• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINI KKW EVALUASI TATA CARA POEVALUASI TATA CARA POLA PEMUATAN KENDARAAN DI ATAS KAPAL FERY ASDP TRAYEK BAKAUHENI – MERAK

N/A
N/A
Eka Putra

Academic year: 2023

Membagikan "MINI KKW EVALUASI TATA CARA POEVALUASI TATA CARA POLA PEMUATAN KENDARAAN DI ATAS KAPAL FERY ASDP TRAYEK BAKAUHENI – MERAK"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI TATA CARA POLA PEMUATAN KENDARAAN DI ATAS KAPAL FERY ASDP TRAYEK BAKAUHENI –

MERAK

Diajukan dalam Rangka Penyelesaian

Program Studi Diploma III Manajemen Transportasi Perairan Daratan

NAMA : EKA PUTRA NPT : 21 03 129

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN TRANSPORTASI PERAIRAN DARATAN

POLITEKNIK TRANSPORTASI SUNGAI, DANAU, DAN PENYEBERANGAN PALEMBANG

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kertas Kerja Wajib ini. Penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada program studi Diploma III Manajemen Transportasi Perairan Daratan. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Kertas Kerja Wajib ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya

1. Allah SWT

2. Orang tua dan keluarga yang selalu ada untuk mendukung

3. Seluruh dosen pengajar Poltektrans SDP Palembang dan seluruh pengasuh taruna Poltektrans SDP Palembang;

4. Rekan-rekan angkatan XXXII dan adik tingkat angkatan XXXIII dan XXXIV,

terima kasih atas segala bentuk bantuan dan do’anya;

5. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah terlibat dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini.

6. Seluruh Civitas Akademika Politeknik Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan Palembang;

7. Kakak – kakak dari Satuan Pelayanan Pelabuhan Ketapang yang telah banyak memberikan kesempatan untuk praktek secara langsung dalam pelayanan di Pelabuhan Ketapang

8. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah terlibat dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Kertas Kerja Wajib ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

(3)

untuk dapat menjadi perbaikan. Semoga Kertas Kerja Wajib inibermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Palembang ,29 November 2023 Penulis

EKA PUTRA

(4)

DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB 1...4

PENDAHULUAN...4

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN...4

B. TUJUAN PENELITIAN...6

C. MANFAAT PENELITIAN...6

BAB II...9

TINJAUAN PUSTAKA...9

A. Review Penelitian Sebelumnya...9

BAB III...23

METODE PENELITIAN...23

3.1 Jenis Penelitian...23

3.2 Metode / Teknik pengumpulan Data...24

3.3 Teknik Analisis Data...25

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan dunia. Oleh karena itu sangat membutuhkan angkutan yang menghubungkan satu pulau dengan yang lain. Angkutan yang diinginkan memiliki kriteria cepat, murah dan efisien dalam menunjang pergerakan manusia dan barang. Angkutan laut merupakan salah satu alternatif yang ada. Sehingga peran pelabuhan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas sosial dan perdagangan sangat besar.

Oleh karena itu Keberadaan pelabuhan sangat diperlukan sebagai salah satu infrastuktur pembangunan ekonomi, pelabuhan memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian suatu kawasan. Fungsi dari pelabuhan yang komprehensif akan menunjang kegiatan ekonomi kelautan yang lain sehingga lebih efisien dan memberikan manfaat ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat secara nyata bahwa pembangunan pelabuhan dapat memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya. Pengembangan pelabuhan dapat memajukan ekonomi di suatu daerah, meningkatkan penerimaan negara dan Pendapatan asli Daerah (PAD). Pelabuhan juga memiliki potensi strategis dan berfungsi sebagai titik temu yang menguntungkan antara kegiatan ekonomi di laut dengan ekonomi di darat.

(6)

Pelabuhan Bakauheni adalah sebuah pelabuhan penyeberangan yang terletak di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Terletak di ujung selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatra, pelabuhan Bakauheni menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa via Selat Sunda.Ratusan trip feri penyeberangan dengan 24 buah kapal feri dari 4 yang akan menyeberang menggunakan Kapal Penyeberangan/Ro-Ro melakukan proses lashing atau mengikat kendaraan di kapal penyeberangan.Hal itu, untuk menghindari benturan kendaraan ketika ada ombak besar yang dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan kendaraan yang ada di dalam kapal, maupun keseimbangan kapal itu sendiri Proses lashing ini harus dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 30 Tahun 2016 tentang Kewajiban Pengikatan Kendaraan Pada Kapal Angkutan Penyeberangan dan Kementerian Perhubungan juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 115 tahun 2016 tentang Tata Cara Pengangkutan Kendaraan di Atas Kapal Selain itu sebagai bagian dari SOP untuk meminimalisir kejadian kendaraan yang terjungkir ke laut saat perjalanan,” jelas Budi.Dalam PM 30/2016 pasal 4, tertulis: Setiap kendaraan wajib diikat selama dalam pelayaran. Untuk pengikatan kendaraan (lashing) wajib dilakukan pada kendaraan yang terletak di barisan depan (haluan), tengah (midship) dan belakang (buritan). Kendaraan yang tidak dilakukan pengikatan wajib dilakukan klem pada roda kendaraan.

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka perlu dilakukan “EVALUASI TATA CARA POLA PEMUATAN KENDARAAN DI ATAS KAPAL FERY ASDP TRAYEK BAKAUHENI – MERAK”

A. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah tata cara pengangkutan kendaraan di atas kapal penyeberangan lintasan Bakauheuni – Merak telah sesuai dengan Peraturan Menteri

(7)

Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016 TentangTata Cara Pengangkutan Kendaraan Diatas Kapal?

2. Bagaimana tata cara pengikatan kendaraan di atas kapal ,apakah sudah sesuai dengan peraturan menteri perhubuhan nomor 30 tahun 2016 tentang kewajiban pengikatan pada kapal angkutan penyeberangan ?

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui tata cara pemuatan kendaraan di atas kapal penyeberangan lintasan Bakauheni- Merak sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 tahun 2016

2. Mengetahui kewajiban pengikatan kendaraan diatas kapal lintasaan Bakauheni-Merak agar selalu diikat selama pelayaran berdasarkan Peratuan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2016 Tentang Kewajiban Pengikatan Kendaraann Diatas Kapal Penyeberangan

1.3 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari Penelitian ini antara lain:

1. Bagi Taruna

a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan dan untuk memenuhi persyaratan tugas akhir .

b. Memberikan pengalaman dan wawasan bagi taruna mengenai dunia pekerjaan sebelum taruna turun langsung ke dunia kerja .

2. Bagi Lembaga / Instansi terkait

(8)

a. Sebagai bahann acuan kepada taruna dalam peningkatan kualitas terhadap kompetensi yang di terapkan dalam kegiatan praktek kerja lapangan ( PKL).

b. Mengurangi bahayanya resiko kecelakaan yang bisa terjadi setiap saat dan dapat lebih meningkatkan kenyamanan, keselamatan dan keamanan dari berbagai pihak.

c. Menambah referensi yang dimiliki oleh lembaga pendidikan.

3. Bagi instansi

a. Sebagai bahan masukan kepada petugas dan/ operator kapal terhadap pentingnya penanganan kendaraan diatas kapal berdasarkan peraturan menteri yang berlaku .

b. Memberikan masukan kepada pelabuhan untuk mengevaluasi terhadap perbaikan sistem dan kinerja pelabuhan sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan yang telah berlaku .

4. Bagi Pengguna Jasa

a. Memberikan kenyamanan, keamanan dan keselematan bagi penumpang pada saat menggunakan jasa penyeberangan

b. Dapat mengurangi resiko bahaya kecelakaan yang dapat terjadi setiap waktu dan dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan bagi penumpang pengguna jasa penyeberangan.

B. BATASAN MASALAH

Pembatasan ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas di dalam

Kertas Kerja Wajib (KKW) ini agar pokok permasalahan tidak meluas dan

menyimpang dari fokus penelitian, maka diperlukan adanya pembatasan

(9)

masalah sebagai berikut:

a. Dalam penelitian ini objek yang di bahas adalah tata cara pemuatan kendaraan diatas kapal lintasan penyeberangan Bakauheni-Merak berdasarkan peraturan menteri perhubungan nomor 115 tahun 2016 b. Masalah yang dibahas hanya mengenai tata cara pemuatan

kendaraan diatas kapal penyeberangan dengan lintasan Bakauheni – Merak dengan mengacu pada Peraturan Menteri Nomor 115 Tahun 2016 tentang Tata cara pengankutan kendaraan diatas kapal penyeberangan dan Peratuan Menteri Nomor 30 Tahun 2016 Tentang Kewajiban Mengikat Kendaraan Diatas Kapal Penyeberangan.

c. Tidak membahas persepsi pengguna jasa terhadap pelayanan di atas Kapal di Pelabuhan Bakauheni – Merak .

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Penelitian Sebelumnya

Penelitian dengan tema yang sama yaitu tentang tata cara pengangkutan kendaraan dan kewajiban pengikatan diatas kapal, pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu yang dirangkum dalam Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2. 1 Perbedaan Kertas Kerja Wajib (KKW) N

O

NAMA PENULISAN

KKW

LOKASI JUDUL HAL YANG

DITELITI

1 oky wahyono

Pelabuhan Penyeberangan

PT. ASDP Indonesia Ferry

(Persero) Cabang Ketapang

Tinjauan Tata Cara Pengangkutan Kendaraan Di Atas Kapal PT.

Asdp Indonesia Ferry (Persero) Pada Lintasan KetapangGilima

1. Penimbangan kendaraan 2.

Pengikatan Kendaraan (lashing) 3. Jarak Kendaraan 4. Sterilisasi

Car Dec

(11)

2 Eka Putra

Pelabuhan penyeberangan

PT. ASDP Indonesia Fery

(Persero) lintasan Bakauheni –

Merak

Evaluasi Tata Cara Pola Pemuatan Kendaraan Diatas Kapal

Fery ASDP Trayek Bakauheni –

Merak

1. Tata cara pemuatan kendaraan 2. Cara pengikatan

kendaraan (lashing )

Berdasarkan tabel 2.1 dapat disimpulkan perbedaan setiap tahun pada tiap-tiap penelitian diantaranya :

1. Lokasi Penelitian 2. Waktu Penelitian

3. Sistematika dan tata cara penulisan naskah Kertas Kerja Wajib (KKW)

2.1.1 Landasan Hukum

Penelitian ini mengacu pada beberapa peraturan langsung berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :

a. Undang – undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran

1) Pasal 1 ayat (3) : Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal.

2) Pasal 1 ayat (6) : Trayek adalah rute atau lintasan pelayanan angkutan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya.

(12)

3) Pasal 1 ayat (10) : Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak yang menggunakan dokumen angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh operator angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang

4) Pasal 1 ayat (14) : Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.

5) Pasal 1ayat (32) : Keselamatan dan Keamanan Pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan lingkungan maritim.

6) Pasal 1 ayat (34) : Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

7) Pasal 1 ayat (36) : Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah

(13)

permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

8) Pasal 22 ayat (1) : Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang

menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya

b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengangkutan Kendaraan Di Atas Kapal.

1) Pasal 5 ayat (1) : Setiap kendaraan yang diangkut di atas kapal wajib dilengkapi informasi mengenai jenis dan berat muatan.

2) Pasal 5 ayat (2) : kendaraan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu ditimbang sebelum dimuat kapal untuk memastikan berat kotor kendaraan beserta muatannya 3) Pasal 6 ayat (1) : kendaraan yang ditimbang dan sesuai dengan

data pada informasi mengenai jenis dan berat muatan dapat dimuat di atas kapal.

4) Pasal 6 ayat (2) : penempatan kendaraan diatas kapal dilakukan sesuai dengan rencana pemuatan yang telah dibuat

5) Pasal 7 ayat (1) : kendaraan yang ditimbang dan memiliki berat yang tidak sesuai dengan data pada berat yang dilaporkan, diberi tanda dan tidak dapat dimuat ke atas kapal yang dituju kecuali apabila kekuatan geladak pada kapal yang dituju masih sesuai untuk menerima kendaraan dengan berat seperti itu 6) Pasal 7 ayat (2) : apabila kapal yang tersedia tidak memiliki

kekuatan geladak yang sesuai, maka kendaraan tersebut harus dipisahkan dan menunggu kapal dengan kekuatan geladak yang

(14)

7) Pasal 10 ayat (1) : Beberapa jenis alat pengikat yang dapat digunakan sebagai berikut:

a) Tali pengikat kendaraan (rope automobile tiedown)

b) Sling pengikat dengan kunci bergigi (ratchet strap assembly); atau

c) Rantai dengan penguat/pengencangnya (chain with turnbuckle).

8) Pasal 11 ayat (1) : Setiap kapal yang mengangkut kendaraan darat harus memiliki titik tempat mengikat dengan ketentuan sebagai berikut

a) Jarak membujur antara titik tempat mengikat maksimal 2,5 meter;

b) Jarak membujur antara titik tempat mengikat maksimal 2,5 meter;

c) Memiliki kekuatan tanpa kerusakan permanen sampai dengan 120 KN

9) Pasal 12 ayat (1) : setiap kapal wajib menyediakan alat pengikat muatan yang cukup diatas kapal.

10) Pasal 12 ayat (2): alat pengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan kondisi kapal dan jumlah serta ukuran muatan kendaraan yang diangkut.

11) Pasal 13 : faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan alat pengikat yang dapat dipindah antara lain

a) Lamanya perjalanan

b) Wilayah geografis dari perjalanan dengan perhatian khusus pada temperatur pengoperasian yang diperbolehkan dari alat pengikat yang dapat dipindah

c) Kondisi laut yang mungkin terjadi;

d) Ukuran, desain dan karakteristik kapal;

(15)

e) Gaya statis dan dinamis yang mungkin terjadi selama perjalanan

f) Tipe dan pembungkusan setiap unit muatan termasuk kendaraan

g) Pola pemuatan yang direncanakan terhadap unit muatan termasuk kendaraan; da

h) Berat dan ukuran setiap unit muatan dan kendaraan.

12) Pasal 15 ayat (1) : ruang muat harus bersih dari ceceran minyak dan gemuk (grease

13) Pasal 15 ayat (3) : unit muatan dan atau kendaraan harus memiliki dokumen yang memberikan informasi berat keseluruhan unit muatan dan atau kendaraan termasuk informasi tindakan perawatan khusus yang harus dilakukan selama perjalanan di laut

14) Pasal 16 ayat (1) : setiap kapal dibebaskan untuk memilih jenis peralatan pengikat yang akan digunakan

15) Pasal 18 : pengikat kendaraan memenuhi ketentuan sebagai berikut

a) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 3,5 (tiga koma lima) ton sampai 20 (dua puluh) ton, harus menggunakan sekurang-kurangnya 2 (dua) alat pengikat (lashing gear) dengan beban kerja yang aman (safe working load) yang sesuai pada masing-masing sisi kendaraan.

b) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 20 (dua puluh) ton sampai 30 (tiga puluh) ton, harus menggunakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) alat pengikat (lashing gear) dengan beban kerja yang aman (safe working load) yang sesuai pada masing-masing sisi kendaraan.

c) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 30 (tiga puluh)

(16)

dengan beban kerja yang aman (safe working load) yang sesuai pada masing-masing sisi kendaraan

d) Alat pengikat (lashing gear) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) wajib memenuhi Standar Nasional Indonesi

16) Pasal 19 ayat (1) : setiap kendaraan wajib dilakukan pengikatan selama pelayaran

17) Pasal 19 ayat (2) : Pengikatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan pada kendaraan yang terletak di barisan depan (haluan), tengah (midship) dan belakang (buritan).

18) Pasal 19 ayat (3) : Kendaraan yang tidak dilakukan pengikatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 wajib dilakukan klem pada roda kendaraan.

19) Pasal 24 ayat (1) : peraturan menteri ini berlaku untuk kapal yang mengangkut kendaraan yang dibangun dengan peletakan lunas pada atau setelah tanggal 1 juli 2017.

20) Pasal 24 ayat (2) : bagi kapal yang sudah beroperasi (existing ship) diberlakukan satelah pelaksanaan pemeriksaan pembaharuan pertama yang dihitung 2 (dua) tahun semenjak penetepan peraturan menteri ini.

2.1.1 Landasan Teori

Agar dalam pembahasan penelitian tidak terjadi kekeliruan dalam membahas masalah maka perlu adanya teori-teori yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Adapun teori-teori yang akan dibahas sebagai berikut:

a. Pelabuhan

Pelabuhan menurut Bambang Trihatmodjo (2010) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi

(17)

dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, krankran (crane) untuk bongkar muat barang, gudang laut (transit) dan tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya,dan gudanggudang di mana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan

b. Kapal Penyeberangan

Menurut Abubakar (2010), Kapal Penyeberangan sebagai salah satu moda transportasi yang cukup berkembang di indonesia merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memiliki karakteristik tersendiri. Kapal Penyeberangan berdasarkan fungsinya terbagi atas 3 (tiga) yaitu :

1) Kapal Penyeberangan yang memuat Penumpang (Passenger) 2) Kapal Penyeberangan yang memuat Kendaraan (Ro-ro)

3) Kapal Penyeberangan yanga memuat penumpang dan kendaraan (Ro-pax).

c. Pengangkutan

Menurut Soegijatna Tjakranegara (2003), Pengangkutan adalah memindahkan barang atau commodity of goods dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, sehingga pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau produksi jasa bagi masyarakat yang dibutuhkan untuk pemindahan atau pengiriman.

d. Pengikatan Kendaraan di Kapal (Lashing) Menurut Iskandar Abubakar (2010), Lashing kendaraan yaitu penggunaan tali atau rantai yang dilengkapi pengetat atau sabuk lashing digunakan untuk meredam gaya horizontal untuk menghindari muatan kendaraan bergeser atau terbalik, yang terpenting tidak terlalu longar atau terketat. Bila kendaraan diangkut pada bidang dengan kelandaian tertentu, maka perlu adanya upaya penambahan lashing agar kendaraan tidak meluncur di medan

(18)

e. Klem Pada Roda Kendaraan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), klem diartikan sebagai alat untuk menjepit, memegang atau menekan suatu objek atau benda.

Klem juga diartikan sebagai alat menjepit kendaraan agar tidak bergerak atau bergeser. Klem pada roda kendaraan memiliki berbagai jenis seperti berikut

Gambar 2. 1 Jenis - Jenis Klem Roda Kendaraan

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016

f. Pengikatan Kendaraan di Kapal

Menurut Iskandar Abubakar (2010), pengikatan kendaraan yaitu penggunaan tali atau rantai yang dilengkapi pegetat atau sabuk yang digunakan untuk meredam gaya horizontal untuk menghindari muatan kendaraan bergeser atau terbalik, yang terpenting tidak terlalu longgar atau terlalu ketat. Bila kendaraan diangkut pada bidang dengan kelandaian tertentu, maka perlu adanya upaya penambahan lashing agar kendaraan tidak meluncur di medan yang ada kelandaiannya.

Jenis Alat Pengikat :

(19)

a) Alat pengikat (lashing gear) muatan adalah semua alat baik yang terpasang permanen atau alat – alat yang dapat dipindah – pindah, yang digunakan untuk mengikat dan mendukung unit – unit muatan. Pemerintah telah mengeluarkan aturan tentang jenis alat pengikat yang digunakan, seperti tali pengikat kendaraan (rope automobile tiedown), sling pengikat dengan kunci bergigi (ratchet strap assembly), atau rantai dengan penguat/ pengencangnya (chain with turnbuckle).

Gambar 2. 2 Tali Pengikat Kendaraan (Rope Automobile Tiedown)

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016

b) Tali Pengikat Kendaraan (Rope Automobile Tiedown) memiliki batas beban kerja 400 LBS/185 Kg, batas maksimal 1.200 LBS/544 Kg. Pada Rope Automobile Tiedown semua bagian baja vinil dilapisi dengan lapisan plastik untuk menghambat goresan finish mobil, body hook cocok dengan cincin sampai 1,2 /30 MM DLA. Serta S-Hook on rope dengan 1,1/8 /28,5 MM opening, digunakan untuk kendaraan dengan berat muatan 30 – 40 ton.

(20)

Gambar 2. 3 Sling Pengikat Dengan Kunci Bergigi (Ratchet Strap Assembly) Model Ganco pada Kedua Ujung Sisinya

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016

c) Ganco adalah alat yang digunakan untuk membantu mengangkat beban dengan cara di kaitkan. Ganco ini berbentuk seperti tanda tanya karena bentuk tanda tanya sangat cocok untuk model dari ganco itu sendari yang fungsinya sebagai alat pengangkat atau alat kait. Ganco memiliki nama lain juga yaitu hook. Batas beban kerja dari ganco pada kedua ujung sisi ini yaitu 1,033 LBS/458 Kg dan batas maksimal 3.100 LBS/1,406 Kg. Ganco jenis ini pun memiliki berat 1,75 LBS/0,78 Kg, digunakan untuk kendaraan dengan berat muatan 3,5 – 20 ton.

(21)

Gambar 2. 4 Sling Pengikat Dengan Kunci Bergigi (Ratchet Strap Assembly) Model Ganco Pada Satu Sisinya

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016

d) Sling pengikat dengan kunci bergigi model ganco yang terdapat pada satu sisi ini memiliki panjang 3 m dimana memiliki beban kerja 10 ton dan batas maksimal 20 ton dengan berat 1 kg, digunakan untuk kendaraan dengan berat muatan 3,5 – 20 ton.

Gambar 2. 5 Rantai dengan Ganco (Rope Automobile Tiedown) Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016

e) Alat pengikat dengan jenis rantai dengan ganco ini memiliki beban kerja 10 ton dengan batas maksimal 20 ton, berat pada rantai ganco ini pun 7,5 Kg, digunan untuk kendaraan dengan berat muatan 3,5 – 20 ton.

(22)

Gambar 2. 6 Pengikat (turnbuckle) yang dapat disambung dengan rantai

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016

2.1.2 Kerangka Penelitian

Agar tujuan penelitian ini terarah dan mencapai target, maka disusunlah bagan kerangka penelitian. Kerangka penelitian berupa dasar atau rencana yang akan menjadi panduan utama dalam melakukan penelitian dengan berbagai metode penelitian, maupun data-data yang harus diambil serta diolah.

Kerangka penelitian diawali dengan observasi lapangan terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar penulis benar-benar mengetahui kondisi sebenarnya yang terjadi dilapangan sebelum penelitian. Kemudian pada saat observasi, penulis juga harus mengidentifikasi permasalahan yang ada di lapangan dengan membuat beberapa rumusan masalah.

Setelah itu, penulis mengumpulkan data primer dan sekunder dengan berbagai metode yang dilakukana. Setelah melakukan pengumpulan data, penulis harus melakukan pengolahan serta Analisa data yang diperoleh. Hal

(23)

itu bertujuan agar diperoleh pemecahan masalah dan penulis juga dapat memberikan kesimpulan dan saran terkait penelitian tersebut.

(24)

Analisa Permasalahan Pengolahan Data

Selesai

Selesai Kesimpulan dan Saran

Data Primer:

1. Dokumentasi kondisi eksisting diatas kapal

2. Data Produktivitas 15 hari terakhir 3. Data jarak antar kendaraan

Data Sekunder :

1. Produktivitas 5 tahun terakhir (2017- 2021)

2. Data Karakteristik Kapal

Gambar 2. 7 Kerangka Penelitian

Mulai

Observasi dan Identifikasi Masalah

Analisis Pembatas Tinggi Kendaraan

Analisis Pemberian Informasi Jenis dan Berat Kendaraan

Analisis Pengangkutan Kendaraan di Atas Kapal a. Analisis jarak anatar kendaraan

b.Analisis kondisi ruang muat kendaraan 1) Analisis kebersihan ruang muat kendaraan 2) Analisis sterilisasi ruang muat kendaraan

Analisa Pengikatan Kendaraan di Atas Kapal a. Analisis Lashing dan Klem Roda Kendaraan

Analisis Ketersedian Alat Pengikatan

Pemecahan Masalah

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian dengan metode kuantitatif deskriptif. Menurut Arikunto (2006) Metode penelitian kuantitatif deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk membuat gambar atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dan hasilnya.

Penelitian kuantitatif deskriptif menggunakan Teknik pengumpulan data dengan observasi yaitu dengan melakukan pengukuran, pengamatan dan pencatatan sehingga jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.

Penelitian ini difokuskan dalam mengoptimalkan dan mengevaluasi tata cara pengangkutan kendaraan di atas kapal dan juga untuk mengetahui kesesuaian dengan keadaan dan ketentuan hukum yang berlaku.

A. Sumber Data Penelitian 1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2016:225) Data Primer adalah data yang di dapat langsung dilapangan. Data tersebut diperoleh dari pengamatan/observasi, hasil pengukuran, dan hasil wawancara baik pihak penumpang maupun petugas terkait dilokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL). Data yang didapat sebagai berikut :

a. Data Produktivitas selama 14 hari

b. Foto dokumentasi keadaan eksiting pemuatan kendaraan diatas kapal

c. Data jarak kendaraan diatas kapal

(26)

Data sekunder adalah data yang didapatkan berdasarkan pengamatan pihak lain dan berupa laporan secara tertulis, pada dasarnya sifatnya merupakan mendukung kredibilitasan dari data primer penunjang ataupun background information bagi observasi lapangan. Dalam memperoleh data sekunder meliputi :

a. PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bakauheni-Merak , data yang diperoleh berupa: Data Karakteristik kapal, Struktur Organisasi

b. Dinas Perhubungan Provinsi Lampung, data yang diperoleh berupa: Layout Pelabuhan

c. Balai Pengelola Transportasi Wilayah I Provinsi Lampung, data yang diperoleh berupa : Data produktivitas Pelabuhan selama 5 tahun terakhi

d. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, data yang diperoleh berupa: Data gambaran umum wilayah penelitian.

3.2 Metode / Teknik pengumpulan Data

Riduwan (2010), Teknik pengumpulan data ialah metode pengumpulan data yaitu Teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai bahan acuan dan perbandingan. Pendataan ini disesuaikan dengan kondisi dan lokasi atau tempat dimana objek berada. Dalam proses pengumpulan data yang digunakan beberapa metode survei untuk memperoleh data yaitu :

1. Metode observasi

Melakukan pengamatan secara langsung kondisi yang sebenarnya di lapangan yaitu dari proses pengangkutan kendaraan diatas kapal, mengukur jarak antar kendaraan diatas kapal serta mengamati jenis golongan kendaraan diatas kapal dalam memuat kendaraan menggunakan lashing serta jarak antar kendaraan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No 115 Tahun 2016 Tentang Tata Cara

(27)

Pengangkutan Kendaraan Di Atas Kapal Penyeberangan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan agar mendapatkan bukti kondisi eksisting yang terjadi saat penulis melakukan pengamatan dilapangan dan juga sebagai bahan penting untuk menyajikan data

3. Metode Kepustakaan

Metode Kepustakaan yaitu pengumpulan data sekunder didapat dari buku referensi dan peraturan yang berkaitan dengan penelitian

4. Metode institusional

Data – data yang di kumpulkan dari berbagai instansi yang terkait, berikut instansi dan data yang diperoleh :

a) PT.ASDP Indonesia Ferry(Persero)

b) Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah c) Dinas Perhubungan Provinsi

d) Badan Pusat Statistik Provinsi

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data yang digunakan dalam melakukan penelitian pada lokasi Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni-Merak berpedoman pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengangkutan Kendaraan Diatas Kapal dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2016 Tentang Kewajiban Pengikatan Kendaraan Pada Kapal Angkutan Penyeberangan, sebagai berikut :

1. Analisis pembatas tinggi kendaraan

Analisis ini dibutuhkan agar kendaraan yang diangkut di atas kapal tidak melebihi batas tinggi geladak di kapal karena apabila kendaraan sudah masuk di trestle tidak bisa untuk memutar balik kendaraan.

(28)

Kendaraan

Analisis dibutuhkan agar kendaraan yang diangkut ke kapal bisa sesuai dengan kekuatan geladak kapal. Apabila tidak sesuai menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 115 Tahun 2016 Pasal 7 ayat (2) bahwa kendaraan harus dipisahkan dan menunggu kapal dengan kekuatan geladak yang sesuai.

3. Analisis pengangkutan kendaraan diatas kapal a. Analisi jarak antar kendaraan

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 115 Tahun 2016 pasal 20 bahwa jarak antar sisi kendaraan minimal 60 cm dan jarak antar muka dan belakang kendaraan 30 cm. Jadi kita mengukur jarak antar kendaraan yang nyata dan yang seharusnya menggunakan meteran.

b. Analisi Kondisi ruang muat kendaraan

1) Analisis Kebersihan Ruang Muat Kendaraan Terhadap Ceceran Minyak dan Gemuk

Analisis ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan di atas kapal. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 115 Tahun 2016 pasal 15 ayat (1) bahwa ruang muat harus bersih dari ceceran minyak dan gemuk (grease).

2) Analisis Sterilisasi Ruang Muat Kendaraan dari Penumpang

Analisis dibutuhkan agar apabila terjadi bahaya/kecelakaan kapal, ABK lebih mudah untuk mengarahkan penumpang dalam menghadapu situasi tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 115 Tahun 2016 pasal 17 ayat (2) ruang muat harus steril dari adanya penumpang selama pelayaran.

(29)

c. Analisis Penempatan Kendaraan di Atas Kapal

Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016 pasal 17 ayat (1) bahwa kendaraan harus ditempatkan memanjang (membujur) searah Haluan atau buritan kapal dan tidak boleh melintang.

d. Analisis Pengikatan Kendaraan di Atas Kapal

1) Analisis Alat Pengikatan Kendaraan dan Klem Roda Kendaraan

Analisis dibutuhkan untuk mengetahui jumlah alat lashing dan klem roda kendaraan yang dibutuhkan unutk mengikat kendaraan. Kewajiban pengikatan kendaraan saat melaksanakan pelayaran.

a) Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016 Pasal 19 ayat (1) : Setiap kendaraan wajib dilakukan pengikatan selama pelayaran

b) Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2016 Pasal 4 ayat (1) : Setiap kendaraan wajib diikat selama dalam pelayaran.

c) Kebutuhan Alat Pengikat Kendaraan

Ketersediaan Jumlah Alat Pengikat Kendaraan Analisa dilakukan untuk menentukan jumlah alat lashing yang dibutuhkan untuk pengangkutan kendaraan di atas kapal dan agar kendaraan aman pada saat pelayaran.

Operator kapal wajib menyediakan mengacu pada PM Nomor 115 Tahun 2016 Pasal 12 ayat (1) : Setiap kapal wajib menyediakan alat pengikat muatan yang cukup di atas kapal

1) Jumlah alat lashing yang dibutuhkan disesuaikan dengan PM Perhubungan Nomor

(30)

2) kendaraan yang berat keseluruhannya antara 3,5 – 20 ton, harus menggunakan sekurang – kurangnya 2 alat pengikat pada masing – masing sisiny

3) kendaraan yang berat keseluruhannya antara 20 – 30 ton, harus menggunakan sekurang – kurangnya 3 alat pengikat pada masing – masing sisinya

4) kendaraan yang berat keseluruhannya antara 30 – 40 ton, harus menggunakan sekurang – kurangnya 4 alat pengikat pada masing – masing sisinya 2 alat pengikat.

Gambar

Tabel 2. 1 Perbedaan Kertas Kerja Wajib (KKW) N
Gambar 2. 1 Jenis - Jenis Klem Roda Kendaraan
Gambar 2. 2 Tali Pengikat Kendaraan (Rope Automobile  Tiedown)
Gambar 2. 3 Sling Pengikat Dengan Kunci Bergigi  (Ratchet Strap Assembly) Model Ganco pada Kedua  Ujung Sisinya
+3

Referensi

Dokumen terkait

2 empty Trial completion date empty Scientific title The effect of IL-6 inhibitor Tocilizumab on the prognosis of covid-19 patients with acute respiratory failure Public title The

Biểu đồ thể hiện sự sinh trưởng của Spirulina trong môi trường bổ sung 25%, 50%, 75%, 100% khối lượng Nitơ từ muối natri nitrit A và natri nitrat B Hình 3 cho thấy khác với thí