Nama NPM Jurusan
: ANASTASYA PRIMANTARYNUGROHO : 20041 2023
: Akuntansi
Judul Skripsi :Fee Based Income sebagai Salah Satu Alat Penentu Arah Bank
Dengan ini menyatakan bahwa basil penulisan skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya saya sendiri dan benar keasliannya. Apabila temyata dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan peraturan tata tertib STIE ffiS.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar.
( Anastasya Pri mantary N)
KATAPENGANTAR
Puji syukur penulis panj atkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penul is berhasil menye l esaikan sk.ripsi dengan judul ... Fee Bast!d Income sebatgai Salah Satu Alat Penentu Ar a h Bank". Sk.ripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menye l esaikan Program Sarjana (S I) pada Program Sarjana Jurusan Akuntansi STIE Indonesia Banking School, Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas segala dukungan~ bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Nimrod Sitorus, MBA. Selaku Dosen Pembimbing Utama atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing penulis dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Taufiq Hidayat SE, Ak.,M BankFin Selaku Dosen Pendamping Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan. dan
arahan~ hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Siswanto. Selaku Ketua STIE Indonesia Banking School.
4. Bapak Sparta SE, Ak, ME. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi STIE IBS.
5. Dosen~ Staf dan Karyawan IBS yang sudah banyak me mberikan bantuan
dalam proses penyusunan skrpsi.
tersayang Anto dan Andro yang scnantiasa memberikan pen gertian dan dukungan selama studi hingga selesainya sk.rips i ini.
7. Sahabat-sahabat penulis : Alfred Rio Turu~ Ans i , Mami, Andrie, Bang Opik, Rizva, leba Bangun dan Anda atas dorongan dan keb~rsamaan yang tidak terlupakan.
8. Semua ternan-ternan Angkatan 2004 yang tidak mampu saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan dan dorongan semangatnya ..
9. Semua Pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutk.an namanya satu persatu, terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bennanfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta. Agustus 2008 Penulis
Anastasya Primantary Nugro ho
UJ
ABSTRACT
The bank indzL\'try in Indonesia has a lot of serious problem. The problems come from the outside or inside the bank. To solve these problems, banks have to find another option of income. The bank can not only depend on interest income.
Fee hosed income is the alternative income for the bank that can make bank survive and settle in the bank industry in Indonesia. Bank can have income from fee based income but how far contribution of the fee based income can increase the income of the hanlc? This is interesting to talk about fee based income at cor porate banking and retail banlcing. This research use 2 (two) ratio for analyze the f ee based income.
Those ratios are fee based income ratio and fee income ratio. Based on the ratio, we
can summarize that the bank which is focus in the retail bankin g can survive with
fee based income from the customer . The banks that focus in the corporate banking
sector try to find customer to do some diversification so the spr ead risk can be
decrease. Fee income ratio and fee based income ratio have to be include in the
annual report of bank. This is important because f ee income ratio and fee based
income ratio could be calculated the activities of bank
y
DAFfAR l SI
KAT A PENGANT AR .. ... ... .. i
ABSTRACT ... ......... .. .. ...... .......... iii
DAFf AR lSI ... v
DAITAR TABEL ... ... viii
DAFT AR GRAFIK ... ... ... .... ... .. ix
DAFf AR LAMPIRAN ... ... xi
BAB I PENDAHULUAN l . l. Latar Belakang Masalah ... ... ... I 1.2. ldentifikasi Masalah ... ... ... ... ... ... ... ... 4
1.3. Pembatasan Masalah ... .... ... .. ... ... 8
1 .4. Perumusan Masalah ... ... ... 9
1.5. Manfaat Penelitian ... ... ... 9
1.6. Sistematika Penuli san .... ... ... ... ... 10
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Fee Based Income ..................... 12
2.1 . 1. Definisi Fee Based Income ....... ...... 12
2. 1.2. Sumber Fee Based Incom e ... ... 14
2. 1.2.1. Kegiatan Eksekusi dan Pemrosesan Transaksi ... 14
2.1.2.2. Transaksi Utama ... ... ... ... 15
2.3 . Peranan Fee Based Income pada Retail Bankin g ... 25
2.3.1. Pengertian Retail Banking ... 26
2.3.2. Konsep Pengembangan Re tail Banking ... 28
2.4. Peranan Fee Based Income pada Corporate Banking ... 28
2.4. 1. Pengertian Corporate Bankin g ... ... 29
2.4.2. Pengelompokan Nasabah Corporat e Banki ng ... 30
2.5. Perbedaan antara Retail Banking dan Corporat e Bank ing ... 32
BAB lli METODE PENELITIAN 3.1 . Jenis dan Pemilihan Obyek Penelitian ... .. ... 36
3 .1.1. Populasi dan Sam pel Penelitian ... ... ... 3 7 3.1.2. Tehnik Sampling ... ... .... ... 38
3. 2. Data ... ... ... .... ... ... ... 39
3.3. Tehnik Pengumpulan Data ... ... ... ... .... ... .40
3.4. Tehnik Pengolahan Data ... ... ... 41
DAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 . Analisa Ratio pada Masing-Masing Bank ... .45
4.2. Analisa Fee Income Ratio pada Masing-Masing Tahun ... 80
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Perhitungan Rasio pada Bank Mandiri Tabel 4.2 Perhitungan Rasio pada Bank Central A sia Tabel 4.3 Perhitungan Rasio pada Bank Negara Indonesia Tabel4.4 Perhitungan Rasio pada Bank Rakyat Indonesia Tabel4.5 Perhitungan Rasio pada Bank Danamon Indonesia Tabel 4.6 Perhitungan Rasio pada Bank lntemasional Indon esia Tabel 4. 7 Perhitungan Rasio pada Bank Permata
Tabel 4.8 Perhitungan Rasio pada Lippo Bank
Tabel 4. 9 Perhitungan Rasio pada Bank Tabungan Negara Tabel4.1 0 Perhitungan Rasio pada Bank Niaga
Tabel 4.11 Perhitungan Rasio pada Citibank N. A
Tabel 4.12 Perhitungan Rasio pada Pan Indonesia Bank Tabel 4.13 Perhitungan Rasio pada Bank Bukopin Tabel 4.14 Perhitungan Rasio pada Deutsche Bank AG Tabel4.15 Perhitungan Rasio pada Bank NISP
Tabel 4. 16 Perhitungan Rasio pada Bank Mega
Tabel 4.17 Perhitungan Rasio pada Bank UOB Indonesia Tabel 4. 18 Perhitungan Rasio pada ABN Amro Bank Tabel 4.19 Perhitungan Rasio pada HSBC
Tabel4.20 Perhitungan Rasio pada Standard Chartered Bank
45 48 51 53 54 55 56 58
59 61 63 64 66 68
70 71
73
74
76
78
IX
DAFfAR GRAFIK
Grafik 1.1 Pertumbuhan Industri Pembiayaan Non-Bank 4
Grat1k 1.2 Struktur Pendapatan Bank Tahun 2002 6
Grafik 1.3 Fee Ba'ied Income per Kelompok Bank 7
Grafik 4.1 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Mandiri 45
Grafik 4.2 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Central Asia 48
Grafik 4.3 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Negara Indonesia 51
Grafik 4.4 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Rakyat Indonesia 53
Grafik 4.5 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Danamon Indonesia 54
Grafik 4.6 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Intemasionallndonesia 55
Grafik 4.7 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Permata 57
Grafik 4.8 Perkembangan Fee Income Ratio pada Lippo Bank 58
Grafik 4.9 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Tabungan Negara 60
Grafik 4.10 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Niaga 61
Grafik 4.11 Perkembangan Fee Income Ratio pada Citibank N. A 63
Grafik 4.12 Perkembangan Fee Income Ratio pada Pan Indonesia Bank 64
Grafik 4.13 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Bukopin 66
Grafik 4.14 Perkembangan Fee Income Ratio pada Deutsche Bank AG 68
Grafik 4.15 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank NISP 70
Grafik 4.16 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Mega 7 1
Grafik 4.17 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank UOB Indonesia 73
1. 1 Latar Belakang Masalah
Bisnis perbankan nasional senantiasa dihadapkan kepada permasalahan yang cukup serius, khususnya dalam tahun-tahun yang akan datang. Kondisi persaingan usaha yang ketat dalam industri perbankan saat ini mendorong bank agar semakinjeli serta waspada menghadapi situasi dan arab perkem bangan pasar yang semak.in volatile dan selalu berubah.
lndustri perbankan nasional pasca krisis moneter dan krisis e konomi yang dimulai pada tahun 1997 dihadapkan pada perubahan situasi dan kondisi politik yang mendasar dan secara makro kemudian mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Kondisi perubahan ini menjadikan dunia perbankan, se bagai salah satu unsur pelaku ekonomi yang menjalankan fungsi intermediasi, tidak dapat menjalan.kan fungsi tersebut secara optimal. Situasi dan kondisi, ba ik perubahan mendasar di bidang ekonomi, moneter maupun finansial menjadi tanta ngan bagi industri perbankan untuk keluar dari kesulitan pasca krisis.
Diketahui bahwa krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997 m embawa
dampak mega bagi dunia perbankan nasional. Ketika masyarakat dihadapkan pada
krisis ekonomi dan finansial global yang begitu menekan akibatnya masyarakat
mempunyai pemikiran irasional terhadap industri perbankan sehingga tak
terelakkan lagi, rush terjadi. Rangkaian tantangan dunia perbankan makin besar
dengan tingginya tingkat suku bunga deposito dan tabungan saat kucuran kredit berhenti yang berdampak pada meningkatnya beban usaha. Di lain pihak Non Performing Loan (NPL) meningkat tajam akibat kebangkrutan dunia usaha.
Krisis ekonomi dan tinansial global memberikan pelajaran berharga bagi dunia perbankan nasional untuk berbenah. Masa k.risis merupakan pengalaman berharga. Babak barn pun dibuka seiring kondisi ekonomi dan keuangan yang pulih.
T antangan persamgan perbankan nasional dimulai sejak pemerintah mengeluarkan Paket Oktober 1988. Bank-bank baik yang dimiliki pemerintah maupun swasta nasional bertambah seiring ketentuan dan peraturan yang begitu mudah. Ditilik. seusai menghadapi krisis fmansial global 1997, deregulasi Pakto 88 dianggap sebagai sebuah petaka ketimbang berkah bagi industri perbankan nasional, karena pasca krisis pemerintah justt.u lebih meregulasi daripada menderegulasi peraturan kepada bank-bank nasional yang bertahan dan berhasil keluar dari k.risis tersebut.
Industri perbankan nasional pasca krisis memulihkan diri dengan sej umlah tantangan berat. Batas Maksirnum Pemberian Kredit (BMPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan risiko cadangan wajib n1inimum (Reserve Requirement!RR) merupakan ketentuan-ketentuan regulasi dari otoritas perbankan nasional yang harus dipatuhi dengan ketat. Di lain pihak, kelemahan struktural sektor perbankan telah diperparah oleh krisis dan telah mengubah peta persaingan pcrbankan secara
2
justru banyak yang mengalan1i kerugian besar, sedangkan beberapa bank kecil yang semula tidak diperhitungkan tetap dapat bertahan. Fakta n1enunjukkan bahwa bank yang mengutamakan pemberian kredit kepada usaha korporasi mengalan1i kesulitan besar. Sebaliknya, justru bank yang mengutarnakan usaha pada retail banking dapat bertahan. Keadaan ini telah mendorong bank yang tengah memulihkan diri (recovery) pasca krisis yang masih bertahan mengubah strategi menjadi bank yang memfokuskan diri ke retail banking.
Selain itu di tengah persaingan yang semakin tajam terdapat beberapa faktor penting yang menentukan struktur industri jasa keuangan pasca krisis moneter. Faktor-faktor tersebut seperti permintaan dan preferensi konsurnen, kemajuan teknologi, kerjasama antarlembaga (new institutional arrangement), globalisasi pasar jasa keuangan, peningkatan diversifikasi produk dan perubahan ekonomi (volatility of economic events) secara bersama-sama mempengaruhi pola pertumbuhan industri keuangan.
Akibat perubahan kebutuhan dan preferensi konsumen, pandangan dan keyakinan konswnen semakin peka terhadap tingkat bunga, citra dan brand sebuah bank serta tuntutan akan service excellent pada bank sebagai lembaga jasa keuangan.
Untuk menghadapi tantangan pasca krisis di tengah kondisi pasar yang
telah berubah dan selalu berubah dengan cepat, kalangan perbankan hants juga
mengubah orientasi dalam strategi bertahan dan tents rnaj u. Perubahan peri laku
pasar harus ditanggapi industri perbankan dengan tidak lagi mengandalkan
pendapatan bunga dari penyaluran kredit ataupun obligasi. Perbankan harus menggali pendapatan dengan memaksimalkan pendapatan non bunga atau fee based income.
Menarik untuk disimak bahwasanyafee besed income saat ini menjadi tren bagi kalangan perbankan menjawab tantangan persaingan yang semak.in ketat.
1. 2 ldentiftkasi Masalah
Perbankan nasional dihadapkan pada kenyataan bahwa perbankan sebagai pelaku ekonomi yang menjalankan fungsi intermediasi tidak lagi menjadi satu- satunya pilihan bagi masyarakat sebagai sumber pendanaan investasi dan kredit.
lndustri pembiayaan non-bank mencapai pertumbuhan 30% per tahun dalam periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 seperti terlihat pada graftk
Grafik 1.1
Pertumbuhan Industri Pembiayaan Non-Bank
30
2520
15 10 5 0
-
,.... -
-
f-.-~- -
~
... - -
'':
·,;~
- - -
- t:i - - -
2002 2003 2004 2005 2006
0 J
Olndustri
PembiayaanNonbank
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, li'Wll'.hi.gn.idyang telah diolah
4
Selain itu pada tahap awal pemul ihan pasa r ke uangan nasional pasca krisis ekonomi dan tinansial , industri perbankan membutuhkan ruang untuk menerapkan strategi bertahan agar dapat pulih dari kondisi setengah kolaps di masa krisis . Perlu perubahan mcndasar bagi mana j emen institusi bank dalam menjalankan bisnis perbank:an. Rii I ekonomi yang bel urn pulih membuat bank menjadikan Surat Bank Indonesia ( SBI) sebagai penempatan kelebihan dana dan sebagai sarana meraih pendapatan. Namun dalam sepuluh tahun terakhir ini pihak perbankan nasional telah sukses menaikkan sektor pendapatan non bunga dengan meluaskan jangkauan pelayanan (range o f services) yang ditawa.rkan dalam bentuk corporate cash management. Dengan kata lain, fee based income telah menjadi altematif terbaik dan menentukan di kalangan perbankan untuk tetap bertahan keluar dari krisis. Secara umum perbankan yang menghasilkan pendapatan non bunga atau fee based income tertinggi adalah bagian diantara perbankan yang menghasilkan keuntungan terbaik.
Disam.ping isu kredit macet, perbankan nasional ju ga menghadapi kendala
Batas Maksimwn Pemberian Kredit (BMPK), Capital Adequa~y Ratio (CAR),
kelangkaan dana jangka panjang untuk pembiayaan investasi, tingkat suku bunga
yang tidak stabil, tingkat inflasi yang terus meningkat, maupun kebijakan otoritas
moneter yang menyangkut ris iko cadangan wa jib mmtmum (reserve
requirement). Dampak langkah naiknya cadangan wa jib rruru n1un1 membuat
perbankan hanya mempunyai 2 (dua) pilihan untuk meningkatkan pendapatan,
yaitu menaikan suku bunga atau mengharapkan pendapatan di luar suku bunga.
Pilihan kedua memang tidak mudah, karena selama tru perbankan nasional umumnya sangat bergantung pada penghasilan bunga.
Kondisi-kondisi di atas akan memperberat perbankan nasional yang masih mengandalkan hasil bunga dari pemberian kreditnya, bank dituntut lebih kreatif dalam menciptakan berbagai produk. sehingga ketergantungan dari basil bunga kredit sedikit demi sedikit bisa berkurang. Salah satu antisipasi yang dapat diambil dalam menghadapi lingkungan ekstemal yang berubah itu adalah menggali potensi pendapatan di luar bunga kredit, yaitu melalui produk -produk fee based income.
Pendapatan melalui fee based income mempunyai prospek yang sangat baik bahkan disebut-sebut sebagai tren perbankan di masa depan. Di negara maju fee based income perbankan sudah sangat tinggi. Bahkan ada bank yangfee based income melebihi 60%, sementara di Indonesia lebih dari 80% masih mengandalkan dari suku bunga kredit seperti terlihat pada grafik:
Grafik 1.2
Struktur Pendapatan Bank Tahun 2002
0 Pendapatan Bunga (86,58%)
• Fee
Based
Income (12,24%)0 Pendapatan Nonoperaslonal (1, 18%)
6
Grafik 1.3
Fee Based Income per KelompokBank
Sumber: lnfobanlc No 285, Februari 2003
a
Bank Asing (44,03%)• Bank Campuran (19,71%)
C
Bank BUMN (7,65%)c
Bank Swasta Nasional Devlsa (8,28%)• Bank Swasta Nasional Nondevlsa (3,55%)