata memiliki bobot nilai 3, kecuali kemampuan lahan dari daya dukung dan kestabilan pondasi kurang dengan bobot nilai 2-3. Nilai kemampuan lahan Kabupaten Aceh Besar adalah 71-121, dengan kelas kemampuan lahan tertinggi adalah kelas c (nilai 83-109) seluas 215.861,16 Ha atau 74.96% dan termasuk ke dalam klasifikasi pengembangan sedang. Kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar memiliki tingkat kesesuaian penggunaan lahan tinggi dengan luasan sesuai 277.887,38 Ha atau 96,56% dan luasan sesuai bersyarat seluas 9.895,94 Ha atau 3,44%, sedangkan tingkat ketidaksesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar tergolong rendah dengan luasan 2,15 Ha atau 0,0007%.

Kata Kunci: analisis spasial, skoring, penggunaan lahan, kemampuan lahan, kesesuaian penggunaan lahan, arahan peruntukan penggunaan lahan, Kabupaten Aceh Besar

1. Pendahuluan

Perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah berimplikasi terhadap pertumbuhan penduduk dan kebutuhan penggunaan lahan [1]. Penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan bentuk kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan di permukaan bumi baik secara menetap atau berkala untuk memenuhi kebutuhan manusia berdasarkan kesesuaiannya [2]. Kesesuaian penggunaan lahan menggambarkan tingkat kecocokan suatu lahan terhadap penggunaan lahan tertentu [3]. Terdapat perbedaan kelas kesesuaian lahan

(2)

e-ISSN : 2541-1934

pada suatu wilayah tergantung pada klasifikasi kualitas lahan yang akan digunakan dan persyaratan lahan yang diinginkan [4]. Evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh dasaran dan/atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan dalam pembangunan ke depannya [5].

Kebutuhan lahan yang terus meningkat sejalan dengan tingginya pertumbuhan penduduk menyebabkan terjadinya benturan antara penggunaan lahan dengan rencananya pengembangannya [6].

Disamping itu juga berpotensi mempengaruhi peruntukan lahan lain di dekatnya [7]. Ketidaksesuaian penggunaan lahan mengakibatkan penurunan kemampuan lahan dalam mendukung kehidupan manusia di masa mendatang [8]. Kemampuan lahan merupakan penilaian lahan secara sistematis yang dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan sifat - sifat berupa potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan menggunakan pendekatan spasial. Secara umum kapasitas penggunaan lahan lebih menitikberatkan pada kemampuan lahan yang dapat diusahakan pada suatu wilayah tertentu [9].

Kabupaten Aceh Besar memiliki luasan ± 290.350,73 ha dan berbatasan langsung dengan Ibu Kota Provinsi Aceh yaitu Banda Aceh. Letak Kabupaten Aceh Besar yang strategis tersebut menjadikannya masuk sebagai kawasan penyangga, di antaranya dalam kebutuhan lahan dan perumahan. Kondisi geografis Kabupaten Aceh Besar berada di kawasan dengan persentase hutan lindung yang cukup luas mencapai ± 26% dari luasan wilayah, juga merupakan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Banda Aceh Darussalam, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang yang dapat menyebabkan perubahan guna lahan secara kompleks (RTRW Aceh Besar, 2012-2032). Pesatnya intensitas pemanfaatan ruang dan perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar menyebabkan tumbuhnya pusat-pusat kegiatan baru, jika tanpa disertai pertimbangan kemampuan lahan dapat menimbulkan dampak bagi keberlanjutan lingkungan.

Permasalahan lahan di Kabupaten Aceh Besar terletak pada alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan terbangun disebabkan tuntutan kebutuhan lahan akan pembangunan. Hal ini menimbulkan masalah baru terhadap kemampuan lahan yang beralih fungsi menjadi kawasan pembangunan sosial ekonomi di Kabupaten Aceh Besar. Lahan yang telah beralih fungsi dapat menimbulkan dampak negatif yang memicu terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor [10]. Terlebih Kabupaten Aceh Besar merupakan kawasan yang memiliki tingkat kerawanan bencana cukup tinggi, meliputi bencana tsunami, gempa bumi dan longsor (RTRW Aceh Besar, 2012-2032). Kejadian bencana juga memberikan dampak pada perubahan penggunaan lahan seperti degradasi lahan pertanian akibat erosi [11] dan berkurangnya lahan pertanian akibat Tsunami [12].

Degradasi lahan pertanian akibat erosi pernah terjadi di Lembah Seulawah Aceh Besar yang diakibatkan oleh pola penggunaan dan pengelolaan lahan yang salah [11]. Terancamnya keberadaan lahan pertanian di Kabupaten Aceh Besar disebabkan perubahan penggunaan lahan akibat bencana dan perubahan pemanfaatan ruang dari kawasan budidaya pertanian menjadi kawasan budidaya non pertanian (industri, perumahan, perdagangan) yang berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat [12]. Bencana alam dapat terjadi apabila terdapat ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan kemampuan lahan [10].

Berdasarkan permasalahan diatas, maka diperlukan suatu evaluasi terkait kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan di Kabupaten Aceh Besar dengan metode skoring yang tepat untuk mengetahui dan mengoptimalkan perkembangan perencanaan dan manajemen pembangunan daerah di Kabupaten Aceh Besar.

2. Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2020 yang berlokasi di Kabupaten Aceh Besar. Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang terletak pada 5,05°-5,75° LU dan 94,99°-95,93° BT. Luas Kabupaten Aceh Besar ± 290.350,73 Ha (2.903,50 km2). Peta lokasi penelitian secara spasial dapat dilihat pada Gambar 1. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Geographic Information System (GIS) and Remote Sensing, Laboratorium Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala.

(3)

e-ISSN : 2541-1934

Gambar 1. Lokasi penelitian di Kabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik yang menampilkan fakta dan skema rasio secara rasional, hal ini dimaksudkan agar ilmu yang dibangun berasal dari empiris dengan landasan teori dan kajian literatur [13]. Sementara itu, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisa Geographic Information System (GIS).

Adapun variabel-variabel yang digunakan pada penelitian yang merujuk pada Permen PU No. 27 Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Variabel Penelitian

Variabel Indikator

Analisis kemampuan lahan di

Kabupaten Aceh Besar Kemampuan Lahan

SKL Morfologi

SKL Kemudahan Dikerjakan SKL Kestabilan Lereng SKL Kestabilan Pondasi SKL Ketersediaan Air SKL untuk Drainase SKL terhadap Erosi SKL Pembuangan Limbah SKL Bencana Alam Evaluasi kesesuaian penggunaan

lahan berdasarkan kemampuan lahan di Kabupaten Aceh Besar

Kemampuan Pengembangan

Agak Tinggi Sedang Rendah Sumber: Permen PU No. 27, (2007)

Dalam menentukan nilai kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di Kabupaten Aceh Besar memerlukan input data spasial berupa peta dasar dan peta tematik yang dibobotkan berdasarkan Permen PU No.20/PRT/M/2007. Peta dasar yang digunakan yaitu (a) Peta Batas Wilayah dan (b) Peta Penggunaan Lahan. Peta tematik yang digunakan, yaitu (a) Peta Morfologi, (b) Peta Kelerengan, (c) Peta Ketinggian, (d) Peta Curah Hujan, (e) Peta Jenis Tanah, dan (f) Peta Rawan Bencana (Peta Kerentanan Gerakan Tanah, Peta Rawan Banjir & Peta Rawan Gunung Berapi). Sumber data setiap peta dapat dilihat pada Tabel 2.

(4)

e-ISSN : 2541-1934

Tabel 2. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian

No. Jenis Data Tahun Data Sumber Data Instansi

1.

Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar a. Batas Wilayah Kabupaten

Aceh Besar

b. Batas Wilayah Kecamatan Se Kabupaten Aceh Besar

2013

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012-2032

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Aceh Besar

2.

Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar a. Peta Penggunaan Lahan

Kabupaten Aceh Besar 2016

Neraca Penatagunaan Tanah (PGT) Provinsi Aceh

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Aceh

3.

Peta Tematik Kabupaten Aceh Besar a. Peta Kelerengan

b. Peta Ketinggian 2017 SRTM : Resolusi

Citra 30 meter

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh

c. Peta Morfologi d. Peta Curah Hujan e. Peta Jenis Tanah f. Peta Rawan Bencana

- Peta Kerentanan Gerakan Tanah

- Peta Rawan Banjir - Peta Rawan Gunung

Berapi

2013

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Aceh Besar

Identifikasi terhadap kondisi eksisting penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar dan analisa kemampuan lahan menggunakan analisis Geographic Information System (GIS), yaitu spatial analysis tool dengan cara overlay. Overlay adalah analisis tumpang tindih yang menempatkan grafis satu peta di atas grafis peta lainnya beserta atribut yang menghasilkan informasi spasial baru dari kedua peta tersebut.

3. Hasil dan Pembahasan Satuan Kemampuan Lahan

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) digunakan untuk mengetahui nilai kemampuan lahan. SKL Kabupaten Aceh Besar dianalisis berdasarkan Permen PU No. 27 Tahun 2007 tentang Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

1. Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan Morfologi

Hasil analisis kondisi satuan Kemampuan Lahan Morfologi di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 2.

Tabel 3. Satuan kemampuan lahan morfologi Kabupaten Aceh Besar

No. Morfologi Nilai Luasan (Ha) (%)

1. Kemampuan Lahan dari Morfologi Tinggi 1 38.565,37 13,33%

2. Kemampuan Lahan dari Morfologi Cukup 2 81.168,06 28,05%

3. Kemampuan Lahan dari Morfologi Sedang 3 92.232,91 31,87%

4. Kemampuan Lahan dari Morfologi Kurang 4 39.050,38 13,50%

5. Kemampuan Lahan dari Morfologi Rendah 5 38.347,52 13,25%

Jumlah 289.364,24 100,00%

Sumber : Hasil analisis, (2020)

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa klasifikasi Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi Kabupaten Aceh Besar tergolong pada kemampuan lahan dengan morfologi yang kompleks, yaitu terdiri dari Kemampuan Lahan dari Morfologi Tinggi, Kemampuan Lahan dari Morfologi Cukup, Kemampuan Lahan dari Morfologi Sedang, Kemampuan Lahan dari Morfologi Kurang, dan Kemampuan Lahan dari Morfologi Rendah. Sementara itu, SKL Morfologi Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh Kemampuan Lahan dari Morfologi Sedang seluas 92.232,91 Ha atau 31,87% dari luas total wilayah Kabupaten Aceh Besar.

(5)

e-ISSN : 2541-1934

Gambar 2. Peta SKL morfologi Kabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

Kemampuan lahan dari morfologi tinggi dapat diartikan bahwa kondisi morfologis di Kabupaten Aceh Besar tergolong dalam kawasan kompleks dengan bentang alamnya berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang. Lahan dengan kemampuan morfologi tinggi memiliki kemampuan pengembangan yang sangat rendah sehingga sulit untuk dikembangkan. Kemampuan lahan dari morfologi tinggi di Kabupaten Aceh Besar direkomendasikan sebagai kawasan lindung atau budidaya yang kegiatannya tidak berkaitan dengan manusia. Kemampuan lahan dari morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan ladang dan sawah. Kemampuan lahan dari morfologi rendah di Kabupaten Aceh Besar merupakan kawasan yang tidak kompleks yang berarti kawasan ini memiliki tanah yang datar dan mudah dikembangkan, sehingga kemampuan lahan dari morfologi rendah cocok dikembangkan sebagai kawasan permukiman dan budi daya.

2. Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan

Kondisi satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 3.

Tabel 4. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan Kab. Aceh Besar

No. Kemudahan Dikerjakan Nilai Luasan (Ha) (%)

1. Kemudahan Dikerjakan Kurang 2 31.738,39 10,97%

2. Kemudahan Dikerjakan Sedang 3 143.288,98 49,51%

3. Kemudahan Dikerjakan Cukup 4 90.990,74 31,44%

4. Kemudahan Dikerjakan Tinggi 5 23.369,21 8,08%

Jumlah 289.417,95 100,00%

Sumber : Hasil analisis, (2020)

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa klasifikasi satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan di Kabupaten Aceh Besar terdiri atas Kemampuan Lahan Dari Kemudahan Dikerjakan Kurang, Sedang, Cukup, dan Tinggi. Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh kemampuan lahan dari Kemudahan Dikerjakan Sedang seluas 143.288,98 Ha atau 49,51% dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Sementara itu, persentase terendah ditunjukkan oleh variabel Kemudahan Dikerjakan Tinggi dengan luas 23.369,21 Ha atau 8,08%.

Kemampuan lahan dari kemudahan dikerjakan kurang berarti kondisi lahan di Kabupaten Aceh Besar memiliki tingkat kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/ dimatangkan dalam proses pembangunan/ pengembangan kawasan memiliki nilai rendah. Lahan dengan kemampuan lahan dari kemudahan dikerjakan kurang di Kabupaten Aceh Besar direkomendasikan sebagai kawasan lindung atau budidaya. Sedangkan kemampuan lahan dari kemudahan dikerjakan tinggi di Kabupaten Aceh Besar cocok dikembangkan sebagai kawasan permukiman dan budi daya.

(6)

e-ISSN : 2541-1934

Gambar 3. Peta SKL kemudahan dikerjakanKabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

3. Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng

Kondisi satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4.

Tabel 5. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng Kabupaten Aceh Besar

No. Kestabilan Lereng Nilai Luasan (Ha) (%)

1. Kestabilan Lereng Rendah 1 2.140,52 0,74%

2. Kestabilan Lereng Kurang 2 113.266,36 39,20%

3. Kestabilan Lereng Sedang 3 143.033,38 49,50%

4. Kestabilan Lereng Tinggi 4 30.502,56 10,56%

Jumlah 288.942,83 100,00%

Sumber : Hasil analisis, (2020)

Gambar 4. Peta SKL kestabilan lerengKabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa klasifikasi satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng di Kabupaten Aceh Besar terdiri dari Kemampuan Lahan Dari Kestabilan Lereng Rendah, Kurang, Sedang,

(7)

e-ISSN : 2541-1934

dan Tinggi. Kabupaten Aceh Besar sendiri didominasi oleh Kemampuan Lahan Dari Kestabilan Lereng Sedang seluas 143.033,38 Ha atau 49,50% dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Persentase terendah ditunjukkan oleh Kestabilan Lereng Rendah dengan luasan 2.140,52 Ha atau 0,74%.

Kestabilan lereng digunakan untuk melihat suatu wilayah dapat dikatakan stabil atau tidak sabil kondisi lahan dengan melihat tingkat kemiringan lereng di kawasan pengembangan. Kemampuan lahan dari kestabilan lereng rendah di Kabupaten Aceh besar memiliki arti bahwa kondisi lahan di Aceh Besar tidak stabil, tingkat longsor dan gerakan tanah tinggi dan tidak aman dikembangkan untuk kawasan permukiman dan budi daya. Kemampuan lahan dari kestabilan lereng rendah direkomendasikan sebagai kawasan lindung, hutan, perkebunan dan resapan air. Kemampuan lahan dari kestabilan lereng tinggi di Kabupaten Aceh Besar memiliki arti bahwa kondisi lahan di Aceh Besar stabil dan cocok dikembangkan sebagai kawasan permukiman dan budi daya.

4. Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi

Kondisi satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 5.

Tabel 6. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi Kabupaten Aceh Besar

No. Kestabilan Pondasi Nilai Luasan (Ha) (%)

1. Daya Dukung dan Kestabilan Pondasi

Kurang 2 102.238,19 35,38%

2. Daya Dukung dan Kestabilan Pondasi

Kurang 3 77.181,62 26,71%

3. Daya Dukung dan Kestabilan Pondasi

Tinggi 4 105.776,93 36,61%

4. Daya Dukung dan Kestabilan Pondasi

Tinggi 5 3.750,32 1,30%

Jumlah 288.947,06 100,00%

Sumber : Hasil analisis, (2020)

Gambar 5. Peta SKL Kestabilan PondasiKabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 6, maka diketahui klasifikasi Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi di Kabupaten Aceh Besar terdiri dari Kemampuan Lahan Dari Kestabilan Kurang dan Tinggi. Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh kemampuan lahan dari Daya Dukung Dan Kestabilan Pondasi Kurang dengan nilai 2 seluas 102.238,19 Ha atau 35,38% dan Kestabilan Pondasi Kurang dengan nilai 3 seluas 77.181,62 Ha atau 26,71%. Maka total luas daya dukung dan Kestabilan Pondasi Kurang seluas 179.419,81 Ha atau 62,09 % dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Kemudian Daya Dukung Dan Kestabilan Pondasi Tinggi dengan nilai 4 seluas 105.776,93 Ha atau 36,61% dan Kestabilan Pondasi Tinggi dengan nilai 5 seluas 3.750,32 Ha atau 1,30%. Maka total daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi seluas 109,527.25 Ha atau 37.91%.

(8)

e-ISSN : 2541-1934

Kestabilan pondasi merupakan kondisi lahan yang mendukung stabil atau tidaknya kawasan terbangun dan digunakan untuk memperkirakan jenis pondasi untuk kawasan terbangun. Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang di Kabupaten Aceh Besar memiliki arti bahwa Aceh Besar kurang stabil, namun dimungkinkan untuk jenis pondasi tertentu supaya lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam. Sedangkan daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi di Kabupaten Aceh Besar memiliki arti bahwa Aceh Besar merupakan wilayah yang stabil untuk segala jenis pondasi dan jenis bangunan.

5. Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air

Kondisi satuan kemampuan lahan ketersediaan air di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 6.

Tabel 7. Satuan kemampuan lahan ketersediaan air Kabupaten Aceh Besar

No. Ketersediaan Air Nilai Luasan (Ha) (%)

1. Kemudahan Air Rendah 2 28.552,88 9,88%

2. Kemudahan Air Sedang 3 162.959,30 56,40%

3. Kemudahan Air Tinggi 4 77.279,36 26,74%

4. Kemudahan Air Sangat Tinggi 5 20.163,79 6,98%

Jumlah 288.939,50 100,00%

Sumber : Hasil analisis (2020)

Gambar 6. Peta SKL ketersediaan air Kabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

Hasil analisis pada Tabel 7 menunjukkan bahwa klasifikasi satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air di Kabupaten Aceh Besar terdiri dari Kemudahan Air Rendah, Sedang, Tinggi, dan Sangat Tinggi.

Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh Kemampuan Lahan Dari Kemudahan Air Sedang seluas 162.959,30 Ha (56,40 %) dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Kemudian diikuti oleh Kemudahan Air Tinggi seluas 77.279,36 Ha (26,74 %), Kemudahan Air Rendah seluas 28.552,88 Ha (9,88 %), dan Kemudahan Air Sangat Tinggi seluas 20.163,79 Ha (6,98 %).

Ketersediaan/kemudahan air sangat tinggi di Kabupaten Aceh Besar memiliki arti bahwa ketersediaan air tanah dalam dan air tanah dangkal cukup banyak di Kabupaten Aceh Besar, Ketersediaan/kemudahan air sedang memiliki arti bahwa ketersediaan air tanah dangkal tak cukup banyak dan akan tetapi air tanah dalam banyak. Sedangkan ketersediaan/kemudahan air rendah memiliki arti bahwa ketersediaan air tanah dalam dan air tanah dangkal tidak banyak di Kabupaten Aceh Besar.

6. Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan untuk Drainase

Kondisi satuan Kemampuan Lahan untuk Drainase di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 7. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa Satuan Kemampuan Lahan Untuk Drainase di Kabupaten Aceh Besar diklasifikasikan atas 4 faktor, yaitu Kemampuan Lahan Dari Drainase Tinggi, Cukup, Sedang, Dan Kurang. Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh Kemampuan Lahan Dari Drainase Cukup seluas 162.214,38 Ha atau 56,14 % dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Drainase berkaitan dengan aliran air dan tingkat kemudahan air mengalir. Kemampuan lahan untuk drainase kurang memiliki

(9)

e-ISSN : 2541-1934

arti air sulit mengalir dan mudah tergenang, sedangkan kemampuan lahan untuk drainase tinggi memiliki arti air mudah mengalir atau mengalir lancar.

Tabel 8. Satuan kemampuan lahan untuk drainase Kabupaten Aceh Besar

No. Drainase Nilai Luasan (Ha) (%)

1. Drainase Tinggi 4 34.038,66 11,78%

2. Drainase Cukup 3 162.214,38 56,14%

3. Drainase Sedang 2 85.479,76 29,59%

4. Drainase Kurang 1 7.191,34 2,49%

Jumlah 288.924,14 100,00%

Sumber : Hasil analisis (2020)

Gambar 7. Peta SKL untuk drainase Kabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

7. Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan terhadap Erosi

Kondisi Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 8.

Tabel 9. Satuan kemampuan lahan terhadap erosi Kabupaten Aceh Besar

No. Erosi Nilai Luasan (Ha) (%)

1. Erosi Tinggi 1 118.220,64 40,91%

2. Erosi Sedang 3 124.520,15 43,09%

3. Erosi Sangat Rendah 4 45.638,57 15,79%

4. Tidak Ada Erosi 5 569,11 0,20%

Jumlah 288.948,46 100,00%

Sumber : Hasil analisis, (2020)

Tabel 9 menunjukkan bahwa Satuan Kemampuan Lahan terhadap Erosi di Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh Kemampuan Lahan terhadap Erosi Sedang dengan luasan 124.520,15 Ha atau 43,09 % dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Sementara itu, persentase terendah ditunjukkan oleh Kemampuan Lahan terhadap Tidak Ada Erosi dengan luasan 569,11 Ha atau 0,20 %.

Erosi merupakan tingkat mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Kemampuan lahan terhadap erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air, kemampuan lahan terhadap erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air, sedangkan tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah.

(10)

e-ISSN : 2541-1934

Gambar 8. Peta SKL terhadap erosi Kabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

8. Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah

Kondisi satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 9.

Tabel 10. Satuan kemampuan lahan pembuangan limbah Kabupaten Aceh Besar

No. Pembuangan Limbah Nilai Luasan (Ha) (%)

1. Kemampuan Lahan untuk Pembuangan

Limbah Kurang 2 32.224,89 11,15%

2. Kemampuan Lahan untuk Pembuangan

Limbah Sedang 3 145.043,76 50,20%

3. Kemampuan Lahan untuk Pembuangan

Limbah Cukup 4 104.813,65 36,28%

4. Kemampuan Lahan untuk Pembuangan

Limbah Cukup 5 6.842,99 2,37%

Jumlah 288.925,30 100,00%

Sumber : Hasil analisis (2020)

Gambar 9. Peta SKL pembuangan limbah Kabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

(11)

e-ISSN : 2541-1934

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 10, maka diketahui bahwa klasifikasi satuan kemampuan lahan pembuangan limbah di Kabupaten Aceh Besar terdiri dari kemampuan lahan untuk pembuangan limbah Kurang, Sedang, dan Cukup. Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh kemampuan lahan untuk Pembuangan Limbah Sedang seluas 145.043,76 Ha atau 50,20% dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Kemudian kemampuan lahan untuk Pembuangan Limbah Cukup dengan nilai 4 seluas 104.813,65 Ha (36,28%) dan Pembuangan Limbah Cukup dengan nilai 5 seluas 6.842,99 Ha (2,37%). Maka total untuk kemampuan lahan dengan Pembuangan Limbah Cukup yaitu seluas 111.656,64 Ha atau 38,65%, dan kemampuan lahan untuk Pembuangan Limbah Kurang seluas 32.224,89 Ha atau 11,15%.

Satuan kemampuan lahan pembuangan limbah adalah tingkatan untuk mengetahui kecocokan suatu kawasan sebagai lokasi pembuangan. Satuan kemampuan lahan pembuangan limbah kurang berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah dan satuan kemampuan lahan pembuangan limbah tinggi berarti wilayah tersebut mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.

9. Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan Bencana Alam

Kondisi satuan kemampuan lahan bencana alam di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 10.

Tabel 11. Satuan kemampuan lahan bencana alam Kabupaten Aceh Besar

No. Lahan Bencana Alam Nilai Luasan (Ha) (%)

1. Potensi Bencana Alam Kurang 2 76.502,24 26,47%

2. Potensi Bencana Alam Cukup 3 173.572,99 60,07%

3. Potensi Bencana Alam Tinggi 4 38.887,24 13,46%

Jumlah 288.962,47 100,00%

Sumber : Hasil analisis (2020)

Gambar 10. Peta SKL bencana alam Kabupaten Aceh Besar Sumber: GIS (2020)

Hasil analisis pada Tabel 11 menunjukkan bahwa Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh kemampuan lahan terhadap potensi bencana alam cukup seluas 173.572,99 Ha atau 60,07% dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Kemudian diikuti oleh potensi bencana alam kurang seluas 76.502,24 Ha atau 26,47 %, dan potensi bencana alam tinggi seluas 38.887,24 Ha atau 13,46 %.

Bencana merupakan kejadian yang menimbulkan kerugian baik harta benda dan jiwa. Analisis SKL bencana alam menggunakan 3 peta bencana, yaitu rawan gerakan tanah, rawan banjir dan rawan gunung api. Morfologi gunung dan perbukitan dinilai tinggi pada peta rawan bencana gunung api dan longsor, sedangkan lereng datar yang dialiri sungai dinilai tinggi pada rawan bencana banjir

Analisa Kemampuan Lahan

Adapun hasil analisa kelas kemampuan lahan di Kabupaten Aceh Besar dapat di dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa kemampuan lahan pada Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh Kemampuan Pengembangan Lahan Sedang dengan luas 215.861,16 Ha atau 74,96% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Sementara itu, untuk klasifikasi Kemampuan Pengembangan Rendah yaitu seluas 56.632,33 Ha atau 19,67 % dan Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi seluas 15.482,18 Ha atau 5,38

%.

(12)

e-ISSN : 2541-1934

Tabel 12. Hasil analisa kelas kemampuan lahan Kabupaten Aceh Besar No. Total Nilai

Kelas Kemampuan

Lahan

Klasifikasi Pengembangan Luas (Ha) % 1. 71-83 Kelas b Kemampuan Pengembangan

Rendah 56.632,33 19,67%

2. 83-109 Kelas c Kemampuan Pengembangan

Sedang 215.861,16 74,96%

3. 109-121 Kelas d Kemampuan Pengembangan

Agak Tinggi 15.482,18 5,38%

Total 287.975,67 100,00 %

Sumber : Hasil analisis 2020

Berdasarkan hasil analisis maka diketahui range nilai kemampuan lahan di Kabupaten Aceh Besar adalah 71 – 121 dengan klasifikasi kemampuan lahan terbagi menjadi tiga (3) kelas kemampuan lahan, yaitu kelas b yang merupakan kemampuan pengembangan agak tinggi, kelas c yang merupakan kemampuan pengembangan sedang, dan kelas d yang merupakan sebagai kemampuan pengembangan rendah.

Selanjutnya, kondisi kemampuan pengembangan lahan di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil analisa kemampuan lahan Kabupaten Aceh Besar No. Kecamatan

Kemampuan Pengembangan

Luas AKL

Kecamatan %

Agak Tinggi Sedang Rendah

Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %

1. Baitussalam 928,51 0,32% 1.084,90 0,38% - 0,00% 2.013,41 0,70%

2. Blang Bintang 281,78 0,10% 3.889,78 1,35% - 0,00% 4.171,56 1,45%

3. Darul Imarah 66,07 0,023% 2.205,45 0,77% 121,46 0,04% 2.392,98 0,83%

4. Darul Kamal 132,44 0,05% 1.464,76 0,51% 705,81 0,25% 2.303,01 0,80%

5. Darussalam 1.462,08 0,51% 2.356,18 0,82% 6,15 0,0021% 3.824,41 1,33%

6. Indrapuri 467,35 0,16% 15.636,53 5,43% 3.581,19 1,24% 19.685,08 6,84%

7. Ingin Jaya 603,03 0,21% 1.819,51 0,63% - 0,00% 2.422,54 0,84%

8. Kota Jantho 530,37 0,18% 40.511,83 14,07% 18.066,00 6,27% 59.108,20 20,53%

9. Krueng Barona

Jaya 11,09 0,004% 655,72 0,23% - 0,00% 666,81 0,23%

10. Kuta Baro 238,51 0,083% 5.855,92 2,03% 6,97 0,0024% 6.101,40 2,12%

11. Kuta Cot Glie 2.636,03 0,92% 23.431,42 8,14% 7.107,24 2,47% 33.174,69 11,52%

12. Kuta Malaka 597,32 0,21% 1.291,67 0,45% 390,62 0,14% 2.279,61 0,79%

13. Lembah

Seulawah 177,82 0,062% 27.769,37 9,64% 3.865,68 1,34% 31.812,88 11,05%

14. Leupung 223,18 0,078% 9.433,13 3,28% 7.098,88 2,47% 16.755,20 5,82%

15. Lhoknga 693,63 0,24% 4.879,39 1,69% 3.108,87 1,08% 8.681,88 3,01%

16. Lhoong 1.300,63 0,45% 6.991,44 2,43% 6.292,09 2,18% 14.584,15 5,06%

17. Mesjid Raya 656,87 0,23% 12.049,23 4,18% 33,26 0,012% 12.739,36 4,42%

18. Montasik 86,93 0,030% 5.880,68 2,04% - 0,00% 5.967,61 2,07%

19. Peukan Bada 373,86 0,13% 2.245,11 0,78% 812,34 0,28% 3.431,32 1,19%

20. Pulo Aceh 186,95 0,065% 5.076,80 1,76% 3.220,17 1,12% 8.483,92 2,95%

21. Seulimeum 2.532,07 0,88% 37.530,50 13,03% 214,15 0,074% 40.276,72 13,99%

22. Simpang Tiga 343,24 0,12% 1.479,43 0,51% 934,78 0,32% 2.757,44 0,96%

23. Sukamakmur 952,41 0,33% 2.322,44 0,81% 1.066,66 0,37% 4.341,51 1,51%

Jumlah 15.482,18 5,38% 215.861,16 74,96% 56.632,33 19,67% 287.975,67 100,00%

Sumber : Hasil analisis (2020) Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks kesesuaian penggunaan lahan maka diketahui kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan kemampuan lahan terbagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi, yaitu sesuai, sesuai (bersyarat), dan tidak sesuai. Matriks kesesuaian penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 14.

(13)

e-ISSN : 2541-1934

Tabel 14. Matriks kesesuaian penggunaan lahan

No. Penggunaan Lahan Kemampuan Pengembangan

Agak Tinggi Sedang Rendah

1. Bandar Udara - Sesuai -

2. Danau/Telaga Sesuai Sesuai Sesuai

3. Hutan Lebat Sesuai Sesuai Sesuai

4. Permukiman Sesuai Sesuai Tidak Sesuai

5. Kolam Sesuai Sesuai Sesuai

6. Kuburan/Makam - - Sesuai

7. Pelabuhan - - -

8. Perkebunan Rakyat Sesuai Sesuai Sesuai (Bersyarat)

9. Rawa Sesuai Sesuai -

10. Sawah Irigasi Sesuai (Bersyarat) Sesuai Sesuai (Bersyarat)

11. Semak Sesuai Sesuai Sesuai

12. Sungai Sesuai Sesuai Sesuai

13. Tambak Sesuai Sesuai Sesuai (Bersyarat)

14. Tanah Tandus Sesuai Sesuai Sesuai

15. Tegalan/Ladang Sesuai Sesuai Sesuai (Bersyarat)

.Sumber : Hasil analisis (2020)

Kondisi kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan data penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 15, serta berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 15. Kesesuaian penggunaan lahan Kabupaten Aceh Besar berdasarkan data penggunaan lahan No. Penggunaan

Lahan

Sesuai Sesuai (Bersyarat) Tidak Sesuai Luas Total

(Ha) %

Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %

1. Bandar Udara 119,29 0,04% - 0,00% - 0,00% 119,29 0,04%

2. Danau/ Telaga 445,25 0,15% - 0,00% - 0,00% 445,25 0,15%

3. Hutan Lebat 113.902,94 39,58% - 0,00% - 0,00% 113.902,94 39,58%

4. Permukiman 7.130,94 2,48% - 0,00% 2,15 0,0007% 7.133,09 2,48%

5. Kolam 15,13 0,01% - 0,00% - 0,00% 15,13 0,01%

6. Kuburan/

Makam 7,09 0,00% - 0,00% - 0,00% 7,09 0,00%

7. Pelabuhan 0,03 0,00% - 0,00% - 0,00% 0,03 0,00%

8. Perkebunan

Rakyat 1.216,80 0,42% 1,21 0,0004% - 0,00% 1.218,02 0,42%

9. Rawa 82,36 0,03% - 0,00% - 0,00% 82,36 0,03%

10. Sawah Irigasi 17.662,41 6,14% 4.809,37 1,67% - 0,00% 22.471,78 7,81%

11. Semak 55.855,67 19,41% - 0,00% - 0,00% 55.855,67 19,41%

12. Sungai 1.231,81 0,43% - 0,00% - 0,00% 1.231,81 0,43%

13. Tambak 890,64 0,31% 0,05 0,00002% - 0,00% 890,69 0,31%

14. Tanah Tandus 62,23 0,02% - 0,00% - 0,00% 62,23 0,02%

15. Tegalan/

Ladang 79.264,81 27,54% 5.085,32 1,77% - 0,00% 84.350,12 29,31%

Jumlah 277.887,38 96,56% 9.895,94 3,44% 2,15 0,0007% 287.785,48 100,00%

Sumber : Hasil analisis (2020)

Tingkat kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar tergolong tinggi dengan luasan sesuai seluas 277.887,38 Ha atau 96,56% dan luasan sesuai bersyarat seluas 9.895,94 Ha atau 3,44 % dari luas Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan tingkat ketidaksesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar tergolong rendah dengan luasan 2.15 Ha atau 0,0007% (Tabel 15).

Tabel 16. Kesesuaian Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar Berdasarkan Kecamatan

No. Kecamatan Sesuai Sesuai

(Bersyarat) Tidak Sesuai Luas

Total % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %

1. Baitussalam 1.746,92 0,61% 246,69 0,086% - 0,00% 1.993,61 0,69%

2. Blang

Bintang 3.993,98 1,39% 177,58 0,062% -

0,00% 4.171,56 1,45%

3. Darul Imarah 2.326,42 0,81% 46,09 0,016% - 0,00% 2.372,51 0,82%

(14)

e-ISSN : 2541-1934

No. Kecamatan Sesuai Sesuai

(Bersyarat) Tidak Sesuai Luas

Total % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %

4. Darul Kamal 2.223,84 0,77% 79,17 0,028% - 0,00% 2.303,01 0,80%

5. Darussalam 3.136,06 1,09% 688,17 0,239% - 0,00% 3.824,23 1,33%

6. Indrapuri 18.830,28 6,54% 854,79 0,297% - 0,00% 19.685,08 6,84%

7. Ingin Jaya 1.979,58 0,69% 442,96 0,154% - 0,00% 2.422,54 0,84%

8. Kota Jantho 58.031,93 20,16% 1.076,27 0,374% - 0,00% 59.108,20 20,54%

9. Krueng

Barona Jaya 655,11 0,23% - 0,00% -

0,00% 655,11 0,23%

10. Kuta Baro 5.938,16 2,06% 163,23 0,057% - 0,00% 6.101,40 2,12%

11. Kuta Cot Glie 31.319,38 10,88% 1.855,31 0,645% - 0,00% 33.174,69 11,53%

12. Kuta Malaka 1.926,06 0,67% 353,56 0,123% - 0,00% 2.279,61 0,79%

13. Lembah

Seulawah 30.704,37 10,67% 1.108,50 0,385% 0,01 0,000003% 31.812,88 11,05%

14. Leupung 16.738,22 5,82% 11,19 0,0039% - 0,00% 16.749,41 5,82%

15. Lhoknga 8.248,61 2,87% 431,18 0,150% 0,52 0,00018% 8.680,31 3,02%

16. Lhoong 14.071,99 4,89% 493,95 0,172% - 0,00% 14.565,94 5,06%

17. Mesjid Raya 12.692,07 4,41% 46,76 0,016% - 0,00% 12.738,83 4,43%

18. Montasik 5.891,28 2,05% 76,32 0,027% - 0,00% 5.967,61 2,07%

19. Peukan Bada 3.050,96 1,06% 294,94 0,102% - 0,00% 3.345,90 1,16%

20. Pulo Aceh 8.156,47 2,83% 302,62 0,105% 1,63 0,0006% 8.460,72 2,94%

21. Seulimeum 39.935,96 13,88% 337,43 0,117% - 0,00% 40.273,39 13,99%

22. Simpang Tiga 2.496,44 0,87% 261,01 0,091% - 0,00% 2.757,44 0,96%

23. Sukamakmur 3.793,28 1,32% 548,23 0,191% - 0,00% 4.341,51 1,51%

Jumlah 277.887,38 96,56% 9.895,94 3,44% 2,15 0,0007% 287.785,48 100,00%

Sumber : Hasil analisis (2020)

Kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar memiliki tingkat kesesuaian penggunaan lahan tinggi dengan luasan sesuai 277.887,38 Ha atau 96,56% dengan jenis penggunaan lahan hutan lebat seluas 113.902,94 Ha atau 39,58%, dan luasan sesuai bersyarat seluas 9.895,94 Ha atau 3,44%. Sedangkan tingkat ketidaksesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar tergolong rendah dengan luasan 2,15 Ha atau 0,0007% dengan jenis penggunaan keseluruhan adalah permukiman (Tabel 16).

Evaluasi kesesuaian lahan merupakan suatu proses pendugaan keraguan lahan apabila lahan digunakan untuk tujuan tertentu [14] atau sebagai metode yang menjelaskan atau memprediksi kegunaan potensial dari lahan [15], serta bertujuan untuk menyelamatkan sumber daya yang ada secara berkelanjutan.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa nilai kemampuan lahan Kabupaten Aceh Besar adalah 71-121, dengan kelas kemampuan lahan tertinggi adalah kelas c (Nilai 83-109) seluas 215.861,16 Ha atau 74,96 % dan termasuk ke dalam klasifikasi pengembangan sedang. Kecamatan Kota Jantho dan Kecamatan Seulimeum mendominasi kemampuan pengembangan sedang dengan luasan berturut-turut 40.511,83 Ha atau 14,07 % dan 37.530,50 Ha atau 13,03 %.

Kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar memiliki tingkat kesesuaian penggunaan lahan tinggi dengan luasan sesuai 277.887,38 Ha atau 96,56% dengan jenis penggunaan lahan hutan lebat seluas 113.902,94 Ha atau 39,58%, dan luasan sesuai bersyarat seluas 9.895,94 Ha atau 3,44%. Sedangkan tingkat ketidaksesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar tergolong rendah dengan luasan 2,15 Ha atau 0,0007% dengan jenis penggunaan keseluruhan adalah permukiman.

5. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala yang telah memberi dukungan terhadap penelitian ini.

(15)

e-ISSN : 2541-1934

6. Referensi

[1] A. D. Febriyanti dan P. G. Ariastita, “Optimasi Penggunaan Lahan Perkotaan di Kawasan Perkotaan Mejayan Kabupaten Madiun,” J. Teknik Pomits, Vol. 2, No. 2, Hal. C-123-C-128, 2013.

[2] U. Arsyad, A. S. Soma, Wahyuni dan T. R. Arief, “Kesesuaian dan Arahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Pola Ruang Wilayah di Hulu Daerah Sungai Kelara,” J. Hutan dan Masyarakat, Vol. 9, No. 2, Hal. 75-82, 2017.

[3] B. Pradana, B. Sudarsono dan S. Subiyanto, “Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian terhadap Komoditas Pertanian Kabupaten Cilacap,” J. Geodesi UNDIP, Vol. 2. No. 2, 2013.

[4] Jaya, I. Nengah Surati, and Sani Etyarsah. Analisis Citra Digital Perspektif Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam. Vol. 1. PT Penerbit IPB Press, 2021.

[5] Y. Fauzi, B. Susilo, dan Z. M. Mayasari, “Analisis Kesesuaian Wilayah Pesisir Kota Bengkulu Melalui Perancangan Model Spasial dan Sistem Informasi Geografi (SIG),” Forum Geografi, Vol 23, No. 2, Hal. 101-111, 2019.

[6] Wirosoedarmo, Ruslan, Jhohanes Bambang Rahadi Widiatmono, and Yoni Widyoseno. "Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan." Agritech 34.4 (2014): 463-472

[7] A. Wijaya dan C. Susetyo, “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Pekalongan Tahun 2003, 2009 dan 2016,” Jurnal Teknik ITS, Vol. 6, No. 2, 2017.

[8] V. Lahamendu, “Analisis kesesuaian pemanfaatan lahan yang berkelanjutan di Pulau Bunaken Manado,” Jurnal Sabua, Vol. 7, No. 1, Hal. 383-388, 2015.

[9] A. Nurkholis, Y. Widyaningsih, A. D. Rahma, A. Suci, A. Abdillah, G. A. Wangge, A. S. Widiastuti, dan D. A. Maretya, “Analisis Kemampuan dan Kesesuaian Lahan di DAS Sembung, Kabupaten Sleman, DIY,” 2016.

[10] R. D. Ardi dan I. H. Agustina, “Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi,” in Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016, Vol. 2, No. 1, Hal. 121-128, 2016.

[11] M. R. Alibasyah, A. Karim dan Rusdi, “Degradasi Lahan Akibat Erosi Pada Areal Pertanian di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar,” J. Manajemen Sumberdaya Lahan, Vol. 2, No. 3, Hal. 240-249, 2013.

[12] E. Iskandar, “Ketersediaan Lahan Pertanian Padi Sawah Pasca Tsunami di Kabupaten Aceh Besar,”

J. Agrisep, Vol. 14, No. 1, 2013.

[13] Rukin. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Jakad Media Publishing, 2021

[14] Mugiyo, H., Chimonyo, V. G., Sibanda, M., Kunz, R., Masemola, C. R., Modi, A. T., & Mabhaudhi, T. "Evaluation of land suitability methods with reference to neglected and underutilised crop species:

A scoping review." Land 10.2 (2021): 125.

[15] E. Ratnawati, Hasnawi dan A. Mustafa, “Kesesuaian Lahan Aktual untuk Budidaya Udang Windu di Tambak Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan,” J. Riset Akuakultur, Vol. 9, No. 1, 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dalam kasus Tiongkok dan Paris Agreement, perilaku Tiongkok untuk meratifikasi dan berkomitmen patuh terhadap Paris Agreement (Perjanjian Paris) merupakan

Berdasarkan yang telah diuraikan sebelumnya, Gambar 2.1 dibawah adalah kerangka pikir yang berfungsi sebagai acuan untuk mencerminkan pola pikir yang digunakan sebagai dasar penyusunan