• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI DAN METODOLOGI SEJARAH

N/A
N/A
Ezra Tamar Kristalia Simanullang

Academic year: 2023

Membagikan "TEORI DAN METODOLOGI SEJARAH"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

CRITICAL BOOK REPORT TEORI DAN METODOLOGI SEJARAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah: Teori dan Metodologi Sejarah Dosen Pengampu: Syahrul Nizar Saragih, M.A.

Ezra Tamar Kristalia Simanullang (3203121058)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya, saya dapat menyelesaikan Critical Book Report ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Pergerakan Nasional yang diampu oleh Bapak Syahrul Nizar Saragih,M.A.. Pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan semua rekan-rekan yang telah memberikan saran, pengarahan, bantuan serta dukungan kepada saya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Saya sangat berharap ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang lain.

Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan, 12 Oktober 2022

Penulis

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iii BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR ... 2 1.2 Tujuan Penulisan CBR ... 2 1.3 Manfaat CBR ... 2 BAB II. IDENTITAS DAN RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Identitas Buku ... 3 2.2 Ringkasan Isi Buku ... 3 BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Keunggulan Buku ... 15 3.2 Kelemahan Buku ... 15 BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 16 4.2 Saran ... 16 DAFTAR PUSTAKA

(4)

2 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR

Penyusunan Critical Book Report ini ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah Teori dan Metodologi Sejarah. Tugas ini dimaksudkan agar mahasiswa memahami dan menguasai cara mengkritik buku dan juga dapat membandingkan dan mendapat intisari dari setiap buku yang dirangkum. Selain itu, sering kali kita bingung memulih buku referensi untuk kita baca dan kita pahami. Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita.

Misalnya dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang Teori dan Metodologi Sejarah, oleh karena itu penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih refrensi, terkhusus pada pokok pembahasan tentang Teori dan Metodologi Sejarah.

1.2 Tujuan Penulisan CBR

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan Critical Book Report ini adalah sebabagi berikut:

1. Untuk mengulas isi sebuah buku

2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku

3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan pada setiap bab dari buku yang diulas

4. Mengkritisi satu topik materi kuliah teori dan metodologi sejarah

1.3 Manfaat CBR

Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penulisan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah wawasan tentang teori dan metodologi sejarah

2. Untuk mengetahui cakupan yang terdapat dalam teori dan metodologi sejarah.

(5)

3 BAB II

IDENTITAS DAN RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Identitas Buku

Judul : Metodologi Sejarah

Edisi : Ke-2

Penulis : Helius Sjamsuddin

Penerbit : Ombak

Kota Terbit : Bandung Tahun Terbit : 2007

ISBN : 978-979-3472-79-9 Jumlah Halaman : 334

2.2 Ringkasan Isi Buku BAB I. TERMINOLOGI 1

Dalam bahasa Inggris, sejarah disebut dengan “history”. Secara etimologis kata ini berasal dari bahasa Yunani historia yang berarti: inkuiri, wawancara, interogasi dari seorang saksi-mata dan juga laporan mengenai hasil-hasil tindakan-tindakan itu; seorang saksi, seorang hakim, seorang yang tahu. Sedangkan menurut Voltaire, Sejarah adalah suatu narasi fakta-fakta yang diterima sebagai suatu yang benar, yang berbeda dengan fabel, yaitu narasi fakta-fakta yang tidak benar atau fiktif. Pada masa Voltaire, titik berat diletakkan pada perlunya pemisahan antara sejarah dari fabel yang pada waktu itu belum jelas bagi orang kebanyakan.

Sebagai sebuah kajian, sejarah tidak pernah statis. Selama bertahun-tahun sejarah memperoleh sejumlah pengertian dasar. Dinamika perkembangan disiplin sejarah terus saja berlanjut, paling tidak dalam teori dan filsafat sejarah.

(6)

4

Istilah sejarah di dalam historiografi tradisional Nusantara dikenal dengan sejumlah istilah seperti babad, serat kanda, sejarah, carita, wawacan, hikayat, sejarah, tutur, silsilah atau cerita-cerita manurung.

BAB II. TERMINOLOGI

Sebenarnya metode dan metodologi adalah dua fase kegiatan yang berbeda untuk tugas yang sama. Seorang sejarawan profesional dituntut penguasaan sekaligus metode dan metologi disiplinnya. Dalam metodologi sejarah terkandung secara implisit pengertian pengetahuan teoritis dan filsafat.

Sejarawan memerlukan informasi faktual sebanyak mungkin sesuai dengan keperluan penelitian dan penulisannya. Bagi sejarawan, fakta-fakta dapat diumpamakan dengan bangunan kajian sejarah. Sebenarnya pengetahuan tentang fakta-fakta saja tidak cukup bagi sejarawan. Jika hanya sampai pada fakta saja, sejarah hanyalah kronik tentang apa, siapa, kapan, dimana, atau peristiwa-peristiwa mandiri yang tidak mempunyai hubungan satu sama lain. Sejarawan dapat memperoleh fakta-fakta dari dokumen, inskripsi dan dari ilmu-ilmu bantu lainnya sepert arkeologi, epigrafi, numismatik, kronologi dan lainnya.

Berbeda denga fakta, konsep-konsep pada hakikatnya adalah defenisi. Konsep-konsep mengandung karakteristik yang umum dari suatu kelompok pengalaman. Konsep-konsep tersebut berada di dalam ide atau pikiran manusia, segala kenyataan yang berada di sekeliling manusia memasuki atau menyentuh indra manusia sebagai informasi dari berbagai pengalaman. Terdapat konsep konsep kongjungtif, disjungtif, relasional, deskriptif dan evaluatif yang merupakan konstruksi-konstruksi mental yang diciptakan oleh manusia untuk memberikan dan kerap kali mengevaluasi karakteristik-karakteristik umum yang terdapat pada sejumlah pengalaman-pengalaman manusia sendiri.

Sehubungan dengan generaliasi, sejarah pada dasarnya adalah kajian tentang manusia, baik sebagai individu atau sebagai kelompok masyarakat, kajian tentang apa yang telah dikerjakan, dipikirkan, dirasakan oleh manusia di suatu tempat tertentu dan pada suatu waktu tertentu dan mengapa serta bagaiman manusia itu di dalam proses telah berbuat, berfikir fan berperasaan seperti apa yang telah mereka lakukan itu. Setelah dibicarakan perlu tidaknya kajian sejarah mengenal atau menggunakan teori-teori. Mengenai bagaimana ahli-ahli ilmu sosial dan sejarawan dapat atau tidak dapat menggunakan teori, sebenarnya semula bertolak

(7)

5

dari tradisi lama debat filosofis antara aliran empirisme dan aliran idealisme mengenai penerapan hukum umum dan teori generalisasi dalam kajian sejarah.

BAB III. HEURISTIK: PENGUMPULAN SUMBER

Tahap heuristik banyak menyita waktu, biayam tenaga, pikiran dan juga perasaan.

Sebelum kita melakukan penelitian dan penulisan sejarah, khususnya kegiatan pengumpulan sumber-sumber sejarah, ada beberapa catatan penting yang menjadi modal untuk menjadi sejarwan profesional.

1. Sejarawan Ideal

a. Kemampuan praktis dalam mengartikulasi dan mengekspresikan secara menarik pengetahuannya baik tertulis dan lisan.

b. Kecakapan membaca dan berbicara dalam satu atau dua bahasa asing atau daerah c. Menguasai satu atau lebih disiplin kedua, terutama ilmu-ilmu sosial lain, ilmu

humaniora atau bahkan ilmu-ilmu alam yang relevan.

d. Kelengkapan dalam penggunaan pemahaman psikologi, kemampuan imajinasi dan empati

e. Kemampuan membedakan antara profesi sejarah dan sekedar hoby antikuarian yaitu pengumpulan benda-benda antik saja

f. Pendidikan yang luas selama hidup dari masa kecil

g. Dedikasi pada profesi dan integritas pribadi baik sebagai sejarawan peneliti maupun sebagai sejarawan pendidik.

2. Enam Langkah Penelitian a. Memilih suatu topik yang sesuai

b. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik

c. Membuat catatan tentang itu apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang dtemukan

d. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan

e. Menyusun hasil-hasil penelitian ke dalam suatu pola yang benar dan berarti

(8)

6

f. Menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

3. Memilih Topik

Dalam memilih suatu topik untuk penelitian, maka perlu diperhatikan empat kriteria berikut:

a. Nilai (Value): Topik harus sanggup memberikan penjelasan atas suatu yang berarti dan dalam arti suatu yang universal.

b. Keaslian (Originality): subjek yang dikaji dalam penelitian yang lebih dahulu harus dapat menampilakan salah satu atau kedua-duanya yakni: evidensi baru yang substansional dan siginifikan atau suatu interpretasi baru dari evidensi yang valid dan dapat ditunjukkan.

c. Kepraktisan (Practicality): Penelitian harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) Keberadaan sumber-sumber yang dapat diperoleh tanpa adanya kesulitasn yang tidak rasional. (2) Kemampuan untuk menggunakan dengan benar sumber-sumber itu berdasarkan atas latar belakan atau pendidikan anda sebelumnya. (3) Ruang cakup penelitian harus dipilih sesuai dengan medium yang akan dipresentasikan.

d. Kesatuan (Unity): Setiap penelitian mempunyai suatu kesatuan tema atau diarahkan kepada suatu pertanyaan atau proporsi yang bulat, yang akan memberikan peneliti suatu titik yang akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang khusus.

Setelah seorang sejarwan memiliki satu topik penelitian, pertama-tama yang harus dilakukannya ialah mengumpulakn semua saksi mata (witness) yang diketahui tentang periode sejarah itu. Semua saksi mata menyiapkan bagi sejarwan testimoni atau informasi yang diperlukan. Semua saksi mata ini disebut sebagai sumber-sumber sejarah (historical source).

Segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tenang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu (past actuality) disebut sebagai sumber sejarah.

Sumber-sumber tidak hanya berupa peninggalan saja atau catatan saja, tetapi juga sekaligus berupa peninggalan dan catatan. Dan apapun medianya, yang penting bagi sejarawan ialah

(9)

7

informasi yang dikandung di dalamnya karea itu merupakan sumber sejarah yang penting.

Sumber-sumber sejarah dapat ditemukan di perpustakaan , arsip dan museum.

BAB IV. KRITIK: EKSTERNAL & INTERNAL

Sebagai langkah kedua, kegiatan analitis harus ditampilkan oleh sejarwan terhadap dokumen-dokumen setelah mengumpulkan mereka dari asrip-arsip. Tujuannya adalah, bahwa setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, ia tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum pada sumber-sumber itu.

Dalam usaha mencari kebenaran, sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yag benar dan yang tidak benar, maka dalam hal ini, kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yang lebih dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan internal.

Sebagaimana istilahnha, kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Adapunyang dimaksud dengan kritik ekternal ialah suatu penelitian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatn atau peninggalan untuk mendapatkan informasi yang mungkin dan untuk mengetahui apakah [ada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak.

Kritik ekternal harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa:

1. Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini (authenticity) 2. Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa adanya perubahan (uncoruoted)

tanpa adanya suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-penghilangan yang substansial (integrity).

Kebalikan dari kritik eksternal, maka kritik internal sebagiman yang disarankan oleh istilahnya menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber: kesaksian (testimoni). Setelah fakta kesaksian (fact of testimnony) ditegakkan melalui kritik eksternal, tiba giliran sejarawan untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu. Ia harus memutuskan apakh kesaksian itu dapat diandalkan (reliable) atau tidak.

BAB V. PENULISAN SEJARAH: HISTORIOGRAFI (PENAFSIRAN, PENJELASAN, PENYAJIAN)

(10)

8

Ketika sejarawan memasuki tahap menulis, ia mengerahkan seluruh daya pikirannya untuk menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya salam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi. Adapun yang dianggap sebagai faktor-faktor, tenaga-tenaga tetapt dan mendasar dalam sejarah manusia, yaitu: manusia, geografi, kebudayaan, supernatural atau metafisik.

Sejarah sebagaimana yang dipahami oleh para sejarawan bukanlah masa lalu, melainkan catatan atau ingatan mengenai masa lalu. Oleh karena itu, jika tidak ada catatan atau ingatan tidak ada sejarah. Bagaimana juga para sejarawan yang baik sepakat untuk menulis karya-karya sejarah yang tidak meihak dan tidak bersifat pribadi. Selain itu, adapula model- model penjelasan sejarah yang mengambil jalan tengah yang menggunakan pendekatan lain:

kausalitas, covering law model, Hermeneutika, Modela analogi, dan Model motivasi.

Sehubungan dengan hal itu, maka kita dapat membagi tiga cara pemaparan atau penyajian sejarah, yakni: deskriptif-naratif, sejarah analitis-kritis dan gabungan deskriptif- naratif dan analitis-kritis.

BAB 6 : ILMU-ILMU BANTU SEJARAH: Auxiliary Sciences; Sister Disiplines A. Paleontologi

Ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk kehidupan purba yang pernah hadir di muka bumi terutama fosil. Kata fosil berasal dari bahasa Yunani fissilis yang artinya sesuatu yang digali dan dikeluarkan dari dalam tanah. Jadi fosil adalah sisa-sisa binatang dan tumbuhan yang terpendam di dalam tanah selama ratusan juta tahun dan tetap terpelihara bentuknya karena telah membatu.

B. Paleontropologi

Paleoantropologi mempunyai kajian berbeda dengan paleontologi. Objek kajian paleoantropologi adalah mempelajari fosil manusia purba. Ilmu ini berusaha mengkaji, merekonstruksi asal usul manusia, evolusinya, persebarannya, lingkungannya, cara hidup dan budayanya. Fosil-fosil manusia ditemukan pada kala pleistosen.

Di Indonesia kajian manusia purba telah banyak dilakukan oleh sarjana Eropa sejak akhir abad 19. Eugene Dubois menemukan tulang rahang di daerah Trinil tepi Bengawan Solo.

Setelah direkonstruksi fosil itu diberi nama Pithecantropus Erectus yang artinya manusia kera

(11)

9

berdiri tegak. GHR. Von Koeningswald yang berhasil merekonstruksi fosil Homo Soloensis (Manusia Solo), Homo Mojokertensis (Manusia Mojokerto) dan Pithecantropus Mojokertensis (Manusia kera dari Mojokerto) dan Meganthropus Paleojavanicus (Manusia besar Jawa purba).

C. Arkeologi

Arkeologi adalah kajian ilmiah mengenai hasil budaya pra sejarah dan sejarah melalui penggalian (ekskavasi). Beberapa kelompok benda-benda arkeologi adalah :

• Semua benda buatan manusia dengan tujuan untuk kepentingan manusia.

Umumnya benda ini mudah untuk dipindah-pindah seperti manik-manik, kapak batu dan lain-lain.

• Bangunan tempat pemukiman yang sulit dipindahkan

• Ekofak yaitu objek alamiah yang ikut tertimbun bersama-sama artefak dan bangunan seperti sisa makanan kulit kerang.

Ilmu sejarah sangat terbantu dengan arkeologi karena kajian ini sangat membantu dalam memberikan informasi tentang di mana, bilamana, bagaimana kebudayaan atau suatu peradaban yang tinggi bisa tumbuh, berkembang dan akhirnya runtuh. Di Amerika Serikat ilmu arkeologi merupakan cabang antropologi sedang di Eropa, arkeologi masuk dari ilmu sejarah.

D. Paleografi

Paleografi adalah ilmu membaca, menentukan waktu, menganalisis tulisan-tulisan kuno yang ditulis di atas papirus, tablet-tablet tanah liat, tembikar, kayu, perkamen (vellum) kertas dan daun lontar. Contohnya adalah misteri tulisan hieoroglyph yang tertulis di papirus pada zaman Firaun baru dapat terbaca pada tahun 1799 oleh ilmuwan Prancis Jean Champollion.

Contoh lagi adalah adalah tulisan paku pada zaman Mesopotamia (Irak) dapat tebaca pada tahun 1846 oleh Sir Henry Rawlinson.

E. Epigrafi

Hampir mirip dengan Paleografi, Epigrafi lebih fokus ke objek tempat menulis. Epigrafi adalah pengetahuan tentang cara membaca, menentukan waktu dan menganalisis tulisan atau inskripsi pada benda-benda yang bertahan lama seperti batu, logam atau gading. Secara sederhana Epigrafi adalah ilmu membaca prasasti.

(12)

10

Tokoh-tokoh epigraf asing yang banyak melalukan penelitian di Indonesia adalah Casparis, Bosch, Coedes. Sementara epigraf Indonesia yang terkenal adalah Purbacaraka, Buchori, Sukarto K. Atmojo

F. Ikonografi

Ikonografi adalah ilmu tentang arca/ patung kuno. Patung dan arca yang ditemukan pada umumnya adalah bagian dari tempat-tempat beragama (sakral). Patung-patung banyak ditemukan di beberapa peradaban besar dunia seperti Mesir, Mesopotamia, Persia, India, Yunani, Romawi dan Cina. Sedang di Indonesia, patung terbuat dari tanah liat, batu dan logam.

Patung yang dibuat pada masa prasejarah ditemukan di Pasemah. Umumnya patung yang ditemukan di Indonesia merupakan personifikasi tokoh-tokoh sejarah seperti: patung Rajasa (Ken Arok), Prajna Paramita (Ken Dedes), Kertanegara, Gajah Mada, Tribuwana Tunggadewi.

G. Numismatik

Numismatik adalah ilmu yang mempelajari mata ung (coins), asal-usul, teknik pembuatannya, sejarah, mitologi dan seninya. Mata uang atau koin itu ialah sekeping logam yang diberi bentuk dan berat tertentu, yang memuat tanda-tanda dicapkandiatasnya oleh pejabat pemerintah sehingga menjadi jaminan sah mengenai nilai san beratnya sebagai alat tukar resmi. Mata uang itu ada yang berupa kertas, tetapiumumnya dari logam yang dapat bertahan lama. Mata uang logam terbuat daritembaga, perunggu, perak dan emas.

H. Ilmu Keramik

Keramik adalah nama umum untuk tembikar. Cina dan Porselin. Pengetahauntentang keramik merupakan ilmu bantu sejarahdan kesenian yang penting. Hasilkajian tentang benda- benda ini merupakan bahan penting untuk penyusunan sejarah, baik untuk periode sejarah, baik untuk periode prasejarahmaupun periode sejarah.Dari kajian tentang kramik maka dapat diketaui tentang ancer-ancer waktu, pemilik atau pendukung budaya pemakaian keramik, lau lintas perdagangan dan interaksiantar daerah dan bangsa.

I. Genealogi

Genealogi adalah pengetahuan mengenai asal-usul nenek moyang atau keturunankeluarga seseorang atau beberapa orang. Dahulu kaisar-kaisar, raja-raja, atau orang-orang terkemuka biasa membuat pohon-silsilah (family tree) untuk menunjukan asal-usul leluhurnya. Sekarang penelusuran riwayat hidup (biografi) dari orang-orangtertentu yang menjadi objek penelitian

(13)

11

dapat dilakukan melalui biodata ataucurriculum vitae. Penulisaan sejarah keluarga ( family history) umumnyamengunakan genealogi sebagai dasarnya.

J. Filologi

Filologi adalah ilmu yang mempelajari naskah-naskah kuno. Naskah-naskah ituditulis dalam bahasa-bahasa Jawa Kuno, Sunda Kuno atau Melayu. Naskah-naskahitu ada yang penting untuk sejarah indonesia pada umumnya, tetapi ada pula untuk sejarah local.

BAB 7 : SEJARAH SEBAGAI ILMU SOSIAL DAN ILMU HUMANIORA

Sejarah adalah salah satu disiplin ilmu tertua yang embrio-embrionya telah ada dalam cerita-cerita rakyat atau mitos yang berkembang dalam kehidupan di masyarakat yang paling sederhana. Hal ini terjadi karena manusia sebagai homo sapiens memiliki potensi untuk menyimpan pengalamannya di dalam memorinya (ingatan), dan sewaktu-waktu diperlukan dapat diproduksi (keluarkan) baik dalam angan- angannya maupun dalam bentuk cerita (Kartodirdjo, 1993: 58). Sehingga pada mulanya, sejarah banyak meriwayatkan tokoh- tokoh mitologis dan kepahlawanan (sage), dan memuat banyak mitos di dalamnya.

Penulisan sejarah sebetulnya telah ada sebelum Herodotus (198-117 SM), yaitu tulisan karya Homerus yang berjudul Illiad dan Odyssey (Supardan, 2011: 312). SyairIlliad yang berkisah mengenai perang antara Yunani dan Troya pada kurun waktu sekitar 1200 SM.

Sedangkan syair odyssey berkisah mengenai petualangan panjang Odysseus setelah jatuhnya kota Troya. Tulisan ini muncul dalam bentuk puisi serta di dalamnya banyak memuat mitos dan lebih merupakan sebuah legenda daripada karya sejarah yang sesungguhnya. Bahkan peradaban Mesir, Sumeria, Babilonia dan Cina merupakan bangsa-bangsa yang memiliki perhatian besar terhadap sejarah. Meskipun begitu peradaban-peradaban kuno tersebut tidak bisa memperkuat realitas sebagai peradaban yang melahirkan ilmu sejarah yang pertama, karena orang-orang Mesir, Sumeria, Babilonia dan Cina tidak menulis mengenai ilmu sejarah.

Penulis sejarah Yunani yang terkenal adalah Herodotus (198-117 SM) yang dijuluki sebagai “Bapak Sejarah”. Hal ini tidak terlepas dari sikap objektif yang ditunjukannya dalam karyanya yang berjudul History of the Persian Wars (Sejarah Perang-perang Persia). Herodotus melihat bahwa perang ini merupakan bentrokan dua peradaban yang berbeda, antara Yunani dan Persia. Berbeda dengan Homerus, Herodotus berusaha keras untuk melakukan inkuiri atau penelitian secara kritis dan memberi penjelasan-penjelasan yang naturalistik serta tidak banyak

(14)

12

menunjukan adanya “campur tangan” para dewa. Adapun Thucydides yang menulis tentang The Peloponnesian War (431-404 SM) berkisah mengenai perang saudara antara dua polis yang berbeda antara Athena dan Sparta. Sebuah hal yang penting bagi perkembangan penulisan sejarah adalah Thucydides mencoba mencari sebab dari segala peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sedangkan Polybius adalah sejarawan yang mengembangkan metode kritis dalam penulisan sejarah.

BAB 8 : TEMA-TEMA SEJARAH

Ilmu sejarah pada dasarnya berbicara mengenai kehidupan manusia. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan manusia memiliki berbagai aspek, baik ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain-lain. Oleh sebab itu dalam menetapkan tema, guru sejarah harus merujuk pada aspek-aspek tersebut. Materi yang ada dalam SK dan KD dapat dikatagorikan temanya berdasarkan aspek-aspek kehidupan tersebut, misalnya aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan, dan sebagainya.

Penetapan terhadap tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari berarti guru harus mampu menetapkan kriteria tema dalam penulisan sejarah. Tema-tema dalam penulisan sejarah antara lain sejarah ekonomi, sejarah politik, sejarah sosial, sejarah budaya, sejarah pendidikan dan lain sebagainya. Tema-tema sejarah tersebut memiliki konsep-konsep tersendiri yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.

Aspek kehidupan yang berkenaan dengan politik bisa menjadi tema sejarah politik.

Apakah sejarah politik ?. Untuk menjelaskan apa itu sejarah politik, terlebih dahulu kita harus menjelaskan apa itu politik. Secara sederhana politik biasanya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kekuasaan. Dalam kekuasaan terdapat berbagai komponen misalkan penguasa atau pemerintah, sistem pemerintahan, parlemen, undang-undang, partai politik, negara, kerajaan, dan lain-lain. Penulisan sejarah yang bertemakan komponen-komponen tersebut biasanya dinilai sebagai sejarah politik.

Sejarah politik merupakan studi organisasi dan kegiatan kekuasaan masyarakat di masa lampau.2 Tema tentang kekuasaan dapat berupa lembaga-lembaga yang berkuasa dan individu-individu yang melakukan kegiatan berkenaan dengan kekuasaan. Lembaga-lembaga yang berkaitan dengan kekuasaan dapat berupa negara, kerajaan, lembaga parlemen, lembaga

(15)

13

pemerintahan, dan sebagainya. Individu dapat berupa raja, kaum bangsawan, pejabat kerajaan/pemerintahan, presiden, anggota pemerintahan dan sebagainya.

Tema-tema politik dapat dikemas dalam materi yang berbicara mengenai kerajaan- kerajaan kuno baik yang ada di Indonesia maupun kawasan (dunia). Apabila menjelaskan materi tersebut, hendaknya tidak hanya menyampaikan tentang apa, dimana, dan kapan.

Misalnya hanya menjelaskan siapa rajanya, dimana kerajaan itu berada, kapan kerajaan itu lahir, berkembang, dan berakhir atau hancur. Penyampaian sangat naratif dan penuh bercerita. Apabila penyempaian dilakukan seperti ini, maka materi tersebut tidak akan menarik siswa. Hendaknya guru dapat melakukan analisis tentang bagaimana konsep-konsep kekuasaan yang diterapkan pada masa itu dan bandingkan dengan politik yang terjadi pada masa sekarang. Apakah pada masa lalu sudah ada demokrasi ? apakah otoriter ? apakah ada penerapan nilai-nilai feodalisme di kalangan pejabat pemerintahannya ?. Kegiatan-kegiatan pilkada yang sekarang banyak berlangsung sebagai implementasi otonomi daerah dapat dikaitkan dengan konsep-konsep pemerintahan di masa lalu.

BAB 9 : METAHISTORY & PUISI SEJARAH

Sejarah merupakan sebuah kajian keilmuan yang mempelajari peristiwa masa lalu.

Meskipun demikian, sejarah tidak akan pernah menghadirkan peristiwa masa lalu tersebut ke masa sekarang. Sejarah hanya bisa “memungut” keping-keping fakta yang berhasil ditinggalkan peristiwa di waktu lampau. Keping-keping fakta yang tidak utuh, yang terkadang terpisah oleh tempat dan waktu, bahkan sekilas tampak tidak berhubungan. Selanjutnya menjadi tugas seorang sejarawan untuk merekontruksi, bahkan mendekontruksi fakta-fakta sisa masa lalu tersebut dalam sebuah narasi yang disebut historiografi.

Tidak berlebihan bila dikatakan interpretasi sejarah merupakan biang subyektifitas.

Dalam proses interpretasi sejarawan berusaha menarik hubungan-hubungan dari fakta-fakta sejarah yang ada. Hubungan-hubungan tersebut merupakan celah kosong (missing link) dari peninggalan peristiwa masa lalu, yang berusaha dirasionalisasikan oleh sejarawan. Bahkan dengan hadirnya pendekatan ilmu sosial, tidak mengurangi subyektifitas dalam penulisan sejarah. Pilihan-pilihan teori dalam ilmu sosial yang demikian luasnya dan terus berkembang sepanjang waktu, hanya menjadikan sejarah lebih ilmiah, tapi tidak akan pernah menjadi obyektif. Kondisi demikian sesuai dengan pendapat J. Huizinga yang menganggap sejarah sebagai “bentuk intelektual di mana suatu peradaban menceritakan dirinya sendiri mengenai

(16)

14

masa lalunya. Pendapat Huizinga ini dapat diartikan bahwa dalam penelitian sejarah yang dapat disepakati hanyalah dalam tataran metode, seperti yang tampak dalam kata “bentuk intelektual”. Sedangkan selanjutnya merupakan bentuk-bentuk interpretasi yang khas sesuai dengan semangat jaman sekarang dan terlebih lagi semangat sejarawan yang melakukannya.

Berkembangnya aliran post-modern, yang identik dengan ketidakpastian dan keragu- raguan, dalam filsafat dan kemudian sejarah justru menjadikan sejarah lebih “jujur” dalam tujuan penulisannya. Penelitian Hayden White, salah satu peletak dasar sejarah post-modern, dalam Metahistory (1973) mampu membedah kecenderungan dalam karya-karya para sejarawan.2 Sehingga dapat diketahui idealisme apa yang ada di balik sejarah yang ditulis sejarawan. Metode yang digunakan White memang secara terang-terangan menunjukkan adanya subyektifitas dalam penulisan sejarah. Namun, tidak berarti penulisan sejarah dapat disamakan dengan karya sastra. Penulisan sejarah tetap berpegang pada fakta yang tersisa dari masa lalu, sedangkan dalam sastra tidak diharuskan menggunakan fakta.

Fakta-fakta peninggalan sejarah, menurut pandangan sejarah post-modern, tidak dapat berdiri sendiri tanpa konteks yang bermakna. Jadi apa yang disebut ”konteks” yang dikontruksi untuk mengkontekstualisasi fakta-fakta pada akhirnya harus diimajinasikan atau diciptakan.

Hanya tidak seperti fakta-fakta, konteks-konteks tidak pernah secara pasti ditemukan. Oleh sebab itu, agar semua kisah sejarah itu bermakna, maka harus melibatkan hubungan-hubungan bagian ke seluruhan (part-to-whole) atau seluruh ke bagian (whole-to-part).3 Hubungan- hubungan tersebut, seperti telah disebut di atas, harus diciptakan. Sehingga dalam hal ini sangat mengandung subyektifitas.

(17)

15 BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku

Dari segi cover atau tampilan, buku utama memiliki cover dengan desain yang sangat menarik karena dengan jelas menggambarkan sejarah pendidikan era pra kolonialisme hingga reformasi di Indonesia. Kemudian dari segi bibliografi atau identitas, identitas dari buku pembanding sudah lengkap. Dari segi kelengkapan bagian, mulai dari kata pengantar, tinjauan teoritis, metode penelitian, hasil, pembahasan serta kesimpulan semuanya lengkap lalu diikuti dengan daftar pustaka. Metode yang digunakan dalam buku pembanding sama dengan buku utama, yakni menggunakan metode tinjauan literasi yang diambil dari buku atau referensi tulis lainnya.

Dari segi bahasa dan tulisan, Bahasa yang digunakan dalam buku pembanding merupakan bahasa Indonesia sehingga memudahkan pembaca dalam memahaminya. Bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.

Dari segi bahasa dan tulisan, meskipun telah menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami oleh pembaca, namun demikian masih ada beberapa kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah EYD font yang digunakan adalah Times New Roman 12pt. Buku utama juga terkesan rapi karena menggunakan Justify sehingga enak untuk dibaca.

Dari segi Isi atau Konten, kelengkapan materi yang disampaikan oleh si Penulis melalui buku pembanding pembahasannya cukup mendalam dan detail sedangkan buku pembanding hanya membahas mengenai sejarah pendidikan di era pra kolonialisme hingga reformasi di Indonesia saja. Dengan demikian, pembahasan dalam buku ini lebih mendalam membahas tema informasi yang dikaji penulis dibandingkan dengan buku utama yang membahas sejarah pendidikan di berabagai masa dan di berbagai belahan dunia namun hanya membahas secara garis besar saja. Namun ada baiknya kita sebagai pembaca dapat menambah informasi dari sumber lain sehingga kita tidak hanya berfokus pada informasi yang disampaikan melalui buku pembanding atau referensi lainnya yang membahas tentang hal serupa, yakni Teori dan Metodologi Sejarah.

(18)

16 BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan Critical Book Review di atas, buku tersebut mudah untuk dipahami sesuai dengan materi atau informasi yang disampaikan oleh penulis melalui karyanya. Buku tersebut layak dibaca baik untuk golongan pendidik maupun untuk khalayak umum.

4.2 Saran

Setiap buku memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, namun kita sebagai pembaca dituntut untuk melengkapi kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dimiliki oleh buku dengan berbagai referensi lain. Ada baiknya juga apabila buku tersebut digunakan sebagai pendukung atau penunjang dalam proses pembelajaran.

(19)

17

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuddin, Helius. 2016. METODOLOGI SEJARAH. Bandung. Penerbit Ombak.

Referensi

Dokumen terkait

DITERBITKAN OLEH UM JEMBER PRESS Page 88 Pengaruh ROA, ROE, NPM Terhadap Pertumbuhan Laba Studi Empiris Perusahaan Sektor Perbankan Tahun 2017- 2019 Fitri Handayani1, Mohamad

TENTANG HASIL SELEKSI ADMINISTRASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL CPNS KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2023 Berdasarkan hasil verifikasi dokumen persyaratan