PHARMANAJA : Pharmaceutical Journal of UNAJA
EVALUASI WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI
LESNI 1, Apt. Yuni Andriani, S.S.i., M.Si 2 Prodi S1 Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Adiwangsa Jambi, Jambi Email : [email protected]
ABSTRAK
Pelayanan farmasi yang baik memiliki manfaat yang signifikan bagi pasien dalam hal waktu tunggu yang lebih efisien. Pelayanan farmasi yang berkualitas tinggi mengacu pada strategi dan praktik yang dirancang untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan obat yang dibutuhkan. Ini memberikan dampak positif pada pengalaman pasien dan hasil pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan di Rumah Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif (penelitian survei). Sampel penelitian adalah resep pasien rawat jalan yang masuk di Instalasi Farmasi RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi pada bulan Februari 2023 sebanyak 98 resep. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi pada bulan Maret 2023. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah lembar observasi.
Hasil penelitan menunjukkan rata-rata waktu tunggu untuk obat non racikan adalah 27 menit 51 detik. Rata-rata waktu tunggu obat racikan adalah 1 jam 16 menit 3 detik. Rata-rata kedatangan pasien (λ) adalah 28 orang/jam. Rata-rata tingkat pelayanan pasien adalah 1 jam 1 menit.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan pasien di RSUD H. Abdul Manap adalah 61 menit. Untuk itu diharapkan RSUD H Abdul Manap Kota Jambi untuk menambah jumlah apoteker atau petugas farmasi jika dibutuhkan, terutama pada saat volume pasien meningkat.
Kata Kunci : Waktu tunggu, rawat jalan Daftar Pustaka : 31 (2005-2022)
ABSTRACT
Good pharmaceutical services have significant benefits for patients in terms of more efficient waiting times. High-quality pharmaceutical care refers to strategies and practices designed to reduce the time it takes for patients to obtain needed medications.
This has a positive impact on patient experience and treatment outcomes. This study aims to analyze the waiting time for outpatient prescription services at the H. Abdul Manap Hospital, Jambi City.
This type of research is quantitative research with a descriptive design (survey research). The research sample was prescriptions from outpatients admitted to the Pharmacy Installation at H. Abdul Manap Hospital, Jambi City in February 2023, totaling 98 prescriptions. This research was conducted at the Pharmacy Installation of H. Abdul
Manap Hospital, Jambi City in March 2023. The instrument used for data collection was an observation sheet.
Research results show that the average waiting time for non-concocted drugs is 27 minutes 51 seconds. The average waiting time for concocted medicine is 1 hour 16 minutes 3 seconds. The average patient arrival (λ) is 28 people/hour. The average level of patient service is 1 hour 1 minute.
Based on the research results, it can be concluded that the average waiting time for patient services at H. Abdul Manap Regional Hospital is 61 minutes. For this reason, it is hoped that the H Abdul Manap Hospital, Jambi City, will increase the number of pharmacists or pharmacy officers if needed, especially when the volume of patients increases.
Keywords: Waiting time, outpatient care Bibliography: 31 (2005-2022)
PENDAHULUAN
Salah satu pelayanan di rumah sakit yang diharapkan memenuhi standar pelayanan minimal adalah pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar minimal pelayanan farmasi di rumah sakit adalah waktu tunggu . Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi. Lamanya waktu tunggu pelayanan resep juga dapat menimbulkan keluhan, kelelahan, rasa jenuh, dan rasa kurang nyaman pada pasien .
Survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2017 mengenai Indeks Kepuasan Masyarakat di beberapa rumah sakit milik pemerintah menunjukkan masih ada ditemukan keluhan mengenai lamanya waktu tunggu pelayanan kefarmasian di rumah sakit . Timbulnya keluhan tersebut, pada akhirnya dapat menimbulkan persepsi negatif pada pasien terhadap kualitas pelayanan rumah sakit, kepuasan pasien menurun, dan meningkatnya komplain pada rumah sakit sehingga perlu adanya perbaikan yang pada dasarnya tertuju pada peningkatan kualitas pelayanan .
Jumlah ini mengalami peningkatan pada tahun 2022, dengan rata-rata jumlah kunjungan sebesar 185 resep setiap harinya .
Peningkatan jumlah resep yang masuk per bulannya ini dapat berdampak baik pada pendapatan rumah sakit jika diiringi dengan pelayanan yang baik karena pelayanan farmasi merupakan salah satu revenue center atau pusat pendapatan rumah sakit. Namun, banyaknya resep ini juga dapat berdampak buruk, apabila tingginya angka kunjungan tidak diiringi dengan pelayanan yang baik dan dapat berakibat pada terjadinya keluhan pasien dan buruknya citra mutu rumah sakit pada pasien .
Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa terjadi penumpukan pasien saat mengantri untuk mengambil obat yaitu pada hari senin-kamis pukul 09.00 s/d 13.00 WIB yang merupakan puncak sibuk pelayanan.
1. RUMAH SAKIT
Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (UU No 44, 2009)
Jenis-jenis Rumah Sakit di Indonesia secara umum ada lima, yaitu Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus atau Spesialis, Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan, dan Klinik (Triwibowo, 2012). Berikut penjelasan dari lima jenis Rumah Sakit tersebut : a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum, biasanya Rumah Sakit Umum melayani segala jenis penyakit umum, memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (Ruang gawat darurat). Untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepat-cepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Di dalamnya juga terdapat layanan rawat inap dan perawatan intensif, fasilitas bedah, ruang bersalin, laboratorium, dan sarana-prasarana lain.
b. Rumah Sakit Khusus atau Spesialis
Rumah Sakit Khusus atau Spesialis dari namanya sudah tergambar bahwa Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit Spesialis hanya melakukan perawatan kesehatan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya, Rumah Sakit untuk trauma (trauma center), Rumah Sakit untuk Ibu dan Anak, Rumah Sakit Manula, Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Rumah Sakit Mata, Rumah Sakit Jiwa.
c. Rumah Sakit Bersalin dan lain-lain
Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit ini berupa Rumah Sakit Umum yang terkait dengan kegiatan pendidikan dan penelitian di Fakultas Kedokteran pada suatu Universitas atau Lembaga Pendidikan Tinggi.
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MANAP
RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pen secara paripurna dengan mengutamakan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui penyediaan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik, dan penunjang medik.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya terdapat beberapa jenis pelayanan yang ada di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat Kota Jambi. Adapun jenis pelayanan tersebut sebagai berikut :
a. Pelayanan Medis
zzzJenis pelayanan antara lain: pelayanan gawat darurat, kamar operasi, penyakit dalam, bedah, kesehatan anak, obstetri & ginekologi, mata,
paru-paru, imunisasi, keluarga berencana, saraf, kulit dan kelamin, THT, gigi & mulut, umum, jiwa, kardiologi, konsultasi psikologi.
b. Pelayanan Penunjang Medis
Jenis pelayanan antara lain: USG, radiologi, laboratorium, konsultasu gizi, fisioterapi, farmasi, CSSD, laundry, sanitasi, IPSRS.
c. Pelayanan Rawat Inap
Ruang perawatan antara lain: VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, isolasi, ICU/ICCU/HCU, perinatologi, kamar bersalin, kamar janazah.
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT RAWAT JALAN
Berdasarkan Undang-Undang RI No.44 tahun 2009 menyatakan bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian dari suatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit.
Hal ini juga terdapat dalam keputusan Menteri Kesehatan No. Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang apoteker yang merupakan Apoteker Penanggung Jawab seluruh pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar minimal pelayanan farmasi di rumah sakit adalah waktu tunggu. Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi, dengan standar minimal yang ditetapkan kementerian kesehatan adalah ≤ 30 menit, sedangkan waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan yaitu ≤ 60 menit (Kemenkes RI, 2014)
2. PELAYANAN RESEP
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 menyebutkan bahwa waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi. Adapun standar lama waktu pelayanan obat non racikan yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan adalah ≤30 menit
Adapun standar lama waktu pelayanan obat non racikan yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan adalah 30 menit. 72 Tahun 2016, resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada apoteker baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku . Pada Penelitian ini unsur sistem yang digunakan hanya tiga yaitu input, proses, dan output.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif (penelitian survei) terhadap waktu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di RSUD H Abdul Manap Kota Jambi untuk dianalisis menggunakan metode antrian. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, mendeskripsikan dan memvalidasi kejadian sosial yang menjadi objek penelitian, kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung sehingga dapat memecahkan masalah yang muncul Populasi Dan Metode Pengumpulan Data
Populasi penelitian ini adalah semua resep pasien rawat jalan yang masuk di Instalasi Farmasi RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi pada bulan Maret 2023. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu resep pasien rawat jalan yang masuk di Instalasi Farmasi RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi pada bulan Februari 2023.
a. Data primer
Dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan pencatatan waktu pelayanan resep obat dalam formulir pencatatan waktu pelayanan. Data yang diperlukan dalam sistem antrian adalah :
1) Tingkat kedatangan
Jumlah kedatangan rata-rata pelanggan per periode waktu.
2) Tingkat pelayanan
Jumlah pelanggan rata-rata yang dilayani per periode waktu.
3) Fasilitas pelayanan b. Data sekunder
Data yang didapatkan dari RSUD H. Abdul Manap berupa telaah dokumen Standar Operasional Prosedur Pelayanan rawat jalan
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan berisi mengenai diberlakukannya proses antrian yang diamati apa adanya sesuai dengan parameter yang dibutuhkan dalam mengukur optimasi sistem antrian.
PROSEDUR PENELITIAN
a. Peneliti mengajukan izin ke RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi.
b. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi.
c. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung resep pasien rawat jalan RSUD H. Abdul Manap.
d. Peneliti melakukan observasi dalam waktu 6 hari kerja dari jam 8.00 s/d 14.00 WIB mengamati proses antrian.
e. Pengukuran atau penghitungan waktu pelayanan (data primer) f. Penghitungan waktu pelayanan.
HASIL PENELITIAN 1. Tingkat Kedatangan
Tabel 1 Rata-rata Kedatangan Pasien
No Tanggal
1 06 Maret 2023 166/6 jam = 27,7 2 07 Maret 2023 173/6 jam = 28,8 3 08 Maret 2023 168/6 jam = 28,0 4 09 Maret 2023 158/ 6 jam = 26,3 5 10 Maret 2023 169/6 jam = 28,2 6 11 Maret 2023 162/6 jam = 27,0
Total 166,0
Rata-rata Keseluruhan 166/6 = 27,7
Tabel di atas diperoleh rata-rata kedatangan (λ) pasien mulai pukul 08.00 – 14.00 yaitu sebanyak 27,7 atau 28 pasien setiap jam.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Resep di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2023
No Jenis Resep Jumlah %
1 Non Racikan 40 40,8
2 Racikan 58 59,2
Jumlah 98 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan hasil bahwa dari 98 responden terdapat 40 (40,8%) responden mendapatkan jenis resep non racikan dan 58 (59,2%) responden mendapatkan jenis resep racikan.
Tabel 3 Rata-rata Waktu Tunggu Pelayanan Resep Obat di RSUD H.
Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2023 No Jenis Resep Rata-rata Waktu
Tunggu Pelayanan 1 Non Racikan 27 menit 51 detik
2 Racikan 76 menit 3 detik
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat non racikan adalah 27 menit 51 detik dan rata-rata waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah 76 menit 3 detik.
Tabel 4. Kesesuain Waktu Tunggu Obat Non Racikan di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2023
No Obat Non Racikan Jumlah Pasien %
1 Sesuai (< 30 menit) 31 77,5
2 Tidak Sesuai (> 30 menit) 9 22,5
Jumlah 40 100,0 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 responden yang mendapatkan obat non racikan terdapat 31 (77,5%) responden sesuai waktu tunggu pelayanan obat dan 9 (22,5%) responden tidak sesuai waktu tunggu pelayanan resep obat. Dari 9 orang yang tidak seuai, ada 6 orang pasien yang mengambil obat pada hari berikutnya.
Tabel 5 Kesesuain Waktu Tunggu Obat Racikan di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2023
No Obat Racikan Jumlah Pasien %
1 Sesuai (< 60 menit) 25 43,1
2 Tidak Sesuai (> 60 menit) 33 56,9
Jumlah 58 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden yang mendapatkan obat racikan terdapat 25 (43,1%) responden sesuai waktu tunggu pelayanan obat dan 33 (56,9%) responden tidak sesuai waktu tunggu pelayanan resep obat. Dari 33 pasien yang tidak sesuai, ada 6 orang pasien yang mengambil obat pada hari berikutnya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 40,8% jenis resep obat pasein adalah non racikan dan sebanyak 59,2% jenis obat racikan.
Rata-rata waktu tunggu untuk obat non racikan adalah 27 menit 51 detik dan rata-rata waktu tunggu obat racikan adalah 76 menit 3 detik. Dari hasil tersebut diketahui bahwa untuk obat non racikan sudah sesuai dengan ketentuan Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 dimana untuk pelayanan obat non racikan <
30 menit, namun waktu pelayanan obat racikan belum sesuai ketentuan karena waktu pelayanan > 60 menit.
Dari 98 pasien terdapat 12 pasien yang mengambil obat pada hari berikutnya, sehingga pasien yang seharusnya minum obat pada hari ini menjadi tertunda karena obat diambil pada hari berikutnya. Terlambat mengambil obat dalam satu hari mungkin tidak memiliki dampak yang signifikan, terutama jika pasien mengalami kondisi yang tidak terlalu parah atau jika obat tersebut bukan obat yang harus diminum secara sangat teratur pada waktu yang sama setiap hari.
Penelitian (Purwandari, Suryoputro, & Arso, 2017) menunjukkan sebanyak 55,6% pasien tidak puas terhadap waktu tunggu pelayanan resep obat. Pasien mengeluhkan lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat non racikan 55 menit dan untuk obat racikan 60 menit. Pasien menunggu lama disebabkan defo farmasi rawat jalan memiliki mobilitas tinggi dimana pada jam sibuk pelayanan banyak resep menumpuk. Penelitian (Karminingtyas, Rawandi,
& Istiharyani, 2022) menemukan bahwa rata-rata waktu tunggu resep obat racikan adalah 45 menit dan rata-rata untuk obat non racikan 32 menit. Hal
tersebut menunjukkan bahwa waktu tunggu untuk obat non racikan belum sesuai dengan Kepmenkes RI No 129/Menkes/SK/II/2008.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit, dijelaskan bahwa perhitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada pelayanan di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penyerahan resep, pencatatan penggunaan obat dan konseling. Hasil penelitian juga diketahui bahwa pada antrian pasien yang terjadi di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi terjadi penumpukan pasien yang ingin mengambil resep obat ditandai dengan banyaknya jumlah rata-rata tingkat kedatangan pasien adalah 28 orang/jam dan banyaknya waktu yang dihabiskan pasien dalam sistem pelayanan yaitu adalah 1 jam per orang. Untuk itu diharapkan kepada rumah sakit untuk meningkatkan koordinasi antara dokter, perawat, apoteker, dan petugas medis lainnya untuk memastikan bahwa resep obat dapat diproses dengan cepat dan efisien.
KESIMPULAN
1. Rata-rata waktu tunggu untuk obat non racikan adalah 27 menit 51 detik.
2. Rata-rata waktu tunggu obat racikan adalah 1 jam 16 menit 3 detik.
3. Rata-rata kedatangan pasien (λ) adalah 28 orang/jam.
4. Rata-rata tingkat pelayanan pasien adalah 1 jam 1 menit.
5. Pasien berkunjung paling banyak antara jam 10.00 s/d 11.00 WIB
SARAN
1. Meningkatkan koordinasi antara dokter, perawat, apoteker, dan petugas medis lainnya untuk memastikan bahwa resep obat dapat diproses dengan cepat dan efisien.
2. Menambah jumlah apoteker atau petugas farmasi jika dibutuhkan, terutama pada saat volume pasien meningkat.
3. Menggunakan sistem manajemen persediaan obat yang efektif untuk memastikan bahwa stok obat selalu tersedia, sehingga tidak perlu menunggu pengiriman obat dari gudang.
4. Penambahan tenaga pada jam pelayanan yang sibuk yaitu pada pukul 10.00 s/d 11.00 WIB
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, D. (2012). Manajemen Pelayanan Kesehatan Dilengkapi Materi Asuransi Kesehatan dan Mutu Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arini, H., Y, A., & Suwastini, A. (2020). Waktu Tunggu Pelayanan Resep di Depo Farmasi RS X. Lombok Journal of Science (LJS), 2(2), 40–46.
Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Febrianta, N. S., Sundari, S., & Pudjaningsih, D. (2017). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Dengen Metode Antrian di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Jurnal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Gross, D. (2008). Fundamental Of Queueing Theory. New Jersey: Wiley.
Heizer, J., & Render, B. (2016). Manajemen Operasi (11th ed.). Jakarta:
Salemba Empat.
Irjaniet, et al. (2012). Optimalisasi Kualitas Layanan Melalui Analisis Antrian Pada Pusat Pelayanan Mahasiswa Di Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram.
Jurnal Beta, 5(2).
Karuniawati, H., Hapsari, I. G., Arum, M., Aurora, A. T., & Wahyono, N. A. (2016).
Evaluasi Pelaksanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Farmasi Kategori Lama Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan Di RSUD Kota Salatiga. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(1), 20–25.
Kemenkes RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2016a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2016b). Permenkes No. 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2017). Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kepmenkes RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan No.
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Laeliyah, N., & Subekti, H. (2017). Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan dengan Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Rawat Jalan RSUD Kabupaten Indramayu. Jurnal Kesehatan Vokasional, 1(2), 102–112.