EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTAMADYA BANJARMASIN
Oleh
IMAM YUWONO, M.Pd
Prodi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Lambung Mangkurat Banjarmasin
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah kebijakan yang belum terevaluasi secara komprehensif dan sejauhmana efektivitas keberhasilan program program inklusif yang telah dilaksanakan di Kodya Banjarmasin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan efektivitas program pendidikan inklusif yang dilaksanakan di Kodya Banjarmasin. Metode dalam penelitian ini adalah metode studi kasus (case studies). Desain yang digunakan dalam penelitian ini model CIPPO (context, input,process, product dan memperhatikan outcome). Penelitian ini dilaksanakan pada empat 4 SD, 2 SMP dan 2 SMA/SMK penyelenggara pendidikan inklusif di Kodya Banjarmasin. Analisis data pada studi evaluasi ini dilakukan menggunakan dua cara : data kuantitatif dianalisis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan sedangkan data kualitatif dianalisis melalui reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan, verifikasi dan interpretasi data.
Kata Kunci: Evaluasi, Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusif
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Implikasi penting paradigma pendidikan inklusif adalah pengakuan dan penghargaan akan adanya keragaman dan perbedaan kebutuhan individu. Implementasi pendidikan inklusif di sekolah secara umum dan di kelas secara khusus berarti pengakuan dan penghargaan terhadap individu anak, fasilitas belajar dan lingkungan memberi kemudahan dan rasa aman kepada setiap anak, guru bekerja
dalam sebuah tim dan adanya keterlibatan orang tua/masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah/kelas.
Menurut Skorjen keberhasilan pendidikan inklusif dipengaruhi oleh:
(a)perubahan hati dan sikap guru, (b) reoreantasi yang berkaitan dengan asesmen, metode pengajaran dan manajemen kelas termasuk penyesuaian lingkungan, (c) redefinisi peran guru dan realokasi sumber daya manusia, (d) redefinisi peran SLB sebagai pusat sumber yang ekstensif,(e) penyediaan bantuan profesional guru dalam bentuk pelatuhan dan penataran sehingga mereka dapat memberikan kontribusi dan bersikap fleksibel jika diperlukan, (f) layanan guru kunjung dan optimalisasi guru pembimbing khusus, (g) pembentukan, peningkatan dan pengembangan kemitraan antara guru dan orang tua, dan (h) sistem pendidikan yang fleksibel termasuk kurikulum dan sistem penilaian.
Indikator keberhasilan sebuah program selain yang dipaparkan diatas adalah bagaimana produk yang dihasilkan program tersebut.
Menurut Skorjen, keberhasilan pendidikan inklusif ditandai dengan perubahan sekolah yang melakukan budaya inklusif.Semua anak dan orang dewasa adalah anggota kelompok yang sama: berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, membantu satu sama lain untuk belajar dan berfungsi, saling tenggang rasa satu sama lain, menerima kenyataan bahwa sebagian anak mempunyai kebutuhan yang berbeda dari moyoritas.
Kalimantan selatan memiliki 82 sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, terdiri dari 52 sekolah piloting sebagai penyelenggara pendidikan inklusif, dan 30 sekolah yang sudah lama menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sekolah-sekolah tersebut
ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/kota untuk membuka kelas program inklusif. Di kota Banjarmasin terdapat 11 sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Terdiri dari 7 sekolah dasar 2 sekolah menengah pertama dan 2 sekolah menengah atas. Program pendidikan inklusif di kotaBanjarmasin, dimulai sejak tahun 2005 dan ada beberapa sekolah telah meluluskan beberapa kali alumni dengan hasil serapan ke sekolah yang lebih tinggi maupun terjun ke dunia kerja.
Realitas ini merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji sebagai bahan penelitian, sejauhmana efektivitas program inklusif yang telah dilaksanakan di kota Banjarmasin tersebut telah dilaksanakan sesuai denganteori pendidikan inklusif pada umumnya.Program pendidikan inklusif di Banjarmasin telah berjalan selama sembilan tahun, namun sejauh ini kebijakan tersebut belum terevaluasi secara komprehensif sejauhmana efektivitas keberhasilan program tersebut.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini menitik beratkan pada evaluasi program. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan program yang mencakup tujuan dan landasanpada yang disusun telah mengakomodasi kebutuhan setiap orang tanpa deskriminasi?
2. Bagaimanakah strukturisasi siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana, pembiayaan, kalender akademik dapat mendukung pencapaian program pendidikan inklusif?
3. Bagaimanakah kendala yang ditemui selama menyelenggarakan pendidikan inklusif yang mencakup kompetensi, minat dan profil guru, kegiatan belajar mengajar, ekstra kurikuler, identifikasi dan asesmen, program pembelajaran individual, struktur sosial kelas dan sosialisasi?
4. Bagaimanakah hasil yang diperoleh dalam hal kognitif, emosi dan perilaku sosial siswa setelah menempuh pendidikan inklusif?
5. Bagaimanakah dampak program pendidikan inklusif dalam hal kelanjutan studi dan memasuki dunia kerja?
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan terkait dengan pendidikan inklusif, perencanaan sebuah program pendidikan inklusif yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua orang serta sebagai masukan tentang tujuan, landasan yang tepat tentang penyelenggaraan program pendidikan inklusif dimasa mendatang berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kelayakan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.
Membantu pengambil kebijakan dalam hal strukturisasi program pendidikan inklusif, dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia, strategi alternatif yang akan digunakan dan rencana apa yang
tersedia untuk mencapai tujuan serta dapat membantu pengembangan program. Membantu pengambil kebijakan dalam mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat program pendidikan inklusif, sehingga akan membantu daur ulang dalam mengambil sebuah keputusan lebih lanjut.
Manfaat bagi pelaksana program pendidikan inklusif antara lain adalah membantu pelaksana program pendidikan inklusif, dalam hal ini lembaga sekolah reguler pada tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK penyelenggara pendidikan inklusif di Kodya Banjarmasin dalam hal memahami hambatan dan kendala apa yang ditemui selama menyelenggarakan pendidikan inklusif, kemudian revisi apa yang diperlukan, sehingga prosedur lebih lanjut dapat dimonitor, dikontrol dan diminimalisir.Membantu penyelenggara pendidikan inklusif dalam hal mengungkap hasil yang diperoleh, dan apa yang perlu dilakukan lebih lanjut berkaitan dengan implementasi program pendidikan inklusif yang telah dilakukan.
Kajian Teori
A. Konsep Evaluasi Program
Evaluasi program merupakan suatu proses. Secara eksplisit bahwa evaluasi harusmembandingkan apa yang telah dicapai oleh program dengan apa yang seharusnya dicapai sesuai standar yang ditetapkan. Evaluasi sebagai kontrol suatu program untuk mengukur bagaimana pencapaian tujuan program termasuk implikasi-
implikasinya, hal yang umum terjadi pada evaluasi program adalah bagaimana untuk meningkatkan (to improve) suatu program dan bukan untuk membuktikan (to prove) suatu program. Alur pengkajian evaluasi program dapat saja menyerupai sebuah penelitian (research) ilmiah yang banyak dilakukan oleh kalangan akademis.
B. Konsep Program Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif berkenaan dengan aktivitas memberikan respon yang sesuai kepada spektrum yang luas dari kebutuhan belajar baik dalam setting pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan inklusifmerupakan pendekatan yang memperhatikan bagaimana mentransformasikan sistem pendidikan sehingga mampu merespon keragaman siswa. Pendidikan inklusif bertujuan dapat memungkinkan guru dan siswa untuk merasa nyaman dengan keragaman dan melihatnya sebagai suatu tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar, dari pada suatu problem.
C. Model Evaluasi yang Dipilih
Program pendidikan inklusif yang dilaksanakan di Kodya Banjarmasin mengandung komponen konteks, input, proses dan produk, dan outcome, maka model yang cocok untuk digunakan dalam penelitian ini adalah model CIPP dengan memperhatikan empat komponen model CIPPO yaitu komponen konteks (context), komponen masukan (input), komponen proses (process), komponen produk
(product) dan luaran (outcome) dari program, sehingga menjadi model CIPPO.
D. Kriteria Evaluasi
Kriteria standar yang dijadikan sebagai acuan penilaian adalah seperti yang tercantum dalam tabelsebagai berikut:
Kriteria-Kriteria Standar Program Pendidikan Inklusif
KOMPONEN INDIKATOR KRITERIA
KONTEKS (Context)
Tujuan dan landasan program
Adanya dokumen yang menunjukkan tujuan yang jelas tentang pendidikan inklusif
Adanya dokumen yang menunjukkan program yang jelas tentang pendidikan inklusif
Tujuan program pendidikan inklusif dirumuskan secara tepat
Tujuan dirumuskan sesuai syarat perumusan yaitu: Jelas, terukur dan dapat diamati
Pendidikan inklusif merupakan
kebutuhan masyarakat
Adanya dokumen yang merupakan dukungan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif
Kelayakan sekolah menyelenggarakan pendidikan inklusif
Adanya dokumen ijin operasional penyelenggaraan pendidikan inklusif Adanya sistem sekolah menyesuaikan dengan kondisi peserta didik
Adanya dokumen tentang dukungan warga sekolah menerima pendidikan inklusif
1. Siswa
Adanya siswa berkebutuhan khusus Adanya rumah siswa berkebutuhan khusus dekat dengan wilayah sekolah Adanya dokumen yang menunjukkan komitmen orang tua ABK bersekolah di reguler
Adanya dokumen nominasi diri siswa Adanaya dokumen nominasi teman
KOMPONEN INDIKATOR KRITERIA
MASUKAN (Input)
MASUKAN (Input)
sebaya
Adanaya dokumen nominasi guru Adanya dokumen nominasi orang tua ABK
2. Persyaratan Administrasi GPK
Guru memiliki ijasah S1 PLB
Guru mengajar sesuai dengan ijasah Pengalaman guru mengajar minimal 2 th
Guru telah dipersiapkan untuk
mengajar anak berkebutuhan khusus Guru minimal 3 kali telah dilatih
menangani anak berkebutuhan khusus Guru memiliki kompentensi melakukan identifikasi dan asesmen terhadap anak berkebutuhan khusus
Guru memiliki kompetensi melakukan pembelajaran kompensatoris kepada ABK
3. Kurikulum
Adanya kurikulum berdeferensiasi Adanya dokumen modifikasi kurikulum Adanya pelaksanaan sistem penilaian yang flksibel
Kurikulum dikembangkan berdasarkan kebutuhan individual siswa
Adanya modifikasi bahan ajar
4. Sarana dan prasarana
Tersedia sarana dan prasarana belajar minimal 60 % memadai
Tersedianya sarana dan prasarana yang aksesibel
Tersedia alat peraga ABK minimal 60
%
5. Pembiayaan Pembiayaan mencukupi untuk rutin dan pengembangan
6. Kalender akademik Kalender akademik memiliki fleksibelitas tinggi
1. Kompetensi guru Kopetensi guru tergolong tinggi 2. Minat guru Minat guru mengajar kategori tinggi 3. Profil Profil guru yang dipersyaratkan
kategori tinggi
4. Proses belajar Proses pembelajaran di kelas berada pada kategori tinggi
KOMPONEN INDIKATOR KRITERIA
PROSES (Process)
5. Ekstra kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler dalam kategori tinggi
6.Identifikasi dan asesmen
Pelaksanaan identifikasi dan asesmen dalam kategori tinggi
7. PPI Adanya program pembelajaran yang di individualkan
8. Strukstur sosial Struktur sosial kelas tergolong tinggi 9. Sosialisasi ABK Pengakuan teman sebaya terhadap
ABK tinggi
Pengakuan guru terhadap ABK tinggi
PRODUK (Product)
PRODUK (Product)
1. Kognitif ABK yang tidak memiliki hambatan kognitif setara dengan siswa reguler 2. Kecerdasan emosi Siswa memiliki kecerdasan emosi
sesuai dengan usia perkembangan 3. Sikap sosial
Berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
Semua warga sekolah berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik
Membantu satu sama lain untuk belajar dan berfungsi
Semua warga sekolah saling bantu untuk belajar dan berfungsi
Saling tenggang rasa satu sama lain
Semua warga sekolah
mengembangkan sikap saling tenggang rasa
Menghargai
perbedaan individu
Sistem sekolah menghargai perbedaan individu
Cenderung
kerjasama daripada bersaing
Semua warga sekolah cenderung kerjasama bukan bersaing
Luaran (outcome)
1. Penerimaan di jenjang yang lebih tinggi
Siswa lulusan SD inklusif diterima di SMP
Siswa lulusan SMP inklusif diterima di SMA/SMK
Siswa lulusan SMA/SMK inklusif diterima di perguruan tinggi 2. Penerimaan pada
dunia kerja Lulusan sekolah SMA/SMK yang diterima di dunia kerja (perusahaan, kantor, intansi, usaha mandiri)
Metodologi Penelitian
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi program yang bersifat kualitatif, sebab proses evaluasi dilakukan secara inquiri dengan penekanan pada aspek obyektifitas, reliabilitas dan validitas pengukuran evaluasi pelaksanaan program pendidikan inklusif.
Perolehan data dalam bentuk deskriptif melalui hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
B. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus (Icase studies). Studi kasus bertujuan untuk membuat penafsiran akurat mengenai karakteristik-karakteristik objek yang diteliti. Studi kasus sering digunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil seperti keluarga, klub, sekolah dan kelompok atau geng. Studi kasus lebih tampak (contrasted) pada survai intensif secara mendalam pada fenomena yang diteliti. Tipe penelitian ini adalah berusaha memahami suatu unit sosial tertentu secara utuh dalam totalitas lingkungan tersebut. Studi kasus dalam beberapa referensi merupakan bagian dari penelitian kualitatif.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stuffebeam yang dinamakan model
CIPPO (context, input,process, product dan memeperhatikan outcome).1 Desain penelitian dapat digambarkan pada gambar berikut:
Gambar Desain Penelitian D. Instrumen Penelitian
Evaluasi program pendidikan inklusif di Kodya Banjarmasin ini menggunakan 18 (delapan belas) jenis instrumen yang terbagi dalam lima tahapan evaluasi, yaitu: konteks, input, proses, produk dan outcome.
1 D.L. Stufflebeam, Evaluation Theory Model And Aplications (Boston: Kluwer Academic Publishesr, 2001), h. 173.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data pada studi evaluasi ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil kajian dokumen dan teori, hasil wawancara, lembar evaluasi (kuesioner), dan hasil studi dokumentasi. Masing-masing data diklasifikasi sesuai dengan lima aspek yang terdiri dari data context, input, process, product dan outcome. Pendekatan yang dilakukan dalam analisis data meliputi, analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan.
Sedangkan data kualitatif dianalisis melalui reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan, verifikasi, dan interpretasi data.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Zaenal. Implementasi Pendidikan Iinklusif di Sekolah Reguler.
Bandung: Rineka Cipta, 2006.
Ansyar, Mohammad.Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta:
P2LPTK, 1989.
B.H, Johnsen. Kurikulum Untuk Pluraritas Kebutuhan Belajar Individu.
Bandung: Pasca Sarjana UPI, 2003.
B.R. Worthen dan James R. Sunders. Educational Evaluation Theory and Practice. Belmont: Wadsworth Publishing Company Inc., 1973.
CRPD, Convention on The Rights of People With Disability. Bandung:
Konvensi Hak Penyandang Disabilitas Internasional, 2004.
Djaali, Puji Mulyono, dan Ramli. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPs UNJ, 2000.
D. Skorten, Marriam. Menuju Inklusi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung: Program Pasca Sarjan UPI, 2003.
Fish, Jhon dan Evan.Managing Special Education. Buckingham: USA Open University Pers, 1995.
Fitzpatrick, Jody. Evaluation In Action Interviews With Expert Evaluators. Losangeles: Sage Pubications Inc., 2005.
George, F. Madaus, Michael S.Scriven, dan Daniel L.Stufflebeam.
Evaluation Models Viewpoints On Educational And Human Services Evaluation. Boston: Kluwer Nijhoff Publishing, 1983.
Lewis, Aiken. Rating Skales And Checklist Evaluation Behavior Personality And Attitude. Newyork: John Wiley, 1966.
Marhaeni, Evaluasi Program Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2007.
Miles, Susie and Nidhi Singal. The Education for All And Inclusive Education Debate Conflict.Boston: Contradiction Or Opportunity,1999.
Mudjito. Masyarakat Inklusif. Jakarta: Direktorat PKLK, 2011.
Popham, W. James. Educational Evaluation. New Jersey: Prentice hall Inc., 1987.
Sanders, James R. The Program Evaluation Standards. California:
Sage Publication Inc., 1994.
Sharmaa, Umesh. Reforming Teacher Education for Inclusion in Developing Countries in the Asia-Pacific Region, 2000.