• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil percobaan

5.2 Pembahasan .1Hidrokuinon .1Hidrokuinon

Hidrokuinon merupakan senyawa kimia berupa Kristal putih berbentuk jarum, tidak berbau, memiliki struktur kimia C6H6O2 dengan nama kimia 1,4 benzendiol dan mengalami oksidasi terhadap cahaya dan udara. Senyawa ini digunakan sebagai bahan pemutih dan pencegahan pigmentasi yang bekerja menghambat enzim tirosinase yang berperan dalam penggelapan kulit (Ibrahim et al., 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar hidrokuinon dalam kosmetik racikan dokter juga menilai apakah krim racikan dokter mengandung kadar hidrokuinon yang melebihi batas. Analisa ini menggunakan alat HPLC dengan sampel krim racikan dokter yang diambil dengan cara sampling investigatif. Penggunaan alat HPLC untuk penetapan kadar hidrokuinon dalam krim ini karena waktu analisis yang relatif cepat, mempunyai ketelitian yang tinggi dan mudah.

Kondisi optimum alat yang digunakan untuk penelitian adalah dengan menggunakan kolom ODS C18 (Oktadesil Silica), detector UV, fase gerak air : metanol (40 : 60), dilakukan pada panjang gelombang 290 nm, dengan laju alir 1 mL/menit, dan volume injeksi 20 µL.

Penelitian dimulai dengan penentuan panjang gelombang maksimum hidrokuinon menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS karena hidrokuinon selain mempunyai gugus fungsi OH juga mempunyai gugus kromofor sehingga dapat ditentukan menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS (Harmita, 2006).

Berdasarkan hasil pengukuran panjang gelombang maksimum hidrokuinon diperoleh 290,5 nm dengan konsentrasi 10 ppm. Namun pada alat HPLC digunakan pada panjang gelombang 290 nm karena alat HPLC tidak bisa menggunakan tanda koma.

Pembuatan kurva kalibrasi dibuat dengan lima konsentrasi yang berbeda, yaitu 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm dan 60 ppm. Diperoleh nilai r 0,9999 dengan menggunakan persamaan regresi linier y = -0,2246 + 0,2042x. Nilai r 0,9999 menunjukkan bahwa nilai koofisien korelasi lebih

besar dari 0,999 sehingga kurva kalibrasi hidrokuinon memberikan nilai linieritas yang baik, dan penetapan kadar dengan kurva kalibrasi terjamin kebenarannya (Mulja, 2003).

Batas deteksi untuk hidrokuinon adalah 0,396 µg/mL, sedangkan batas kuantitasinya adalah 1,322 µg/mL. perhitungan dilakukan secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Batas deteksi merupakan batas minimum suatu analit yang dapat dideteksi sedangkan batas kuantisasi merupakan batas minimum analit yang dapat dihitung kadarnya (Mulja, 2003).

Penentuan akurasi dapat ditentukan dengan uji perolehan kembali menggunakan krim yang ditambahkan standar hidrokuinon yang telah diketahui kadarnya. Lalu uji perolehan kembali diperoleh dengan membandingkan kadar hasil analisis dengan kadar hidrokuinon yang sebenarnya. Persen perolehan kembali yang diperoleh adalah 92,5 %. Kriteria ini tidak masuk dalam rentang yang diperbolehkan, namun karena pada penelitian ini menggunakan ekstraksi sehingga % perolehan kembalinya lebih sulit didapatkan dengan sempurna. Hal ini dikarenakan zat hidrokuinon terperangkap dalam basis yang tidak larut dalam pelarut. Kriteria penerimaan untuk akurasi pada penetapan kadar komponen dalam sediaan farmasi adalah 98 – 102 %. Sehingga hasil uji perolehan kembali yang dilakukan telah memenuhi syarat (Harmita, 2006).

Hidrokuinon merupakan senyawa polar, untuk menarik senyawa tersebut maka dapat diekstraksi dengan menggunakan senyawa polar. Tahap preparasi sampel krim racikan dokter adalah dengan menimbang masing-masing sampel sebanyak 1 g kemudian dimasukkan kedalam beker glass 25 mL dan ditambah fase gerak metanol : air (60 : 40) kedalam beker glass, diaduk merata dengan fase gerak hingga 25 mL dan kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 50 mL. sampel kemudian divortex selama 1 menit hingga homogen dan dipanaskan diatas water bath dengan suhu 600 C selama 15 menit. Sehingga basis krim terpisah dengan fase gerak. Setelah dingin larutan dicukupkan dengan fase gerak hingga 50 mL dan dikocok. Kemudian larutan disentrifuge dengan kecepatan 5000 rpm

selama 10 menit. Diambil larutan diatas dan disaring menggunakan

membrane filter 0,45 µm kemudian filtratnya diinjeksikan kedalam alat HPLC.

Filtrat sampel diinjeksikan sebayak 20 µL dengan waktu retensi hingga 3 menit dan laju alir 1 mL/menit. Hasil analisa yang didapat dari sampel dihitung kadarnya dengan menggunakan persamaan kurva kalibrasi.

Hasil yang didapat dari pengukuran menggunakan HPLC didapat nilai AUC untuk krim simulasi sebesar 46,9612. Sehingga didapat konsentrasinya sebesar 231,189 ppm. Sedangkan konsentrasi krim simulasi yang sebenarnya adalah 250 ppm. Sehingga didapat nilai UPK sebesar 92,5 %.

Hasil pengukuran kadar krim racikan dokter didapat, krim A mengadung hidrokuinon sebesar 3,499 %. Krim B mengandung hidrokuion sebesar 3,561 %. Krim C mengadung hidrokuinon sebesar 3,754 % dan krim D mengadung hidrokuinon sebesar 3,541 %. Dari 4 sampel krim racikan dokter yang diuji semuanya masih dalam range yang diperbolehkan selama penggunaanya dibawah pegawasan dokter (BPOM, 2007).

Hasil pengujian pada 4 sampel krim racikan dokter didapat konsentrasi yang terlalu tinggi dari konsentrasi standar, hal ini terjadi karena ketidaktahuan peneliti tentang kualitas dan kuantitas hidrokuinon dalam sampel. Hasil % kadar yang didapat tersebut tidak bisa dipercayai 100 %. Sampel seharusnya diencerkan agar masuk dalam rentang kurva kalibrasi sehingga angka bias dari hasil yang didapat relative lebih besar dari yang sebenarnya, namun demikian tidak menutup kesimpulan jika kadar hidrokuinon memang tinggi. Penelitian ini tidak bisa diulang karena adanya kendala pada alat yang tidak bisa dioperasikan kembali.

Kecurangan distributor seringkali terjadi, sehingga tanpa ada izin dari dokter konsumen dapat membeli krim secara bebas, padahal walaupun krim yang digunakan adalah racikan dari dokter, jika penggunaannya tanpa pengawasan dokter hal buruk dapat terjadi. Seperti kemerahan dan

rasa terbakar pada kulit karena adanya kadar hidrokuinon yang tinggi dalam krim (BPOM, 2007).

5.2.2 Merkuri

Merkuri digunakan sebagai bahan kosmetik untuk pemutih kulit. Akan tetapi penggunaan merkuri pada sediaan krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal mulai dari perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi,dan iritasi kulit. Pada pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin (BPOM, 2007).

Untuk mengetahui adanya senyawa merkuri dalam sediaan krim kosmetik racikan dokter dilakukan analisis penetapan kadar merkuri dengan menggunakan alat mercury analyzer. Penggunaan alat ini karena lebih spesifik, canggih dan cepat.

Penentuan linieritas diawali dengan pembuatan kurva kalibrasi. Untuk pembuatan kalibrasi, mula-mula ditimbang L-sistein 10 mg dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL. ditambahkan aquades hingga 500 ml dan asam nitrat pekat 2 mL. dikocok hingga L-sistein terlarut kemudian dicukupkan dengan aquades hingga 1000 mL. pembuatan larutan L-sistein ini digunakan sebagai larutan pengganti aquades pada saat pembuatan larutan standar. Pada pembuatan kurva kalibrasi dibuat 3 konsentrasi. Yaitu 5 ppb, 50 ppb dan 100 ppb. Hasil plot antara konsentrasi dan absorbansi pada pembuatan kurva kalibrasi didapat nilai r sebesar 0,9999 dengan menggunakan persamaan regresi linier y = 1,0798333 + 1,00x. Nilai LOD didapat18 µg/L dan nilai LOQ didapat 60 µg/L.

Untuk menentukan kadar senyawa merkuri yang terdapat pada krim racikan dokter, sampel langsung diambil dengan menggunakan tusuk gigi dan digoreskan kedalam boat pada alat mercury analyzer. Hasil pengukuran yang telah dilakukan, 3 sampel racikan dokter yang diperiksa mengandung kadar merkuri yang cukup tinggi. Sampel A mengandung

kadar merkuri 0,1833 %, sampel B mengandung 0,1708 % dan sampel C mengandung 0,1324 %.

Menurut PP no.445/MenKes/Per/V/1998 tentang bahan, zat warna, substrat, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik. Dalam kadar sedikitpun merkuri dapat bersifat racun. Sehingga penggunaan merkuri dalam kosmetik dilarang (BPOM, 2007).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait