• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pilkada Serentak Di Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Evaluasi Pilkada Serentak Di Indonesia"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Pelaksanaan Pilkada Serentak untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota seringkali dilukai dengan banyaknya pelanggaran netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN). Pengawas pemilu yang diberi kewenangan untuk mengawasi pelaksanaan Pilkada dirasa kurang maksimal menjalankan tugasnya, terutama dalam aspek pengawasan ASN di media sosial. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan konstruksi hukum kewenangan Bawaslu dalam pengawasan ASN di media sosial, mengevaluasi model pengawasan yang dilakukan Bawaslu untuk menindak ASN yang tidak netral, dan urgensi mengidentifikasi pemantauan netralitas ASN. di media sosial.

Namun, pengawas pemilu dapat mengisi celah hukum tersebut melalui kewenangan pengawasannya pada Pasal 28 ayat (1) huruf e UU No. 10 Tahun 2016 untuk mengawasi netralitas ASN di media sosial. Kedua, model pengawasan yang dilakukan Bawaslu Provinsi Lampung untuk mengawasi netralitas ASN selama ini tidak efektif karena mengandalkan peraturan lama yang dibangun untuk mengawasi kegiatan secara langsung/tidak melalui media sosial, yang menyebabkan skala pelanggaran lebih besar tetapi tidak teridentifikasi. Untuk itu, diperlukan perhatian yang sama bahkan lebih untuk memantau netralitas ASN di media sosial.

Pelanggaran Netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) jika dicermati lebih jauh, selalu terjadi dalam setiap pesta demokrasi pemilihan ketua daerah dalam hal ini gubernur dan wakilnya, pemilihan ketua tingkat kabupaten (bupati) dan wakil bupati atau pemilihan ketua tingkat kota (walikota). kotamadya). ) dan deputi. 2 Komisi Aparatur Sipil Negara, “Pemantauan Netralitas Aparatur Sipil Negara” (Jakarta: Komisi Aparatur Sipil Negara, 2018), hal. 11 Komisi Aparatur Sipil Negara, Pengawasan Netralitas Aparatur Sipil Negara... hal. tulis status di jejaring sosial facebook secara terang-terangan mendukung penjabat bupati menjadi gubernur dan penjabat wakil bupati menjadi bupati.

Pengawas pemilu bisa memanfaatkan media sosial sebagai modal awal untuk pengawasan ASN yang lebih mudah dan murah.

Rumusan Masalah

Signifikansi Kajian

Metode Penelitian

Sedangkan bahan hukum sekunder berupa buku, jurnal, penelitian terkait dengan topik yang dibahas, serta wawancara dengan Koordinator Departemen Pengawasan dan Hubungan Antar Lembaga untuk mencari data terkait pengawasan ASN yang telah dilakukan. sejauh ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum (statutory approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) untuk melihat kewenangan dan urgensi pengawasan netralitas ASN di media sosial, serta membangun konsep pengawasan yang ideal terkait netralitas ASN di media sosial. Bahan hukum tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk memberikan gambaran tentang pokok bahasan yang diteliti.

Waktu dan Jadwal Kajian

Hasil dan Rekomendasi

Selanjutnya, puncaknya adalah setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang menegaskan bahwa petugas pengawas pemilu tingkat kabupaten/kota menjadi permanen dari sebelumnya hanya bersifat sementara (ad hoc). 26) Sebagai penyelenggara pemilu yang sejajar dengan KPU, Bawaslu memiliki tugas pengawasan yang diatur dalam Pasal 28(1) UU No.10 Tahun 2016. ASN menurut Pasal 1(1) UU No.5 Tahun 2014 adalah himbauan bagi pegawai PNS dan PNS dengan kontrak kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Jika kita cermati, hal itu tidak termasuk kewenangan pengaturan Bawaslu untuk mengawasi ASN, khususnya pengawasan media sosial.

Peraturan lain yang digunakan Bawaslu sebagai pedoman untuk melakukan pengawasan dan penindakan ASN adalah Perbawaslu Nomor 6 Tahun 2018 tentang pengawasan netralitas pegawai aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia ( selanjutnya ditulis Perbawaslu No. 6 Tahun 2018). Ada tiga pertimbangan dalam Perbawaslu No.6 Tahun 2018, yaitu: Pertama, pentingnya mewujudkan Pilkada yang demokratis membutuhkan ASN yang netral. Dua ketentuan yang membuka peluang penafsiran untuk dijadikan dasar bagi Bawaslu Provinsi dalam pengawasan ASN, yakni Pasal 28 ayat (1) huruf e dan Pasal 28 ayat (1) huruf i UU No.10 Tahun 2016.

Pegawai ASN yang wajib mematuhi UU no. 5 tahun 2014 dan PP no. 53 Tahun 2010 yang mendukung kewenangan yang ada, akan mengganggu pencapaian prinsip penyelenggaraan pilkada. Parameter tersebut tentunya menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia, adil dan adil sesuai dengan amanat Pasal 2 UU No. Terkait dengan pengawasan Pilkada terhadap ASN terkait dugaan pelanggaran netralitas ASN, Pengawas Pemilu Provinsi Lampung umumnya menerapkan pola pengawasan sebagai berikut: Jika tidak ditemukan pelanggaran dalam proses klarifikasi dan peninjauan kembali, misalnya, dugaan pelanggaran diidentifikasi dengan pencatatan di Laporan Status Notifikasi/ . 42) Sedangkan jika temuan pelanggaran netralitas ASN dinyatakan sebagai dugaan pelanggaran, Bawaslu Provinsi Lampung maka menurut Perbawaslu no. 14 Tahun 2017 meneruskan dugaan pelanggaran netralitas ASN kepada Komisi Aparatur Sipil Negara untuk melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kemiripan proses pengawasan terhadap ASN juga tercermin dalam Perbawaslu No. 6 Tahun 2018 yang akan dijadikan dasar pengawasan terhadap ASN. Pengawasan netralitas ASN di media sosial oleh Pengawas Pemilu – setelah ditelaah secara seksama – menunjukkan beberapa kelemahan: Pertama, karena belum ada pengaturan mengenai pengawasan netralitas ASN di media sosial, sehingga selama ini pengawasannya masih konvensional, ditujukan untuk kegiatan /tindakan yang tidak dilakukan oleh ASN di media sosial. Oleh karena itu, pengawasan tidak inovatif dan berpeluang besar menciptakan eskalasi pelanggaran netralitas ASN yang lebih luas karena banyak akun media sosial ASN yang tidak terpantau.

Hal ini tentu tidak sesuai dengan amanat huruf e (1) ayat 28 UU No. 10 Tahun 2016, yang berbunyi: “Tugas dan wewenang Bawaslu provinsi meneruskan temuan dan laporan yang tidak menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang”. Wearesocial Hootsuite mengungkapkan dalam risetnya, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta - 56% dari total populasi pada 2019. Tren pelanggaran netralitas ASN pada 2020 adalah penggunaan media sosial untuk berkampanye dan bersosialisasi sebesar 18,7%.

Pengawasan dan penindakan terhadap dugaan pelanggaran netralitas ASN yang dilakukan oleh pengawas pemilu tidak secara tegas terdapat dalam UU No. 10 Tahun 2016 atau peraturan perundang-undangan lainnya. Model pengawasan yang dilakukan Bawaslu Provinsi Lampung untuk mengawasi netralitas ASN selama ini tidak efektif karena mengandalkan peraturan lama yang dibangun untuk mengawasi kegiatan secara langsung/tidak melalui media sosial yang mengarah pada 'skala pelanggaran yang lebih besar, tetapi tidak teridentifikasi.

Tabel 1.1 Jumlah Aduan  Pelanggaran Netralitas ASN No P i l k a d a
Tabel 1.1 Jumlah Aduan Pelanggaran Netralitas ASN No P i l k a d a

Rekomendasi

Penuntutan pidana yang dilakukan oleh Pengawas Pemilu justru menimbulkan kekisruhan sekaligus menyebabkan proses penegakan hukum terhadap ASN tidak berjalan efektif. Akibat ketidaknetralan ASN di media sosial dan yang dilakukan secara langsung memiliki efek yang sama, media sosial yang identik dengan murah, cepat, luas, dan masif pun diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih signifikan. Netralitas ASN dalam Pelaksanaan Pilkada Serentak 2020. Ditampilkan dalam Netralitas dan Kewaspadaan Politisasi ASN di Pilkada Serentak 2020, 10 Agustus 2020.

Prinsip Netralitas Sumber Daya Sipil Negara pada Pilkada di Pilkada (Studi Penerapan Pasal 2(F) UU RI No 5 Tahun 2014 Tentang Netralitas ASN Di Kabupaten Tulungagung).” Mizan: Jurnal atau kajian hukum Dodi Faedlulloh and Noverman Duadji, “BIROKRASI DAN HOAX: STUDI UPAYA MENJAGA NETRALITAS PERANGKAT BERWISATA DI ERA POST-TRUTH,” Jurnal Administrator Borneo 15, no Pengaruh dan Efektivitas Penggunaan Media Sosial sebagai saluran komunikasi politik dalam membentuk opini publik.” Catatan Harian Al-Khitabah hal.17-26.

Asas Netralitas Aparatur Sipil Negara Dalam Pilkada." IUS QUIA IUSTUM Intisari Hukum hlm. 521-23. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia No. 5494). UU No. 10 Tahun 2016 Perubahan Kedua Atas UU No. 1 Tahun 2015 Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Aduan  Pelanggaran Netralitas ASN No P i l k a d a

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil diskusi bersama kepala sekolah SDN Tlogomas 2 diperoleh informasi bahwa guru-guru SDN Tlogomas 2 telah mengikuti kegiatan diklat Asesmen Nasional yang