• Tidak ada hasil yang ditemukan

Exploring Spirituality as a Source of Women's Strength

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Exploring Spirituality as a Source of Women's Strength"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

171

Agenda, Volume 5 Nomor 2, Desember 2023

AGENDA : Analisis Gender dan Anak , Vol. 5 (2), 2023, (Desember) ISSN Print: 2615-1502 ISSN Online: 2723-3278 Tersedia online di https://ejournal.uinmybatusangkar.ac.id/

Exploring Spirituality as a Source of Women's Strength Menjelajahi Spiritualitas Sebagai Sumber Kekuatan Perempuan

Citra Permata Ali

Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar, Sumatera Barat, Indonesia E-mail: [email protected]

Abstrak:

Spiritualitas memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, termasuk gender perempuan.

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui lagi bagaimana spiritualitas dapat menjadi sumber kekuatan bagi perempuan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur atau kajian pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah melalui spiritualitas, perempuan dapat membangun rasa percaya diri, menemukan nilai- nilai yang berharga dalam diri mereka, dan memperjuangkan hak serta kesetaraan mereka dalam berbagai bidang. Perkembangan spiritualitas seseorang dapat melalui tahapan- tahapan tertentu. Perkembangan spiritualitas pada individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.

Kata Kunci: Spiritualitas, Kekuatan, Perempuan

Abstract

Spirituality plays an important role in human life, including women’s gender. Writing this articles aims to find out more how spirituality can be a source of strength for women in crrying out their daily lives. The method used in writing this articles is literature study or literature review. The result of this research is that trough spirituality, women can build self-confidence, find valuable values within themselves, and fight for rights and equality in various fielda. The development of one’s spirituality can go through certain stages.

The development of spirituality in individuals is influenced by Vario factors, both internal and external.

Keywords: Spirituality, Strength, Women

(2)

PENDAHULUAN

Spiritualitas pada perempuan menjadi hal yang semakin penting untuk diperhatikan. Kehidupan modern yang sibuk, tekanan hidup yang semakin besar dan pandangan patriarki yang masih mengakar dalam masyarakat membuat banyak perempuan merasa kehilangan arah hidup dan kesepian. Di sinilah spiritualitas dapat memberikan bantuan yang berharga bagi perempuan .

Perempuan seringkali menghadapi berbagai rintangan dan tekanan dalam kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, sosial, atau profesional.

Namun, perempuan juga memiliki sumber kekuatan yang dapat membantunya melewati rintangan tersebut: spiritualitas. Dalam budaya Indonesia yang kaya akan nilai-nilai keagamaan dan filosofi, spiritualitas telah menjadi bagian penting dari kehidupan banyak perempuan.

Perempuan seringkali terpinggirkan dan dianggap lemah dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, spiritualitas dapat menjadi sumber kekuatan bagi perempuan untuk meraih hak dan kesetaraan yang seharusnya mereka miliki. Menjelajahi spiritualitas sebagai sumber kekuatan perempuan menjadi penting agar perempuan dapat mengembangkan diri dan meraih potensi yang sebenarnya (Ahmed, 2020).

Dalam sebuah penelitian oleh Syamsu Yusuf dan Nurmila Mokhtar (2013), ditemukan bahwa spiritualitas memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan fisik perempuan.

Selain itu, spiritualitas juga dapat membantu perempuan dalam

membangun hubungan interpersonal yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena, itu tidak mengherankan jika banyak perempuan berikan spiritualitas sebagai sumber kekuatan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam hidup mereka.

Namun demikian, tidak semua bentuk spiritualitas dapat membantu perempuan mencapai kekuatan yang sebuah artikel yang dipublikasikan pada jurnal Spirituality and Health International, Mahtab Jafari dan Faraba Taleghani (2014) menemukan bahwa spiritualitas yang dirasakan kontrol sosial atau instrumen bagi patriarki dan dominasi laki-laki justru dapat memberikan efek negatif pada kesehatan mental perempuan.

Oleh karena itu, perempuan perlu secara kritis mengevaluasi bentuk spiritualitas yang mereka pilih dan pastikan bahwa spirituritas tersebut tidak hanya memperkuat struktur sosial yang menindas, tetapi juga memberikan dukungan pada pembebasan perempuan dan kemandirian. Hal ini sesuai dengan pandangan Kecia Ali (2017) menekankan pentingnya perempuan dalam melakukan pembacaan kritis terhadap tradisi keagamaan dan mengambil kendali atas interpretasi mereka sendiri.

Dalam konteks Indonesia, spiritualitas perempuan telah berkembang menjadi gerakan-gerakan spiritualitas feminis yang mendorong kemandirian perempuan dalam memahami ajaran agama dan melawan diskriminasi gender dalam praktik keagamaan. Seperti gerakan

(3)

173

Agenda, Volume 3 Nomor 1, Juni 2021

“Sarasehan Perempuan Peduli Agama

“yang didirikan oleh Yenny Wahid dan beberapa aktivis perempuan lainnya pada tahun 2015. Gerakan ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan melalui ajaran agama yang inklusif dan mendukung kesetaraan gender.

Menjelajahi spiritualitas dapat membantu perempuan merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri dan memberikan perasaan bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan hidup. Spirituritas juga dapat membantu perempuan memperkuat koneksi mereka dengan orang lain, meredakan stres dan kecemasan, serta meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Namun, penting diingat bahwa spiritualitas pada perempuan dapat bervariasi dan unik untuk setiap individu. Ada banyak cara untuk mengeksplorasi rasi spiritualitas seperti mediasi atau yoga, serta melalui hubungan dengan alam

Dari pendekatan di atas, kami berharap pembaca dapat memahami pentingnya spiritualitas sebagai sumber kekuatan perempuan, namun juga perlu kritis dalam memilih bentuk spiritualitas yang tepat. Melalui evaluasi kritis dan mengambil kendali atas spiritualitas mereka dan membangun kekuatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dalam mengatasi berbagai tantangan hidup.

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana spiritualitas dapat menjadi sumber kekuatan bagi perempuan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.

METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi

literatur atau kajian pustaka, dengan melakukan pencarian buku dan jurnal yang terkait dengan topik pembahasan pada artikel ini. Penulis menggunakan literatur terkait dari berbagai sumber seperti basis data akademis situs web dan perpustakaan. Setelah itu penulis melakukan sintesis dan analisis terhadap literatur yang ditemukan untuk menyusun artikel ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas merupakan bagian penting dari kehidupan manusia.

Secara umum, spiritualitas dapat diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan Tuhan atau makhluk suci lainnya, seperti alam semesta atau roh nenek moyang. Namun, spiritualitas tidak selalu harus berkaitan dengan agama atau kepercayaan tertentu. Spiritualitas juga dapat dianggap sebagai upaya manusia untuk menemukan arti hidup yang lebih dalam, mencari kedamaian batin, serta memperkuat koneksi dengan lingkungan sekitar dan sesama manusia (Zohar & Marshall, 2017).

Menurut Zinnbauer dan Pargament (2005), spiritualitas juga dapat berarti pencarian manusia akan hal-hal yang bersifat transenden, yang melampaui batas-batas dunia fisik dan materi.

Spiritualitas dapat membantu manusia mengatasi masalah psikologis dan emosional, seperti depresi, stres, dan ketakutan. Selain itu, spiritualitas juga dapat membantu manusia membangun rasa percaya diri, meningkatkan kebahagiaan hidup, dan memperkuat keterhubungan dengan orang lain (Santrock, 2018).

(4)

Dalam budaya Indonesia, spiritualitas memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Indonesia yang majemuk dan beragam membuat spiritualitas dipandang sebagai bentuk kearifan lokal yang turun-temurun diwariskan dari leluhur.

Banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan spiritualitas sebagai pedoman hidup dan mempraktikkan berbagai ritual keagamaan seperti puasa, ibadah, dan ziarah. Namun, tidak jarang pula spiritualitas dalam kebudayaan Indonesia juga dicampur adukkan dengan praktik-praktik mistik yang belum tentu sesuai dengan ajaran agama atau keyakinan tertentu (Adiyoso, 2018).

Dapat simpulkan bahwa spiritualitas dapat diartikan sebagai upaya manusia untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam, mencari kedamaian batin, serta memperkuat keterhubungan dengan lingkungan sekitar dan sesama manusia. Spiritualitas dapat membantu manusia mengatasi masalah psikologis dan emosional, meningkatkan kebahagiaan hidup, membangun rasa percaya diri. Di Indonesia, spiritualitas juga menjadi bagian penting dari kearifan lokal dan praktek keagamaan.

B. Tahapan-Tahapan

Perkembangan Spiritualitas Perkembangan spiritualitas seseorang dapat melalui tahapan- tahapan tertentu. Tahapan tersebut adalah tahap keberadaan, tahap kepercayaan, tahap pengalaman, dan tahap pembaruan diri. Tahapan tersebut membantu seseorang mengembangkan spiritualitasnya dengan lebih baik.

1. Tahap Keberadaan

Tahap pertama dalam

perkembangan spiritualitas adalah

tahap keberadaan. Tahap ini ditandai dengan kesadaran individu akan adanya kekuatan gaib atau entitas lain di luar negeri mereka yang mempengaruhi hidup mereka. Menurut Yusuf (2014), pada tahap ini, individu menyadari keberadaan kekuatan yang lebih besar dari dirinya yang dapat mempengaruhi hidupnya.

2. Tahap Kepercayaan

Pada tahap kedua, individu mulai mempercayai adanya kekuatan gaib atau Tuhan yang merupakan sumber kekuatan dalam hidupnya. Teori Fowler tentang tahap perkembangan spiritualitas menyebutkan bahwa tahap kepercayaan terjadi ketika individu mulai membangun hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri (Wulandari, 2016).

3. Tahap Pengalaman

Tahap pengalaman terjadi ketika individu merasakan kedekatan dengan kekuatan gaib atau Tuhan. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Koenig et al. (2012) yang menunjukkan bahwa pengalaman spiritualitas dapat memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan fisik individu.

4. Tahap Pembaruan Diri

Pada tahap ini, individu mulai melakukan perubahan atau transformasi dalam dirinya. Menurut teori Wilber tentang spiritualitas, tahap pembaruan diri merupakan tahap ketika individu mulai bertransformasi secara personal dan spiritual (Kristanto, 2017).

Melalui tahapan-tahapan tersebut, individu dapat berkembang secara spiritual dan meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memperhatikan tahapan-tahapan tersebut dan memperdalam pemahaman mengenai spiritual.

(5)

175

Agenda, Volume 3 Nomor 1, Juni 2021 C. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Perkembangan Spiritualitas

Perkembangan spiritualitas pada individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.

Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah pengalaman hidup, budaya atau agama, lingkungan sosial, dan kondisi kesehatan fisik dan mental (Southwick

& Charney, 2018). Berikut ini penjelasan lebih detail mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan spiritualitas pada individu.

1. Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup yang dialami seseorang seperti kegagalan kesulitan, kerugian, atau kehilangan orang yang dicintai dapat memicu pertanyaan- pertanyaan batin yang mendorong individu untuk mencari makna hidup yang lebih dalam. Pengalaman juga dapat menjadi media bagi individu untuk menjalin hubungan yang lebih kuat dengan Tuhan atau sesama manusia (Ellison dan Flannelly, 2017).

2. Budaya atau Agama

Budaya atau agama yang dianut seseorang dapat mempengaruhi bagaimana ia memandang spiritualitas dan praktik-praktik keagamaannya.

Setiap agama memiliki ajaran dan tradisi yang berbeda-beda, sehingga persepsi dan pemahaman mengenai spiritualitas pada setiap agama juga berbeda-beda. Selain itu, budaya yang dianut juga dapat membentuk nilai- nilai dan norma-norma yang mempengaruhi cara individu mencari arti hidup dan memperkuat koneksi dengan lingkungan sekitar (Zinnbauer

& Pargament, 2005) 3. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial tempat individu berada juga dapat mempengaruhi perkembangan spiritualitas. Keluarga, teman, dan komunitas di sekitar individu dapat memberikan dukungan dan motivasi untuk mengembangkan spiritualitas. Selain itu, lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi persepsi dan pandangan individu mengenai spiritualitas sehingga penting bagi individu untuk memilih lingkungan sosial yang mendukung pertumbuhan spiritualnya (Koenig, 2014).

4. Kondisi Kesehatan Fisik dan Mental

Kondisi kesehatan fisik dan mental yang dialami seseorang dapat mempengaruhi perkembangan spiritualitasnya. Kondisi kesehatan yang kurang baik seperti sakit kronis, cacat fisik, atau gangguan mental dapat membuat individu merenungkan makna hidup yang lebih dalam, serta memperkuat koneksi dengan Tuhan atau sesama manusia. Namun, kondisi kesehatan yang buruk juga dapat menghambat perkembangan spiritualitas jika individu kesulitan untuk menemukan makna hidup dan membangun keterhubungan dengan lingkungan sekitar (Koenig, 2014).

Dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan spiritualitas pada individu meliputi pengalaman hidup budaya atau agam, lingkungan sosial, dan kondisi kesehatan fisik dan mental. Mengetahui faktor-faktor tersebut dapat membantu individu untuk memperkuat spiritualitasnya dan mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

D. Spiritualitas sebagai Sumber Kekuatan Perempuan

(6)

Spiritualitas dapat diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan Tuhan atau alam semesta. Spiritualitas memberikan makna dan tujuan hidup, serta memperkuat koneksi antara individu dengan sesama dan lingkungan sekitar. Spiritualitas juga dapat menjadi sumber kekuatan bagi perempuan untuk meraih kemandirian dan kesetaraan (Babinszki & Stauder, 2019).

Melalui spiritualitas perempuan dapat membangun rasa percaya diri dan kepercayaan diri yang kuat, sehingga mereka mampu mengatasi diskriminasi dan penghinaan yang dihadapi sehari- hari. Selain itu, spiritualitas dapat membantu perempuan menemukan nilai-nilai yang berharga dalam diri mereka sendiri, seperti komunitas, kebajikan, dan kasih sayang, yang kemudian dapat membantu mereka memperjuangkan hak dan kesetaraan mereka dalam berbagai bidang (Miller, 2017; Babinszki & Stauder, 2019).

Perempuan yang memiliki kedekatan dengan spiritualitas cenderung lebih aktif dalam memperjuangkan hak dan kesetaraan mereka, baik di tingkat individu maupun kelompok. Mereka juga lebih mampu menumbuhkan kreativitas dan inovasi untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat (Doyle, 2018).

Dalam hal ini, spiritualitas dapat dijadikan sebagai motivasi dan pendorong bagi perempuan untuk melakukan tindakan nyata dan mengembangkan komunitas yang lebih inklusif dan bertanggung jawab.

KESIMPULAN

Berdasarkan paparan yang telah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa melalui spiritualitas, perempuan dapat membangun rasa percaya diri,

menemukan nilai-nilai yang berharga dalam diri mereka, dan memperjuangkan hak serta kesetaraan mereka dalam berbagai bidang.

Implikasi dari spiritualitas sebagai sumber kekuatan perempuan dapat memotivasi perempuan untuk melakukan tindakan nyata dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.

Perkembangan spiritualitas seseorang dapat melalui tahapan- tahapan tertentu. Tahapan tersebut adalah tahap keberadaan, tahap kepercayaan, tahap pengalaman, dan tahap pembaruan diri.Perkembangan spiritualitas pada individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah pengalaman hidup, budaya atau agama, lingkungan sosial, dan kondisi kesehatan fisik dan mental

REFERENSI:

Adiyoso, W. (2018). Membedah Makna Spiritualitas Dalam Perspektif Kebudayaan Indonesia. Jurnal Theologi Kristiani, 29(1), 65-80

Ahmed, S. (2020). The Role of Spirituality for Women’s Empowerment and Gender Equality. Journal of Religion

& Spirituality in Social Work:

Social Thought, 39(1-2), 79- 94

Ali, K. (2017). Gender and Muslim Contructions of Exegetical Authority. Journal of Feminist Studies in Religion, 33(2), 65-

(7)

177

Agenda, Volume 3 Nomor 1, Juni 2021

78. Doi:

https://doi.org/10.2979/jfemist udreli.33.2.05

Babinski, J., & Stauder, A. (2019).

How Does Spirituality Contribute to Women’s Empowerment? An Overview from a Feminist Perspective.

Religions, 10(9),523.

Doyle, J. (2018). Women’s Spiritual Activism in Promoting Gender Justice. Feminist Theology, 26(1), 60-76.

Ellison, C. G., & Flannelly, K. J.

(2017). Religious and Spiritual Factors in Depression: Review and Integration of the Research. In K. I. Pargament, A. Mahoney,

& E. Shafranske (Eds.), APA Handbook of Psychology, Religion, and Spirituality (Vol. 2, pp. 423-444).

Washington, DC: American Psycological Association.

Jafari, M., & Taleghani, F. (2014).

Women’s Empowerment Trough Spirituality: The Islmic Feminist Discourse in Iran. Spirituality and Health International, 15(1), 31-43.

Doi:

https://doi.org/10.1002/shi.118 0

Koenig, H.G., King, D. E., & Carson, V.B. (2012). Handbook of Religion and Health (2nd ed).

Oxford University Press Koenig, H. G. (2014). Religion,

Spirituality, and Health:A Review and Update. Advances

in Mind-Body Medicine, 28(3), 19-26

Kristanto, Y. A. (2017). Psikologi

Transpersonal dan

Pengembangan Diri Melalui spiritualitas. Jurnal Psikologi Ulayat, 4(2), 173

Miller, L. (2017). The Role of Spirituality in Women’s Leadership Development.

Journal of Leadership Studies, 11(4), 79-83

Santrock, J. W. (2018). Life-Span Development (17th ed.). New York, NY: McGraw-Hill Education.

Southwick, S. M., & Charney, D. S.

(2018). Resilience: The Science of Mastering Life’s Greatest Challenges (2nd ed.).

New York, NY: Cambridge University Press

Wulandari, M. P. (2016). Penyuluhan Agama Islam sebagai Upaya Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan Masyarakat.

Jurnal Agama dan Sosial Budaya, 2(1), 39-52

Yusuf, S., & Mokhtar, N. (2013).

Spiritual Health and Life Satisfaction Among Women in Malaysia. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 91(3) 473-477. Doi:

https://doi.org/10.1016/j.sbspr o.2013.08.378

Yusuf, S. (2014). Spiritual Health and Life Satisfaction Among Women in Malaysia.

Procedia-Social and Behavioral Science, 91(3),

(8)

473-477. Doi:

https://doi.org/10.1016/j.sbspr o.2013.08.378

Zinnbauer, B. J., & Pargament, K. I.

(2005). Religiousness and Spirituality. In R. F.

Paloutzian & C. L. Park (Eds.), Handbook of the Psychology of Religion and Spirituality (pp. 21-42). New York,NY: Guilford Press

Zohar, D., & Marshall, I. (2017).

Spiritual Intelligence: The Ultimate Intelligence (2nd ed).

London, UK: Bloomsbury Publishing.

Referensi

Dokumen terkait