• Tidak ada hasil yang ditemukan

faktor makro ekonomi yang mempengaruhi pergerakan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "faktor makro ekonomi yang mempengaruhi pergerakan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PERGERAKAN HARGA SAHAM PADA INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2018-2020

Nurul Alvia1, Sukma Irdiana2, Jesi Irwanto3

STIE Widya Gama Lumajang123 Email: nurulalvia9@gmail.com1 Email: sukmapasah@gmail.com2 Email: jesyrwanto@gmail.com3

Abstract

Investment in Islamic stocks is currently experiencing an increasing trend every year. Many investors began to be interested in investing in accordance with Islamic law. One of the places to invest in sharia is the Indonesian Sharia Stock Index (ISSI). ISSI is a reflection of all sharia shares listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that have been registered on the Sharia Securities List (DES). ISSI will be analyzed every six months, namely in May and November. An Investor must pay attention to several considerations when making an investment. One of the factors that can cause stock prices to rise and fall is macroeconomics. This study aims to determine the effect of macroeconomic variables in the form of inflation, BI Rate, exchange rates, world oil prices and world gold prices affecting stock prices at ISSI in the 2018-2020 period. This research is quantitative with a sample of 175. This research is sourced from secondary data which is processed by the multiple linear regression method. The results of this study show that inflation has no effect on ISSI, BI Rate has a significant negative effect on ISSI, exchange rates have a significant negative effect on ISSI, world oil prices have a significant positive effect on ISSI and world gold prices have a significant negative effect on ISSI.

Keyword: Inflation, BI Rate, Exchange Rate, World Oil Prices, World Gold Prices, ISSI

PENDAHULUAN

Pertumbuhan umat islam di seluruh dunia begitu pesat, tidak terkecuali di Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dengan mayoritas peduduk agama islam. Hal tersebut berdampak pada perkembangan keuangan syariah. Keuangan syariah di Indonesia dimulai sejak tahun 1983 dengan dikeluarkannya Paket Desember 1983 (Pakdes 83) yang berisi peraturan memperbolehkan bank memberikan kredit dengan bunga 0% (Zero Interest) (Syukron, 2013). Perkembangan tersebut diikuti oleh pendirian bank baru. Sehingga industi perbankan syariah pada waktu itu mengalami perkembangan yang begitu pesat. Setelah mencapai kejayaan bank syariah di Indonesia mempengaruhi beberapa sektor keuangan lain yang menerapkan sistem syariah seperti asuransi, pegadaian, tidak terkecuali pasar modal

Pasar modal memiliki peran yang begitu penting pada suatu negara, karena pasar modal merupakn pengerak perekonomian negara yang berfungsi menyediakan dan mempermudah perusahaan dan emite dalam mendapatkan dana, sedangkan bagi investor mempermudah dalam menyalurkan dana. Dalam sebuah pasar modal terdapat indikator yang dapat menunjukan pergerakan harga saham dalam satu periode yang di sebut dengan indeks harga saham.

Indeks harga saham merupakan pedoman bagi investor saat melakukan kegiatan investasi. Di Indonesia sendiri terdapat tiga indeks saham syariah yaitu Jakarta Islamic Index (JJI) yang muncul pada tanggal 12 mei 2011, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diterbitkan oleh Bepepam-LK dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN_MUI) yang terdiri dari

(2)

seluruh saham syariah yang tercatat pada BEI dan masuk dalam daftar (DES), Jakarta Islamic Index 70 (JII70) didirikan pada tanggal 17 mei 2018 yang terdiri dari 70 saham syariah paling likuid yang tercatat pada BEI (www.idx.com.id).

Gambar Pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Sumber: www.idx.co.id Hasil olah data 2021

Pada gambar diatas menunjukan pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun 2018-2020. Dari grafik tersebut dapat dilihat pada tahun 2018 bulan Januari Indeks Saham Syariah Indonesia berjumlah 197,464 poin dan mengalami penurunan pada bulan Febuari sebesar 195,728 point. Pada bulan Maret sampai dengan bulan November poin dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) megalmani penurunan di banding dengan bulana Januari dan kembali mengalami peningkatan pada bulan Desember sebesar 183,998 point. Pada tahun 2019 bulan Januari mengalami peningkatan di bandingkan dengan bulan Desember 2018 sebesar 193,498 poin, pada bulan Febuari 2019 mengalami penurunan dengan jumlah poin sebesar 191,168. Pada bulan Maret sampai dengan bulan Febuari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Terus mengalami penurunan di bandingkan daengan jumlah point pada bulan Febuari 2019. Pada awal tahun 2020 jumlah poin pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebesar173,145 dan teruas mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2018 dan 2019.

Naik dan turunya ISSI disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor makro ekonomi domestik yang terdiri dari Sertifikat Bank Indonesia syriah (SBIS), inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar dan BI Rate. Adapun faktor makro ekonomi gelobal yang terdiri dari FED Rate, harga minyak dunia, harga emas dunia akan direaksikan oleh pasar modal sehingga faktor tersebut dapat mempengaruhi terbentuknya harga saham (Rahmawati & Baini, 2019). Dalam penelitian ini variabel makro ekonomi yang digunakan yaitu inflasi, BI Rate, nilai tukar, harga minyak dunia dan harga emas dunia.

Inflasi merupakan kenaikan pada tingkat harga yang terjadi secara terus menerus sehingga dapat mempengaruhi individu, perusahaan maupun pemerintah. Inflasi juga dapat mengakibatkan dampak negatif maupun dampak positif tergantung dari tingkat inflasi tersebut. Apabila terjadi inflasi ringan maka akan mempengaruhi dalam hal positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik. Apabila terjadi inflasi yang begitu parah keadaan ekonomi akan menjadi kacau. Nilai uang yang dimiliki masyarakat akan mengalami pengerusan terhadap nilai tukar terhadap barang. Menurut Sukmajati & Hastuti (2019) inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Sedangkan penelitian dari Ardana (2016) menyatakan tidak terdaapat hubungan jangka pendek maupun jangka panjang antara variabel inflasi dengan ISSI.

Variabel makro ekonomi lain yang menarik untuk dikaji yaitu BI Rate. BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia (BI) dan di umumkan kepada buplik. Kebijakan akan bunga rendah akan mendorong masyarakat suatau negara untuk melakukan investasi dari pada melakukan kegiatan untuk menabung, dan sebaliknya (Firdausi at al., 2016). Penetapan BI Rate tergantung dari naik turunnya dari inflasi tersebut, jika

- 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000

Jan-18 May-18 Sep-18 Jan-19 May-19 Sep-19 Jan-20 May-20 Sep-20

(3)

variabel BI Rate mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selama periode Mei 2011-Mei 2019. Sedangkan menurut Ardana (2016) menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara variabel suku bunga BI dan ISSI.

Selain BI Rate, di dalam perekonomian domestik maupun global nilai tukar sebagi alat pembayaran juga dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara termasuk juga dengan investasi. Hal ini berkaitan dengan saham yang dimiliki oleh perusahan yang bergerak pada bidang impor maupun ekspor. Peningkatan pada kegiatan ekspor dapat meningkatkan laba pada suatu perusahaan yang akan berpengaruh pada peningkatan deviden yang akan diterima oleh investor.

Hal tersebut terjadi karena perusahaan ekspor memiliki piutang luar negri, nilai tukar yang mengalami depresiasi akan mendapatkan dampak positif yaitu meningkatnya ekspor dan sebaliknya. Penelitian dari Rachmawati & Laila (2015) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap pergerakan ISSI. Sedangkan menurut Setyani (2017) bahwa variabel nilai tukar secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ISSI.

Harga minyak dunia maupun harga emas dunia juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia, tidak hanya dalam bidang ekonomi dalam bidang investasi harga minyak dunia mapun harga emas dunia dapat mempengaruhi pasar modal yang ada di Indonesia. Hal tersebut di karena harga minyak dunia mengalami peningkatan akan memberikan dampak berupa peningkatan profitabilitas suatu perusahaan sehingga dapat meningkatkan harga saham maupun indeks saham. Pada masa globalisasi saat ini, banyak investor yang memilih investasi berupa emas, emas memiliki nilai yang tetap dan standar sehingga bisa dibeli dan dijual dengan mudah di mana saja. Emas bersifat tidak terpengaruh oleh inflasi (zero inflation) sehingga harga emas selalu mengikuti pergerakan pada inflasi. Meningkatnya harga emas dari tahun ketahun dan kecilnya resiko yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks harga saham (Rahmawati & Baini, 2019).

Menurut pendapat Ardana (2016), menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan jangka pendek atara variabel harga minyak dunia dan ISSI. Sedangkan menurut penelitian Bawono & Mutaqin (2019) , pada harga minyak dunia ISSI merespon positif dan menyatakan bahwa ISSI merespon positif pada harga emas dunia. Senada dengan pernyataan Harif & Natsir (2018) hasil penelitian menunjukkan bahwa harga emas dunia berpengaruh positif terhadap ISSI.

Berdasarkan penjelasan diatas penulistertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengarih inflasi, BI rate, nilai tukar, harga minyak dunia dan harga emas dunia terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2018-2020.

METODE PENELITIAN

Metode penentuan sampel menggunakan non-probanility sampling dengan jenis purposive sampling. Purposive sampling merupakan penentuan sampel penelitian dengan pertimbangan tertentu agar data yang dihasilkan lebih representatir. Sehingga dapat diperoleh data sebanyak 175 yang terdiri dari 35 data inflasi, 35 data BI Rate, 35 data nilai tukar, 35 data harga minyak dunia, dan 35 data harga emas dunia pada periode 2018-2020. Pada penelitian ini menggunakan program SPSS dengan teknik analisis regresi linier berganda, untuk menganalisis variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari inflasi (X1), BI Rate (X2), nilai tukar (X3), harga minyak dunia (X4), harga emas dunia (X5) dengan variabel terikat yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Y). Berikut adalah persamaan regresi linier berganda:

ISSI = ɑ + β 1Inf+ β 2BI r+ β 3Nt+ β 4Hmd+ β 5Hed+e

Pengujian pertama yang dilakukan ialah uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas data, uji multikoliniearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi. Dengan metode pengujian hipotesis yaitu uji t (parsial), uji F (simultan) dan analisis koefisien determinasi (R2).

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik

Hasil uji normalitas data menunjukkan data berdistribusi normal dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov yang menghasilkan nilai lebih besar dari 0,05, dengan variabel bebas yang digunakan tidak menunjukan adanya gejala multikolinearitas , karena variabel inflasi, BI Rate, nilai tukar, harga minyak dunia dan harga emas dunia menunjukan nilai VIF dibawah 10 serta nilai tolerance diatas 0,1. Pada uji heteroskadestisitas menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dengan ditunjukkan dengan grafik scatterplot, yang tidak membentuk pola tertentu seperti mengumpul ditengah maupun menyempilt kemudian melebar. Selain itu pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala autokorelasi dengan nilai pada Durbin-Watson sebesar 1,110. Sehingga penelitian ini memenuhi sebagai kriteria untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 1. Regresi Linier Berganda

Model Uns. Coefficients St. Coefficients

B Std. Error Beta

(constant) 1,798 0,218 -

Inflasi 0,097 0,072 0,171

BI Rate -0,005 0,003 -0,151

Nilai tukar -0,701 0,201 -0,328

Harga minyak 0,012 0,007 0,228

Harga Emas -0,336 0,131 -0,436

Variabel Dependen: ISSI Sumber: Hasil olah data, 2021

Berdasarkan perhitungan regresi linier berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut:

ISSI = 1,798 + 0,097Inf - 0,005BI r - 0,701Nt + 0,012Hmd - 0,336Hed + e Dari persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Apabila nilai konstanta 1,798 hal ini menunjukan bahwa inflasi, BI Rate, nilai tukar harga minyak dunia dan harga emas dunia bernilai nol (0) maka nilai pada ISSI sebesar 1,798.

2. Koefisien pada inflasi (X1) sebesar 0,097 menunjukan bahwa nilai inflasi naik 1% maka nilai dari ISSI akan naik menjadi 0,097. Apabila nilai koefisien inflasi turun 1% maka nilai ISSI akan mengalami penurunan sebesar 0,097 dengan ketentuan inflasi (X1) bernilai konstan.

3. Koefisien BI rate (X2) sebesar 0,005 menujukan bahwa setiap kenaikan pada BI Rate sebesar 1% maka ISSI akan mengalami penurunan sebesar 0,005. Apabila BI Rate turun 1% maka ISSI akan mengalami kenaikan sebesar 0,005. Dengan adanya ketentuan bahwa BI Rate (X2) bernilai konstan.

4. Koefisien nilai tukar (X3)sebesar 0,701 memiliki arti bahwa setiap kenaikan nilai tukar sebesar 1% maka ISSI akan mengalami penurunan sebesar 0,701, apabila nilai tukar turun sebesar 1%

maka ISSI akan mengalami kenaikan sebesar 0,701% dengan ketentuan bahwa nilai tukar (X3) bernilai konstan.

5. Koefisien pada harga minyak dunia (X4) sebesar 0,012, menujukan bahwa setiap kenaiakn pada harga minyak dunia sebesar 1% maka ISSI juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,012.

Apabila harga minyak dunia mengalami penurunan sebesar 1% maka ISSI juga mengalami penurunan sebesar 1,012 dengan ketentuan berlaku bahwa harga minyak dunia (X4) bernilai konstan.

6. Koefisien harga emas dunia (X5) bernaila 0,336 dengan kata lain setiap kenaikan harga emas dunia sebesar 1% maka ISSI akan mengalami penurunan sebesar 0,336 dan sebalinya apabila harga eamas dunia mengalami penurunan sebesar 1% maka ISSI akan mengalami kenaikan sebesar 0,336. Hal tersebut memiliki ketentuan apabila harga emas dunia (X1) bernilai konstan.

7. Nilai beta yang dihasilkan dari variabel inflasi, BI rate, nilai tukar, harga minyak dunia dan

(5)

Hasil Uji Hipotesis Uji t (parsial)

Tabel 2. Hasil Uji t Parsial

Model T Sig Keterangan

(Constant) 8,229 0,000 -

Inflasi 1,347 0,188 Tidak berpengaruh

BI Rate -1,973 0,058 Berpengaruh negatif

Nilai Tukar -3,491 0,002 Berpengaruh negatif

Harga Minyak 1,710 0,098 Berpengaruh positif

Harga Emas -2,567 0,016 Berpengaruh negatif

Berdasarkan hasil uji diatas dapat diambil kesimpulan tentang hipotesis pertama sampai dengan hipotesis kelima yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel inflasi menghasilkan thitung sebesar 1,347< tabel 1,65371 dan sig 0,188> ɑ 0,10 sehingga variabel inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap ISSI.

2. Variabel BI Rate menghasilkan thitung sebesar 1,973> tabel 1,65371 dan sig 0,058< ɑ 0,10 sehingga variabel BI Rate berpengaruh terhadap ISSI.

3. Pada uji t parsial nilai tukar bernilai t hitung sebesar 3,491 > tabel 1,65371dan sig 0,002 < ɑ 0,10 sehingga nilai tukar memiliki pengaruh terhadap ISSI.

4. Variabel harga minyak dunia bernilai thitung sebesar 1,710 > tabel 1,65371 dengan nilai sig sebesar 0,098< ɑ 0,10, sehingga harga minyak dunia berpengaruh terhadap ISSI.

5. Variabel harga emas dunia bernilai 2,567> tabel 2,567 dengan nilai sig sebesar 0,016< ɑ 0,10 sehingga harga emas dunia berpengaruh terhadap ISSI.

Uji F (Simultan)

Tabel 3. Hasil Uji F Simultan

Variabel F Sig Keterangan

Infalasi BI Rate Nilai Tukar Harga Minyak Harga Emas

33,418 0,000 Secara simultan variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen

Uji F merupakan penujian terhadap koefisien regresi secara simultan yang bertujuan untuk mengetahui semua variabel independen yang terdiri dari inflasi, BI Rate, nilai tukar, harga minyak dunia dan harga emas dunia, terhadap variabel dependen ISSI. yang diperoleh Fhitung sebesar 33,418 > Ftabel 188 yang mengartikan bahwa variabel independen yang terdiri dari inflasi, BI Rate, nilai tukar, haraga minyak dunia dan harga emas dunia memiliki pengaruh terhadap pergerakan harga saham pada ISSI.

Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi memiliki suatu tujuan untuk mengukur garis regresi yang sesuai dengan data yang aktual dan mengukur persentase total dari variasi variabel dependen dan varibel independen. hasil uji koefisien determinasi nilai R Square (R2) sebesar 0,827. Maka dapat diartikan bahwa inflasi, BI Rate, nilai tukar, harga minyak dunia dan harga emas dunia dapat mempengaruhi sebesar 0,827 sisanya ditunjukan oleh nilai estimasi eror atau dapat diartikan 0,173 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti Sertifikat Bank Indonesia syriah (SBIS), jumlah uang beredar, dan FED Rate.

(6)

PEMBAHASAN

Pembahasan Pengujian Hipotesis Pertama

Pada peneletian ini diperoleh hasil inflasi tidak berpengaruh terhadap ISSI. Dengan arti apabila terjadi penurunan maupun kenaikan sebesar apapun dari tingkat nilai inflasi maka tidak dapat mempengaruhi naik maupun turunya terhadap ISSI. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya inflasi seperti meningkatnya permintaan terhadap barang tertentu (Demand Pull Inflation), inflasi dorongan biaya (Cost-push Inflation), bertambahnya uang yang beredar (Quantity Theory Inflation), inflasi campuran (Mixed Inflation), inflasi ekspektasi (Expected inflation), struktur ekonomi yang kaku, kekacauan ekonomi dan politik, keputusan perusahaan, utang nasional, luar negri. Pada tahun 2018 ULN Indonesia pada akhir triwulan IV- 2018 tercatat sebesaar 376,8 miliar dolar AS yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 186,2 miliar dolar AS serta utang swasta dan BUMN sebesar 190,6 miliar dolar AS.

Sedangkan pada tahun 2019 ULN Indonesia pada triwulan IV-2019 mencapai 404,3 miliar dolar AS yang terdiri dari sektor publik (bank sentral dan pemerintah) sebesar 202,9 miliar dolar AS serta hutang suwasta dan BUMN sebesar 201,4 miliar dolar AS. Sedaangkan pada tahun 2020 pada kuartal II-2020 ULN Indonesia mencapai 408,6 miliar dolar AS, yang terdiri dari sektor publik sebesar 199,3 miliar dolar AS serta sektor swasta dan BUMN sebesar 209,3 miliar dolar AS. Kenaikan pada jumlah hutang Indonesia menyebabkan terjadinya kenaikan inflasi yang kacau hal tersebut mengakibatkan tidak dapat mempengaruhi tejadinya naik turun pada ISSI. Sedangkan pada tahun 2019-2020 terjadinya pandemik covid-19 yang mengakibatkan kekacauan pada seluruh bidang baik luar negeri dan dalam negeri hal tersebut juga mengakibatkan turunya nilai inflasi yang begitu anjlok sehingga tidak dapat mempengaruhi terjadinya naik turun ISSI.

Pembahasan Pengujian Hipotesis Kedua

Hasil dari penelitian ini menunjukan BI Rate berpengaruh negatif terhadap ISSI. Artinya apabila BI Rate mengalami kenaikan maka ISSI akan mengalami penurunan, dan apabila BI Rate mengalami penurunan maka ISSI akan mengalami kenaikan. BI Rate periode 2018-2020 mengalami fluktuasi dari tahun 2018 menuju tahun 2019 mengalami peningkatan yang begitu besar dan penurunan yang sangat kecil. Akan tetapi pada tahun 2019 menuju tahun 2020 nilai BI Rate tertinggi yaitu sebesar 6% yang memiliki arti terjadinya penurunan harga saham ISSI, hal tersebut merupakan peluang bagi investor untuk melakukan pembelian saham secara besar, hal tersebut dapat mempengaruhi adanya pergerakan pada indeks saham. Dan pada tahun 2020 BI Rate mengalami penurunan tertinggi mencapai 3,75% yang memiliki arti terdapat kenaikan harga saham, hal ini dapat dijadikan peluang bagi investor untuk menjual sahamnya sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih.

Pembahasan Pengujian Hipotesis Ketiga

Hasil analisis hipotesis menunjukan bahwa nilai tukar berpengaruh secara negatif terhadap ISSI.

Hal tersebut memiliki arti apabila terjadi kenaikan pada nilai tukar maka akan terjadi penurunan terhadap ISSI sebaliknya apabila terjadi penurunan pada nilai tukar maka ISSI akan menglami kenaikan. Dari tahun 2018-2020 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami kenaikan dan penurunan yang begitu signifikan. Kenaikan dan penurunan tersebut dapat direaksikan oleh pasar modal apabila terjadi kenaikan pada nilai tukar maka harga saham akan mengalami kenaiakan, sehingga refeksi pada indeks saham juga akan mengalami penurunan. Penurunan tersebut diakibatkan oleh turunya daya beli investor terhadap hraga saham yang naik. Apabila terjadi penuruan pada nilai tukar terhadap dolar AS maka harga saham pada pasar modal akan mengalami penurunan yang menyebabkan terjadinya kenaikan pada indeks saham. Kenaikan tersebut diakibatkan oleh banyaknya minat investor terhadap harga saham yang mengalami penuruan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari (Andriana, 2015) yang menyatakan bahwa apabila kondisi pada nilai tukar rupiah diperirakan dalam keadaan memburuk maka akan terjadi refeksi pada indeks harga saham yang akan mengalami penurunan.

Pembahasan Pengujian Hipotesis Keempat

Pada hasil analisis regresi linier berganda menunjukan harga minyak dunia berpengaruh positif

(7)

apabila terjadi penurunan pada harga minyak dunia maka dapat menurunkan juga indeks saham.

Pada tahun 2018-2020 harga minyak dunia mengalami kenaikan maupun penurunan, kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2018 pada bulan Juni sebesar 74,04 miliar per barel atau 159 liter, dan penurunan harga terendah terjadi pada tahun 2020 bulan Maret sebesar 20,48 miliar.

Kenaikan pada harga minyak dunia akan menyebabkan terjadinya kenaikan profitabilitas perusahaan dan dapat mempengaruhi terjadinya pergerakan pada indeks saham dan penurunan pada harga minyak dunia, juga akan mempengaruhi profitabilitas yang didapatkan oleh investor sehingga dapat mempengaruhi terjadinya kenaikan maupun perunuran pada indeks saham tersebut.

Pada teori tersebut sesuai dengan hasil pada penelitian ini kenaikan dan penurunan pada harga minyak dunia dapat mempengaruhi pergerakan pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Pembahasan Pengujian Hipotesis Kelima

Hasil pada penelitian ini menunjukan harga emas dunia berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dari hasil tersebut memiliki arti apabila terjadi kenaikan pada harga emas dunia maka menyebabkan terjadinya penurunan pada ISSI dan apabila terjadi penurunan pada harga emas dunia dapat mempengaruhi terjadinya kenaikan pada ISSI. Tahun 2018-2020 harga emas dunia memiliki tingkat fluktuasi yang beragam, harga emas tertinggi selama tiga tahun terakhir terjadi pada tahun 2020 yaitu bulan Juli sebesar Rp 926.852,39 sedangkan harga emas terendah terjadi tahun 2018 pada bulan Juli sebesar Rp 562.206,32. Harga emas pada dasarnya cenderung stabil dan naik, sangat jarang sekali harga emas mengalami penurunan. Kenaikan pada harga emas dapat mendoreng investor untuk berinfestasi pada emas yag dapat menyebabkan turunya harga saham pada pasar modal. Hal tersebut dikarenakan emas memiliki resiko yang relatif rendah dan memberikan hasil imbal balik dengan harga yang setabil dan kenaikan harganya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis mengenai pengaruh inflasi, BI Rate, nilai tukar, harga minyak dunia dan harga emas dunia terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2018-2020 dengan metode analysis regresi linier berganda, pengujian secara parsial dan simultan maka dapat disimpulkan Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia periode 2018- 2020. BI Rate berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2018- 2020. Nilai tukar berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Harga emas dunia berpengaruh negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S., Febrianty, Siswanto, H. D. A. B. I., Jony, Supitriyani, Astuti, Yuningsih. (2020).

Manajemen Keuangan. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Andriana, D. (2015). Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Setelah Initial public Offering (IPO). Riset Akuntansi dan Keuangan, 3(3), 761-767.

Anggraeni, W. (2015). Presiksi Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) Berdasarkan Data Fuzzy Time Series. Applied Business and Aeconomics, 2(1), 49-60.

Ardana, Y. (2016). Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia : Model ECM. Bisnis dan Manajemen, 6(1), 17-28.

Arintika, R. Y., & Isynuwardhana, D. (2015). Pengaruh Inflasi Suku bunga SBI Valuta Asing Indeks Harga Konsumen dan Harga Emas Dunia terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.

e-Proceeding of Management, 2(1), 444-452.

Bawono, A., & Mutaqin, I. (2019). Analysis Of Macroeconomics Effects On The Indonesian Sharia Stock Index. SERAMBI, 1(2), 1-12.

Firdausi, A. N., fahmi, I., & saptono, I. T. (2016). Pengaruh Indeks Saham Regional ASEAN dan Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga saham Syariah Indonesia (ISSI). Jurnal Al- Muzara'ah, 4(2).

(8)

Harif, L. H., & Natsir, M. (2018). The Effect OF macroeconomic Variables On Indonesia Sharia Stock Index. Progres Ekonomi Pembangunan, 3(1), 1-10.

Hayati, M. (2016). Investasi Menurut Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 1(1), 337-373.

Hidayat, T. (2011). Kaya Sekarang Juga Cara pintar Investasi Emas & Dinar. Jakarta Selatan:

Mediakita.

Janie, D.NA. (2012). Statistik deskriptif&Regresi Linier Berganda Dengan SPSS. Semarang:

Semarang University Press.

Lukisto, J., & Anastasia, N. (2014). Dampak Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Di Indonesia Periode Tahun 1994-2012. Analisa, 3(2).

Malik, N. (2016). Dinamika Pasar Tenaga Kerja Indonesia. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Mardani. (2017). Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Prenada Media.

Mulyono. (2018). Berprestasi mealui JFP Ayo Kumpulkan Angka Kreditmu. Yogyakarta:

Deepublish.

Munawaroh, S., & Sugiono. (2019). Hukum Investasi. Surabaya: CV. Jakad Publishing.

Nasyatia, Z., & arif, M. N. R. A. (2019). Diterminan Indeks saham Syariah di Indonesia dan Malaysia. Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam, 3(2), 107-116.

Peristiwo, H. (2016). Analisis Minat Investor di Kota Serang Terhadap Investasi Syariah Pada Pasar Modal Syariah. Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, 7(1), 37-52.

Purnamasari, D. (2017). Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Mentah Duni, Dan Indeks Produksi Industri Terhadp Indeks Sham Di Jakarta Islamic Indeks (JII) Dalam Jangka Panjang Dan Jangka Pendek (Periode Januri 2005-Desember 2015). Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 4(7), 515-530.

Rachmawati, M., & Laila, N. (2015). Faktor Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

JESTT, 2(11), 928-942.

Rahmawati, F., & Baini, N. (2019). Dampak Variabel Makro Ekonomi Domestik dan Global Terhadap Indeks Saham Syriah Indonesia (ISSI) Periode Mei 2011-Mei 2019. Jurnal Studi Ekonomi Dan Bisnis Islam, 4(1), 190-211.

Saputra, I. D., & Herlambang, L. (2014). Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Studi Pada Indeks saham Syariah Indonesia Periode 2011-2023. JESTT, 1(12), 832-840.

Sartika, U. (2017). Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Kurs, Harga Minyak Dunia Dan Harga Emas Dunia Terhadap IHSG Dan JII DI Bursa Efek Indonesia Akuntasi Dan Bisnias, 2(2), 285-294.

Setyani, O. (2017). Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.

Ekonomi Islam, 8(2), 213-238.

Suciningtias, S. A., & Khoiroh, R. (2015). Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Conference in Business, Accounting, and Management, 2(1).

Sukmajati, A., & Hastuti, D. A. F. (2019). Analysis of Macroeconomic Variables and Fundamental Analysis of Indonesia Shariah Stock Index (ISSI. International Journal of Seocology, 1(1), 19-28.

Sunardi, N., & Ula, L. N. R. (2017). Pengruh BI Rate, Inflansi, dan Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Sekuritas, 1(2).

Suriyani, N. K., & Sudiartha, G. M. (2018). Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Dan Nilai Tukar Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Indonesia. Manajemen Unud, 7(6), 3172- 3200.

Syukron, A. (2013). Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia. Ekonomi dan Hukum Islam, 3(2), 28-53.

Sutriani, A. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Likuiditas Terhadap Return Saham Dengan Nilai Tukar Sebagai Variabel Moderasi Pada Saham LQ-45. Jurnal of Business and Banking, 4(1), 67-80.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menjelaskan bahwa variabel independen yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), Impor, dan Harga Minyak Dunia mempengaruhi nilai variabel dependen yaitu

H3 = Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 2.3 Kerangka Konseptual Indeks harga saham sektor properti