MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Bimbingan dan Konseling (PB500) yang diampu oleh
Dra. R. Tati Kustiawati, M. Pd.
Disusun oleh:
PROGRAM STUDI SARJANA BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2024
Ihsan Ibrahim W. 2202974 Marsha Hariani Putri 2206882 Muhammad Hasan 2207398 Montel Katias 2206908 Putri Syahdaniah Irlis 2203642
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, dan karunia yang dilimpahkannya, penulis dapat menyelesaikan tugas Evaluasi Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Dra. R. Tati Kustiawati, M. Pd. Penulisan makalah yang berjudul “Evaluasi terhadap Dukungan Sistem” ini akan fokus pada keandalan dalam penilaian, tapi juga membahas metode untuk meningkatkan presisi dan strategi dalam memilih koefisien keandalan yang sesuai, menawarkan wawasan penting bagi praktik asesmen psikologis yang lebih akurat dan efektif.
Makalah ini menggali evaluasi dukungan sistem dalam praktik Bimbingan dan Konseling. Fokusnya mencakup tujuan dari evaluasi tersebut, manfaat bagi praktisi dan konseli, serta proses evaluasi dalam konteks praktik tersebut. Selain itu, juga membahas aspek-aspek yang perlu dievaluasi, seperti pengembangan jejaring, kegiatan manajemen, dan riset serta pengembangan. Tidak lupa, disoroti pula hambatan utama yang dihadapi dalam melakukan evaluasi terhadap dukungan sistem, disertai dengan solusi yang dapat diusulkan untuk mengatasi hambatan tersebut.
Proses penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, inspirasi, dan kontribusi dalam penyusunan materi yang terkandung di dalamnya. Penulis pun menerima dengan senang hati sumbang saran maupun kritik yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca dan menjadi pijakan penting dalam memahami evaluasi dukungan sistem dalam praktik Bimbingan dan Konseling.
Bandung, 15 April 2024 Penulis
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 1
1.3 Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
2.1 Konsep Evaluasi terhadap Dukungan Sistem ... 3
2.1.1 Definisi Evaluasi ... 3
2.1.2 Definisi Dukungan Sistem ... 4
2.1.3 Definisi Evaluasi terhadap Dukungan Sistem ... 5
2.1.4 Tujuan Evaluasi terhadap Dukungan Sistem ... 5
2.1.5 Manfaat Evaluasi terhadap Dukungan Sistem ... 6
2.1.6 Proses Pelaksanaan Evaluasi terhadap Dukungan Sistem ... 7
2.2 Aspek-Aspek Dukungan Sistem ... 9
2.2.1 Pengembangan Jejaring (Networking) ... 11
2.2.2 Kegiatan Manajemen ... 12
2.2.3 Riset dan Pengembangan ... 14
3.2 Hambatan dan Solusi dalam Evaluasi terhadap Dukungan Sistem ... 15
BAB III PENUTUP ... 18
3.1 Simpulan ... 18
3.2 Rekomendasi ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 20
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kisi-Kisi Wawancara Penelitian ... 11
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian pada Siswa ... 22
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Penelitian pada Guru Bimbingan dan Konseling ... 23
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Penelitian pada Orang Tua Siswa ... 24
Lampiran 4. Instrumen Supervisi Guru BK ... 25
Lampiran 5. Pengembangan Instrumen Evaluasi ... 27
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidang Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki peran yang sangat penting dalam membantu individu untuk mengatasi masalah pribadi, akademik, dan sosial mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi telah memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia, termasuk bidang BK.
Penerapan teknologi dalam praktik BK telah memungkinkan adopsi metode baru dalam memberikan dukungan kepada individu yang membutuhkan. Namun, menurut Musyofah et al. (2021) bahwa penggunaan teknologi dalam BK tidak lepas dari tantangan dan evaluasi yang perlu dilakukan secara berkala. Evaluasi dukungan sistem dalam BK menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi yang digunakan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi klien, serta meminimalkan risiko dan masalah yang mungkin timbul. Beberapa aspek yang perlu dievaluasi dalam konteks ini termasuk efektivitas teknologi dalam menyampaikan layanan, keamanan dan privasi data, aksesibilitas bagi berbagai kelompok masyarakat, serta integrasi teknologi dengan praktik BK yang sudah ada.
Dengan demikian, penelitian evaluasi dukungan sistem dalam BK menjadi relevan untuk mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, dan potensi pengembangan lebih lanjut dalam penerapan teknologi dalam praktik BK. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat dikembangkan pedoman dan rekomendasi bagi praktisi BK dalam memilih, mengimplementasikan, dan mengevaluasi teknologi yang digunakan dalam memberikan dukungan kepada klien mereka.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diharapkan tujuan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang:
1. Apa tujuan dari evaluasi dukungan sistem dalam praktik Bimbingan dan Konseling?
2. Bagaimana manfaat dari evaluasi dukungan sistem bagi praktisi Bimbingan dan Konseling serta klien mereka?
3. Bagaimana proses evaluasi dukungan sistem dalam konteks praktik Bimbingan dan Konseling?
4. Apa saja aspek dukungan sistem yang perlu dievaluasi, termasuk pengembangan jejaring (networking), kegiatan manajemen, dan riset serta pengembangan?
5. Apa hambatan-hambatan utama yang dihadapi dalam melakukan evaluasi terhadap dukungan sistem dalam praktik Bimbingan dan Konseling, dan bagaimana solusi yang dapat diusulkan untuk mengatasi hambatan tersebut?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengkaji tujuan evaluasi dukungan sistem dalam praktik Bimbingan dan Konseling dengan tujuan memahami mengapa evaluasi tersebut penting dan bagaimana dapat memberikan nilai tambah bagi praktisi dan klien.
2. Menganalisis manfaat yang diperoleh oleh praktisi Bimbingan dan Konseling serta klien mereka melalui pelaksanaan evaluasi dukungan sistem, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dampak positif yang mungkin terjadi sebagai hasil dari evaluasi ini.
3. Merinci proses evaluasi dukungan sistem yang sesuai dengan konteks praktik Bimbingan dan Konseling, termasuk identifikasi langkah-langkah yang diperlukan, alat-alat yang digunakan, dan evaluasi hasil guna meningkatkan efektivitas layanan.
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi aspek-aspek dukungan sistem yang relevan, seperti pengembangan jejaring (networking), kegiatan manajemen, dan riset serta pengembangan, dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan kinerja sistem yang ada.
5. Mengevaluasi hambatan-hambatan utama yang dihadapi dalam melakukan evaluasi terhadap dukungan sistem dalam praktik Bimbingan dan Konseling, serta menyusun solusi yang praktis dan berkelanjutan untuk mengatasi hambatan tersebut, sehingga proses evaluasi dapat berjalan lebih lancar dan efisien.
3 BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Evaluasi terhadap Dukungan Sistem
Konsep evaluasi terhadap dukungan sistem bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling.
Evaluasi ini dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil, yang dilihat dari segi keefektivan proses layanan bimbingan dan konseling serta keefektivan hasil layanan bimbingan dan konseling. Evaluasi bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan untuk membenahi program-program yang kurang berhasil dan membantu menentukan keputusan tentang program konseling yang akan dilakukan.
2.1.1 Definisi Evaluasi
Berdasarkan buku Evaluasi Bimbingan dan Konseling (Hadiwinarto, 2019) definisi evaluasi dikemukakan oleh banyak pakar, diantaranya yaitu: Menurut Kufman dan Thomas, evaluasi adalah proses yang digunakan untuk menilai.
Definisi senada juga dikemukakan oleh Djaali, Mulyono, dan Ramly bahwa evaluasi merupakan proses penilaian sesuatu berdasarkan kriteria atau standar objektif yang dievaluasi. Sedangkan Sanders mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan invertigasi yang sistematis tentang kebenaran atau keberhasilan suatu tujuan.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa definisi dari evaluasi adalah proses penilaian yang digunakan untuk menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau standar objektif. Ini melibatkan kegiatan investigasi sistematis untuk menentukan kebenaran atau keberhasilan suatu tujuan, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi, kinerja, atau pencapaian suatu hal dengan menggunakan pendekatan yang terstruktur dan obyektif.
Guru Bimbingan dan Konseling ataupun Konselor terutama bertugas mengevaluasi program bimbingan dan konseling. Menurut SK Menpan No.84/1993, konsultan mempunyai lima tugas pokok: 1) Pembuatan program bimbingan/konsultasi, 2) Pelaksanaan program bimbingan/konsultasi, 3) Evaluasi program bimbingan/konsultasi, 4) Analisis program bimbingan/ hasil konsultasi, 5)
Pelaksanaan tindak lanjut program Bimbingan Konseling, menjadi tanggung jawabnya (Sukardi, 2008 dalam Amir, 2022).
2.1.2 Definisi Dukungan Sistem
Dukungan sistem menurut ABKIN (2007) merupakan program bimbingan dan konseling yang memberikan dukungan kepada konselor dan juga kepada personel pendidik di sekolah atau madrasah. Terdapat tiga aspek pada dukungan sistem, antara lain: (a) pengembangan jejaring (networking); (b) kegiatan manajemen; serta (c) riset dan pegembangan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah, konselor mengevaluasi program bimbingan dan konseling untuk menentukan keberhasilan layanan dan pengembangan program selanjutnya.
Pelaksanaan program Layanan Bimbingan dan Konseling di Indonesia saat ini menggunakan pola bimbingan dan konseling yang komprehensif (Permendikbud, 2014). Komponen dari program orientasi dan konsultasi yang komprehensif menurut ABKIN (2007) adalah Layanan Dasar, Rencana Individu, Layanan Respons, dan Dukungan Sistem (Gysbers: 2012).
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara serta meningkatkan program bimbingan. Komponen dukungan sistem membantu staf atau personel bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan dasar bimbingan, responsif dan perencanaan individual (Nurihsan, 2016).
Sedangkan menurut ABKIN (2007), dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
Dukungan sistem dapat membantu guru bimbingan konseling dalam membantu peserta didik menjalankan kegiatan sehari-hari sesuai dengan tugas perkembangannya. Namun, bagi peserta didik hal ini tidak begitu berarti. Mereka
5
hanya menganggap bahwa dukungan sisitem adalah salah satu sarana prasarana demi memperlancar program pendidikan di sekolah (Khadijah et al., 2022).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sistem adalah serangkaian kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memperkuat, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling.
Meskipun bagi peserta didik, dukungan sistem mungkin hanya dianggap sebagai sarana prasarana untuk memperlancar program pendidikan di sekolah, namun secara tidak langsung, dukungan sistem berperan penting dalam mendukung kegiatan sehari-hari peserta didik sesuai dengan tugas perkembangannya.
2.1.3 Definisi Evaluasi terhadap Dukungan Sistem
Dari kedua konsep definisi evaluasi dan dukungan sistem, Definisi evaluasi terhadap dukungan sistem dapat diartikan sebagai kegiatan penilaian yang dilakukan berdasarkan kriteria atau standar objektif tentang program dukungan sistem, yang selanjutnya digunakan untuk memperkuat, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling di sekolah.
2.1.4 Tujuan Evaluasi terhadap Dukungan Sistem
Sebagaimana tujuan dari dukungan sistem yang diadakan untuk memberikan dukungan kepada konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam mempemudah dan melancarkan penyelenggaraan komponen komponen layanan bimbingan dan konseling dan juga mendukung efektifitas dan efisiensi keberlangsungan layanan bimbingan dan konseling, berikutnya tujuan bagi siswa adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan pada satuan pendidikan. Dukungan sistem ini meli[uti kegiatan pengemangan jejaring, kegiatan manajemen, dan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan (ABKIN, 2007).
Berikutnya dijelaskan juga menurut Nurihsan (2016) bahwa dukungan sistem adalah serangkaian tindakan manajerial yang bertujuan untuk mengokohkan, menjaga, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling. Komponen dukungan sistem ini berperan dalam membantu staf atau tenaga profesional dalam bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan bimbingan dasar yang responsif serta perencanaan individu.
Tujuan dari diadakannya evaluasi terhadap dukungan sistem dalam bimbingan dan konseling adalah untuk mengidentifikasi keberhasilan serta kelemahan dalam sistem yang mendukung pelaksanaan program BK. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang digunakan mampu mendukung efektivitas dan efisiensi dari program bimbingan dan konseling. Melalui evaluasi ini, dapat diidentifikasi apakah sistem yang ada telah mampu menyediakan sumber daya yang memadai, mendukung komunikasi yang efektif antara para konselor dan konseli, serta memberikan bantuan yang tepat waktu bagi peserta bimbingan dan konseling. Selain itu, evaluasi terhadap dukungan sistem juga dapat membantu dalam mengevaluasi kebutuhan perbaikan atau penyesuaian yang mungkin diperlukan untuk meningkatkan kinerja sistem secara keseluruhan. Dengan demikian, evaluasi terhadap dukungan sistem menjadi penting dalam memastikan bahwa program bimbingan dan konseling dapat berjalan secara optimal dan memberikan manfaat yang maksimal bagi para pesertanya. Tsejalan dengan definisi evaluasi yaitu proses pengumpulan, analisis, dan penjelasan informasi tentang seberapa efektifnya program bimbingan dan konseling telah dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk menyusun rekomendasi terkait dengan implementasi program, baik yang sudah dilaksanakan maupun yang belum dilaksanakan (Lathifah, M. 2016).
2.1.5 Manfaat Evaluasi terhadap Dukungan Sistem
Manfaat dari adanya dukungan sistem terhadap bimbingan dan konseling adalah untuk menentukan kinerja guru bimbingan dan konseling. Dengan adanya dukungan sistem, maka semakin baik pula kinerja guru bimbingan dan konseling.
Sebaliknya, tanpa adanya dukungan sistem guru bimbingan dan konseling, maka semakin rendah kinerja guru bimbingan dan konseling (Reba et al., 2022).
Evaluasi terhadap dukungan sistem dalam bimbingan dan konseling, memiliki beberapa manfaat yang signifikan. Pertama, evaluasi dapat membantu dalam pengembangan jejaring (networking). Melalui evaluasi, dapat diidentifikasi koneksi yang efektif antara berbagai pihak terkait dalam mendukung kegiatan bimbingan dan konseling, seperti konselor, pendidik, orang tua, dan masyarakat.
Hal ini dapat memperluas akses dan sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan bimbingan dan konseling di lingkungan pendidikan. Kedua, evaluasi juga
7
berkontribusi pada kegiatan manajemen. Dengan mengevaluasi efektivitas program dan proses manajerial yang terlibat dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling, dapat diidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan atau disesuaikan.
Hal ini membantu dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan program serta alokasi sumber daya yang tepat. Terakhir, evaluasi memainkan peran penting dalam riset dan pengembangan. Dengan menganalisis hasil evaluasi, dapat diidentifikasi tren dan pola-pola yang muncul dalam praktik bimbingan dan konseling, serta kebutuhan atau tantangan yang dihadapi oleh konselor dan personel pendidik. Informasi ini dapat digunakan untuk merumuskan strategi dan inovasi baru dalam bidang bimbingan dan konseling, sehingga meningkatkan kualitas layanan yang disediakan kepada siswa dan stakeholders pendidikan lainnya.
Dengan demikian, evaluasi terhadap dukungan sistem dalam bimbingan dan konseling memiliki peran krusial dalam meningkatkan efektivitas dan relevansi program serta layanan yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan.
2.1.6 Proses Pelaksanaan Evaluasi terhadap Dukungan Sistem
Pada proses pelaksanaan evaluasi dukungan sistem, langkah-langkah evaluasi program BK dapat disesuaikan sebagai berikut (ABKIN, 2007; Purnama, 2016).
1. Penyiapan Bahan Evaluasi
a. Merumuskan Masalah atau Pertanyaan Evaluasi:
Identifikasi masalah atau pertanyaan evaluasi yang terkait dengan tingkat dukungan sistem terhadap pelaksanaan program BK, seperti sejauh mana sistem sekolah mendukung keterlaksanaan program BK.
b. Tentukan Aspek yang Dievaluasi:
Fokus pada aspek dukungan sistem terhadap proses (keterlaksanaan program) dan hasil (ketercapaian tujuan) program BK, termasuk pada kriteria keberhasilan, alat/instrumen yang digunakan, prosedur evaluasi, tim evaluator, dan waktu evaluasi, serta kesesuaian program dengan pelaksanaan dan hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi.
c. Pilih atau Kembangkan Instrumen Pengumpulan Data:
Sesuaikan instrumen evaluasi dengan kebutuhan evaluasi dukungan sistem, yaitu instrumen tes seperti: tes standar atau terstuktur, tes bakat, tes minat. Serta
instrumen non-tes, yaitu observasi, wawancara, kuesioner. Penggunaan kuesioner atau wawancara untuk mengumpulkan data tentang persepsi stakeholder terkait dukungan sistem terhadap program BK.
2. Pelaksanaan Evaluasi Program BK a. Fase Awal:
1) Analisis kebutuhan evaluasi terhadap dukungan sistem.
2) Penetapan aspek-aspek dukungan sistem yang dievaluasi, kriteria keberhasilan, dan instrumen yang digunakan.
b. Fase Penyiapan Alat/Instrumen:
1) Perancangan instrumen evaluasi:
o Menentukan tujuan evaluasi dukungan sistem.
o Memilih jenis instrumen evaluasi yang sesuai.
o Mengembangkan kisi-kisi instrumen evaluasi yang mencakup aspek dukungan sistem.
o Melakukan uji validitas isi instrumen.
c. Fase Pelaksanaan Evaluasi Program BK
1) Persiapan pelaksanaan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
2) Melaksanakan evaluasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk mengumpulkan data tentang dukungan sistem terhadap program BK.
3. Pengolahan dan Analisis Hasil Evaluasi
Tabulasi data dan analisis hasil evaluasi untuk memahami sejauh mana dukungan sistem telah berkontribusi terhadap keterlaksanaan dan keberhasilan program BK.
4. Interpretasi dan Pelaporan Hasil Evaluasi
a. Bandingkan Hasil Analisis dengan Kriteria Penilaian Keberhasilan:
1) Evaluasi sejauh mana dukungan sistem telah mendukung pelaksanaan dan pencapaian tujuan program BK.
2) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat dukungan sistem terhadap program BK.
b. Buat Laporan Evaluasi:
9
Sajikan hasil evaluasi dalam laporan yang mencakup analisis, temuan, kesimpulan, dan rekomendasi untuk meningkatkan dukungan sistem terhadap program BK.
5. Tindak Lanjut (Follow Up):
a. Gunakan Hasil Evaluasi untuk Memperbaiki Program BK:
1) Terapkan hasil evaluasi untuk mengidentifikasi area perbaikan dalam dukungan sistem terhadap program BK.
2) Kembangkan strategi perbaikan atau inovasi untuk meningkatkan dukungan sistem terhadap program BK.
b. Komunikasikan Hasil Evaluasi kepada Pihak-Pihak Terkait:
1) Bagikan laporan evaluasi kepada pemangku kepentingan terkait untuk mendapatkan dukungan dan masukan.
2) Diskusikan hasil evaluasi dengan pihak-pihak terkait untuk merumuskan tindakan lanjut yang efektif dalam meningkatkan dukungan sistem terhadap program BK.
2.2 Aspek-Aspek Dukungan Sistem
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam program pelayanan, tidak hanya bisa diserahkan pada satu komponen dari pelaksanaan kegiatan. Dukungan sistem merupakan penunjang utama dari ketiga layanan yang lain (layanan dasar, layanan responsif, dan layanan perencanaan individual). Dukungan sistem ini sangat menunjang kelancaran layanan bimbingan konseling. Jika konselor gagal atau tidak dapat dukungan sistem maka konseli akan gagal dalam menjalankan tugas perkembangan peserta didik. Manajemen sistem yang baik dan sistematis juga dapat mempengaruhi sebaik apa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada konseli (Khadijah et al., 2022; Gysbers & Henderson, 2012).
Arah pelayanan konseling pada saat ini mengikuti paradigma komprehensif dan perkembangan yang berorientasi pada upaya membantu siswa sukses dalam menjalani tugas perkembangan, pengembangan potensi dan mengatasi permasalahan yang dimilikinya (Gysbers & Henderson, 2012). Untuk mencapai tujuan tersebut tidak hanya bisa diserahkan pada satu bidang kegiatan (seperti hanya pada pembelajaran bidang studi atau bidang bimbingan dan konseling) akan tetapi
merupakan kerjasama yang baik antar komponen pendidikan untuk mencapai tujuan bersama pendidikan (Ramdani et al., 2020).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muslihati (2015) menyoroti urgensi dukungan sistem dalam bimbingan karir di SLTA. Muslihati mengeksplorasi peran konselor dalam membantu siswa memahami potensi dan merencanakan karir, serta mengingatkan bahwa keberhasilan program BK bergantung pada dukungan sistem yang memadai dari pimpinan sekolah. Dukungan sistem diperlukan untuk menyediakan fasilitas dan memastikan keterlibatan semua komponen sekolah dalam program BK. Namun, hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa SLTA di berbagai kota masih kurang memprioritaskan BK, terlihat dari kurangnya fasilitas yang disediakan dan kurangnya dukungan dari pimpinan sekolah. Situasi ini tidak selaras dengan visi kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya inovasi pendidikan.
Penelitian lain oleh Bahri (2020) menyelidiki kinerja guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah, fokus pada kesesuaian latar belakang pendidikan dan pengalaman guru BK, kinerja mereka, dan hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan layanan BK. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan sampel dari 10 kabupaten/kota dan 34 SMA, 16 SMK, serta 10 MA, melibatkan total 133 guru BK. Hasil penelitian menunjukkan ketidakproporsionalan jumlah guru BK terhadap jumlah siswa (berkisar dari sekolah yang tidak memiliki guru BK hingga rasio 1:101 hingga 1:306 siswa per guru) serta persentase yang signifikan dari guru BK berstatus non-PNS (39%).
Secara kinerja, sebagian besar guru BK dianggap “kurang profesional” karena mengindikasikan “kekurang-mampuan” dalam menyusun program kerja, pelaksanaan program layanan, kolaborasi dengan guru bidang studi, dan implementasi hubungan konseling yang belum memenuhi standar. Hambatan yang dihadapi meliputi kurangnya sarana dan prasarana BK, minimnya pelatihan, dan persepsi negatif terhadap manfaat layanan BK oleh stakeholder.
Pentingnya dukungan sistem dalam konteks penelitian ini mencerminkan peran yang krusial dalam memfasilitasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Dukungan sistem mencakup berbagai aspek, seperti: (a) pengembangan jejaring (Networking), (b) kegiatan manajemen, (c) riset dan pengembangan
11
(ABKIN, 2007). Melalui dukungan sistem yang memadai, guru BK dapat lebih efektif dalam memberikan layanan kepada siswa, yang pada gilirannya akan berdampak pada prestasi siswa dan kesuksesan masa depan mereka. Dengan kata lain, dukungan sistem menjadi fondasi penting bagi keberhasilan program bimbingan dan konseling di sekolah.
2.2.1 Pengembangan Jejaring (Networking)
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor/ guru pembimbing yang meliputi: a). Konsultasi dengan guru-guru; b). Menyelenggarakan program kerjasama dengan orangtua atau masyarakat; c). Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah/madrasah; d).
Bekerjasama dengan personel sekolah/madrasah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi pengembangan konseli; e).
melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling; f). melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling (ABKIN, 2007).
Berikut ini adalah tabel kisi-kisi wawancara penelitian oleh Bunda (2023) tentang kolaborasi guru Bimbingan dan Konseling dengan orang tua dalam menentukan arah karir siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 3 Pekan baru. Salah satu contoh ini menunjukkan bahwa evaluasi meneliti aspek-aspek penting dari dukungan sistem pada aspek jejaring guru BK. Evaluasi ini dapat membantu guru BK untuk mengidentifikasi area-area yang perlu diperkuat dalam hal kolaborasi dengan pihak lain, seperti orang tua, sehingga mereka dapat memberikan layanan yang lebih efektif kepada siswanya.
Tabel 2.1. Kisi-Kisi Wawancara Penelitian
No. Variabel Indikator Sub Indikator Ket 1. Menentukan
arah karir siswa
a) Cara-cara pengambilan keputusan karir
• Mengenali potensi diri
• Menetapkan tujuan karir Menyiapkan rencana- rencana karir 2. Faktor yang
mempengaruhi dalam
a) Internal • Tidak yakin akan diri sendiri
• Tidak sesuai dengan kemampuan diri
menentukan arah karir siswa
• Kurangnya
pengetahuan tentang karir
b) Eksternal • Keluarga
• Lingkungan
• Fasilitas 3. Kolaborasi guru
BK dengan orang tua siswa
a) Bentuk- bentuk kolaborasi
• Membantu siswa memahami dan mengenal diri
• Sadar akan peran guru BK dan orang tua
• Menggunakan pengetahuan dan pemikiran
• Evaluasi guru BK
• Tindak lanjut guru BK
4. Faktor
pendukung dan pendorong kolaborasi guru BK dengan orang tua dalam menentukan arah karir
a) Faktor Pendukung
• Bahasa
• Komunikasi
• Pandangan terhadap kolaborasi
b) Faktor Penghambat
• Waktu
• Jarak
• Kurang mengetahui peran guru BK atau orang tua
Untuk melihat pedoman wawancara penelitian tersebut dapat dilihat pada lampiran 1, 2, dan 3.
2.2.2 Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen bimbingan dan konseling ditujukan untuk memelihara, meningkatkan mutu, dan mengefisiensikan program layanan bimbingan dan konseling dengan sistem pengelolaan yang bermutu, jelas, sistematis, dan terarah.
Kegiatan manajemen bimbingan dan konseling mencakup pengembangan profesionalitas, pemberian konsultasi dan kolaborasi, serta manajemen program.
Pengembangan profesionalitas konselor ditujukan untuk memantapkan program layanan bimbingan dan konseling dengan perkembangan profesionalitas konselor atau guru BK dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik.
Pengembangan profesionalitas dapat dilakukan melalui in- service training,
13
keaktifan dalam organisasi profesi, seminar lokakarya, dan pendidikan yang lebih tinggi.
Konselor atau guru BK melakukan kegiatan yang dapat menguatkan program layanan BK dengan melakukan kegiatan yang melibatkan orang tua, guru mata pelajaran, masyarakat dan kegiatan keorganisasian pendidikan yang dapat menunjang adanya penambahan informasi, umpan balik layanan, dan referensi peningkatan mutu lingkungan sekolah atau madrasah yang kondusif dan baik untuk pendidikan. Manajemen program layanan bimbingan dan konseling diuraikan dalam aspek-aspek sebagai berikut :
1. Kesepakatan manajemen, mencakup jaminan terhadap implementasi program dan peluncuran program yang dapat memenuhi kebutuhan siswa agar dapat terlaksana secara efektif. Kesepakatan ini juga merupakan bentuk upaya untuk meyakinkan dan mengembangkan komitmen semua pihak dilingkungan sekolah atas pengakuan program layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian terpadu dari keseluruhan program sekolah.
2. Keterlibatan Stakeholder, keterlibatan masyarakat dalam proses manajemen diartikan komite sekolah sebagai representasi masyarakat mendorong dan mensosialisasikan untuk menyadarkan dan memberi pemahaman pentingnya layanan bimbingan dan konseling.
3. Penggunaan data, penggunaan database dalam layanan bimbingan dan konseling harus diorganisir dan diadministrasikan melalui penggunaan suatu sistem database yang mencakup analisis cermat mengenai kebutuhan, prestasi, dan data terkait siswa yang lainnya.
4. Rencana kegiatan, mendetailkan setiap rencana program dengan struktur isi program yang jelas sehingga menjadi program yang terarah.
5. Pengaturan waktu, mengatur porsi setiap komponen dalam program layanan dengan persentase atau porsi yang jelas dan pengaturan rencana kalender kegiatan program layanan bimbingan dan konseling.
6. Jadwal kegiatan, pengalokasian program layanan yang terjadwal sebagai contoh pengalokasian waktu 2 jam Permen Diknas No. 22 tahun 2006 tentang alokasi waktu 2 jam untuk materi pengembangan diri untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
7. Anggaran, aspek untuk memenuhi kebutuhan program layanan bimbingan dan konseling.
8. Penyiapan fasilitas, menyediakan fasilitas yang layak dan lengkap. Unsur mencakup tempat layanan, instrumen, kelengkapan administrasi, buku panduan/informasi, perangkat elektronik, filing kabinet, dan alat penunjang layanan.
9. Pengendalian, sistem koordinasi yang dilakukan pemimpin lembaga/koordinator untuk menciptakan koordinasi dan komunikasi efektif, memberikan dorongan kepada staf dalam melaksanakan tugasnya, monitoring kelancaran dan efektivitas pelaksanaan layanan.
10. Organisasi dan Personalia, melakukan pengorganisasian terhadap tupoksi setiap komponen yang terlibat dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
2.2.3 Riset dan Pengembangan
Riset dan pengembangan merupakan aktivitas konselor yang dilakukan untuk mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan. Aktivitas yang dapat dilakukan meliputi :
1. Perancangan melalui pemanfaatan penelitian terkait bimbingan dan konseling sehingga dapat diimplementasikan dalam layanan program bimbingan dan konseling disekolah,
2. Perancangan, pelaksanaan, pengevaluasian sesuai dengan standar kompetensi konselor.
3. Pengembangan kesadaran terhadap komitmen etika profesional.
4. Berperan aktif dalam kegiatan dan keorganisasian profesi bimbingan dan konseling.
Sebuah penelitian yang dilakukan Ardimen (2017) tentang kinerja konselor dalam riset bimbingan dan konseling diuraikan dalam 9 deskripsi pengalaman riset :
1. Pengalaman melaksanakan PTK-BK 2. Pandangan terhadap PTK-BK
3. Pengalaman mengidentifikasi pertanyaan riset 4. Pengalaman merumuskan desain/ proposal riset 5. Pengalaman menganalisis data siswa
15
6. Pengalaman membaca buku metodologi riset 7. Pengalaman menyusun instrumen penelitian/ riset 8. Pengalaman mengumpulkan data penelitian/ riset
9. Pengalaman menginterpretasikan data siswa/ data penelitian
Penelitian ini menunjukan dari 9 deskripsi kinerja riset BK dengan hasil tergolong rendah yang ternyata berpengaruh terhadap kinerja layanan kinerja konselor secara menyeluruh. Pelaksanaan riset menjadi salah satu indikator kinerja konselor dalam melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling.
3.2 Hambatan dan Solusi dalam Evaluasi terhadap Dukungan Sistem Evaluasi merupakan metode yang digunakan oleh pembimbing untuk memeriksa kemajuan yang telah dicapai sejauh ini dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling (Ramdani dkk., 2020).
Dengan kata lain, evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana program Bimbingan dan Konseling sesuai dengan kebutuhan, bagaimana pelaksanaannya dilakukan oleh staf Bimbingan, dan hasil yang dihasilkan dari pelaksanaan program tersebut. Dalam proses mengkaji kepustakaan evaluasi program bimbingan dan konseling, ditemukan beberapa hambatan yang mungkin terjadi dalam mengevaluasi program BK menurut Putri (2019) yaitu:
1. Keterbatasan waktu konselor di sekolah dimana biasanya konselor di sekolah seringkali tidak memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program BK karena masih sibuk dengan tugas pengumpulan data dan administrasi. solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengalokasikan waktu yang cukup untuk kegiatan evaluasi dalam jadwal kerja konselor dan memprioritaskan kegiatan evaluasi sebagai bagian integral dari praktik BK.
2. Varian latar belakang pendidikan konselor yang berbeda-beda, sehingga kemampuan mereka dalam mengevaluasi pelaksanaan program BK juga bervariasi. solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan menyelenggarakan pelatihan dan peningkatan kompetensi konselor dalam penyusunan dan penggunaan instrumen evaluasi.
3. Keterbatasan alat evaluasi yang valid dan objektif dimana belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah yang valid, reliabel, dan objektif menjadi hambatan. solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengembangkan atau memperoleh instrumen evaluasi yang telah teruji keandalannya dan relevan dengan konteks BK di sekolah.
4. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan, atau pelatihan khusus yang berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling menjadi hambatan. solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan menyelenggarakan pelatihan reguler dan mendalam tentang evaluasi program BK bagi konselor sekolah.
5. Keterbatasan sumber daya waktu dan uang menjadi salah satu faktor penghambat. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang, yang mungkin menjadi hambatan dalam melaksanakan evaluasi secara menyeluruh. solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan alokasi sumber daya yang memadai untuk kegiatan evaluasi, termasuk anggaran yang mencukupi dan perencanaan waktu yang baik.
6. Belum adanya instruktur BK yang ahli dalam bidang evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah dapat menjadi hambatan. solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan meningkatkan kapasitas instruktur BK melalui pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan.
7. Ketidakjelasan kriteria keberhasilan evaluasi dimana perumusannya yang tegas dan baku belum tersedia secara luas. solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengembangkan kriteria evaluasi yang jelas, spesifik, dan terukur yang dapat dijadikan pedoman dalam mengevaluasi program BK.
Berangkat dari beberapa hambatan yang diidentifikasi, ada beberapa solusi yang dapat diusulkan untuk mengatasinya. Pertama, untuk mengatasi keterbatasan waktu yang dialami oleh konselor di sekolah, perlu dilakukan alokasi waktu yang memadai untuk kegiatan evaluasi dalam jadwal kerja konselor. Selain itu, penting juga untuk memprioritaskan kegiatan evaluasi sebagai bagian integral dari praktik Bimbingan dan Konseling. Kedua, untuk mengatasi varian latar belakang pendidikan konselor, perlu diselenggarakan pelatihan dan peningkatan kompetensi
17
konselor dalam penyusunan dan penggunaan instrumen evaluasi yang tepat.
Pelatihan tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan konselor dalam mengevaluasi pelaksanaan program BK secara efektif. Ketiga, terkait dengan keterbatasan alat evaluasi yang valid dan objektif, penting untuk mengembangkan atau memperoleh instrumen evaluasi yang telah teruji kehandalannya dan relevan dengan konteks BK di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga atau pakar yang memiliki keahlian dalam pengembangan instrumen evaluasi. Dengan demikian, solusi-solusi ini diharapkan dapat membantu mengatasi hambatan-hambatan yang terkait dengan evaluasi dukungan sistem dalam praktik Bimbingan dan Konseling.
18 BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Evaluasi terhadap dukungan sistem merupakan proses penting dalam memahami dan meningkatkan sistem dukungan yang ada. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas dukungan sistem dan memastikan bahwa kebutuhan individu atau kelompok terpenuhi dengan baik. Manfaat dari evaluasi dukungan sistem meliputi identifikasi kelemahan dalam sistem yang dapat diperbaiki, meningkatkan kualitas layanan yang diberikan, dan memberikan dasar untuk pengembangan kebijakan yang lebih baik. Proses evaluasi dukungan sistem melibatkan pengumpulan data, analisis informasi, dan penerapan temuan evaluasi dalam praktik. Aspek dukungan sistem mencakup pengembangan jejaring, kegiatan manajemen, serta riset dan pengembangan untuk memastikan sistem berjalan dengan efektif dan efisien.
Pada keberlangsungnya saat melakukan evaluasi terhadap dukungan sistem, seringkali ditemui hambatan seperti kurangnya sumber daya, kurangnya kesadaran akan pentingnya evaluasi, atau kesulitan dalam mengukur dampak dari dukungan sistem. Untuk mengatasi hambatan ini, solusi yang dapat diterapkan antara lain adalah peningkatan kesadaran dan komitmen terhadap evaluasi, pengembangan metode evaluasi yang lebih efisien, serta alokasi sumber daya yang memadai untuk evaluasi. Dengan demikian, evaluasi terhadap dukungan sistem dapat menjadi instrumen yang kuat dalam meningkatkan kualitas layanan dan mendukung keberlanjutan sistem dukungan yang efektif.
3.2 Rekomendasi
Berikut adalah beberapa rekomendasi bagi konselor atau guru BK:
1. Melakukan alokasi waktu yang memadai untuk kegiatan evaluasi dalam jadwal kerja konselor.
19
2. Memprioritaskan kegiatan evaluasi sebagai bagian integral dari praktik Bimbingan dan Konseling.
3. Menyelenggarakan pelatihan dan peningkatan kompetensi bagi konselor dalam penyusunan dan penggunaan instrumen evaluasi yang tepat.
4. Mendorong partisipasi konselor dalam pelatihan terkait evaluasi program BK untuk meningkatkan kemampuan mereka.
5. Mengembangkan atau memperoleh instrumen evaluasi yang telah teruji kehandalannya dan relevan dengan konteks BK di sekolah.
6. Melakukan kerja sama dengan lembaga atau pakar yang memiliki keahlian dalam pengembangan instrumen evaluasi untuk memastikan validitas dan objektivitasnya.
Dengan memperhatikan rekomendasi ini, konselor dan guru BK diharapkan hambatan-hambatan dalam evaluasi dukungan sistem dalam praktik Bimbingan dan Konseling dapat diatasi secara efektif, sehingga proses evaluasi dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan memberikan manfaat yang maksimal bagi semua pihak terkait.
20
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Amir, F. (2022). Evaluasi pelaksanaan layanan konseling individual dengan menggunakan model cipp di manu putra buntet pesantren. JIECO: Journal of Islamic Education Counseling, 2(2), 131-142.
Bahri, S. (2020). Studi Evaluasi Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Pencerahan, 14(1), 39-61.
Bunda, I. P. (2023). Kolaborasi Guru Bimbingan Dan Konseling Dengan Orang Tua Dalam Menentukan Arah Karier Siswa Kelas Xii Madrasah Aliyah Negeri 3 Pekanbaru (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2014). Developing & Managing Your School Guidance & Counseling Program (5th ed.). American Counseling Association
Hadiwinarto. (2019). Evaluasi Bimbingan dan Konseling. UNY Press.
Khadijah, K., Mardes, S., Oktary, D., Cahyaningsih. R., Aprilianty, E. O., Dwitammi, N. A., & Rahmadani, N. (2022). Dukungan sistem dan pengembangan program bimbingan dan konseling. Journal on Teacher Education, 4(3), 68-78.
Muslihati. (2015). Urgensi dukungan sistem dalam bimbingan karir di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Prosiding Seminar Nasional Implementasi Kebijakan Ujian Nasional, Dualisme Kurikulum dan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi.
449-454.
Musyofah, T., Pitri, T., & Sumarto, S. (2021). Evaluasi Program BK Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Mutu Program Layanan BK. Consilia: Jurnal Ilmiah Bimbingan Dan Konseling, 4(3), 304-312.
Nurihsan, A. J. (2016). Bimbingan dan Konseling: dalam berbagai latar kehidupan.
Refika Aditama.
Purnama, D. S. (2016). Modul Guru Pembelajar: Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK). [e-book].
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016.
Putri, A. E. (2019). Evaluasi program bimbingan dan konseling: sebuah studi pustaka. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 4(2), 39-42.
Ramdani, R., Nasution, A. P., Ramanda, P., Sagita, D. D., & Yanizon, A. (2020).
Strategi kolaborasi dalam manajemen pelayanan bimbingan dan konseling di
21
sekolah. Educational Guidance and Counseling Development Journal, 3(1), 1- 7.
Permendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kemendikbud. Jakarta.
Reba, Y. A., Saud, H., Saputra, A. A., & Pristanti, N. A. (2022). Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling Ditinjau dari Kompetensi Profesional dan Dukungan Sistem. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 7(2), 11- 19.
22 LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian pada Siswa
23
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Penelitian pada Guru Bimbingan dan Konseling
24
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Penelitian pada Orang Tua Siswa
25 Lampiran 4. Instrumen Supervisi Guru BK
26
27 Lampiran 5. Pengembangan Instrumen Evaluasi
28
29
30