• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam kosmetik krim racikan dokter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam kosmetik krim racikan dokter"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI DAN

HIDROKUINON DALAM KOSMETIK KRIM

RACIKAN DOKTER

SKRIPSI

GIANTI

NIM: 109102000058

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(2)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI DAN

HIDROKUINON DALAM KOSMETIK KRIM

RACIKAN DOKTER

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi

GIANTI

NIM: 109102000058

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(3)

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Gianti

NIM : 109102000058

Tanda Tangan :

(4)

Nama : Gianti

NIM : 109102000058

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Analisis kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam

kosmetik krim racikan dokter

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt Sabrina, M.Farm., Apt

NIP: 19790222200702001

Mengetahui,

Kepala Program Studi Farmasi

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(5)

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Gianti

NIM : 109102000058

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi : Analisis kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam

kosmetik krim racikan dokter

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt

(

)

Pembimbing II : Sabrina, M.Farm., Apt

(

)

Penguji I : Zilhadia, M.Si., Apt (

(6)

)

Ditetapkan di : Jakarta

(7)

NIM : 109102000058

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi : Analisis kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam kosmetik krim racikan dokter

Hidrokuinon dan merkuri banyak digunakan dalam kosmetik untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Kadar hidrokuinon melebihi 5% dapat menimbulkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit. Merkuri dalam kadar terkecil dapat bersifat racun, mulai dari perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam, alergi serta iritasi. Pada pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin. Empat sampel racikan dokter yang diambil dari beberapa wilayah, dianalisis dengan menggunakan HPLC untuk mengetahui kadar hidrokunon. Kadar merkuri dianalisis dengan menggunakan mercury analyzer. Hasil pemeriksaan terhadap 4 sampel menunjukkan krim A mengandung 3,499 % hidrokuinon dan 0,1833 % merkuri, krim B mengandung 3,561 % hidrokuinon dan 0,1708 % merkuri, krim C mengandung 3,754 % hidrokuinon dan 0,1324 % merkuri, krim D mengadung 3,541 % hidrokuinon.

Kata kunci : krim, hidrokuinon, merkuri, HPLC, mercury analyzer

(8)

NIM : 109102000058

Study program : 1-strata pharmacy

Title : Determining of mercury and hydroquinone in cosmetic of doctor’s formulation.

Hydroquinones and mercury is widely used in cosmetics to eliminate black spots on the face. Levels of hydroquinones, which exceeded the 5% can cause redness and burning feeling on the skin. Meanwhile, in the levels of that a little mercury can sort of poison. Ranging from skin discoloration, dark spots, allergies, irritation, as well as on the use of high doses can cause permanent damage to the brain, kidneys and impaired fetal development.four samples of doctor’s formulations those taken from several areas, analyzed by HPLC (High Perform Liquid Chromatography) to know the levels of hydroquinone. The levels of mercury analyzed by mercury analyzer. 4 samples that analyzed ,cream A containing 3,499 % hidroquinone and 0,1833 % mercury, cream B containing 3,561 % hidroquinone and 0,1708 % mercury, cream C containing 3,754 % hidroquinone and 0,1324 % mercury and cream D containing 3,541 % hidroquinone.

(9)

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala

rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya saya sebagai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kandungan Merkuri Dan Hidrokuinon Dalam Kosmetik Krim Racikan Dokter” ini. Shalawat serta salam

senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi muhammad SAW, yang telah

membawa kita dari kegelapan menuju dunia yang terang benderang yang penuh

dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita mendapat syafa’atnya di hari kiamat. amin

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di laboratorium penelitian II

dan laboratorium kimia obat UIN syarif hidayatullah jakarta. Skripsi ini juga

disusun berdasarkan dari berbagai sumber. Dalam menyelesaikan masa

perkuliahan sampai penulisan ini tentu banyak berbagai halangan serta kesulitan yang menyertai, sehingga penulis tidak terlepas dari do’a, dorongan, bantuan, dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, izinkan menulis untuk

menghaturkan ucapan terimakasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt sebagai Pembimbing I sekaligus

sebagai ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan yang telah bersedia memberikan ilmu, waktu, tenaga, nasehat,

serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Sabrina, M.Farm, Apt sebagai Pembimbing II sekaligus sebagai

pembimbing akademik yang telah bersedia memberikan ilmu, waktu,

tenaga, nasehat, serta arahan selama masa perkuliahan, penelitian dan

penulisan skripsi ini.

3. Ibu Zilhadia, M.Si., Apt sebagai penguji I dan ibu Lina Elfita M.Si., Apt

sebagai penguji II yang telah banyak sekali mengoreksi kesalahan saya dan

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

(10)

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Tugiman dan Ibunda Boniyem yang

selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang, dukungan moral,

material, nasehat-nasehat, serta lantunan doa di setiap waktu.

7. Kakanda tercinta Sarmoko S.Pdi dan ayunda tersayang Ummi kaltsum S.Pdi

yang turun mendoakan dan menuntut saya untuk lebih giat belajar demi

mencapai cita-cita yang saya inginkan.

8. Teman-teman di Program Studi Farmasi khususnya 2009 serta adik-adik

yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

9. Sahabat special, seperjuangan sekaligus sekamar dengan saya Astuti Puji

Utami Bachtiar yang selalu menemani saya dikala suka maupun duka.

10. Calon suami saya tercinta Omika Asnadi S.Pdi yang turut mendoakan dan

memotivasi saya untuk semangat belajar dan siap menjadi teman hidup saya

di dunia dan insha allah di akhirat

11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian

dan penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 24 Oktober 2013

(11)

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Gianti

NIM : 109102000058

Program studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya ilmiah

saya dengan judul:

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI DAN HIDROKUINON DALAM KOSMETIK KRIM RACIKAN DOKTER

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal : 24 Oktober 2013

Yang menyatakan,

(12)

HALAMAN JU

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... x

DAFTAR ISI ... xi

2.2.3 Beberapa Data Kelarutan Komponen Dalam Krim ... 7

(13)

2.8 Tekhnik Sampling ... 22

2.8.1 Definisi Sampel dan Sampling ... 22

2.8.2 Tekhnik Pengambilan Sampel ... 22

2.9 Validasi Metode ... 23

BAB 3. KERANGKA KONSEP... 25

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 26

4.1 Pengambilan Sampel ... 26

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

4.3 Alat dan Bahan ... 26

4.3.1 Alat ... 26

4.3.2 Bahan ... 27

4.4 Prosedur Penelitian ... 27

4.4.1 Analisis Hidrokuinon ... 28

4.4.2 Analisis Merkuri ... 29

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1 Hasil Percobaan ... 30

5.2 Pembahasan... 32

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1 Kesimpulan ... 37

6.2 Saran ... 37

(14)
(15)

Lampiran 1. Uji Linieritas dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Hidrokuinon ... 42

Lampiran 2. Data Parameter Uji LOD dan LOQ ... 43

Lampiran 3. Uji Perolehan Kembali ... 44

Lampiran 4. Penentuan Kadar HQ Sampel Krim Racikan Dokter ... 46

Lampiran 5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Hidrokuinon ... 47

Lampran 6. Kromatogram Larutan Standar Hirokuinon ... 48

Lampiran 7. Kurva Kalibrasi Standar Hidrokuinon ... 51

Lampiran 8. Kromatogram Krim Simulasi Hidrokuinon ... 52

Lampiran 9. Kromatogram Sampel Krim Racikan Dokter ... 55

Lampiran 10. Alat HPLC ... 57

Lampiran 11. Sertifikat Analisis Standar Hidrokuinon ... 58

Lampiran 12. Kurva Kalibrasi Standar Merkuri ... 59

Lampiran 13. Data Parameter Uji LOD Dan LOQ Pada Standar Merkuri ... 60

Lampiran 14. Hasil Pengukuran Kadar merkuri ... 61

Lampiran 15. Alat Mercury Analyzer ... 62

(16)

HQ : Hidrokuinon

HPLC : High Perform Liquid Chromatography LOD : Limit of Detection

LOQ : Limit of Quantification

MA : Mercury Analyzer

RD : Racikan Dokter

CVAAS : Cold Vapour Atomic Absorbtion Spectrofotometer PPT : Part Per Triliun

PPB : Part Per Billion PPM : Part Per Million ODS : Okta Desil Silica

PG : Propilen Glikol

(17)
(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maraknya kosmetik racikan dokter yang diberikan kepada pasien dinilai

dapat membahayakan konsumen. Dua zat kimia yang sering ditambahkan

dalam kosmetik adalah hidrokuinon dan merkuri, karena kemampuan zat

tersebut untuk menghambat pembentukan melanin pada permukaan kulit dan

menjadikan kulit putih mulus dalam waktu yang relatif singkat (Syafnir et al.,

2011).

Kosmetik berbentuk krim yang mengandung hidrokuinon banyak

digunakan untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Daya kerja

pemucatan hidrokuinon sangat lambat dan akan lebih cepat dengan kadar yang

lebih tinggi, tetapi kadar yang tinggi akan memberikan efek samping yang

tidak diinginkan (Ibrahim et al., 2004).

Hidrokuinon lebih dari 2% merupakan golongan obat keras yang

penggunaannya berdasarkan resep dokter. Kadar hidrokuinon yang melebihi

5% dapat menimbulkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit. Bahaya

pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi

kulit, kulit kemerahan, rasa terbakar, kelainan ginjal, kanker darah dan kanker

hati. Pemakaian yang berlebih dapat menyebabkan iritasi kulit, namun jika

dihentikan seketika akan berefek lebih buruk. Kadar hidroquinon dalam krim

yang beredar di pasaran hanya diperbolehkan 2%, lebih dari itu dipergunakan

sebagai obat (BPOM RI, 2007).

Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom 80 dengan berat

molekul relatif 200,59. Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang berasal dari

bahasa yunani hydrargyricum yang berarti cairan berwarna perak (SPU, 2007)

Dalam kosmetik krim biasanya digunakan merkuri anorganik, yaitu

ammoniated mercury, merkuri juga dapat ditemukan dalam kosmetik yang

lain, misalnya dalam produk pembersih make up mata dan maskara.

Ammoniated mercury 1-10 % digunakan sebagai bahan pemutih kulit dalam

sediaan krim karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya

(19)

ginjal, saraf dan otak sangat kuat maka pemakaiannya dilarang dalam sediaan

kosmetik (WHO, 2011).

Menurut Peraturan Mentri Keseharan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998

tentang bahan, zat warna, substrat, zat pengawet dan tabir surya pada

kosmetik. Dalam kadar yang sidikitpun merkuri dapat bersifat racun. Mulai

dari perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam, alergi, iritasi, serta pada

pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal

dan gangguan perkembangan janin. Bahkan, paparan jangka pendek dalam

dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan

paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (BPOM RI, 2007)

Karena masyarakat percaya sepenuhnya kepada dokter spesialis yang

menanganinya, seringkali tidak peduli apakah kosmetik yang diberikan telah

terdaftar di BPOM atau belum. Kesadaran dokter juga diperlukan sehingga

tidak hanya mendahulukan profit tapi juga keamanan. Masyarakat yang hanya

melihat hasil tanpa melihat efek juga tidak pernah tahu bahwa ternyata

kosmetik yang digunakan mengandung zat kimia yang berbahaya.

Banyaknya dokter yang memberikan kosmetik racikan untuk konsumen

yang tidak diketahui dengan jelas kandungan dalam sediaan krim kosmetik

tersebut, diduga dapat membahayakan konsumen. Hal ini diakibatkan

kecenderungan penggunaan hidrokuinon dan merkuri dalam sediaan kosmetik

racikan dokter. Untuk menghindari terjadinya efek yang tidak diinginkan,

maka peneliti menguji kosmetik racikan dokter untuk dianalisis kandungan

hidrokuinon dan merkuri dalam krimm sediaannya. Karena kedua zat tersebut

dapat membahayakan kesehatan konsumen.

Terdapat beberapa metode pada penentuan kadar merkuri. Yaitu dengan

spektrofotometri serapan atom dan titrasi ditizon (DepKes, 1995), CVAAS

(Irianto, 1998 & Parenkuan et al., 2013),dan metode kompleksometri (RAY &

Underwood, 2002).

Penetapan kadar hidrokuinon ada beberapa metode yang dapat digunakan,

diantaranya dengan Titrasi Redoks (DepKes, 1995), Spektrofotometri UV

(Pedro et al., 2007), Kolorimetri (Ibrahimet al., 2004), Thin Layer

(20)

Chromatography (BPOM, 2005), Gas Chromatography Mass

Spectrofotometry (Saito et al., 1994), Miselar Elektro Kromatografi

(Jangseokim dan Youngseong Kim, 2005) dan Capillary

Electrochromatography (Desiderio et al., 2000).

Penelitian ini dilakukan pengukuran kadar merkuri dengan alat Mercury

Analyzer karena alat ini dapat mendeteksi hingga konsentrasi ppt, spesifik

untuk merkuri, preparasi yang sederhana, dan aman (Akaojicho, 2003).

Sedangkan untuk analisis hidrokuinon menggunakan alat HPLC karena dapat

dilakukan pada suhu ruang, kolom dapat digunakan berulang, cepat, dan

mudah dioperasikan secara otomatis (Harmita, 2005).

1.2 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, masalah hanya dibatasi pada :

1. Sampel yang diteliti adalah krim malam pada beberapa merk yang diracik

oleh dokter di wilayah Cileduk, Cirendeu, Bintaro dan Depok

2. Zat yang akan ditetapkan kadarnya adalah hidrokuinon dan merkuri

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah dalam 4 sampel krim racikan dokter mengandung hidrokuinon ?

2. Apakah dalam 3 sampel krim racikan dokter mengandung merkuri ?

3. Berapakah kadar hidrokuinon yang terdapat dalam 4 sampel yang diuji ?

4. Berapakah kadar merkuri yang terdapat dalam 3 sampel yang diuji ?

5. Apakah kadar hidrokuinon dan merkuri yang terdapat dalam krim racikan

dokter tersebut masih berada pada batas yang diizinkan pemerintah ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kadar hidrokuinon dalam kosmetik racikan dokter

2. Menganalisis kadar merkuri dalam kosmetik racikan dokter

3. Menilai apakah krim racikan dokter yang dianaisis masih dalam taraf

(21)

1.5 Hipotesa Penelitian

1. Diduga beberapa krim kosmetik racikan dokter yang banyak digunakan

mengandung hidrokuinon dan atau merkuri.

2. Diduga adanya kandungan hidrokuinon yang melebihi batas yang

diperbolehkan dalam krim kosmetik racikan dokter

1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat umum

a. Memberi informasi pada masyarakat agar berhati-hati dalam

menggunakan kosmetik yang digunakan terutama yang tidak

teregistrasi di BPOM

b. Masyarakat lebih berhati-hati dalam menggunakan kosmetik racikan

dokter

2. Manfaat khusus

a. Memperdalam ilmu peneliti tentang analisa

b. Memberi masukan kepada pemerintah supaya lebih ketat untuk

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik

2.1.1 Definisi Kosmetik

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan

pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin

bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya

tarik, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan, melindungi atau

memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2011).

2.1.2 Penggolongan Kosmetik (Iswari, 2007)

Kosmetik dapat digolongkan berdasarkan kegunaan bagi kulit :

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic)

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun, susu

pembersih wajah dan penyegar kulit (freshner)

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer), misalnya

mouisterizer cream, night cream

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen

foundation, sun block cream/lotion

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya

scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

pengampelas (abrasiver)

e. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun, susu

pembersih wajah dan penyegar kulit (freshner).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan, peran

zat pewarna dan zat pewangi sangat besar.

2.2 Krim

2.2.1 Definisi Krim

Krim merupakan suatu sediaan berbentuk setengah padat

(23)

bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental mengandung tidak kurang

60 % air ditujukan untuk pemakaian luar (Anief, 2000).

Formulasi krim ada dua, yaitu krim air dalam minyak (A/M),

misalnya cold cream dan minyak dalam air (M/A), misalnya vanishing

cream (Yanhendri, 2012).

2.2.2 Contoh Formula Krim

Contoh krim A/M (Yahendri, 2012 dan Katsure et al., 2008)

R/ Cerae alba 5

Contoh krim M/A (Anief, 2000)

R/ acedi stearinici 15

2.2.3 Beberapa Data Kelarutan Komponen Dalam Krim

Cera alba : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol

95% dingin, larut dalam kloroform, eter hangat, minyak

lemak dan minyak atsiri (DepKes, 1979).

Parafin liquid : Praktis tidak larut dalam air, dan etanol 95%, larut dalam

(24)

Hard paraffin : Praktis tidak larut dalam air, dan etanol 95%, larut dalam

kloroform (DepKes, 1979).

Cetaceum : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95% dingin, larut

dalam 20 bagian etanol 95% mendidih, koroform, eter,

karbon disulfida, minyak lemak dan minyak atsiri (DepKes,

1979).

Olive oil : Sukar larut dalam etanol 95%, mudah larut dalam

kloroform dalam eter dan minyak tanah (DepKes, 1979)

Triethanolamine : Mudah larut dalam air, kloroform dan etanol 95% (DepKes,

1979)

Vaselin album : Praktis tidak larut dalam air, dan etanol, larut dalam

kloroform, eter, minyak tanah (DepKes, 1979)

Asam stearat : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagaian etanol

95%, 2 bagian klroform dan 3 bagian eter (DepKes, 1979)

Propilen glikol : Bercampur dengan air, etanol 95% dan kloroform, larut

dalam 6 bagian eter, tidak bercampur dengan minyak tanah

dan minyak lemak (DepKes, 1979)

Setil alkohol : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter, kelarutan

bertambah dengan naiknya suhu (DepKes, 1995)

Gliserin : Bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam eter,

korofor, minyak lemak dan minyak atsiri (DepKes, 1995)

Gom arab : Larut dalam 2 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol

dan eter (DepKes, 1979)

Karbomer : Larut dalam air, etanol dan gliserol (DepKes, 1995)

Tokoferol : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam alkali, larut

dalam etanol 95%, eter, aseton dan miyak nabati,sangat

mudah larut dalam kloroform (DepKes, 1979)

Niasin amida : Mudah larut alam air, etanol dan gliserol (DepKes, 1979)

Krim tipe A/M biasanya menggunakan surfaktan seperti, sabun polivalen,

span, adeps lannae dan cera. Sedangkan untuk krim dengan tipe M/A biasanya

(25)

stearat, amonium stearat, tween, natrium lauril sulfat, kuning telur, CMC,

emulgidum, pectinum dan gelatin (Anief, 2000).

2.3 HPLC (High Performance Liquid Chromatography) 2.3.1 Definisi HPLC

Kromatografi cair berperforma tinggi (High Performance Liquid

Chromatography, HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk

zat cair yang disertai dengan tekanan tinggi. Dilihat dari peralatannya

HPLC termasuk kromatografi kolom karena fase diam terpacking dalam

kolom. HPLC digunakan untuk memisahkan molekul berdasarkan

perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan

dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam

(stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa

senyawa sekaligus karena setiap senyawa mempunyai afinitas selektif

antara fasa diam tertentu dan fasa gerak tertentu. Dengan bantuan detektor

serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram. Kromatogram

memuat waktu tambat serta tinggi puncak suatu senyawa (Ketut, 2010).

2.3.2 Kelebihan HPLC (Ketut, 2010)

HPLC dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Kelebihan

HPLC dibandingkan dengan jenis kromatografi lain adalah :

a. Dapat dilakukan pada suhu kamar

b. Kolom dan pelarut pengembang dapat digunakan berkali-kali

c. Detektor HPLC dapat divariasikan dan mempunyai banyak jenis

d. Waktu analisis pada umumnya relatif singkat

e. Ketepatan dan ketelitian relatif tinggi

f. Mudah dioperasikan secara otomatis

2.3.3 Komponen HPLC (Ketut, 2010)

Secara garis besar instrumentasi HPLC terdiri dari :

a. Pelarut

Pelarut merupakan fase gerak. Pemilihan fase gerak berdasarkan pada

(26)

b. Kolom

Kolom berisi fase diam. Fasa diam yang biasa digunakan adalah kolom

C18 yang bersifat non polar dan fasa geraknya bersifat polar. Jenis

pemisahan ini disebut dengan kromatografi partisi fasa terbalik.

Senyawa yang polar akan keluar terlebih dahulu sehingga memiliki

waktu retensi yang relatif kecil sedangkan senyawa non polar akan

ditahan lebih lama oleh fasa diamnya

c. Pompa

Pompa berfungsi untuk mengalirkan fase gerak melewati fase diam

untuk membawa sampel yang ada dalam fase diam.

d. Detektor

Detektor yang digunakan dalam HPLC adalah detektor UV, radiasi

UV, fluoresens, refraktif index dan detektor NMR yang baru

dikembangkan.

e. Injektor

Injektor HPLC yang dipakai secara umum adalah :

1. Injektor dengan memakai diafragma (septum injector)

2. Injektor tanpa memakai diafragma (septumless injection system)

3. Injektor dengan pipa dosis (loop valve)

4. Sistem injeksi otomatis (autoinjector)

2.4 Mercury Analyzer (Yusnizam, 2008) 2.4.1 Definisi

Mercury analyzer merupakan alat untuk menganalisa merkuri yang

cepat, mempunyai sensitivitas yang tinggi, dapat menentukan jumlah

merkuri pada sampel padat, cair dan gas dengan operasi yang mudah.

Merupakan metode otomatis di mana sampel disuntikkan ke dalam aliran

kontinu cairan pembawa yang mencampur dengan larutan lain yang terus

mengalir sebelum mencapai detektor. Flow injection analysis salah

satunya adalah FIMS (Flow Injection Mercury Spectrometer).

2.4.2 Prinsip Kerja

(27)

tersebut akan ditangkap oleh amalgam sehingga yang tinggal hanya uap

merkuri. Analisa dengan instrumentasi dilakukan pada panjang gelombang

253.7 nm. Gas merkuri yang dihasilkan akan dilewatkan pada cell tube

yang ditembakkan sinar/cahaya dari lampu merkuri. Besarnya konsentrasi

yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi merkuri yang terkandung

dalam sampel dan sebanding dengan nilai absorban yang dihasilkan.

2.5 Hidrokuinon

2.5.1 Identitas

Rumus kimia : C6H6O2 (DepKes, 1995)

Rumus bangun : (DepKes, 1995)

Gambar 1.Struktur Senyawa Hidrokuinon

Sinonim :Alpha-hydroquinone; Hydroquinol; Quinol;Benzoquinol;

1,4-Benzenediol; 1,4-Dihydroxybenzene;

p-Dihydroxybenzene; p-Hydroxyphenol; p-Dioxobenzene;

1,4-Dihydroxybenzene; Dihydroquinone; Pyrogentistic

acid; Quinnone; Aida; Tecquinol; Tenox HQ; Tequinol.

(BPOM, 2011)

BM : 110,11 (DepKes, 1995)

Golongan : Kuinon (BPOM, 2011)

2.5.2 Persyaratan Kadar

Bahan baku hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 99% dan

tidak lebih dari 10,5% C6H4(OH)2 dihitung terhadap zat anhidrat (Depkes,

(28)

2.5.3 Data Fisikokimia

Pemerian :Berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi gelap

dengan adanya paparan cahaya dan udara (DepKes, 1995)

Jarak lebur :172 - 1740 C (DepKes, 1995)

Titik didih :285 0C – 287 0C (DHHS, 2009)

Kelarutan :Mudah larut dalam air, alkohol dan eter (DepKes, 1995)

Stabilitas :Stabil pada tekanan dan suhu normal stabil, tidak menyatu

dengan oksidator kuat, basa kuat, O2, Fe. Sensitif terhadap

cahaya dan udara (BPOM, 2011)

Efek samping :Efek samping hidrokinon dapat menimbulkan

Hidrokuinon merupakan suatu reduktor dengan potensial

elektrokimia E0. +268 mV. Pada titrasi oksidasi reduksi,

hidrokuinon akan melepaskan elektron (mengalami oksidasi)

sementara titran akan mengalami reduksi karena mengikat

elektron. Prosedur analisis hidrokuinon secara titrasi redoks

menurut Farmakope Indonesia edisi IV:

Timbang seksama sampel sebanyak 250 mg, larutkan dalam

campuran 100 ml air dan 10 ml asam sulfat 0,1 N, tambahkan 3

tetes difenilamin dan titrasi dengan serium IV sulfat 0,1 N

(29)

dengan 1 ml serium IV sulfat 0,1 N setara dengan 5,506 mg

C6H6O2 (DepKes, 1995).

b. Spektrofotometri UV-Vis (Garcia et al., 2007 )

Hidrokuinon memiliki gugus kromofor sehingga dapat

dianalisa dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis.

Cara yang dilakukan untuk analisa hidrokuinon dengan metode

ini adalah :

Diukur panjang gelombang secara spektrofotometri

ultraviolet pada panjang gelombang 200 - 400 nm. Sedangkan

untuk menghitung kadar hidrokuinon dalam sampel dihitung

dengan menggunakan kurva baku dengan persamaan regresi :

y = a ± bx

c. Kromatografi Lapis Tipis (Siddique et al., 2012)

Analisis hidrokuinon menggunakan fase diam yang bersifat

polar dan fase diam yang bersifat nonpolar. Kuantitas

hidrokuinon dihitung dengan membandingkan luas puncak

bercak sampel terhadap bercak standar menggunakan alat

densitometri yang diukur pada panjang gelombang

maksimumnya.

Fase gerak yang dapat digunakan adalah :

1. Metanol-kloroform (50:50) (DepKes,1995)

2. Heksana-aseton (3:2) (Siddique et al., 2012)

d. HPLC (High Permormance Liquid Chromatography)

Sistem kromatografinya merupakan kromatografi fase

terbalik. dimana fase diam bersifar non polar dengan fase gerak

bersifar polar. Berikut merupakan contoh kondisi kromatografi

untuk penetapan kadar hidrokuinon menggunakan HPLC :

(30)

Sistem kromatografi :Detektor 295 nm, kolom ODS

(Oktadesil Silika) (25cm x 4,6 mm),

laju alir 1,5 ml/menit

Kadar hidrokuinon dalam sampel diperoleh dengan

membandingkan luas puncak larutan sampel dengan standar

hidrokuinon (siddique et al., 2012) .

e. Misellar Electrokinetic Chromatography

Metode ini menggunakan surfaktan seperti SDS (Sodium

Dodesil Sulfat) dan CTAB (Cetil Trimetil Ammonium

Bromida) untuk menigkatkan resolusi dengan interaksi

hidrofobik antara inti hidrofobik dalam misel dengan analit.

Sistem kromatografinya menggunakan kolom kapiler fused

silica dengan detector UV (Jangseokminet al., 2005).

f. Capillary Electrochromatography (Desiderio et al., 2000)

Merupakan tekhnik analisis terbaru yang menggunakan

kapiler fused silica dengan kombinasi mekanisme

elektroporetik dan kromatografi. Analit dapat dipisahkan

berdasarkan perbedaan partisi dalam fase gerak dan fase diam.

Metode ini dapat digunakan untuk menganalisa analit netral

maupun analit yang bermuatan.

g. Kolorimetri (Ibrahim et al., 2004)

Metode ini menggunakan pereaksi floroglusin untuk

penentuan kadar hidrokuinon dalam krim pemucat. Kondisi

pengukuran dioptimumkan berdasarkan penentuan pengaruh

konsentrasi natrium hidroksida, penentuan pengaruh lama

pemanasan dan suhu optimum serta penentuan pengaruh

jumlah pereaksi floroglusin. Hasil yang diperoleh kemudian

diambil sebagai prosedur baku dalam reaksi warna. Teknik

kolorimetri mempunyai keunggulan karena senyawa yang

(31)

daerah ultraviolet tidak akan mengganggu pengukuran serapan

radiasi pada sinar tampak.

2.6 Merkuri 2.6.1 Identitas

No CAS :7487-94-7(MercuricChloride); 1600-27-7 (Mercuri

Acetate); 1344-48-5 (Mercuric Sulfide); 21908-53-2

(Mercuric Oxide) (EPA, 2007)

No atom : 80 (SPU, 2007)

Nama kimia : Hg/ Hydrargyrum (SPU, 2007)

Sinonim :Raksa, mercuric chloride, mercuric acetate,

mercuric sulfide, mercuric oxide, mercury bichloride,

corrosive sublimate, mercuric(II)chloride, mercury

perchloride, mercurous (I) chloride. (EPA, 2007)

2.6.2 Sifat fisikokimia

Pemerian : Cairan berat mengkilat, putih keperakan (DepKes,

1979)

Titik lebur : 234.32 K, -38.83 °C, -37.89 °F (Horas, 1985)

Titik didih : 629.88 K, 356.73 °C, 674.11 °F (Horas, 1985)

Berat jenis : 13,55 (Horas, 1985)

Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air, etanol dan asam

klorida, larut sempurna dalam asam nitrat pekat

dan asam sulfat pekat (DepKes, 1979)

Jenis :

1. Uap merkuri (unsur merkuri), mempunyai tekanan uap yang

tinggi dan sukar larut dalam air. Paparan kronis uap merkuri

ialah akibat kontaminasi yang tidak disengaja dalam ruangan

dengan ventilasi yang buruk, misalnya dalam laboratorium

2. Merkuri anorganik (Hg2+ dan Hg22+), Hg2+ lebih reaktif yang

(32)

HgCl2 sangat larut dalam air dan sangat toksik sedangkan

HgCl tidak larut dan kurang toksik.

3. Merkuri organik, mengandung merkuri dengan satu ikatan

kovalen dengan atom karbon. Contoh ; metil merkuri.

Dianggap lebih berbahaya dan dapat larut dalam lapisan

lemak yang menyelimuti korda syaraf (Zulalfian, 2006)

2.6.3 Metode Analisis merkuri

a. AAS (Atomic Absoption Spectrophotometry)

Tekhnik AAS ini berdasarkan pada penguraian molekul

menjadi atom (atomisasi) dengan energi dari api atau arus listrik

(Harmita, 2006).

Dalam mendeteksi merkuri digunakan AAS yang khusus,

dilengkapi dengan perekam respon cepat dan dapat mengukur

radiasi yang diserap oleh uap merkuri pada garis resonansi merkuri

pada panjang gelombang 253,6 nm. berikut merupakan prosedur

menurut farmakope indonesia edisi IV.

Pasang alat erasi dan labu perangkap dalam keadaan

kosong, dan kran pada posisi langsung ke labu perangkap.

Hubungkan alat dengan sel penyerap dan atur laju aliran udara atau

nitrogen sehingga diperoleh penyerapan dan reprodusibilitas

maksimum tanpa busa berlebih dalam larutan uji. Usahakan

pembacaan garis dasar yang lurus pada 253,6 nm, sesuai petunjuk

penggunaan alat. perlakukan larutan baku dan larutan uji dengan

cara yang sama sebagai berikut : Hilangkan kelebihan permanganat

dengan penambahan tetes demi tetes larutan hidroksilamina

hidroklorida sampai larutan tidak berwarna. segera masukkan

larutan kedalam bejana aerasi, bilas dan encerkan dengan air

hingga 100 ml. tambahkan 2 ml larutan timah II klorida, dan segera

hubungkan kembali bejana dengan alat aerasi, putar kran dari

posisi langsung ke labu perangkap ke posisi aerasi dan teruskan

aerasi sampai puncak serapan telah terlampaui dan pena pencatat

(33)

alat setelah digunakan. Setelah dikoreksi dengan blanko pereaksi,

serapan larutan uji tidak boleh lebih dari larutan baku (DepKes,

1995).

b. Spektrofotometer UV-Vis (Harmita, 2006).

Sampel yang sering dianalisis dengan UV-Vis adalah

senyawa organik. Dimana senyawa organik dapat memberikan

serapan adalah senyawa yang mempunyau gugus kromofor dan

auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus fungsional tidak jenuh

yang dapat memberikan serapan pada daerah UV atau cahaya

tampak. Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap

seperti alkena (C=C), C=O,NO2, benzene dan lain-lain. sedangkan

auksokrom adalah gugus fungsional seperti OH, NH2,X, yaitu

gugus yang mempunyai elektron nonbonding dan tidak

mengabsorbsi radiasi pada lamda diatas 200 nm, akan tetapi

mengabsorbsi sinar UV jauh.

Metode analisis kuantitatif yang menggunakan

spektrofotometer pada daerah tampak/visible (380 - 780 nm) sering

disebut dengan kalorimetri. Kalorimetri dapat didefinisikan sebagai

metode analisis kuantitatif suatu zat berdasarkan intensitas warna

yang timbul dari konsentrasi yang berbeda. Pada kalorimetri yang

ditentukan adalah serapan cahaya oleh larutan yang berwarna.

panjang gelombang dalam suatu sistem berwarna spesifik.

c. Titrasi ditizon

Untuk menentukan kadar merkuri dengan titrasi ditizon,

pertama-tama dilakukan dengan pembuatan pereaksi, lalu dibuat

larutan hidroksilamina hidroklorida, larutan baku raksa, larutan

pengekstrasi ditizon dan pembakuan titran ditizon. Setelah itu buat

larutan uji dengan menimbang 2 g, lalu masukkan kedalam labu

erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, tambahkan 20 ml campuran

asam nitrat spekat dan asam sulfat pekat dengan volume yang

sama, hubungkan dengan pendingin yang sesuai, refluks campuran

(34)

didihkan sampai asam nitritnya habis. Dinginkan larutan, encerkan

hati-hati dengan air, pindahkan kedalam labu 200 ml, encerkan

hingga tanda batas, campur kemudian saring. Masukkan 50 ml

larutan uji kedalam corong pisah 250 ml, ekstraksi beberapa kali

dengan sedikit kloroform pekat, sampai ekstrak kloroform terakhir

tidak berwarna. Buang ekstrak klorofrom dan tambahkan 50 ml

asam sulfat 1 N pada larutan yang tertinggal, ditambah 90 ml air, 1

ml asam asetat glasial dan 10 ml larutan hidroksilamina

hidroklorida pekat (1 dalam 5). Hitung jumlah merkuri (DepKes,

1995).

d. Kompleksometri (Day dan Underwood, 2002)

Untuk menentukan merkuri dapat dilakukan dengan metode

kompleksometri dengan cara, pertama ion Hg2 ditentukan dengan

cara titrasi kembali, larutan uji direaksikan dengan larutan natrium

EDTA berlebih dan kelebihannya dititrasi dengan larutan seng

klorida atau larutan seng sulfat. Sehingga ion merkuri yang

bervalensi dua yang ada merupakan atom pusat khelat melalui

penambahan suatu bahan terselubung didesak dari kompleks.

Dengan penambahan kalium iodida akan terjadi kompleks

tetraiodida merkurat(II) yang stabil.

Pada titrasi pertama dan kedua secara teoritis harus

digunakan jumlah larutan EDTA yang sama atau jumlahnya harus

ditentukan. perhitungan ditentukan dari larutan garam seng yang

digunakan pada titrasi kedua. Pada penentuan raksa (II) klorida

sebagai reduktor ditambahkan kalium iodida. Sedangkan untuk

penentuan raksa dalam salep presipitatum ditambahkan natrium

tiosulfat sebagai bahan penyelubung.

2.7 Kulit

2.7.1 Definisi Kulit

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dan merupakan garis

(35)

2.7.2 Struktur Kulit ( Sloane, 2003)

Secara garis besar kulit tersusun atas 3 lapisan :

a. Lapisan epidermis

Lapisan epidermis adalah bagian terluar kulit. Tersusun dari

jaringan epitel bertingkat yang mengalami keratinasi Berdasarkan

ketebalan epidermis, dapat dibedakan kulit tebal dan kulit tipis. Turunan

epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.

Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum, stratu lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, stratum basal.

b. Lapisan dermis

Lapisan dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya

membran dasar atau lamina yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat

yang berasal dari mesoderm, terletak di bawah lapisan epidermis dan

jauh lebih tebal dari epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastik dan

fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara

garis besar, lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu pars papilar

dan pars retikular. Pada lapisan ini tedapat sel-sel saraf dan pembuluh

darah.

c. Lapisan subkutis atau hipodermis

Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit

secara longgar pada organ-organ di bawahnya, yang memungkinkan kulit

di bagian atas bergeser. Lapisan ini mengandung sel-sel lemak.

2.7.3 Jenis Kulit (Tresna, 2010)

Kulit digolongkan menjadi 4 jenis yang pokok yaitu : kulit normal,

berminyak, kering dan campuran.

a. Kulit normal

Kulit jenis ini merupakan kulit yang sehat dimana kelenjar lemak

memproduksi minyak tidak berlebihan, sehingga tidak menimbulkan

penyumbatan pada pori-pori kulit. Tanda-tanda kulit normal antara

(36)

kelihatan, tonus (daya kenyal) kulit bagus. Kulit normal biasanya

dijumpai pada anak-anak sampai menjelang remaja.

b. Kulit berminyak

Kulit berminyak disebabkan oleh sekresi kelenjar sebasea yang

berlebihan. Ciri ciri kulit berminyak adalah kulit kelihatan basah dan

mengkilat, pori-pori jelas terlihat,sering terdapat jerawat atau acne,

kulit terlihat pudar dan kusam. Kulit berminyakumumnya terdapat

pada usia remaja dan dewasa.

c. Kulit kering

Kulit kering sering terdapat pada orang dewasa dan orang-orang

yang telah lanjutusianya. Penyebabnya adalah akibat

ketidakseimbangan sekresi sebum. Ciri-ciri kulit kering antara lain:

bagian tengah muka normal, disekitar pipi dan dahi kering,tidak

lembab dan tidak berminyak, halus, tipis dan rapuh. Kulit kering cepat

menjadi tua karena kelenjar lemak tidak berfungsi dengan baik.

d. Campuran

Jenis kulit campuran, yakni bagian tengah muka (sekitar

hidung,dagu dan dahi) kadang-kadang berminyak atau normal.

Sedangkan bagian lain normal atau kering. Dapat terjadi pada semua

umur, tetapi lebih sering terdapat pada usia 35 tahun keatas.

2.7.4 Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Kulit (Tresna, 2010)

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan

jenis kulit, antara lain sebagai berikut :.

1. Usia

Usia dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit seseorang. Suatu

contoh, seseorang yang pada masa anak-anak mempunyai jenis kulit

normal setelah remaja kulitnya menjadi berminyak. Demikian pula

pada masa muda mempunyai jenis kulit berminyak setelah tua

kulitnya menjadi kering.

2. Makanan dan minuman

Perubahan jenis kulit, dapat disebabkan jenis makanan yang

(37)

minuman es dapat mengubah kulit dari normal menjadi berminyak.

Sebaliknya makan masam, minuman keras atau beralkohol dapat

mengubah kulit normal menjadi kering

3. Iklim

Iklim dapat menyebabkan perubahan jenis kulit. Pada iklim panas,

kulit bisa berubah menjadi berminyak, sedangkan pada iklim dingin

kulit bisa menjadi kering.

2.8 Tekhnik Sampling

2.8.1 Definisi Sampel dan Sampling

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sebagian dari

keseluruhan objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi.

Sedangkan sampling merupakan proses dalam menyeleksi porsi dari

populasi untuk mewakili populasi (Nasution R, 2003)

2.8.2 Tekhnik Pengambilan Sampel (Setiawan, 2005)

Teknik pengambilan sampel dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu :

1. Random sampling atau sampel acak/probability sampling

Pada pengambikan sampel secara random, setiap unit populasinya

mempunyai kesempayan yang sama untuk diambil sebagai sampel.

keuntungan tekhnik ini adalah :

a. Derajat kepercayaan sampel dapat ditentukan

b. Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel dapat

diperkirakan

c. Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik

Lima cara pengambilan sampe secara random, yaitu sebagai

berikut :

1. Sampel random sederhana

Dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada

setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Cara ini

mempunyai keuntungan prosedur yang lebih mudah namun

membutuhkan daftar seluruh populasi dan biaya transportasi

(38)

2. Sampel random sistematik

Proses pengambilan sampel, setiap urutan dari titik awal

yang dipilih secara random. Pengambilan sampel dengan cara

ini membutuhkan perencanaan dan penggunaan yang mudah

karena sampel tersebar pada daerah populasi namun

membutuhkan daftar populasi yang lengkap

3. Sampel random berstrata

Populasi dibagi strata-strata (sub populasi), kemudian

pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata baik secara

simple random sampling maupun secara sistematik. Cara ini bisa

mendapatkan taksiran mengenai karakteristik populasi lebih

tepat namun harus membutuhkan daftar populasi setiap strata

4. Sampel random berkelompok

Dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unit

terdiri dari satu kelompok (cluster) yang setiap individu dalam

kelompok yang dipilih akan diambil sebagai sampel. Cara

pengambilan sampel ini tidak memerlukan daftar populasi

namun prosedur pengambilan tergolong lebih sulit.

5. Sampel bertingkat

Proses pengambilan sampel dilakukan secara bertingkat,

bertingkat dua ataupun lebih. Cara ini hanya membutuhkan

sedikit biaya transportasi namun mempunyai prosedur kerja

yang sulit dan perencanaan yang lebih cermat

2. Non probability sampling (selected sample)

Cara ini dipergunakan apabila biaya sangat sedikit, hasil yang

diminta segera, dan tidak memerlukan ketepatan yang tinggi.

Ada 3 cara sampling ini :

1. Purposive sampling

Atas dasar pertimbangan peneliti yang menganggap unsur

unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang

(39)

2. Accidental sampling

Atas dasar perandaian, tanpa direncanakan terlebih dahulu.

Jumlah sampel yang dikehendaki tidak berdasarkan pertimbangan

yang dapat dipertanggungjawabkan, asal memenuhi keperluan saja.

kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara.

3. Quota sampling

Berdasarkan pertimbangan peneliti, namun besar dan

kriteria sampel telah ditentukan terlebih dahulu. cara ini dilakukan

jika peneliti benar-benar mengenal daerah dan situasi dimana

penelitian akan dilakukan.

2.9 Validasi Metode (Harmita, 2004)

Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk

membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk

penggunaannya.

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam

validasi metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara

penentuannya diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan

dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang

ditambahkan.

Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat

sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk

mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara

mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan

yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik,

pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai

(40)

2. Keseksamaan (precision)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian

antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual

dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada

sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

3. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya

yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama

dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel.

Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan

(degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang

mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai,

senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap

hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang

ditambahkan.

4. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan

respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi

matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam

sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi

analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan,

keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.

5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang

dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan

dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas

kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan

sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat

memenuhi kriteria cermat dan seksama.

6. Ketangguhan Metode (ruggedness)

Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang

(41)

normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu,

hari yang berbeda, dan lain-lain. Ketangguhan biasanya dinyatakan

sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja

pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada

(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

Kosmetik krim racikan dokter

Sampling investigatif (berdasarkan banyaknya pemakaian)

Persyaratan BPOM RI NO 445/MENKES/PER/1998 Metode HPLC dan

Mercury Analyzer

Preparasi sampel

kesimpulan Kualitas dan kuantitas hidrokuinon dan

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia obat dan laboratorium penelitian II

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berlangsung dari bulan Maret 2013

hingga bulan September 2013.

1.2 Tekhnik Pengambilan Sampel

Sampel krim kosmetik yang digunakan untuk penelitian diambil sebanyak 4

sampel secara acak. Sampel diambil dari beberapa wilayah di daerah Cirendeu,

Cileduk, Bintaro dan Depok berdasarkan kecenderungan pemakaian konsumen

yang tinggi terhadap produk tersebut.

1.3 Alat dan Bahan 1.3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Analisis hidrokuinon

HPLC Dionex yang dilengkapi dengan detektor UV, volume injeksi 20 μL ,

kolom analitik ODS/C18 dengan dimensi 4,6 mm x 150 mm. waterbath

dengan temperatur 600 C, vortex, membran filter 0,2 µm, syring filter 0,2

µm, sentrifuge, spatula, pipet ukur, pipet tetes, spuit, mikro pipet 500 μL– 1

ml, batang pengaduk, timbangan analitik dan alat-alat gelas.

b. Analisis merkuri

Mercury analyzer NIC MA 3000, neraca analitik, pipet ukur, mikro pipet 20 – 200 µL , batang pengaduk, spatula, penangas listrik dan alat-alat gelas. 1.3.2 Bahan

a. Analisis hidrokuinon

Standar hidrokuinon, As.stearat, TEA, cera alba, vaselin album, PG,

(44)

b. Analisis merkuri

Standar baku merkuri, HNO3 pekat, aquades, 3 sampel krim racikan dokter.

1.4 Prosedur Penelitian 1.4.1 Analisis Hidrokuinon 1. Pembuatan fase gerak

Air : metanol (40 : 60), 60 ml metanol dicampurkan dengan 40 ml air

2. Penentuan panjang gelombang maksimum

Larutan standar hidrokuinon dengan konsentrasi 10 ppm, dibuat spektrum

serapan dari panjang gelombang 200 - 400 nm dengan spektrofotometri

UV-Vis. Tentukan panjang gelombang maksimumnya (ASEAN, 2005)

3. Pembuatan standar hidrokuinon

Sebanyak 50 mg standar hidrokuinon ditimbang dan dimasukkan kedalam

labu ukur 50 mL, ditambahkan dengan 25 mL fase gerak kemudian dikocok

dan dicukupkan volumenya hingga tanda batas. Dipipet 5 mL dari larutan

induk dimasukkan dalam 50 mL labu ukur dan ditambahkan fase gerak

hingga tanda batas. Dibuat standar dengan konsentrasi 20 ppm, 30 ppm, 40

ppm, 50 ppm dan 60 ppm. Diinjeksikan kedalam alat HPLC dengan panjang

gelombang 290 nm, laju alir 1 mL/menit dan volume injeksi 20 µL. Dibuat

kurva kalibrasinya dengan memplotkan peak area vs konsentrasi, dihitung

nilai LOD dan LOQ (ASEAN, 2005)

4. Pembuatan krim simulasi

R/ Hidrokuinon 12,5 mg

Asam stearat 229 mg

Cera alba 30 mg

Vaselin 122 mg

Propilen glikol 122 mg

TEA 23 mg

Aquades ad 1 g

Lelehkan asam stearat, cera alba dan vaselin diatas water bath

(45)

dan aquades dipanaskan sebagai fase air (M2). Campurkan M2 pada

M1, digerus hingga homogen hingga dapat membentuk massa krim

kemudian ditambakan hidrokuinon kedalam krim dan digerus hingga

homogen. (Anief, 2000)

5. Preparasi krim simulasi

Sebanyak 12,5 mg krim simulasi ditimbang kemudian dimasukkan dalam

beaker glass 25 mL. dibilas dengan fase gerak hingga tidak ada basis yang

tersisa. Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, divortex selama 1

menit, diletakkan diatas water bath dengan suhu 600 C selama 15 menit,

dinginkan dalam temperatur ruangan. Ditambah fase gerak hingga tanda

batas 50 mL dalam labu ukur, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan

disentrifuge dan disaring dengan membran filter 0,2 µm kemudian

diinjeksikan kedalam alat HPLC dengan panjang gelombang 290 nm, laju

alir 1 mL/menit dan volume injeksi 20 µL. hasil yang diperoleh dianalisis

dan dihitung % perolehan kembalinya (ASEAN, 2005).

6. Preparasi sampel krim racikan dokter

Sebanyak 1 g sampel krim ditimbang kemudian dimasukkan dalam beaker

glass 25 mL, ditambahkan fase gerak hingga basis tidak ada yang tertinggal

dalam beker sambil dipanaskan. Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 50

mL, divortex selama 1 menit, diletakkan diatas water bath dengan suhu 60 0

C selama 15 menit, dinginkan dalam temperatur ruangan. Ditambah fase

gerak hingga tanda batas 50 mL dalam labu ukur kemudian dihomogenkan.

Larutan disentrifuge selama 10 menit pada kecepatan 5000 rpm kemudian

disaring dengan membran filter 0,2 µm. Filtrat diinjeksikan kedalam alat

HPLC dengan panjang gelombang hingga 290 nm, laju alir 1 mL/menit dan

volume injeksi 20 µL. Hasil yang didapat dianalisis kadarnya. Perlakuan

(46)

1.4.2 Analisis Merkuri (Akaojicho et al, 2003) 1. Pembuatan larutan L-sistein

Timbang L-systein sebanyak 10 mg, kemudian larutkan dengan aquades 10

mL dan masukkan kedalam labu ukur 1 L, dicukupkan dengan aquades

hingga 500 mL. tambahkan asam nitrat pekat sebanyak 2 mL dan

dicukupkan dengan aquades hingga 1 L.

2. Pembuatan kurva kalibrasi

Pipet 5 mL larutan Hg(NO3) dengan konsentrasi 1000 ppm kedalam labu

ukur 50 mL, dicukupkan dengan larutan adisi L-sistein sehingga

konsentrasinya 100 ppm, encerkan larutan dari 100 ppm ke 1 ppm ke 100

ppb ke 50 ppb dan 5 ppb.

3. Pengukuran kadar merkuri pada sampel

Masing-masing sampel dimasukkan kedalam boat alat Mercury Analyzer

(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil percobaan 5.1.1 Hidrokuinon

5.1.1.1Penentuan panjang gelombang maksimum hidrokuinon

Hidrokuinon memberikan serapan maksimum pada panjang

gelombang 290 nm. Spektrum serapan larutan hidrokuinon 10 ppm

dapat dilihat pada lampiran 5.

5.1.1.2Pemilihan fase gerak dan kondisi optimum HPLC

Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan

hasil orientasi yaitu metanol : air (60 : 40), dengan laju alir 1

mL/menit, volume injeksi 20 µL pada panjang geombang 290 nm,

menggunakan kolom C-18 dengan lampu detektor UV.

5.1.1.3Pembuatan Kurva Kalibrasi Hidrokuinon

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Standar Hidrokuinon

Keterangan : a = -0,2246

b = 0,2042

r = 0,9999

5.1.1.4Uji Perolehan Kembali

(48)

5.1.1.5Penentuan Kadar Hidrokuinon Dalam Krim Racikan Dokter

Krim A mengandung hidrokuinon sebesar 3,51%, krim B

3,54%, krim C 3,74% dan krim D 3,47%. (Lampiran 4 dan 8)

5.1.2 Merkuri

5.1.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Merkuri

Dari konsentrasi 0 ppb, 5 ppb, 50 ppb dan 100 ppb didapat

absorbansinya sebesar 0,000010, 0,000563, 0,005525, 0,010747.

(Lampiran 12)

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Standar Merkuri

Keterangan : a = 1,0798333

b = 1,00

r = 0,9999

5.1.2.2 Penentuan kadar merkuri pada krim racikan dokter

Dari 3 sampel yang diuji, semuanya mengandung merkuri.

Krim A mengandung merkuri sebesar 0,1833 %, sampel B

mengandung 0,1708 % dan sampel C mengandung 0,1324 %

(49)

5.2 Pembahasan 5.2.1 Hidrokuinon

Hidrokuinon merupakan senyawa kimia berupa Kristal putih

berbentuk jarum, tidak berbau, memiliki struktur kimia C6H6O2 dengan

nama kimia 1,4 benzendiol dan mengalami oksidasi terhadap cahaya dan

udara. Senyawa ini digunakan sebagai bahan pemutih dan pencegahan

pigmentasi yang bekerja menghambat enzim tirosinase yang berperan

dalam penggelapan kulit (Ibrahim et al., 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar hidrokuinon

dalam kosmetik racikan dokter juga menilai apakah krim racikan dokter

mengandung kadar hidrokuinon yang melebihi batas. Analisa ini

menggunakan alat HPLC dengan sampel krim racikan dokter yang diambil

dengan cara sampling investigatif. Penggunaan alat HPLC untuk

penetapan kadar hidrokuinon dalam krim ini karena waktu analisis yang

relatif cepat, mempunyai ketelitian yang tinggi dan mudah.

Kondisi optimum alat yang digunakan untuk penelitian adalah

dengan menggunakan kolom ODS C18 (Oktadesil Silica), detector UV,

fase gerak air : metanol (40 : 60), dilakukan pada panjang gelombang 290

nm, dengan laju alir 1 mL/menit, dan volume injeksi 20 µL.

Penelitian dimulai dengan penentuan panjang gelombang

maksimum hidrokuinon menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS

karena hidrokuinon selain mempunyai gugus fungsi OH juga mempunyai

gugus kromofor sehingga dapat ditentukan menggunakan alat

spektrofotometri UV-VIS (Harmita, 2006).

Berdasarkan hasil pengukuran panjang gelombang maksimum

hidrokuinon diperoleh 290,5 nm dengan konsentrasi 10 ppm. Namun pada

alat HPLC digunakan pada panjang gelombang 290 nm karena alat HPLC

tidak bisa menggunakan tanda koma.

Pembuatan kurva kalibrasi dibuat dengan lima konsentrasi yang

berbeda, yaitu 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm dan 60 ppm. Diperoleh

nilai r 0,9999 dengan menggunakan persamaan regresi linier y = -0,2246 +

(50)

besar dari 0,999 sehingga kurva kalibrasi hidrokuinon memberikan nilai

linieritas yang baik, dan penetapan kadar dengan kurva kalibrasi terjamin

kebenarannya (Mulja, 2003).

Batas deteksi untuk hidrokuinon adalah 0,396 µg/mL, sedangkan

batas kuantitasinya adalah 1,322 µg/mL. perhitungan dilakukan secara

statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Batas deteksi

merupakan batas minimum suatu analit yang dapat dideteksi sedangkan

batas kuantisasi merupakan batas minimum analit yang dapat dihitung

kadarnya (Mulja, 2003).

Penentuan akurasi dapat ditentukan dengan uji perolehan kembali

menggunakan krim yang ditambahkan standar hidrokuinon yang telah

diketahui kadarnya. Lalu uji perolehan kembali diperoleh dengan

membandingkan kadar hasil analisis dengan kadar hidrokuinon yang

sebenarnya. Persen perolehan kembali yang diperoleh adalah 92,5 %.

Kriteria ini tidak masuk dalam rentang yang diperbolehkan, namun karena

pada penelitian ini menggunakan ekstraksi sehingga % perolehan

kembalinya lebih sulit didapatkan dengan sempurna. Hal ini dikarenakan

zat hidrokuinon terperangkap dalam basis yang tidak larut dalam pelarut.

Kriteria penerimaan untuk akurasi pada penetapan kadar komponen dalam

sediaan farmasi adalah 98 – 102 %. Sehingga hasil uji perolehan kembali

yang dilakukan telah memenuhi syarat (Harmita, 2006).

Hidrokuinon merupakan senyawa polar, untuk menarik senyawa

tersebut maka dapat diekstraksi dengan menggunakan senyawa polar.

Tahap preparasi sampel krim racikan dokter adalah dengan menimbang

masing-masing sampel sebanyak 1 g kemudian dimasukkan kedalam beker

glass 25 mL dan ditambah fase gerak metanol : air (60 : 40) kedalam beker

glass, diaduk merata dengan fase gerak hingga 25 mL dan kemudian

dipindahkan kedalam labu ukur 50 mL. sampel kemudian divortex selama

1 menit hingga homogen dan dipanaskan diatas water bath dengan suhu

600 C selama 15 menit. Sehingga basis krim terpisah dengan fase gerak.

Setelah dingin larutan dicukupkan dengan fase gerak hingga 50 mL dan

(51)

selama 10 menit. Diambil larutan diatas dan disaring menggunakan

membrane filter 0,45 µm kemudian filtratnya diinjeksikan kedalam alat

HPLC.

Filtrat sampel diinjeksikan sebayak 20 µL dengan waktu retensi

hingga 3 menit dan laju alir 1 mL/menit. Hasil analisa yang didapat dari

sampel dihitung kadarnya dengan menggunakan persamaan kurva

kalibrasi.

Hasil yang didapat dari pengukuran menggunakan HPLC didapat

nilai AUC untuk krim simulasi sebesar 46,9612. Sehingga didapat

konsentrasinya sebesar 231,189 ppm. Sedangkan konsentrasi krim

simulasi yang sebenarnya adalah 250 ppm. Sehingga didapat nilai UPK

sampel krim racikan dokter yang diuji semuanya masih dalam range yang

diperbolehkan selama penggunaanya dibawah pegawasan dokter (BPOM,

2007).

Hasil pengujian pada 4 sampel krim racikan dokter didapat

konsentrasi yang terlalu tinggi dari konsentrasi standar, hal ini terjadi

karena ketidaktahuan peneliti tentang kualitas dan kuantitas hidrokuinon

dalam sampel. Hasil % kadar yang didapat tersebut tidak bisa dipercayai

100 %. Sampel seharusnya diencerkan agar masuk dalam rentang kurva

kalibrasi sehingga angka bias dari hasil yang didapat relative lebih besar

dari yang sebenarnya, namun demikian tidak menutup kesimpulan jika

kadar hidrokuinon memang tinggi. Penelitian ini tidak bisa diulang karena

adanya kendala pada alat yang tidak bisa dioperasikan kembali.

Kecurangan distributor seringkali terjadi, sehingga tanpa ada izin

dari dokter konsumen dapat membeli krim secara bebas, padahal walaupun

krim yang digunakan adalah racikan dari dokter, jika penggunaannya

(52)

rasa terbakar pada kulit karena adanya kadar hidrokuinon yang tinggi

dalam krim (BPOM, 2007).

5.2.2 Merkuri

Merkuri digunakan sebagai bahan kosmetik untuk pemutih kulit.

Akan tetapi penggunaan merkuri pada sediaan krim pemutih dapat

menimbulkan berbagai hal mulai dari perubahan warna kulit yang

akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi,dan

iritasi kulit. Pada pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan

permanen pada otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin (BPOM,

2007).

Untuk mengetahui adanya senyawa merkuri dalam sediaan krim

kosmetik racikan dokter dilakukan analisis penetapan kadar merkuri

dengan menggunakan alat mercury analyzer. Penggunaan alat ini karena

lebih spesifik, canggih dan cepat.

Penentuan linieritas diawali dengan pembuatan kurva kalibrasi.

Untuk pembuatan kalibrasi, mula-mula ditimbang L-sistein 10 mg

dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL. ditambahkan aquades hingga

500 ml dan asam nitrat pekat 2 mL. dikocok hingga L-sistein terlarut

kemudian dicukupkan dengan aquades hingga 1000 mL. pembuatan

larutan L-sistein ini digunakan sebagai larutan pengganti aquades pada

saat pembuatan larutan standar. Pada pembuatan kurva kalibrasi dibuat 3

konsentrasi. Yaitu 5 ppb, 50 ppb dan 100 ppb. Hasil plot antara

konsentrasi dan absorbansi pada pembuatan kurva kalibrasi didapat nilai r

sebesar 0,9999 dengan menggunakan persamaan regresi linier y =

1,0798333 + 1,00x. Nilai LOD didapat18 µg/L dan nilai LOQ didapat 60

µg/L.

Untuk menentukan kadar senyawa merkuri yang terdapat pada

krim racikan dokter, sampel langsung diambil dengan menggunakan tusuk

gigi dan digoreskan kedalam boat pada alat mercury analyzer. Hasil

pengukuran yang telah dilakukan, 3 sampel racikan dokter yang diperiksa

(53)

kadar merkuri 0,1833 %, sampel B mengandung 0,1708 % dan sampel C

mengandung 0,1324 %.

Menurut PP no.445/MenKes/Per/V/1998 tentang bahan, zat warna,

substrat, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik. Dalam kadar

sedikitpun merkuri dapat bersifat racun. Sehingga penggunaan merkuri

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Hasil penetapan kadar hidrokuinon pada 4 sampel krim racikan dokter

menunjukkan adanya hidrokuinon dengan kadar 3,499 % pada krim A,

3,561 % pada krim B, 3,754 % pada krim C dan 3,541 % pada krim D

2. Dari 4 sampel krim racikan dokter yang telah dianalisis semuanya

mengandung hidrokuinon yang masih diperbolehkan penggunaanya

dalam krim (maksimal 5%)

3. Hasil penetapan kadar merkuri pada 3 sampel krim racikan dokter

menunjukkan adanya merkuri dengan kadar 0,1833 % pada krim A,

0,1708 % pada krim B dan 0,1324 % pada krim C

4. Dari data analisis yang telah dilakukan, 3 sampel krim racikan dokter

yang diuji semuanya tidak aman karena mengandung merkuri.

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang

representatif untuk penetapan kadar hidrokuinon dan merkuri dalam

Gambar

Gambar 1. Struktur Hidrokuinon  ...................................................................
Gambar 1.Struktur Senyawa Hidrokuinon
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Standar Hidrokuinon
Gambar 3. Kurva Kalibrasi Standar Merkuri

Referensi

Dokumen terkait

SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Hasil penelitian terhadap kedua sampel menunjukkan bahwa pada krim pagi dan krim malam dari klinik kecantikan Z tidak mengandung logam merkuri. Tidak terdapatnya kandungan

Dalam penelitian ini dilakukan analisis hidrokuinon dan laju pelepasan sediaan krim malam produk kosmetik T, J dan Tj yang dijual bebas di pasaran.. Dari hasil analisis dengan

Puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya sampai pada akhir penulisan Skripsi saya yang berjudul

Alhamdulillahirobbil alamin atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :”Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Kandungan Logam

Pada penelitian analisis kandungan merkuri (Hg) pada krim pemutih yang beredar di pasar Tomohon dan Tondano dilakukan dua analisis yang pertama analisis kualitatif ( Reinsch

Analisis kuantitatif kandungan hidrokuinon pada sampel krim pemutih wajah yang beredar di wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Utara menunjukkan bahwa seluruh