• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN BANK SAMPAH DI BANK SAMPAH IGAKANAS KRAPYAK WETAN PANGGUNGHARJO, SEWON BANTUL DIY TAHUN 2023

N/A
N/A
Wadia Suryani

Academic year: 2024

Membagikan "FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN BANK SAMPAH DI BANK SAMPAH IGAKANAS KRAPYAK WETAN PANGGUNGHARJO, SEWON BANTUL DIY TAHUN 2023 "

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN BANK SAMPAH DI BANK SAMPAH IGAKANAS KRAPYAK

WETAN PANGGUNGHARJO, SEWON BANTUL DIY TAHUN 2023

Usulan Penelitian

Diajukan Oleh : WADIA SURYANI

NIM 14.20.5053

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA 2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini pertumbuhan penduduk masih menjadi masalah terutama bagi negara-negara berkembang di dunia. Pertumbuhan penduduk bersamaan dengan bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat menyebabkan meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan. Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2022 menyatakan bahwa sebanyak 36 juta sampah nasional yang merupakan gabungan dari data capaian dari 303 kab/kota seluruh Indonesia yang mana terdapat 62,49% sampah yang telah terolah dan sebesar 37,51% sampah yang belum terolah dan terjadi pengurangan sampah sebesar 15,1%(KLHK 2022).

Sedangkan merujuk pada data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diakses pada 1 februari 2023, jumlah timbulan sampah mencapai 18,3 juta ton per tahun. Sampah yang terkelola 77,28 % dengan rincian pengurangan sampah 26,73% dan penanganan sampah 50,55 %. Masih ada 22,72 % sampah tidak terkelola (SIPSN 2023).

Dinas Lingkungan Hidup DIY mencatat jumlah volume sampah di DIY mencapai 2.117 ton per hari. Dokumen yang dirilis Dinas Lingkungan Hidup DIY pada juli 2022 lalu itu menunjukkan Kabupaten Sleman memiliki jumlah timbunan sampah paling banyak, yakni sekitar 706,77 ton per hari. Disusul oleh Kabupaten Bantul dengan timbunan sebesar 542,18 ton per hari, Kabupaten Gunungkidul sebesar 366,11 ton per hari, Kota Yogyakarta dengan 325,02 ton per hari dan Kabupaten Kulon Progo sebesar 177,14 ton per hari. Hal ini menunjukkan bahwa masalah sampah masih menjadi salah satu masalah terbesar dan sebagai isu prioritas nomor 1 dari 7 isu lingkungan hidup di DIY (DLH DIY 2022).

Penumpukan sampah seperti yang terjadi di beberapa Kabupaten/Kota di Indonesia dalam hal ini khususnya Kabupaten Bantul, Yogyakarta, dan Sleman. TPA yang menampung 3 Kabupaten/Kota tersebut adalah TPA/TPST Piyungan mampu menampung sekitar 600 – 650 ton per harinya (Pemda DIY). Sedangkan baru – baru ini timbunan sampah yang berasal dari 3 wilayah tersebut sudah melebihi kapasitas yang dapat ditampung di TPA/TPST Piyungan. Menanggapi masalah ini mengharuskan upaya pengelolaan sampah namun pengelolaan sampah di negara berkembang masih menggunakan metode pembakaran dan open dumping. Sampah

(3)

yang dibuang secara open dumping menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan cara yang berbeda - beda, sedangkan kontribusinya pada efek pemanasan global mencapai 15%. Hal ini disebabkan karena sampah organik yang dibuang di tempat pembuangan landfill terdekomposisi secara anaerob sehingga menghasilkan gas metan, yaitu emisi gas rumah kaca yang menurut Indeks Potensi Pemanasan Global, efeknya 21 kali lebih beracun daripada gas karbondioksida. Metan yang dilepas ke atmosfer lebih banyak berasal dari aktivitas manusia daripada hasil dari proses alami. Sedangkan hasil pembakaran sampah juga menghasilkan karbondioksida, ditambah lagi dengan emisi gas yang dihasilkan oleh kendaraan yang membawa sampah ke tempat pembuangan tersebut. Dan terakhir, dibuangnya barang- barang yang mengindikasikan bahwa barang-barang tersebut sudah diganti dengan yang baru, di mana dalam pembuatan barang baru juga seringkali menggunakan minyak bumi untuk merubah bahan mentah menjadi bahan jadi (Perwal Yogyakarta no 32 Tahun 2022). Oleh karena itu pemerintah saat ini menggalakkan program – program untuk mengendalikan laju timbulan sampah dan juga pengelolaan yang ramah lingkungan untuk mengurangi kontribusi persampahan terhadap perubahan iklim. Beberapa program yang perlu disinergikan dari tingkat pusat sampai di daerah antara lain salah satu bentuk program pengendalian yaitu pengurangan praktik open dumping di TPA dan juga pembuangan ilegal sampah ke sungai dan pembakaran terbuka (Perwal Yogyakarta Nomor 32 Tahun 2022).

Sampah yang bersumber dari rumah di tingkat masyarakat Kota Yogyakarta dikelola melalui beberapa model salah satunya adalah dengan memilah kemudian melakukan 3R yaitu mengurangi (reduce), menggunakan kembali yang masih bisa dipakai (reuse), dan mendaur ulang (recycle) sampah menjadi barang yang lebih bernilai. Pengelolaan 3R oleh masyarakat dilakukan secara berkelompok dengan membentuk bank sampah (Permen LHK Nomor 14 Tahun 2021).

Peran dan eksistensi bank sampah diperkuat secara hukum dengan terbitnya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 mengenai Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui bank sampah. Bank sampah adalah tempat pemilihan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau digunakan ulang yang memiliki nilai ekonomi. Terkait masalah ini Kabupaten Bantul khususnya untuk pengelolaan sampahnya sudah dapat teralihkan dengan pengelolaan sampah secara desentralisasi seperti Bank sampah (Permen LHK Nomor 13 Tahun 2012).

(4)

Menurut penelitian Rahmanda dan Widjonarko (2020) menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah di RW 05 Kelurahan Gedawang adalah faktor yang bersifat internal faktor yang berasal dari diri individu mereka sendiri. Faktor internal yang menentukan keterlibatan masyarakat dipengaruhi oleh aspek usia, jenis kelamin, pengetahuan, dan pendidikan. Usia memberikan kontribusi tinggi dalam keterlibatan disebabkan karena diketahui dari hasil kuesioner yang disebarkan, faktor usia memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan nilai 0,97. pendidikan memiliki nilai 0,98, faktor jenis kelamin memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan nilai 1.

Menurut penelitian Haniyah, Fatin dkk (2021) menunjukkan bahwa dalam faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat di Bank Sampah Cangkir Hijau yaitu sikap memiliki pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dengan p value=0,000, pengetahuan p value= 0,000, manfaat lingkungan p value= 0,000, keuntungan ekonomi p value= 0,000 dan peran pemerintah p value= 0,002.

Bantul mempunyai program sampah selesai di level kalurahan yang cukup maju di yaitu di Kalurahan Panggungharjo. Diperkirakan ada sekitar 31 Bank Sampah yang ada di Kalurahan Panggungharjo untuk mengatasi masalah sampah, salah satunya adalah Bank Sampah Igakanas Krapyak Wetan Nomor 90 RT 03 Panggungharjo, Sewon Bantul (Data PSM Semester 1 Kapanewon Sewon Tahun 2023)

Hasil observasi yang telah dilakukan di tempat penelitian yaitu di Bank Sampah Igakanas yang bertempat di Krapyak Wetan Nomor 90 RT 03 Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul awalnya bank sampah ini merupakan inisiatif dari bu Yuli selaku ketua bank sampah Igakanas sampai sekarang, beliau cukup prihatin dengan banyaknya sampah di desa yang tidak terkelola dengan baik yang akhirnya tergerak untuk mendirikan tempat sedekah sampah awalnya dan sekarang sudah menjadi bank sampah. Kebanyakan anggota/nasabah bank sampah merupakan ibu – ibu yang pendidikan terakhirnya adalah SMA. Para nasabah belum memiliki pengetahuan tentang pemilahan sampah dan manfaat bank sampah, namun setelah adanya pelatihan dari ketua bank sampah dan pengelola sampah di desa Krapyak Wetan hal ini akhirnya memberikan pengetahuan dan ilmu baru kepada para nasabah dan hal ini membuat nasabah tertarik untuk menjadi anggota/nasabah bank sampah. Terkait pendapatan sendiri para nasabah kebanyakan adalah ibu rumah tangga yang artinya tidak memiliki penghasilan melainkan mengandalkan pendapatan

(5)

dari suami, salah satu ketertarikan para nasabah bank sampah ini adalah mereka dapat menghasilkan pundi – pundi rupiah hanya dari mengumpulkan sampah saja yang artinya bisa menabung dari sampah dan menambah pendapatan, dalam bank sampah ini awalnya sarana yang digunakan hanya satu motor bak untuk keliling mengambil pilahan sampah dari para warga yang menjadi anggota bank sampah Iganakas. Bank sampah Igakanas ini awalnya tidak didukung baik oleh pemerintah kalurahan setempat dan beberapa kali ditolak saat mengajukan proposal untuk penyediaan sarana dan camp bank sampah, namun karena tekad bu Yuli, bank sampah Igakanas berhasil menunjukkan performa melalui kegiatan lomba bank sampah se-DIY dan mendapat juara 1 akhirnya hal tersebut mendapat apresiasi dari pemerintah. Sampai saat ini bank sampah Igakanas masih menjadi salah satu bank sampah desa terbaik yang ada di DIY dan programnya bukan hanya tabungan sampah saja melainkan ada berbagai macam kerajinan dari sampah, daur ulang, pupuk dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual.

Berdasarkan observasi yang telah dijelaskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Bank Sampah Igakanas Krapyak Wetan Nomor 90 RT 03 Panggungharjo, Sewon Bantul.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah di Bank Sampah Igakanas Krapyak Wetan Panggungharjo, Sewon Bantul?

C. Batasan Masalah 1. Tema Penelitian

Faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah di Bank Sampah Igakanas Kalurahan Panggungharjo Sewon Bantul.

2. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas : Faktor – faktor yang mempengaruhi meliputi tingkat Pendidikan, pengetahuan, pendapatan, sarana dan prasarana, peran pemerintah.

b. Variabel Terikat : Partisipasi masyarakat dalam kegiatan Bank Sampah 3. Waktu Penelitian

Desember 2023 – Januari 2024

(6)

4. Lokasi Penelitian

Bank Sampah IGAKANAS Krapyak Wetan RT 03 Desa Panggungharjo Kalurahan Sewon Kapanewon Bantul.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan Bank Sampah di Bank Sampah Igakanas Krapyak Wetan Panggungharjo, Sewon Bantul

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di

b) Mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.

c) Mengetahui pengaruh pendapatan terhadap partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.

d) Mengetahui peran pemerintah terhadap partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.

e) Mengetahui pengaruh sarana dan prasarana terhadap partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengelola Bank Sampah

Sebagai gambaran dan bahan pertimbangan untuk menentukan upaya upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah Igakanas.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kegiatan bank sampah dan memahami kebermanfaatan dari bank sampah itu sendiri.

3. Bagi STIKes Surya Global

Untuk menambah pustaka bagi Stikes Surya Global Yogyakarta tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi Masyarakat dalam kegiatan bank sampah.

4. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam penelitian tentang faktor - faktor dan faktor apa yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam kegiatan Bank Sampah.

(7)

5. Bagi Peneliti Lain

Dengan penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya

F. Keaslian Penelitian N

o

Judul Nama Peneliti Hasil Persamaan Perbedaan

1 Faktor-Faktor yang

Mempengaruh i Partisipasi Masyarakat dalam

Kegiatan Bank Sampah Sempulur Asri di RW 05 Kelurahan Gedawang

T. Rahmanda W.Widjonark o (2020)

Berdasarkan pada hasil analisis dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruh i partisipasi masyarakat kegiatan bank sampah di RW 05 Kelurahan Gedawang adalah faktor yang bersifat internal atau faktor yang berasal dari diri individu mereka sendiri. Faktor internal yang menentukan keterlibatan masyarakat dipengaruhi

Variabel x atau faktor – faktor yang di teliti berupa faktor internal dan eksternal yang mana faktor internalnya berupa Tingkat Pendidikan dan

pendapatan, faktor eksternalny a berupa peran pemerintah dan

ketersediaa n sarana dan prasarana

Variabel x atau faktor yang

mempengaruh i berupa faktor internal yang meliputi jenis kelamin, usia, system pengangkutan sampah, pengetahuan daur ulang, dan

ketersediaan waktu daur ulang dan faktor eksternalnya petugas bank sampah, system menabung bank sampah, syarat menjadi nasabah, dan jarak dari

(8)

oleh aspek usia, jenis kelamin, pengetahuan, dan

pendidikan.

Usia

memberikan kontribusi tinggi dalam keterlibatan disebabkan karena

diketahui dari hasil

kuesioner yang disebarkan, faktor usia memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan nilai 0,97.

pendidikan memiliki nilai 0,98, faktor jenis kelamin memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan nilai 1.

rumah ke bank sampah.

2 Faktor-Faktor Fatin Berdasarkan Variabel x Variabel x

(9)

yang

Mempengaruh i Partispasi Masyarakat pada Program Bank Sampah Cangkir Hijau Kecamatan Metro Timur Kota Metro

Haniyah, Sri Maryati, Husna Tiara Putri (2021)

penelitian yang telah dilakukanDari kondisi partisipasi masyarakat di Bank Sampah Cangkir Hijau hanya sebesar 1% atau 2 orang dari jumlah 155 responden masyarakat yang ikut berpartisipasi di Bank Sampah Cangkir Hijau.

Sedangkan masyarakat yang

berkeinginan untuk ikut berpartisipasi di Bank Sampah Cangkir Hijau sebesar 59%

atau sebanyak 90 orang.

Faktor-faktor yang

atau faktor – faktor yang di teliti berupa faktor internal berupa Pengetahua n

atau faktor – faktor yang di teliti berupa faktor

eksternal yang berupa peran pemerintah

(10)

mempengaruh i partisipasi masyarakat di Bank Sampah Cangkir Hijau yaitu sikap dengan nilai koef.

creamers v sebesar 1.0, pengetahuan dengan nilai koef.

creamers v sebesar 0.315, manfaat lingkungan g dengan nilai koef.

creamers v sebesar 0.626, keuntungan ekonomi dengan nilai koef.

creamers v sebesar 0.814 dan peran pemerintah dengan nilai koef.

creamers v sebesar 0.255.

Sedangkan

(11)

Faktor-faktor yang

mempengaruh i keinginan masyarakat untuk

berpartisipasi di Bank Sampah cangkir Hijau hanya di pengaruhi oleh satu faktor yaitu peran

pemerintah g dengan nilai creamers v yaitu sebesar 0.187.

3 Partisipasi Masyarakat Dalam

Program Bank Sampah di Kabupaten Sumbawa (Studi Kasus Bank Sampah Desa Nijang)

Fitri Arifa, Fitriah Permata Cita, Abdul Hadi Ilman (2019)

Masyarakat yang

berpartisipasi secara aktif dalam

program bank sampah Desa Nijang di Kabupaten Sumbawa dari hasil olahan data diperoleh sebesar 58 persen.

Variabel x atau faktor – faktor yang di teliti berupa faktor internal dan eksternal yang mana faktor internalnya berupa Tingkat Pendidikan,

Variabel x atau faktor yang

mempengaruh i berupa faktor internal salah satunya yaitu persepsi

(12)

Signifikansi alpha (α) sebesar 0,1 (10%), dan signifikansi variabel pendapatan 0,791 lebih besar dari signifikansi alpha (α) = 0,1 maka hipotesis Ha ditolak dan Ho diterima.

Berdasarkan perhitungan ini terbukti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan tidak signifikan antara variabel pendapatan terhadap partisipasi masyarakat dalam

program bank sampah Desa Nijang.

pengetahua n dan pendapatan, faktor eksternalny a berupa peran pemerintah dan

ketersediaa n sarana dan prasarana

(13)
(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Partisipasi Masyarakat a. Partisipasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan atau turut berperan atau peran serta. Partisipasi menurut Echols & Shadily adalah suatu kegiatan untuk membangkitkan perasaan dan di ikut – ikut sertakan atau ambil bagian dalam suatu organisasi (Sutrisno, Loekman 2000).

Menurut Davis Keith, (2000:142) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional seorang individu dalam situasi kelompok yang mendorong dia untuk berkontribusi terhadap tujuan kelompok dan mempertanggung- jawabkan keterlibatannya.

Menurut Made Pidarta (2006:340) dalam (Arifah, Fitri dkk, 2019) partisipasi adalah keterlibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (beinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala keterlibatan.

Dalam peraturan Mentri dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 menyebutkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan dan keterlibatan Masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan pembangunan.

Menurut Inu Kencana (2003:132) dalam (Arifah, Fitri dkk, 2019) partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.

Menurut Astuti (2011) dalam (Arifah, Fitri dkk, 2019) partisipasi adalah keterlibatan Masyarakat dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumber daya atau bekerja sama dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program Pembangunan dan evaluasi program pembangunan.

(15)

H.A.R Tilaar (2009:287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.

Febriansyah (2015:5) mengungkapkan partisipasi adalah keikutsertaan individua tau sekelompok orang dalam proses perencaan, pelaksanaan, pemanfaatan maupun evaluasi suatu kegiatan dengan memberikan kontribusi berupa materi atau non-materi.

b. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat menurut Isbadi (2007:27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk mengatasi masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Menurut Davis (1995) dalam Sastropoetro (1998) partisipasi masyarakat adalah keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan kontribusi kepada kelompok dalam mengejar tujuan dan bertanggung jawab atas usaha yang bersangkutan.

Partisipasi masyarakat menurut Mikkelsen (2003) dalam (Basri et. Al.

2022) diartikan sebagai keikutsertaan sekelompok anggota Masyarakat dalam pengembangan diri kehidupan dan lingkungan.

Menurut Slamet dalam (Suryono, 2001:124) partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut serta memanfaatkan dan ikut menikmati hasil – hasil pembangunan.

Partisipasi masyarakat menurut Herman (2019:77) merupakan Prakarsa dan swadaya gotong royong yang menjadi ciri kepribadian bangsa Indonesia.

Prakarsa artinya kemauan, kemauan melebihi keinginan sedangkan swadaya gotong royong artinya kemampuan, kekeluargaan, sehingga perlu ditata.

Menurut Astuti (2011:34) dalam (Uceng dkk, 2019) partisipasi masyarakat telah menggeser konsep partisipasi menuju suatu kepentingan dalam berbagai bentuk partisipasi warga dalam pengambilan kebijakan dan pengambilan

(16)

keputusan di berbagai bidang kunci yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Menurut Pasaribu dan Simanjutak (Sumarto & Hatifa, 2003) partisipasi masyarakat berarti masyarakat ikut serta, yaitu mengikuti dan menyertai pemerintah karena pada kenyataannya pemerintahlah yang sampai dewasa ini merupakan perancang, penyelenggara dan pembayar utama dalam pembangunan.

Siti Irene (2011:56) dalam (Arifa Fitri dkk, 2019) mengidentifikasi tiga tradisi konsep partisipasi bila dikaitkan dengan praktis pembangunan masyarakat salah satunya adalah partisipasi masyarakat yang mana partisipasi ini menekankan langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan.

Menurut Josef Riwu (2007:127) dalam (Atifa Fitri dkk, 2019) partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat jenjang yaitu :

a. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Setiap proses penyelenggaraan terutama dalam kehidupan bersama Masyarakat, pasti melewati tahap penentuan kebijaksanaan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini sangat mendasar sekali, terutama karena yang diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan yang menyangkut kepentingan Bersama. Partisipasi dalam keputusan ini bermacam – macam seperti kehadiran, rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

b. Prtisipasi dalam pelaksanaan, merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya. Partisipasi dalam pembangunan ini dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang, material maupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan.

c. Partisipasi dalam pengambilan manfaat, partisipasi ini tidak terlepas dari kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa dicapai. Dari segi kualitas, keberhasilan suatu program akan ditandai dengan adanya peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa besar persentase keberhasilan program yang dilaksanakan, apakah sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Partisipasi dalam

(17)

menikmati hasil dapat dilihat dari tiga segi yaitu dari aspek manfaat materialnya, manfaat sosialnya, dan manfaat pribadi.

d. Partisipasi dalam evaluasi, berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan yang ditetapkan atau ada penympangan.

Menurut Keith Davis (2013:34) ada beberapa bentuk – bentuk partisipasi masyarakat sebagai berikut :

a. Pikran, merupakan jenis partisipasi dimana partisipasi tersebut merupakan partisipasi dengan menggunakan pikiran seseorang atau kelompok yang bertujuan untuk mencapai suatu yang diinginkan.

b. Tenaga, merupakan jenis partisipasi dimana partisipasinya dengan mendayagunakan seluruh tenaga yang dimiliki secara kelompok maupun individu untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

c. Pikiran dan tenaga, merupakan bentuk partisipasi dimana tingkat partisipasinya dilakukan bersama – sama dalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang sama.

d. Keahlian, merpakan bentuk partisipasi dimana dalam hal tersebut keahlian menjadi unsur yang paling diinginkan untuk menentukan sesuatu yang diinginkan.

e. Barang, merupakan bentuk partisipasi dimana partisipasi dilakukan dengan sebuah barang untuk membantu guna mencapai hasil yang diinginkan.

f. Uang, merupakan bentuk partisipasi dimana partisipasinya menggunakan uang sebagai alat bantu guna mencapai sesuatu yang diinginkan. Biasanya bentuk partisipasi ini dilakukan oleh orang – orang kalangan atas.

Bersasarkan pendapat – pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa partsisipasi masyaraakat adalah kepedulian Masyarakat dalam berbagai partisipasi dalam proses identifikasi masalah dan potensi yang ada sehingga dapat memutuskan solusi baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar yang lebih baik.

c. Tahapan Partisipasi Masyarakat

Tidak semua partisipasi ada atas kesadaran dan inisiatif warga masyarakat tetapi juga bisa merupakan mobilisasi dari atas untuk mencapai tujuan.

(18)

Menurut Uphoff cohen Goldsmith membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan yaitu :

1) Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan, serta penyusunan rencana kerja.

2) Tahap pelaksanaan, merupakan tahapan program yang terpenting inti dari keberhasilan program adalah implementasi. Bentuk nyata partisipasi pada tahap ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu partisipasi berupa sumbangan pemikiran, sumbangan materi dan keterlibatan sebagai anggota.

3) Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan program.

4) Tahap evaluasi, dianggap penting karena partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberikan masukan untuk perbaikan pelaksanaan program.

d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Bank Sampah

Menurut Sumarto (2003:33) dalam (Arifa Fitri, dkk 2019) partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan sampah tidak terlepas dari karakteristik individu maupun pengaruh eksternal individu. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam partisipasinya terhadap pengelolaan sampah diantaranya sebagai berikut :

a) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar pula pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dan semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat karena masyarakat akan semakin sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan di tempat mereka tinggal.

b) Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki masyarakat mengenai pengelolaan sampah merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam pengelolaan sampah. Pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah untuk menjaga kebersihan lingkungannya.

(19)

c) Pendapatan

Pendapatan berkaitan dengan partisipasi masyarakat secara tidak langsung dalam pengelolaan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah memerlukan biaya operasional seperti contohnya dalam pengangkutan sampah menuju TPA untuk diolah, begitu pula dengan pelayanan kebersihan lingkungan.

d) Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah berkaitan dengan fasilitas yang ada berguna untuk membantu proses pengelolaan sampah.

Contohnya adalah tong sampah yang memisahkan sampah organic dan non-organik ataupun fasilitas pengangkutan sampah rutin oleh petuhas.

Minimnya sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang membuat partisipasi Masyarakat kurang.

e) Peran Pemerintah

Peran Pemerintah berkaitan dengan sosialiasi dan penyebaran informasi mengenai pengelolaan sampah. Sosialisasi ini akan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah oleh setiap individu sehingga sampah dapat diatasi mulai dari akarnya.

2. Sampah

a. Definisi Sampah

Menurut World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Dalam Undang – undang nomor 18 tahun 2018 tentang Pengelolaan sampah, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat ataupun cair.

Kementrian Lingkungan Hidup, 2005:23) sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan, ditolak atau buangan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012, sampah rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

(20)

Menurut Notadmodjo (2011) sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.

b. Jenis Sampah

Menurut Notoadmodjo (2011) sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

1) Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi lagi menjadi sampah organik dan non-organik.

a) Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk misalnya : sisa – sisa makanan, daun – daunan, buah – buahan dan sebagainya.

b) Sampah non-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan lain sebagainya.

2) Berdasarkan dapat dan tidak dapatnya dibakar.

a) Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

b) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng – kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.

3) Berdasarkan karakteristik sampah.

a) Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya.

b) Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya, maupun yang tidak mudah terbakar seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan lain sebagainya.

c) Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan – bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.

d) Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yaitu terdiri dari campuran bermacam – macam sampah, daun – daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.

(21)

e) Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik – pabrik.

f) Bangkai Binatang (dead animal), yaitu bangkai Binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang oleh orang.

g) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), yaitu bangkai mobil, sepeda, sepeda motor dan sebagainya.

h) Sampah Pembangunan (construction wastes), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing – puing, potongan – potongan kayu, besi beton, bambu dan sebagainya.

c. Sumber – sumber sampah

Menurut Notoadmodjo (2011), sampah yang ada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber diantaranya :

a) Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wates)

Sampah ini terdiri dari bahan – bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti : sisa – sisa makanan baik yang sudah dimasak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun, pakaian – pakaian bekas, bahan – bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun – daun dari kebun atau taman.

b) Sampah yang berasal dari tempat – tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat – tempat umum, seperti pasar, tempat – tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api dan sebagainya. Sampah ini berupa : kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya.

c) Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran, Pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rubbish)

d) Sampah yang berasal dari industry (industrial wates)

Sampah ini berasal dari kawasan industry termasuk sampah yang berasal dari Pembangunan industry dan segala sampah yang berasal dari produksi, misalnya : sampah – sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya.

(22)

e) Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas – kertas, kardus – kardus, debu, batu – batuan, pasir, sobekan ban, onderdil – onderdil kendaraan yang jatuh, daun – daunan, plastik dan sebagainya.

f) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan datau pertanian, misalnya : Jerami, sisa sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan sebagainya.

g) Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan sejenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan misalnya : batu – batuan, tanah/cadas, pasir, sisa – sisa pembakaran (arang) dan sebagainya.

h) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran kotoran ternak, sisa – sisa makanan, bangkai binatang dan sebagainya.

e. Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah sampah

Menurut Soemirat (2009) dalam (Malina, dkk, 2017:15) menyatakan bahwa beberapa faktor penting yang mempengaruhi sampah antara lain yaitu:

1) Jumlah penduduk

Jumlah penduduk tergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk.

Semakin padat penduduk, maka sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, maka sampah yang dihasilkan semakin banyak misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industri dan sebagainya.

2) Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dibandingkan dengan truk.

3) Pengambilan bahan – bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali Metode pengambilan Kembali dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, maka sampah yang tertinggal sedikit.

(23)

4) Faktor geografis

Faktor ini mempengaruhi jumlah sampah juga lokasi tempat pembuangan appakah berada di daerah pegunungan, Lembah, Pantai atau dataran rendah.

5) Faktor waktu

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah sampah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah pedesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.

6) Faktor sosial, ekonomi dan budaya

Faktor ini juga berpengaruh terhadap jumlah sampah contohnya seperti adat istiadat, taraf hidup dan mental masyarakat.

7) Pada musim hujan, sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air atau penyaringan air limbah.

8) Kebiasaan masyarakat

Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan atau tanaman, maka sampah makanan itu akan meningkat.

9) Kemajuan teknologi

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat, contoh plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas dan sebagainya.

10) Jenis sampah

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, maka semakin kompleks pula macam dan jenis sampahnya.

f. Pengaruh sampah terhadap kesehatan manusia

Menurut soemirat (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :

a. Efek langsung

Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, dan teratgenik. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit, sampah ini berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri.

(24)

b. Efek tidak langsung

Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan Masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobic, dilanjutkan secara fakulatif dan secara anaerobic menghasilkan cairan yang disebut dengan “leachate” beserta gas.

Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vector yang berkembang biak dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan akan menjadi sarang lalat dan tikus.

g. Pengelolaan sampah

Untuk menangani limbah yang dihasilkan baik dari Masyarakat maupun industry diperlukan suatu system pengelolaan limbah yang baik agar limbah tidak menimbulkan penyakit bagi Masyarakat dan mersak keindahan lingkungan. Ada prinsip – prinsp 3 R yang bisa ditetapkan dalam pengelolaan sampah, baik rumah tangga maupun tempat pembuangan akhir (TPA) (Kuncoro, 2009).

1) Reduce (mengurangi), meminimalkan barang atau bahan yang digunakan/dikonsumsi. Semakin banyak bahan yang dikonsumsi/digunakan maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.

2) Reuse (memakai ulang), pilih item yang dapat digunakan Kembali. Hindari barang sekali pakai (buang sekali). Ini dapat memperpanjang masa manfaat barang menjadi limbah.

3) Recycle (mendaur ulang), tidak semua sampah bisa didaur ulang, namun kini sudah ada industry yang memanfaatkan sampah tersebut untuk membuat barang lain.

h. Keunggulan pengelolaan sampah

Artiningsih N.A (2008) dalam (Anatolia, dkk 2015:117) menyatakan, dalam pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R (reduce, reuse, recycle), keunggulan yang dicapai adalah sebagai berikut :

1) Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dan adanya organisasi pengelola sampah akan memberikan dampak sosial yang positif. Interaksi antar individu dalam masyarakat akan memberikan pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat.

(25)

2) Dampak lain yang dapat memberikan tambahan motivasi bagi masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah aspek ekonomi, pendapatan dan penjualan kompos serta penjualan sampah anorganik yang dapat dijual Kembali akan dapat meningkatkan pendapatan kelompok.

3) Lingkungan menjadi bersih dan sehat karena semua sampah dapat dimanfaatkan. Secara tidak langsung masyarakat akan diuntungkan dengan berkurangnya biaya pengobatan bagi anggota keluarga yang sakit akibat buruknya sanitasi lingkungan.

4) Jumlah sampah yang harus dibawa ke TPA berkurang, sehingga memperpanjang umur TPA.

3. Bank Sampah

a. Pengertian Bank Sampah

Menurut Undang – undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank sampah adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kreditatau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Narashian (2008) menjelaskan bahwa bank sampah adalah bagian daripada adanya konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan. Dimana dalam konsep penerapannya setiap warga yang menabung yang juga disebut nasabah memiliki buku tabungan dan dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam.

Menurut Unilever green and clean (2010:21) dalam (Arifa, Fitri dkk 2019:22) bank sampah lahir dari program Jakarta Green and clean yaitu salah satu cara pengelolaan sampah skala rumah tangga. Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang terpilih menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang memiliki nilai ekonomis.

Bank sampah merupakan salah satu bentuk rekayasa sosial yang mengedukasi Masyarakat untuk memilah sampah. Selain itu, bank sampah dapat membangkitkan kesadaran Masyarakat dalam mengelola sampah dengan baik. Bank sampah juga dapat mengurangi julah sampah yang dikirim ke TPA.

Bank sampah juga dapat dijadikan sebagai solusi untuk mewujudkan kota atau

(26)

tempat tinggal yang sempurna dan nyaman bagi penghuninya (Lestari, 2019:44-47).

b. Cara Kerja Bank Sampah

Cara kerja bank sampah pada umumnya sama hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatann pembukun dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank bias akita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi dalam bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyaki nilai ekonomis, sedangkan pengelol bank sampah harus orang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Sistem kerja bank sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan reward kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah (Unilever green & clean, 2010:12) dalam (Arifa Fitri, 2019).

c. Peran Bank Sampah

Menurut Ritzer dan Douglas (2007:66) dalam (Arifa Fitri, dkk 2019) peran bank sampah terdapat dalam teori pertukaran. “Teori pertukaran menekankan kepada sosiologi perilaku agar memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang actor terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap aktor hubungan ini adalah dasar untuk pengkondisian operan atau proses belajar melalui perilaku disebabkan oleh konsekuensinya.

Teori ini berkembang pada rewards and punishment. Bank sampah merupakan institusi lokal yang kekuasaannya tidak begitu besar. Bank sampah tidak dapat melakukan punishment kepada masyarakat, sehingga bank sampah harus menggunakan sistem rewards. Proses penyadaran lingkungan melalui tabungan sampah yang dinilai dengan uang atau rupiah merubah paradigma masyarakat tentang sampah. Sampah yang seharusnya dibuang menjadi bermanfaat berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa peran bank sampah adalah melakukan proses penyadaran lingkungan melalui tabungan sampah yang dinilai dengan uang atau rupiah merubah paradigma masyarakat tentang sampah (Arifa, Fitri dkk 2019:22-23)

(27)

d. Manfaat Bank Sampah

Tujuan utama pendirian bank sampah adalah untuk membantu menangani pengolahan sampah di Indonesia. Tujuan selanjutnya adalah untuk menyadarkan Masyarakat akan lingkungan yang sehat, rapi dan bersih. Bank sampah juga didirikan untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna dalam Masyarakat misalnya untuk kerajinan dan pupuk yang memiliki nilai ekonomis. Bank sampah adalah tempat untuk mengumpulkan berbagai macam sampah yang telah dipisahkan sesuai dengan jenisnya untuk disetorkan ke tempat bengkel kerja lingkungan. Bank sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan Masyarakat akan pentingya kebersihan dan membuat sampah menjadi barang yang ekonomis. Manfaat lain bank sampah untuk Masyarakat adalah dapat menambah penghasilan Masyarakat karena saat mereka menukarkan sampah mereka akan mendapat imbalan berupa uang yang dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki.

Masyarakat dapat sewaktu – waktumengambil uang pada tabungannya saat tabungannya sudah terkumpul banyak (Anih Sri Suryani, 2014 :75)

Menurut Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN- PSL) (2022) manfaat bank sampah antara lain adalah sebagai berikut :

1) Dapat membantu pengolahan sampah local

2) Menyadarkan Masyarakat sekitar akan pentingnya kebersihan 3) Membuat lingkungan menjadi lebih bersih

4) Meningkatkan nilai ekonomis barang – barang yang telah dibuang 5) Meningkatkan ekonomi masyarakat

(28)

B. Kerangka Teori

Menurut Sumarto, (2003:33) dalam (Arifa fitri, dkk 2019:20) pertisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah tidak terlepas dari karakteristik individu (faktor internal) dan pengaruh dari lingkungan luar (faktor eksternal) individu tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi Masyarakat dalam kegiatan bank sampah anatara lain : 1) Tingkat Pendidikan, 2) Pengetahuan, 3) Pendapatan, 4) Peran pemerintah / Tokoh Masyarakat, 5) Sarana Prasarana.

Menurut Cohen dan Uphoff (1979) dalam (Sulistia dan Fredian, 2020) membagi tingkat partisipasi ke beberapa tahapan yaitu antara lain : 1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan, 2) Partisipasi dalam pelaksanaan, 3) Partisipasi dalam menikmati hasil, 4) Partisipasi dalam evaluasi.

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat seperti gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Sumber : Modifikasi dari Sumarto (2003:33) dalam (Arifa Fitri, dkk 2019) dan Cohen dan Uphoff (1979) dalam (Sulistia dan Fredian, 2020)

(29)

C. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2018), kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang akan diukur maupun diamati dalam suatu penelitian.

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep D. Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah dugaan sementara yang perlu diuji kebenarannya (Jaya, 2020:45). Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasari oleh teori – teori dan belum relevan dengan didasari pada data yang diperoleh melalui pengumpulan data. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

Ho : Tidak ada pengaruh antara faktor tingkat Pendidikan, pengetahuan, pendapatan, peran pemerintah/tokoh masyarakat dan sarana prasarana terhadap pertisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah

Ha : Adanya pengaruh antara faktor tingkat Pendidikan, pengetahuan, pendapatan, peran pemerintah/tokoh masyarakat dan sarana prasarana terhadap pertisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah

(30)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini jenis penelitiannya kuantitatif yang didukung data kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan temuan baru, yang diperoleh melalui penggunaan prosedur – prosedur secara statistic atau metode kuantifikasi (pengukuran) lainnya (Jaya, 2020:12).

Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode survei dilakukan dengan cara mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisoner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Survei digunakan untuk meneliti gejala dan perilaku kelompok atau individu. Pencarian data dapat dilakukan melalui kuisoner, wawancara dan dokumentasi (Jaya, 2020:20).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah 38 nasabah yang semuanya berasal dari RT 03 desa Krapyak Wetan.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini eknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu dalam pengambilan sampel peneliti mengambil jumlah sampel yang sama dengan populasi, karena jumlah populasi kurang dari 100 sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian (Sugiyono, 2017).

C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Krapyak Wetan Nomor 90 RT 03 Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Desember 2023 sampai dengan April 2024.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang diguanakn sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu dan memiliki bermacam – macam nilai, misalnya pengetahuan, pendapatan,

(31)

penyakit, badan, ekonomi dan lain sebagainya (Notoadmodjo, 2018). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi nilai atau nilainya mempengaruhi variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa faktor tingkat Pendidikan, pengetahuan, pendapatan, peran pemerintah dan sarana prasarana.

2. Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi nilainya atau ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang Batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2018).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2017). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data langsung pada subjek sebagai informasi yang dicari (Saryono, 2014). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan kuisoner kepada nasabah bank sampah Igakanas.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh dari subjek penelitiannya (Saryono, 2014). Peneliti memperoleh data dari hasil observasi langsung ke bank sampah Igakanas serta jurnal yang berhubungan dengan penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

(32)

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010).

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan sumber data sekunder, lembar kuisoner dan lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa tabel. Lembar observasi ini untuk mendapatkan data mengenai fasilitas yang ada di bank sampah, sedangkan lembar kuisoner untuk mendapatkan data tentang faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan beberapa hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas, reliabilitas dan ketepatan fakta dan kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun kesalahan – kesalahan yang sering terjadi pada pengamatan atau pengukuran oleh pengumpul data (Nursalam, 2013).

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar – benar mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2018). Untuk mengukur validitas soal menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Hasil r hitung dibandingkan dengan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid (Sujarweni, 2015). Untuk menguji validitas pada penelitian ini dapat dilakukan di bank sampah yang memiliki klasifikasi sama dengan bank sampah yang digunakan oleh peneliti.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas dapat dilihat dari Cronbach alpha, menurut Sugiyono (2018:220) suatu instrument dinyatakan reliabel bila koefisien reliabilitas minimal 0,6. Jika instrument alat ukur memiliki nilai Cronbach alpha < 0,6 maka alat ukur tersebut tidak reliabel. Rumus yang digunakan pada uji reliabilitas yaitu :

(33)

I. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan komputerisasi. Tahap – tahap pengolahan data dengan komputer adalah sebagai berikut :

a. Editing (Penyuntingan data)

Editing adalah kegiatan mengecek dan perbaikan isian fotmulir atau lembar hasil kuisoner apakah lengkap, dalam arti semua langkah – langkah sudah diisi (Notoatmodjo, 2018).

b. Coding

Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng

“kodean” atau coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2018).

c. Data Entry (Memasukkan data)

Data dari masing – masing responden dalam bentuk “kode” dimasukkan ke dalam program software computer yang digunakan untuk menunjang penelitian ini yakni menggunakan SPSS (Notoatmodjo, 2018).

d. Cleaning (Pembersihan data)

Dilakukan pengecekan Kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan, ketidak-lengkapan, bila ada kesalahan dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2018).

e. Tabulating

Menyusun data dengan mengorganisir data sedemikian rupa sehingga mudah untuk dijumlah, disusun, disajikan dalam bentuk tabel atau grafik (Notoatmodjo, 2018).

J. Metode Analisa

(34)

Referensi

Dokumen terkait