• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRODI S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRODI S"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Perkembangan Anak

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mustaji, M.Pd

Disusun oleh :

WAHYUNI : NIM 157855012

THORIQURROFI’ FAIZ MUHAMMAD : NIM 157855015

PRODI S2 PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

(2)

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN BAHASA

Beberapa definisi bahasa menurut para ahli adalah: 1.) Bahasa adalah sebuah simbol bunyi yang arbiter yang digunakan untuk komunikasi manusia (Wardhaugh, 1972); 2.) Bahasa adalah sebuah alat untuk mengomunikasikan gagasan atau perasaan secara sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak, atau tanda-tanda yang disepakati, yang memiliki makna yang dipahami (Websters New Collegiate Dictionary, 1981); 3.) Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri (Kentjono, Ed., 1984:2); 4.) Bahasa adalah salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk budaya manusia (Halliday dan Hasan, 1991).

Dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang yang bermakna, arbiter, konvensional, dan produktif yang dipergunakan oleh setiap individu dan anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri. Secara sederhana, bahasa didefinisikan sebagai bentuk komunikasi dalam bentuk lisan, tertulis, atau isyarat yang dilambangkan berdasarkan sistem simbol. Melalui bahasa kita mampu mendeskripsikan kejadian-kejadian di masa lalu dan merencanakan masa depan sehingga informasi dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

(3)

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar yang lain “meniru” dan “mengulang” hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara,

“mmm mmm”, ibunya tersenyum dan mengulang menirukan dengan memperjelas arti suara itu menjadi “maem-maem”. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarkannya. Manusia dewasa (terutama ibunya) di sekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, di saat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda isyarat. Mampu dan mengusai alat komunikasi diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.

Semua bahasa manusia memiliki beberapa karakteristik umum,

salah satunya adalah “generativitas tak terbatas”. Generativitas tak terbatas

(4)

Pada sistem aturan, bahasa ditata dan diorganisasikan dengan sangat baik (Berko Gleason, 2005). Organisasi tersebut melibatkan lima sistem aturan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. 1.) Fonologi adalah sistem suara dari suatu bahasa, termasuk suara-suara yang digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut dikombinasikan (Menn dan Stoel-Gammon, 2005). Dengan kata lain, fonologi merupakan sistem suara dalam sebuah bahasa. Sebuah fonem merupakan unit terkecil dalam sebuah bahasa; 2.) Morfologi adalah sistem suara dari suatu bahasa, termasuk suara-suara yang digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut dikombinasikan (Menn dan Stoel-Gammon, 2005). Dengan kata lain, morfologi merupakan sistem dari unit-unit bermakna yang terlibat dalam pembentukan kata; 3.) Sintaksis merupakan sistem yang melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga membentuk frasa-frasa dan kalimat-kalimat yang dapat diterima. Semua sintaksis bahasa manusia memiliki dasar-dasar umum yang merupakan ciri-ciri universal dari sintaksis (Tager-Flusberg, 2005); 4.) Semantik merupakan sistem yang melibatkan arti kata-kata dari kalimat. Kata-kata memiliki keterbatasan semantik dalam cara mereka digunakan dalam kalimat (Pan, 2005); 5.) Pragmatik merupakan sistem menggunakan percakapan dan pengetahuan yang tepat terkait penggunaan bahasa secara efektif dalam konteks. Aturan-aturan pragmatik bisa saja kompleks dan berbeda antara budaya yang satu dan yang lain (Bryant, 2005).

B. PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA TK, SD, DAN SMP

1. 1. Perkembangan Bahasa pada Masa Kanak-Kanak Awal (TK)

(5)

mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari proposisi tunggal, menjadi mampu mengucapkan kalimat-kalimat kompleks.

Ketika anak-anak kecil mempelajari fitur-fitur spesial bahasanya sendiri, terdapat keteraturan dalam cara mereka memperoleh bahasa tertentu (Berko dalam Santrock,). Sebagai contoh, semua anak mempelajari kata depan di atas dan di dalam sebelum mempelajari kata depan yang lain.

2. Hambatan dan Solusi Perkembangan Bahasa pada Masa Kanak-Kanak Awal (TK)

1.) Dalam memahami fonologi dan morfologi

Secara bertahap, anak-anak menjadi lebih sensitif terhadap bunyi dari kata-kata yang diucapkan dan menjadi semakin mampu menghasilkan semua bunyi dari bahasa mereka. Ketika anak berusia 3 tahun, mereka dapat mengucapkan semua bunyi vokal dan sebagian besar konsonan. Ketika pemahaman anak-anak sudah melampaui ungkapan yang terdiri dari dua kata, mereka mendemonstrasikan pengetahuan mengenai morfologi. Anak-anak mulai menggunakan bentuk kata plural maupun kata kepunyaan untuk benda. Mereka menggunakan akhiran kata kerja yang tepat. 2.) Pada perubahan dalam sintaksis dan semantik

(6)

3.) Pada kemajuan dalam pragmatik

Di dalam perkembangan bahasa anak-anak kecil juga terjadi perubahan pragmatik. Dibandingkan anak usia 2 tahun, seorang anak berusia 6 tahun memiliki kemampuan bercakap-cakap yang jauh lebih baik. Anak-anak kecil mulai terlibat dalam pembicaraan yang diperluas. Sebagai contoh, mereka mulai balajar secara kultural peran tertentu suatu percakapan dan kesopanan serta menjadi sensitif terhadap kebutuhan mengadaptasi pembicaraannya dalam berbagai situasi. Keterampilan linguistik anak-anak yang semakin baik dan meningkatnya kemampuan mengambil perspektif orang lain.

Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak menjadi lebih mampu membicarakan hal-hal yang tidak terlihat dihadapannya dan yang bukan terjadi sekarang (misalnya apa yang terjadi kemarin dan apa yang akan terjadi besok). Anak mampu mengatakan kepada orang tua jenis makanan yang ia inginkan di hari berikutnya. Kemampuan ini tidak mungkin terdapat di dalam perkembangan bahasa seorang anak yang baru mampu mengucapkan dua kata.

Ketika berusia 4 hingga 5 tahun, anak-anak belajar mengubah gaya bicara mereka agar sesuai dengan situasinya. Sebagai contoh, anak usia 4 tahun bahkan berbicara dengan gaya berbeda kepada anak usia 2 tahun dibandingkan dengan teman sebayanya, mereka akan menggunakan kalimat yang lebih pendek. Demikian pula anak-anak itu akan menggunakan gaya yang berbeda terhadap orang dewasa, yaitu dengan kalimat yang lebih sopan dan formal.

3. 1. Perkembangan Bahasa pada Masa Kanak-Kanak Akhir (SD)

(7)

mereka. Saat anak masuk sekolah dasar, mereka memperoleh keahlian yang memungkinkan mereka membaca dan menulis.

Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak lebih mampu memahami dan menggunakan tata bahasa yang kompleks.

Contohnya, anak mampu menyatakan kalimat seperti “anak laki

-laki yang mencium ibunya, yang memakai sebuah topi”. Mereka

juga belajar menggunakan bahasa dalam cara yang teratur. Mereka dapat membuat percakapan yang rapi, menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain, dan menghasilkan deskripsi, definisi, dan cerita yang saling melengkapi serta masuk akal. Anak-anak harus dapat melakukan hal ini secara lisan sebelum mereka diharapkan mampu melakukannya secara tertulis.

Kesadaran metalinguistik mengacu pada pengetahuan

dimana anak “berpikir tentang bahasa mereka, memahami apa itu

kata-kata, dan bahkan mendefinisikannya” (Berko Gleason dalam Santrock , 2007).

Kesadaran metalinguistik meningkat dengan baik selama tahun-tahun sekolah dasar. Pendefinisian kata-kata menjadi bagian rutin dalam percakapan di kelas dan anak-anak meningkatkan pengetahuan mereka tentang sintaksis dan berbicara tentang komponen kalimat seperti subyek dan kata kerja (Ely dalam Santrock, 2007).

2. Hambatan dan Solusi Perkembangan Bahasa pada Masa Kanak-Kanak Akhir (SD)

1.) Pada keterampilan membaca

Anak-anak yang memasuki jenjang sekolah dasar dengan kosakata yang terbatas, beresiko mengembangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan membaca (Berko Gleason dalam Santrock, 2007). Sebelum belajar membaca, anak-anak belajar menggunakan bahasa untuk membicarakan hal-hal yang tidak ada,

(8)

mengorganisasikan dan mengucapkan bunyi (Berko Gleason dalam Santrock, 2007). Mereka juga mempelajari prinsip-prinsip alphabet yakni huruf-huruf yang mempresentasikannya bunyi-bunyi dalam bahasa.

2.) Pada keterampilan menulis

Anak-anak mulai mencoret-coret (scribbling) sekitar usia dua atau tiga tahun. Keahlian motorik mereka lazimnya berkembang sedemikian rupa sehingga mereka mulai sanggup menulis huruf-huruf pada masa awal kanak-kanak mereka. Hampir semua anak usia 4 tahun, dapat menuliskan nama depan mereka. Anak usia 5 tahun dapat menuliskan kembali huruf-huruf yang mereka lihat dan menirukan menulis beberapa kata yang pendek. Mereka lambat-laun akan mampu membedakan ciri khas dari huruf-huruf, seperti kurva, garis, atau titik.

4.) Pada kemampuan bilingualisme

Bilingualisme kemampuan bicara dalam dua bahasa memiliki efek positif terhadap perkembangan kognitif anak. Anak-anak yang fasih berbicara dalam dua bahasa akan menunjukkan kinerja kontrol perhatian, formasi konsep, pemikiran analitis, fleksibilitas kognitif, dan kompleksitas kognitif yang lebih baik dibandingkan anak-anak sebayanya yang hanya menguasai satu bahasa (Bialystok dalam Santrock, 2007).

5.) Pada pemerolehan bahasa kedua

(9)

6.) Pada pendidikan bilingual

Selama 2 dekade terakhir, strategi yang diminati adalah pendidikan bilingual yang mengajarkan subyek-subyek akademik kepada anak-anak imigran dalam bahasa ibu mereka sambil perlahan-lahan mengajarkan bahasa Inggris (Garcia dan Willis dalam Santrock, 2007). Hasil-hasil riset yang mendukung pendidikan bilingual karena: (1) anak-anak memiliki kesulitan mempelajari suatu subyek ketika hal tersebut diajarkan dalam suatu bahasa yang tidak mereka mengerti, dan (2) ketika kedua bahasa tersebut diintegrasikan dalam kelas, anak-anak belajar bahasa kedua dengan lebih cepat dan mampu berpartisipasi lebih aktif (Hakuta dalam Santrock, 2007).

4. 1. Perkembangan Bahasa pada Masa Remaja Awal (SMP)

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak remaja telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa terbentuk oleh kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah.

Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal, sehingga proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain.

(10)

umumnya memiliki status sosial lebih baik, akan menggunakan istilah-istilah lebih efektif, dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa secara lebih baik.

2. Hambatan dan Solusi Perkembangan Bahasa pada Masa Remaja Awal (SMP)

1.) Pada penggunaan bahasa gaul

Dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesama sebayanya, remaja seringkali menggunakan bahasa spesifik yang

kita kenal dengan bahasa „gaul‟. Disamping bukan merupakan

(11)

pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa gaul ini merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

BAHASA

Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, antara lain: umur anak, kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial ekonomi keluarga, dan kondisi fisik.

1.) Umur anak maksudnya adalah manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.

2.) Kondisi lingkungan adalah lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan di lingkungan pedesaan.

(12)

kemampuan menyusun kalimat dengan baik, dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasaan seorang anak.

4.) Status sosial ekonomi keluarga maksudnya adalah keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Pendidikan keluarga berpengaruh pada perkembangan bahasa.

5.) Kondisi fisik berkaitan dengan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap atau organ suara tidak sempurna akan mengganggu perekembangan berkomunikasi dan tentu saja akan mengganggu perekembangannya dalam berbahasa.

D. HAMBATAN DAN SOLUSI PERKEMBANGAN BAHASA

Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak, pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah. Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak. Salah satu penyebab paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.

(13)

tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik tersebut.

Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu : 1. Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata, 2. Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara, 3. Sering kali berbicara yang tidak teratur,

4. Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.

Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang sangat sulit dan rumit. Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak, antara lain:

1. Anak cengeng.

Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapat berupa kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota keluarga lain. Sedangkan reaksi sosial terhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh karena itu peranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu cara untuk mengajarkan komunikasi yang efektif bagi anak.

2. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.

(14)

memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan.

E. UPAYA PENGEMBANGAN PERKEMBANGAN BAHASA Pengembangan Bahasa pada Tahap Pemerolehan Bahasa

Pembelajaran bahasa pada tahap pemerolehan dibedakan pada dua kelompok besar yaitu:

1. Pemerolehan B1

Bahasa pertama (B1) adalah bahasa yang pertama kali dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak. Terdapat tiga pandangan yang mengungkapkan proses pemerolehan bahasa pertama, yaitu:

(1) Pandangan Nativistis

Menurut pandangan nativistis, setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan bawaan atau alami untuk dapat berbahasa. Kemampuan bawaan berbahasa disebut sebagai „piranti pemerolehan

bahasa‟ (language acquisition device / LAD) yang berpusat di otak. Piranti itulah yang membuat anak dapat berbahasa.

Cara kerja LAD adalah sebagai berikut:

Ujaran atau tuturan lisan dalam lingkungan anak memberikan masukan kepada anak. Data tersebut diolah oleh LAD dengan memakai potensi gramatika bahasa anak sehingga tersusunlah pola-pola kaidah bahasa dan kaidah berbahasa pada diri anak, kemudian tercermin dalam tindak berbahasa (ujaran) yang dihasilkan anak yang sesuai dengan pola ujar orang dewasa (Chomsky dalam Santrock, 1994; Cahyono, 1995).

(2) Pandangan Behavioristis

(15)

diberikan oleh lingkungan, serta peniruan yang dilakukan anak terhadap tindak berbahasa lingkungannya.

(3) Pandangan Kognitif

Menurut pandangan kognitif, penguasaan dan perkembangan bahasa anak ditentukan oleh daya kognitifnya. Lingkungan tidak serta merta memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan bahasa anak, jika si anak sendiri tidak melibatkan secara aktif dengan lingkungannya. Dengan kata lain, anak lah yang berperan aktif untuk terlibat dengan lingkungannya agar penguasaan bahasanya dapat berkembang secara optimal.

Beberapa strategi pembelajaran pada tahap pemerolehan B1:

(1) Mengingat yaitu setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, dicatat dalam benaknya. Ingatan akan semakin kuat jika penyebutan benda atau peristiwa terjadi berulang-ulang. Sehingga, dalam berbahasa anak-anak biasanya dibantu oleh ekspresi muka, gerak tangan, gerak tubuh, dan konteks bahasa anak.

(2) Meniru yaitu anak memiliki kecenderungan untuk meniru tuturan dengan maksud yang sama, tuturan anak cenderung berubah bisa berupa penambahan, pengurangan, maupun penggantian kata atau susunan kata dan intonasinya. Hal ini disebabkan oleh anak hanya akan mengucapkan tuturan yang telah dikuasainya saja, dan perbedaan kreativitas berbahasa anak.

(3) Mengalami langsung yaitu dalam konteks nyata, anak menggunakan bahasanya baik ketika berkomunikasi dengan orang lain, maupun sewaktu sendirian. Dari tanggapan yang diperolehnya, secara tidak sadar anak memperoleh masukan tentang kewajaran dan ketepatan perilaku berbahasa, dalam waktu yang sama anak mendapat masukan dari tindak berbahasa yang dilakukan mitra berbicaranya.

(16)

(5) Penyederhanaan yaitu anak berada pada keadaan egosentris yaitu berpusat pada dirinya, perkembangan kemampuan anak yang bertahap yang membuat tuturan yang digunakannya lebih sedehana dan langsung. Satu atau dua kata mewakili satu kalimat, inilah yang disebut sebagai penyederhanaan atau reduksi.

2. Pemerolehan B2

Bahasa kedua (B2) adalah bahasa yang dipelajari dan dikuasai anak setelah menguasai satu bahasa. Terdapat 7 macam teori pemerolehan B2, yaitu:

(1) Model akulturasi (the acculturation model)

Akulturasi adalah proses penyesuaian diri terhadap kebudayaan yang baru (Brown, 1987:129). Akulturasi dan pemerolehan B2 ditentukan oleh tingkat jarak social (social distance) dan jarak psikologis (psychological distance) antara pebelajar dengan kebudayaan B2 (target language culture).

(2) Teori akomodasi (accommodation theory)

Teori akomodasi berdasarkan penelitian Giles, dkk. Menggunakan kerangka kerja sosio-psikologis dengan perhatian utama pada penyelidikan bagaimana cara antarkelompok dalam menggunakan bahasa sasaran dapat mencerminkan sikap-sikap sosial dan psikologis dalam komunikasi antar entnik (Ellis, 1986:255).

(3) Teori wacana (discourse theory)

Cherry (dalam Ellis, 1986: 259) menekankan pentingnya komunikasi sebagai upaya pengembangan kaidah struktur bahasa. Pandangan mengenai bagaimana peran pemerolehan B2 dikenal dengan teori wacana.

(4) Model monitor (the monitor model)

(17)

memerlukan waktu, Bila waktu tidak cukup, penutur tidak memiliki kesempatan berpikir dan menerapkan kaidah gramatikal, seperti dalam tuturan normal. Kedua, monitor akan aktif bila bentuk dan ketepatan bahasa merupakan hal yang penting bagi penutur. Ketiga, monitor mencerminkan aplikasi pengetahuan bahasa pada perilaku bahasa.

(5) Model kompetensi variabel (the variable competence model)

Teori ini mengklaim bahwa cara bahasa dipelajari merefleksikan cara bahasa digunakan (Ellis, 1986:266). Produk penggunaan bahasa terdiri atas kontimnum tipe-tipe wacana yang terentang dari yang tak terencana sampai yang terencana. Wacana tak terencana adalah wacana yang kurang pemikiran dan persiapan seperti komunikasi spontan/percakapan sehari-hari. Wacana terencana adalah wacana yang dipikirkan matang-matang sebelum diekspresikan seperti ceramah yang dipersiapkan.

(6) Hipotesis universal (the universal hypothesis)

Hipotesis ini berupaya menjelaskan pemerolehan B2 sebagai kemampuan berbahasa, bukan dalam kerangka penjelasan kognitif secara umum. Sehingga model ini membawa telaah pemerolehan B2 sejajar dengan penelitian linguistik yang mengikuti aliran Chomsky.

(7) Teori neurofungsional (a neurofunctional theory)

Pertimbangan nerurofungsioanal tehadap pemerolehan B2 menyangkut peran dua belahan otak, yaitu: 1.) hemisfir kanan, dan 2.) hemisfir kri, yang dikenal dengan daerah Wernickle dan daerah Broca. Berdasarkan penelitian klinis belahan otak tersebut menunjukkan hubungannya dengan pemahaman dan produksi bahasa. Secara khusus, pendekatan ini membicarakan beberapa hal: 1.) perbedaan usia, 2.) ujaran formulais, 3.) fosilisasi, dan 4.) latihan pola-pola dalam kelas pemerolehan B2.

Berbagai teknik pembelajaran B2 dalam berbagai aspek (O‟Malley

& Chamot, 1990: 6):

(18)

Teknik: Mengulang nyaring ucapan pengajar, penutur asli, atau bunyi rekaman, menyimak secara cermat, berbicara nyaring, termasuk bermain peran.

(2) Pada fokus tata bahasa

Teknik: Mengikuti kaidah-kaidah dalam teks, menarik simpulan kaidah tata bahasa dari teks, membandingkan B1 dan B2, menghafal struktur dan memakainya sering-sering,

(3) Pada fokus kosa kata

Teknik: Mengisi kartu-kartu dan menghafalkannya, mempelajari kata-kata dalam konteks, mempelajari kata-kata-kata-kata yang digabung, menggunakan kamus bila perlu, mencatat butir-butir/kata-kata baru. (4) Pada fokus menyimak pemahaman

Teknik: Menyimak radio, rekaman, TV, dan sebagainya, serta menayangkan seseorang dengan aksen dan register yang berbeda. (5) Pada fokus berbicara

Teknik: Jangan takut berbuat kesalahan, buat kontak dengan penutur asli, meminta, mencari koneksi-koneksi, dan menghafal dialog.

(6) Pada fokus menulis

Teknik: Mempunyai sahabat pena, sering menulis, dan sering membaca bahan yang hendak ditulis.

(7) Pada fokus membaca

Teknik: Membaca sesuatu setiap hari, membaca hal-hal umum, membaca teks, mencari makna dari konteks tanpa melihat kamus.

F. IMPLIKASI PERKEMBANGAN BAHASA DALAM

PEMBELAJARAN

Pendekatan bersifat aksiomatis. Pendekatan dalam pengajaran bahasa merupakan pandangan, filsafat, atau kepercayaan tentang hakikat bahasa, dan pengajaran bahasa yang diyakini oleh guru bahasa.

(19)

bukan tulisan; 2.) bahasa adalah serangkaian kebiasaan; 3.) ajarkanlah berbahasanya, bukan tentang bahasanya; 4.) bahasa adalah apa-apa yang dikatakan oleh para pemakainya, bukan apa yang oleh seseorang seharusnya dikatakan demikian; 5.) tidak ada satu bahasa pun yang persis sama dengan bahasa yang lain.

Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan yang perlu dilakukan adalah, adalah: 1.) pemilihan bahan; 2.) urutan bahan; 3.) penyajian bahan; 4.) pengulangan bahan. Baik secara alamiah atau random, pemilihan bahan itu didasarkan pada kriteria: bagian-bagian yang paling sering digunakan, paling berguna, paling mudah mengerjakannya, dan gabungan ketiganya.

Paradigma atau cara pandang belajar bahasa di SD adalah: 1.) Imersi adalah pembelajaran bahasa dengan menerjunkan siswa langsung dalam kegiatan berbahasa yang dipelajarinya; 2.) Pengerjaan (employment) adalah pembelajaran bahasa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan berbahasa yang bermakna, fungsional, dan otentik; 3.) Demonstrasi adalah siswa belajar bahasa melalui demonstrasi yaitu dengan permodelan dan dukungan yang disediakan oleh guru; 4.) Tanggung jawab (responsibility) adalah pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih aktivitas berbahasa yang dilakukannya; 5.) Uji-coba (trial-error) adalah pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan dari perspektif atau sudut pandang siswa; 6.) Harapan (expectation) adalah ketika siswa akan berupaya untuk sukses jika diharapkan oleh gurunya atau lingkungannya untuk sukses.

Pada pembelajaran keterampilan bahasa dikenal empat keterampilan, yaitu: keterampilan menyimak/mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Pada pembelajaran masa kanak-kanak awal sampai pada masa kanak-kanak akhir dapat digambarkan sebagai berikut:

(20)

1. Simak-ulang ucap 2. Simak-tulis 3. Simak-terka 4. Simak-cerita 5. Simak-jawab 6. Simak-baca 7. Simak-rangkum 8. Simak-lengkapi 9. Simak-kerjakan 10. Simak-lakukan 11. Simak-bisik berantai 12. Simak-sanggah

13. Simak-temukan benda/objek 2. Keterampilan Berbicara

Masalah-masalah linguistik yang harus diatasi oleh anak selalu terkait dengan konteks personal dan interpersonal (Louis Boom, psikolog kontemporer, Universitas Columbia).

Strategi untuk meningkatkan penguasaan berbahasa anak, yaitu:

1. Percakapan untuk anak adalah bahasa yang diucapkan dengan titinada lebih tinggi dari biasanya, berisi kata-kata dan kalimat sederhana.

2. Recasting (penyusunan kembali) adalah menyusun ulang atau

memparafrasekan perkataan anak, mungkin mengubahnya menjadi pertanyaan.

3. Expanding (perluasan) adalah menyatakan ulang apa yang dikatakan anak dalam bentuk linguistis yang lebih maju.

4. Labelling (penandaan) adalah mengidentifikasi nama-nama objek. Metode:

1. Ulang ucap 2. Lihat ucap 3. Memerikan

(21)

5. Bertanya

6. Bertanya menggali 7. Melanjutkan cerita 8. Bercakap-cakap 9. Mereka cerita gambar 10. Bercerita

11. Memberi petunjuk 12. Melaporkan 13. Bermain peran 14. Wawancara 15. Diskusi 16. Bertelepon 17. Dramatisasi 3. Keterampilan Membaca

Pengajaran membaca pada anak berfokus pada dua pendekatan, yaitu: pendekatan bahasa secara menyeluruh dan pendekatan keahlian dasar dan fonik

(May, 2006;O‟Donnell dan Wood, 2004; Ruddell, 2006; Vacca dkk, 2006).

1. Pendekatan bahasa secara menyeluruh (whole-language approach) merupakan pendekatan yang menekankan bahwa pelajaran membaca harus sesuai dengan kemampuan pembelajaran bahasa alami dari anak. Bahan-bahan bacaan haruslah utuh dan bermakna. Pembaca pemula diajarkan untuk mengenali kata-kata (atau bahkan seluruh kalimat) secara menyeluruh dan diajarkan juga untuk menggunakan konteks bacaan dalam menerka makna kata-kata yang masih asing.

(22)

huruf-huruf alphabet yang mewakili fonem tersebut (Lane dan Pullen, 2004; Smith, 2004).

Pelatihan efektif bagi kesadaran fonologi meliputi dua teknik utama, yaitu: a. Pencampuran (blending), meliputi mendengarkan serangkaian bunyi

yang diucapkan terpisah dan kemudian mencampurkannya.

b. Segmentasi, yang terdiri atas mengiramakan atau menghitung bunyi dalam sebuah kata.

Pelatihan terbaik untuk kesadaran fonologi memiliki tiga karakteristik, yaitu: 1.) Diintegrasikan dengan membaca dan menulis, 2.) Bersifat sederhana; dan 3.) Dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil (Stahl, 2002).

National Reading Panel (2000) menyarankan bahwa anak-anak mendapat manfaat dari membaca lisan yang terarah (guided oral learning) yaitu membaca dengan suara keras, dengan bimbingan dan umpan balik.

Strategi-strategi pembelajaran untuk pemahaman bacaan-seperti memonitor kemajuan siswa dalam membaca dan menyimpulkan intisari-juga sangat efektif (Pressley, 2003; Pressley dan Hilden, 2006).

Membaca, seperti keahlian-keahlian lainnya, membutuhkan waktu dan usaha (Graves, Juel dan Graves, 2004).

Pengajaran membaca untuk kelas rendah menurut I Gusti Ngurah Oka: 1. Membaca permulaan

2. Membaca nyaring 3. Membaca dalam hati 4. Membaca pemahaman 5. Membaca bahasa 6. Membaca teknik

Metode/teknik pembelajaran membaca (Iing Sunarti dan Ida Nuhaida: 19920 adalah:

1. Metode abjad/alfabet 2. Metode bunyi

(23)

4. Metode kata 5. Metode kalimat 6. Metode SAS

Tujuan pembelajaran membaca di kelas tinggi:

1. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal). 2. Memahami signifikansi atau makna (maksud dan tujuan pengarang,

relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca). 3. Evaluasi atau penilaian (isi dan bentuk).

4. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Aspek-aspek membaca:

1. Keterampilan mekanis (urutan lebih rendah) a. Pengenalan bentuk huruf.

b. Pengenalan unsur-unsur linguistik. c. Pengenalan hubungan bunyi dan huruf. d. Kecepatan membaca lambat.

2. Keterampilan pemahaman (urutan lebih tinggi) a. Pemahaman pengertian sederhana.

b. Pemahaman signifikansi/makna. c. Evaluasi/penilaian isi dan bentuk. d. Kecepatan membaca fleksibel. Keterampilan membaca:

1. Membaca nyaring 2. Membaca dalam hati

a. Membaca ekstensif b. Membaca intensif

i. Membaca telaah isi - Membaca teliti

(24)

ii. Membaca telaah bahasa - Membaca bahasa - Membaca sastra 4. Keterampilan Menulis

Teknik pembelajaran menulis: 1. Menyusun kalimat

a. Menjawab pertanyaan b. Melengkapi kalimat

c. Memperbaiki susunan kalimat d. Memperluas kalimat

e. Substitusi f. Transformasi 2. Memperkenalkan karangan 3. Meniru model

4. Karangan bersama 5. Mengisi

6. Menyusun kembali 7. Menyelesaikan cerita 8. Menjawab pertanyaan 9. Meringkas bacaan 10. Parafrase

11. Reka cerita gambar 12. Memerikan

13. Mengembangkan kata kunci 14. Mengembangkan kalimat topik 15. Mengembangkan judul

16. Mengembangkan peribahasa 17. Menulis surat

(25)

Pada pembelajaran bahasa tingkat lanjut perlu dipahami komponen kompetisi bahasa yang perlu dikuasai. Komponen kompetensi bahasa (Bachman, 1990, h. 87), yaitu:

1. Kompetensi Organisasional (a) Kompetensi gramatikal

- Kosakata - Morfologi - Sintaks

- Fonologi/grafologi (b) Kompetensi tekstual

- Kohesi

- Organisasi retoris 2. Kompetensi Pragmatis

(a) Kompetensi ilokusioner - Fungsi ideasional - Fungsi manipulatif - Fungsi Heuristik - Fungsi Imajinatif (b) Kompetensi sosiolinguistik

- Kepekaan terhadap dialek atau varietas - Kepekaan terhadap register

- Kepekaan terhadap kealamiahan - Referensi budaya dan gaya bahasa

Halliday (1975, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995) secara khusus mengidentifikasi fungsi-fungsi bahasa sebagai berikut:

1. Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan pendapat, pikiran, sikap, atau perasaan pemakainya.

(26)

3. Fungsi interaksional, yaitu penggunaan bahasa untuk menjalin kontak dan menjaga hubungan sosial, seperti sapaan, basa-basi, simpati atau penghiburan.

4. Fungsi informatif, yaitu penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi, ilmu pengetahuan dan budaya.

5. Fungsi heuristik, yaitu penggunaan bahasa untuk belajar atau memperoleh informasi.

6. Fungsi imajinatif, yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi dan menyalurkan rasa estetis (indah).

7. Fungsi instrumental, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan keinginan atau kebutuhan pemakainya.

PadaPembelajaran Instruksi Berbasis Strategi

(McDonough, 1999; Cohen, 1988) A. Strategi Langsung

1. Strategi Memori

(a) Menciptakan pertalian mental - Mengelompokkan

- Mengasosiasiakan/mengelaborasi

- Menempatkan kata-kata baru ke dalam sebuah konteks (b) Menggunakan citra dan bunyi

- Menggunakan gambar - Pemetaan semantik - Memakai kata-kata kunci

- Menghadirkan kembali bunyi di memori (c) Mengkaji dengan baik

- Pengkajian terstruktur (d) Bertindak

- Memakai respons atau sensasi fisik - Memakai teknik mekanis

(27)

- Mengulang

- Berlatih secara formal dengan sistem bunyi dan penulisan

- Mengenali dan menggunakan formula dan pola - Rekombinasi

- Berlatih secara wajar (b) Menerima dan mengirim pesan

- Menangkap gagasan dengan cepat

- Menggunakan sumber-sumber untuk menerima dan mengirim pesan

(c) Menganalisis dan menalar - Menalar secara deduktif - Menganalisis ekspresi

- Membuat analisis perbandingan (lintas bahasa) - Menerjemahkan

- Mentransfer

(d) Menciptakan struktur bagi masukan dan keluaran - Mencatat

- Merangkum - Membuat highlight

3. Strategi Kompensasi

(a) Menebak secara cerdas

- Menggunakan petunjuk bahasa - Menggunakan petunjuk yang lain

(b) Mengatasi keterbatasan dalam bicara dan menulis - Beralih ke bahasa ibu

- Mencari pertolongan

- Menggunakan gerak tubuh atau gesture

- Menghindari komunikasi sebagiab atau seluruhnya - Memilih topic

(28)

- Membentuk kata

- Menggunakan penyampaian tak langsung atau sinonim B. Strategi Tidak Langsung

1. Strategi Metakognitif

(a) Merangkum dan mengaitkan dengan materi yang sudah diketahui

- Merangkum dan mengaitkan dengan materi yang telah diketahui

- Memperhatikan

- Mendunda produksi wicara untuk focus mendengar (b) Mengatur dan menata pembelajaran Anda

- Mencari tahu tentang pembelajaran bahasa - Mengorganisir

- Menetapkan maksud dan tujuan

- Mengidentifikasi maksud sebuah tugas bahasa (mendengar/membaca/berbicara/menulis penuh arti) - Merencanakan sebuah tugas bahasa

- Mencari kesempatan berlatih (c) Mengevaluasi pembelajaran Anda

- Memantau diri - Evaluasi diri 2. Strategi Afektif

(a) Mengurangi kecemasan Anda

- Menggunakan relaksasi progresif, menarik napas dalam, atau meditasi

- Menggunakan musik - Menggunakan bahasa (b) Menyemangati diri

(29)

(c) Mengukur suhu emosional Anda - Mendengarkan tubuh Anda - Menggunakan daftar periksa

- Menulis sebuah catatan harian pembelajaran bahasa - Mendiskusikan perasaan Anda dengan orang lain 3. Strategi Sosial

(a) Mengajukan pertanyaan

- Meminta klarifikasi atau verifikasi - Meminta koreksi

(b) Berkooperasi dengan orang lain

- Berkooperasi dengan orang lain

- Berkooperasi dengan pengguna mahir bahasa baru (c) Berempati dengan yang lain

- Mengembangkan pemahaman budaya

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J.W. 2012. Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Jakarta: Erlangga Santrock, J.W. 2012. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Solchan, T.W. 2013. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Projek Cerdig adalah salah satu proses pembelajaran Bahasa Inggris berbasis teknologi yang didesain untuk memenuhi kebutuhan siswa generasi Z di kelas VIII SMPN 5

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Berbeda dari peneltian-penelitian di atas, penelitian yang dilakukan penulis lebih menekankan pada aspek analisis dengan perspektif maqa>s}id terhadap mas}lah}ah

Di zaman globalisasi ini, dimana segala aktifitasnya berlangsung lebih cepat, lebih maju dan penuh dengan hambatan, kita dituntut untuk selalu beradaptasi

 Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp9,2 triliun yang mana mengalami peningkatan sebesar Rp2,2 triliun dari periode yang sama tahun 2016.. Peningkatan pendapatan

Adapaun tujuan dari penelitian serta pembuatan robot berkaki tersebut adalah untuk memenuhi Tugas Akhir di Universitas Pembangunan Nasional yang dimana robot tersebut bisa

Judul Skripsi : Pengelolaan Usaha Pertambangan Pasir Besi di Desa Welahan Wetan Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap (Tinjauan Yuridis Terhadap Peraturan Daerah

Gambaran dan fakta-fakta tersebut di atas, sejak pertengahan tahun 2008 ketegangan dan kecemasan terjadi di mana-mana, investor besar di pasar modal seperti Dana Pensiun, Asuransi,