• Tidak ada hasil yang ditemukan

faktor penyebab nelayan tidak melanjutka pendidikan anak

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "faktor penyebab nelayan tidak melanjutka pendidikan anak"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENYEBAB NELAYAN TIDAK MELANJUTKA PENDIDIKAN ANAK DI DESA PASA GOMPONG NAGARI KAMBANG BARAT

KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Handri,1Rozana Eka Putri,2Momon Dt. Tanamir2

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat

2

Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat Hen0206hendri@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by fishermen children education is getting low at Pasa Gompong , Kambang Barat. this research wanted to get data and information about the causes internally and externally of fishermen decision to dropout their children from school. This is a descriptive research where householders of fishermen which have droupouted children was the population. total sampling technique was used to get the repondents which include 56 householders. the instrument is questionnaire which then analyzed and presented in statistic descriptive. The results showed that 1)internal factors is the cause of the fishermen at Pasa Gompong, Kambang Barat make decision to dropout their children from school is classified into "good "with percentage 69,66% 2) external factor is the cause of the fishermen at Pasa Gompong, Kambang Barat make decision to dropout their children from school is classified into "poor or not good"

as the percentage is 60,23%

Keyword : The Causes of Fishermen Decision to School Dropout Their Children

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha manusia

untuk membutuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Sehingga kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari faktor pendidikan, karena pendidikan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan

unsur penting dalam pembagunan suatubangsa.(http//www.pengertianahl i.com/2014/04/pengertian-pendidikan- apa-itu-pendidikan.html)

Agar tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai pemerintah berusaha menyediakan sarana dan prasarana pendidikan mulai dari kota sampai kepelosok desa. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah berusaha dalam mengarahkan, membimbing,

1

1

(2)

membantu dan mengatasi dalam penyelengaraan pendidikan yang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku dan merumuskan suatu kebijakan tentang pemerintah yang berlaku dan merumuskan suatu kebijakn tentang wajib belajar 9 tahun, yaitu 6 tahun SD dan 3 tahun tingkat SLTP (SISDIKNAS 2003 dalam Srayenti 2010).

Sedangkan tujuan dari pendidikan nasional itu, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (lihat zuwaily.blogspot.com, 2013).

Mencerdaskan kehidupan bangsa itu mempunyai 3 komponen yang mempunyai arti yang sangat penting yaitu (1) cerdas, Cerdas disini bukan berarti hafal seluruh mata pelajaran, yang bingung saat ditanya bagaimana menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Namun yang dimakisud cerdas disini adalah memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang nyata, kreatif serta inovatif. (2) Hidup, Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal yang baik untuk kehidupan itu sendiri.

Filosofi hidup ini sangat erat akan makna individualisme yang mempunyai arti mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makna kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup. (3) Bangsa, Manusia selain sebagai sosok individu, dia juga sebagai makhluk sosial, dimana antar manusia saling membutuhkan satu sama lain.

Kewajiban sebagai individu yaitu untuk menyebarakan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya dan berperan

(3)

aktif dalam dinamika masyarakat.Yang dimaksud masyarakat disini adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu masyarakat.

Namun tujuan pendidikan diatas yang mempunyai arti sangat penting bagi kelangsungan pendidikan di Indonesia belum tercapai secara optimal atau sepenuhnya, sehingga kualitas pendidikan di Indonesia saat ini dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan berdasarkan data dari UNESCO (2000) tentang peringkat indeks pengembangan manusia yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per kepala yang menunjukan bahwa indeks pengembangan masyarakat Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 1996 Indonesia menempati peringkat ke-102, pengembangan masyarakat Indonesia mengalami kenaikan menjadi peringkat ke-99 pada tahun 1997, namun pada tahun 1998-1999 pengembangan masyarakat Indonesia mengalami penurunan hingga menjadi peringkat ke-105 dan

ke-109 (lihat

meilanikasim.wordpress.com, 2009).

Sedangkan berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education development index(EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80 (lihat azharmind.blogspot.com, 2012).

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia bukan hanya dibuktikan berdasarkan data dari UNESCO (2000 dan 2008) saja, tetapi dibuktikan pula berdasarkan data dari balitbang yang menyatakan bahwa dari 146.052 Sekolah Dasar (SD) yang ada di Indonesia hanya 8 sekolah saja yang memperoleh pengakuan dari dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP), ditingkat Sekolah

(4)

Menengah Pertama (SMP) hanya 8 sekolah yang memperoleh pengakuan dari dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dari 20.918 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Indonesia, sedangkan ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya 7 sekolah yang memperoleh pengakuan dari dunia dalam kategori The Diploma Program (DP) dari 8.036 Sekolah Menengah Atas yang ada di Indonesia (lihat meilanikasim.wordpress.com, 2009) .

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat menimbulkan dampak yang mempengaruhi berbagai sisi kehidupan di Indonesia, misalnya : kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia sangat tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari hasil riset ciputra yang menyatakan bahwa Indonesia hanya mempunyai 0,18 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Karena jumlah pengusaha di Indonesia rendah maka jumlah pendapatan negara yang diperoleh dari pajak para pengusaha juga rendah. Pendapatan negara juga akan mempengaruhi kualitas pendidikan, misalnya : adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan oleh pemerintah untuk

sekolah-sekolah yang dan Pada umumnya faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah sebagai berikut:

Pertama, rendahnya sarana fisik, Kualitas sarana fisik dalam menunjang pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, terbukti dengan masih banyaknya sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, koleksi buku perpustakaan yang tidak lengkap, laboratorium yang tidak sesuai dengan standard, serta pemakaian teknologi informasi yang tidak memadai.

Bahkan masih ada sekolah yang tidak mempunyai gedung sendiri, tidak mempunyai perpustakaan serta tidak mempunyai laboratorium.

Kedua, rendahnya kualitas guru, Tugas guru sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan

(5)

pengabdian masyarakat, namun banyak guru di Indonesia yang belum memiliki profesionalisme yang memadai dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru.

Ketiga, rendahnya kesejahteraan guru, Pasal 10 UU guru dan dosen menyebutkan bahwa guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi : gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. UU No. 14 Tahun 2005 mengenai guru dan dosen, UU tersebut merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme guru serta meningkatkan kesejahteraan guru atau meningkatkan kualitas hidup ekonomi para guru. Namun muncul masalah lain yang terjadi dilingkungan pendidikan swasta kesejahteraan gurunya masih sulit untuk mencapai taraf yang ideal.

Keempat, rendahnya prestasi siswa, Dengan rendahnya sarana fisik, kualitas guru dan kesejahteraan guru pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. United Nations for Development Programme (UNDP)

mengumumkan hasil studi tentangt kualitas manusia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004 pada tanggal 15 september 2004, dalam laporan tersebut Indonesia menempati peringkat ke-111 dari 177 negara.

Ternyata anak-anak Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan mereka sulit untuk menjawab soal-soal yang berbentuk uraian yang memerlukan penalaran.

Kelima, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, Mahalnya biaya untuk memperoleh pendidikan di Indonesia itu menyebabkan masyarakat yang berpendapatan atau yang kondisi ekonominya rendah lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya dan anak-anak tersebut pun lebih memilih bekerja untuk membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut adalah salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan di Indonesia.

Keenam, mahalnya biaya pendidikan, mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin lebih memilih untuk tidak sekolah.Semakin mahalnya pendidikan

(6)

di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Pada realitanya MBS di Indonesia lebih dimaknai sebagai suatu usaha untuk melakukan mobolisasi dana. Oleh karena itu, komite sekolah/dewan pendidikan sebagai organ MBS memiliki syarat adanya unsur pengusaha (lihat ikasp.wordpress.com, 2012).

Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau mencapai kurang lebih 17.500 pulau dan dikenal sebagai salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar.

Sebagai Negara kepulauan, tidaklah mengherankan jika lebih kurangdua pertiga territorial Negara kesatuan yang berbentuk republic ini merupakan perairan, dengan luas lebih kurang 5,8 juta km². Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu Negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah kanada yang mencapai lebih kurang 81.000 km.

Penduduk Indonesia memiliki jumlah penduduk yang terbesar kelima di dunia, yaitu lebih kurang 220 juta

jiwa.Dan, lebih kurang 60 persen diantaranya hidup dan bermukim di sekitar wilayah pesisir.Sebagaian besar diantaranya menggantungkan hidup kepada keberadaan sumber daya alam pesisir dan lautan.Sehingga tidak lah mengherankan jika sebagian besar kegiatan dan aktivitas sehari-harinya selalu berkaitan dengan keberadaan sumber daya di sekitarnya.

Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wilayahnya (62%) merupakan perairan laut, selat dan teluk; sedangkan 38 % lainya adalah daratan yang didalamnya juga memuat kandungan air tawar dalam bentuk sungai, danau, rawa, dan waduk. Demikian luasnya wilayah laut di Indonesia sehingga mendorong masyarakat yang hidup di sekitar wilyah laut memanfaatkan sumber daya kelautan ini memberikan identitas tersendiri sebagai masyarakat pesisir dengan pola hidup dan karakteristik tersindiri

Karakteristik daerah pesisir merupakan entitas sosial, ekonomi, ekologi dan budaya, yang menjadi batas antara daratan dan lautan, di mana di dalamnya terdapat suatu kumpulan manusia yang memiliki pola

(7)

hidup dan tingkah laku serta karakteristik tertentu. Masyarakat pesisir menjadi tuan rumah di wilayah pesisir sendiri. Mereka menjadi pelaku utama dalam pembangunan kelautan dan perikanan, serta pembentuk suatu budaya dalam kehidupan masyarakat pesisir.Banyak diantaranya faktor- faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu komunitas yang terbelakang atau bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk menjadikan semuah masyarakat setempat sejahtera. Dilihat dari faktor internal dan eksternal masyarakat pesisir kurang kurang memahami terhadap pendidikan dan tidak cocoknya pengelolaan sumber daya dengan kultur masyarakat setempat.

Namun di Desa Pasa Gompong Nagari Kambang Barat kecamatan Lengayang kabupaten Pesisir Selatan, pendidikan anak-anak nelayan justrul masih rendah. Keterbatasan ekonomi dan rendahnya motivasi di kalangan nelayan menjadi penyebab kondisi tersebut. Tingkat pendidikan anank- anak di Desa Pasa Gompong rata-rata mencapai SD, SMP, dan samapai SMA namun, hal itu bisa dibuktikan dengan banyaknya anak-anak nelayan

yang ikut melaut bersama orang tua mereka. Faktor utama penyebab terjadinya hal tersebut adalah rendahnya tingkat ekonomi para nelayan.Selama ini, nelayan mengalami kesulitan dalam penangkapan ikan, terutama para nelayan tradinasional, kerap dihadang cuaca buruk dan gelombang tinggi di laut.Kondisi itu menyebabkan para nelayan tidak dapat melakukan aktivas seperti biasa sehingga tidak ada penghasilan untuk keluarga, untuk mengatasi masalah tersebut, anak-anak nelayan terpaksa harus ikut melaut untuk membantu orang tua mereka dalam mencari nafkah.Akibatnya pendidikan yang menjadi hak anak-

anak nelayan pun

terabaikan.Rendahnya motivasi masyarakat nelayan dalam melanjutkan pendidikan anak, dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat nelayan terhadap keberlanjutan pendidikan anak, di sebabkan oleh faktor intrinsik dan ektrinsik, masyarakat nelayan tidak memahami pentingnya mutu pendidikan yang harus di terapkan dalam keberlanjutan pendidikan.

Menurut Sardiman, A.M motivasi

(8)

adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan”, terkait dari pengertian di atas motivasi atau dorongan memiliki peran yang sangat wujudnya suatu perbuatan yang direncanakan

Motivasi sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, motivasi ada pendorong daya pendorng yang ada dalam diri manusia sehingga ia dapat melakukan suatu keinginan. Menurut Mc Clelland (dalam Khairani, 2013:181) setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk berperstasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusi berdusaha mencapainya dengan bermacam-macam cara. Cara yang sering dilakukan adalah dengan belajar, dengan belajar siswa akan sangat menentukan tungkat pencapaian perstasi belajarnya.

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran besar, yaitu bangsa, negra, dan dunia.Untuk itu orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membimbing anak dan mendampingi anank dalam keseharian anak.Sudah

merupakan kewaaajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondisif sehingga dapat memancing keluar potensi anak, kecerdasan dan rasa percaya diri.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 BAB I ayat 1 tentang pendidikan Nasional mendefenisikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak manusia serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara di Indonesia.

Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi perstasi belajar siswa adalah tingkat pendidikan orang tua.

Karena pendidikan yang dimiliki orang tua (ayah dan ibu) akan menentukan cara mereka membimbing, mengarahkan, dan mendidik anaknya terutama dalam hal pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional Bab 1 ayat 2 menyebutkan bahwa.

(9)

Orang tua dari anak usia wajib belajar, wajib memberikan pendidikan dasar kepada lingkungan keluarga ini sebagai tempat pertama pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya.

Karena orang tua bukan hanya memberikan materi tetapi orang tua harus memberikan pendidikan kepada anaknya. Sistem pendidikan di Indonesia di susun berdasarkan kebudayaan dan mendasar pada pancasila dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia visi pendidikan Nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai prnata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semuah warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya maka penelitian ini digolongkan kedalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah memberi gambaran yang jelas tentang situasi-situasi sosial dengan memusatkan pada aspek-aspek

tertentu dan sering menunjukkan pengaruh antara berbagai variabel Nasution dalam Riduwan (65: 2012).

Menurut Sugiyono (2014:29) deskriptif adalah mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Menurut Arikunto (2007:21) dalam Rosmina 2015, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan informasi mengenai suatu gejala yang ada pada suatu penelitian yang dilakukan.

Hal-hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (1989) bahwa penenlitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan data mengenaisuatu gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penenlitian dilakukan. Dengan demikian penelitian akan mendeskripsikan atau menggambarkan tentang motivasi nelayan dalam melanjutkan pendidikan anak di Desa Pasa Gompong Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

(10)

Menurur Sugiono, (2010) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penenliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Arikunto (2006), populasi adalah keseluruhan objek penenlitian.

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang cirri-ciri nya akan diduga atau dengan kata lain populasi merupakan sekumpulan unsur-unsur elemen yang menjadi objek penelitia. Populasi dalam penelitian ini adalah 56 keluarga nelayan (kk) 68 data anak nelayan yang putus sekolah dan 15 data anak nelayan yang masih melanjutkan pendidikan. Tidak melanjutkan pendidikan anak di Desa Pasa Gompong Nagari Kambang Barat kecamatan lengayang kabupaten pesisir selatan.

Menurut Sugiono, (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang di ambil secara keseluruhan (Total Sampling) dengan jumlah 56 KK nelayan dan 68 data anak nelayan

yang putus sekolahdan 15 data anak nelayan yang masih melanjutkan pendidikan.

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara lansung dan sistematis. Data-data yang diperoleh dalam observasi itu dicata

dalam suatu catatan

observasi.Kegiatan pencatatan dalam hal ini adalah merupakan bagian dari pada kegiatan pengamatan (Nurkancana dan Sumartana, 2010:

460.

Angket (questionnaire) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pertanyaan tentang topic tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individu atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti perfrensi kayakinan, minat dan prilaku.Untuk mendapatkan informasi dengan mengunakan angket ini, peneliti tidak harus bertemu lansung dengan subyek, tetapi cukup dengan mengajukan pertanyaan secara tertulis untuk mendapatkan respon menurut Hadjar dalam Taniredja (2012).

Analisis data yang di gunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisi statistik

(11)

Deskriptif, yaitu dengan mengunakan rumus yang digunakan, Sugiono : 2010 sebagai berikut:

P = 𝑓𝑛 100%

Keterangan:

P = persentase f= Frekuensi

n = Jumlah Responden 100% = Konstanta

Keterangan : 1-4 = nilai bobot n = responden Keterangan skor :

Sangat baik= (> 87,5 ) Baik= (62,5-87,4)

Kurang baik= (37,5-62,4) Tidak baik = (<37,4)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini dibahas hasil penelitian tentang faktor penyebab Internal nelayan tidak melanjutkan pendidikan anak di desa pasa gompong nagari kambang barat kecamatan lengayang. Dimana yang akan dilihat adalah pandapat masyarakat tentang pendidikan, pendapatan/ pendapatan berdasarkan pengeluaran, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan teman sebaya.

Pertama, Faktor penyebab Internal nelayan tidak melanjutkan pendidikan anak, dilihat dari hasil penelitian dengan penyebaran angket kepada 56 orang responden, diperoleh data bahwa pendidikan keluarga nelayan di desa pasa gompong nagari kambang barat bahwa faktor penyebab internal nelayan cukup baik dengan persentase sebesar 69,66 %. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut dapat dilihat bahwa pendapat keluarga nelayan tentang faktor penyebab nelayan tidak melanjutkan pendidikan Anak putus sekolah karena faktor internal dilihat dari faktor jasmania dan faktor psikologis, namun dari hasil observasi dan penelitian menunjukkan anak putus sekolah disebabkan karena adanya faktor psikologis, yakni kurangnya minat anak terhadap pendidikan. Seperti pada informan Salim Sewaktu sekolah di SMA (Sekolah Menengah atas) mulai tidak berminat dengan pelajaran di sekolah, ditambah lagi dengan seringnya membolos dan tidak masuk belajar pada saat pelajaran berlangsung, serta menurutnya meskipun tidak bersekolah tetap bisa memperoleh ijazah dengan ikut ujian Paket – C

(12)

seperti adanya program pemerintah.

Begitupun dengan informan Ardiansyah mengaku sering membolos pelajaran karena susahnya daya tangkap serta lambatnya daya paham terhadap pelajaran disekolah, terutama saat pelajaran Matemati. Begitupun dengan informan Alfian yang saat bersekolah, Alfian mengaku tidak tertarik untuk belajar, menurutnya yang terpnting adalah mampu membaca dan menghitung itu sudah cukup.

meskipun dilihat dari pendidikan orang tua umumnya hanya sampai SMP, mereka ingin anaknya mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi meskipun masih banyak keluarga nelayan yang tidak sekolah, putus sekolah hal ini di karenakan pendapatan orang tua yang tidak mencukupi untuk pendidikan anaknya.

Keluarga nelayan didesa pasa gompong sangat memiliki harapan agar anaknya bisa menduduki jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, agar anaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, keluarga nelayan sudah cukup memberikan motivasi dan lebih mementingkan pendidikan anaknya namun pendapatan orang tua sangat

menentukan kemudahan belajar siswa, jika orang tua mempunyai pendapatan yang cukup, maka akan memberikan kemudahan dalam penyediaan fasilitas belajar dan biaya-biaya tambahan lain yang dibutuhkan anaknya dalam menjalani pendidikan dibangku sekolah.

Kedua, Faktor penyebab Eksternal nelayan tidak melanjutkan pendidikan anak, dilihat dari hasil penelitian dengan penyebaran angket kepada 56 orang responden, diperoleh data bahwa pendidikan keluarga nelayan di desa pasa gompong nagari kambang barat bahwa motivasi ektrinsik nelayan kurang baik dengan persentase sebesar 60,23 %.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut dapat dilihat bahwa pendapat keluarga nelayan tentang faktor eksternal masih Faktor dari luar individu berasal dari faktor keluarga (cara orang tua mendidik, perhatian orang tua, tingkat pendidikan orang tua), faktor ekonomi, faktor sekolah dan faktor masyarakat/lingkungan sosial. Seperti pada informan Salim diketahui orang tuanya tinggal jauh di pak menjual ikan, sehingga tidak memperhatikan kondisi pendidikan

(13)

anaknya, dia tinggal dengan saudara Ibunya disini (hasil wawancara 19 Maret 2015).Senada dengan informan Ardiansyah yang ayahnya bekerja sebagai seorang supir taxi, orang tuaArdiansayh sibuk mencari nafkah diluar.Disamping itu Ibunya sudah lama meninggal jadi dia diasuh oleh ayahnya seorang diri (hasil wawancara 14 Maret 2015). Sarwono (2012:140) mengungkapkan terlepas dari keadaan orang tua pada umumnya, yang memang menghadapi masalah karena adanya berbagai perkembangan dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan keluarga, dalam masyarakat manapun ada saja orang orang tua tertentu yang memang tidak bisa mengasuh dan mendidik anaknya dengan baik., hal ini terlihat bahwa pengaruh lingkungan sangat berdampak pada pendidikan anak, tergantung kita yang menyikapinya.

Orang tua harus memperhatikan kondisi lingkungan dan jangan sampai terpengaruh dengan lingkungan yang salah.Lingkungan teman sebaya juga sangat berpengaruh, karena banyak pergaulan pada saat sekarang ini yang kurang baik. Rendahnya tingkat pendidikan dalam sebuah keluarga

akan berdampak pada perhatian orang tua tehadap pendidikan anaknya.

Motivasi dari luar atau motivasi ektrinsik sangatlah penting bagi seorang anak yang sedang mengalami atau menjalankan proses belajar, hal ini sesuai dengan pendapat M.Dalyano (2005 : 57) Faktor eksternal yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat. Dengan pemberian motivasi oleh orang tua, siswa akan lebih percaya diri dalam mengikuti pembelajaran apalagi ketika anak melakukan kegiatan pembelajaran yang yang mereka anggap sulit.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan penyebaran angket kepada 56 orang responden, tentang faktor penyebab nelayan tidak melanjutkan pendidikann anak di desa pasa gompong nagari kambang barat kecamatan lengayang kabupaten pesisir selatan, dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Faktor Internal nelayan tidak melanjutkan pendidikan anakpendidikandi desa pasa gompong nagari kambang barat

(14)

sudah cukup baik dengan persentase sebesar 69,66 %.

2. Faktor Eksternalnelayan tidak melanjutkan pendidikan anakdi desa pasa gompong nagari kambang barat masih kurang baik dengan persentase sebesar 60,23 %.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (2005).”

Prosedur Penelitian deskriptif

Jakarta: Bima Aksara

Ihsan Fuad, (2010). Dimyati.Pdf.

Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (PT. Raja G). Jakarta

Iskandar, (2009). “Snow Ball Teknik Bola Salju, Strategi Dasar Tekni Bola Salju” Lee Dan Breg

Sardirman, A.M. (2011) “ Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar “ Jakarta : Raja Wali Pres

Sardiman, A.M. (2001). “ Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar

“ Cet. IX, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sariman. (2006). “ Interaksi Dan Motivasi Mengajar “ Jakarta:

PT. Raja Gravindo Persada

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 tahun 2003 Bab 1 Ayat 1 “Pendidikan Nasional “ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 7 Ayat 2 “ Pendidikan Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Kelurahan Batulubang yang berdasarkan 3 dimensi yaitu, dimensi pendidikan sebagai pengetahuan menjadi nelayan memiliki

Charles 2001, menggolongkan nelayan ke dalam empat tipe yaitu 1 Nelayan subsistem subsistence fishery, nelayan yang menangkap ikan hanya untuk konsumsi sendiri; 2 Nelayan asli