• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fee Based Income..., Anastasya Primantary Nugroho, Ak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Fee Based Income..., Anastasya Primantary Nugroho, Ak."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Nama NPM Jurusan

: ANASTASYA PRIMANTARYNUGROHO : 20041 2023

: Akuntansi

Judul Skripsi :Fee Based Income sebagai Salah Satu Alat Penentu Arah Bank

Dengan ini menyatakan bahwa basil penulisan skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya saya sendiri dan benar keasliannya. Apabila temyata dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan peraturan tata tertib STIE ffiS.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar.

( Anastasya Pri mantary N)

(5)

KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis panj atkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penul is berhasil menye l esaikan sk.ripsi dengan judul ... Fee Bast!d Income sebatgai Salah Satu Alat Penentu Ar a h Bank". Sk.ripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menye l esaikan Program Sarjana (S I) pada Program Sarjana Jurusan Akuntansi STIE Indonesia Banking School, Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas segala dukungan~ bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Nimrod Sitorus, MBA. Selaku Dosen Pembimbing Utama atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing penulis dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Taufiq Hidayat SE, Ak.,M BankFin Selaku Dosen Pendamping Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan. dan

arahan~ hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Siswanto. Selaku Ketua STIE Indonesia Banking School.

4. Bapak Sparta SE, Ak, ME. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi STIE IBS.

5. Dosen~ Staf dan Karyawan IBS yang sudah banyak me mberikan bantuan

dalam proses penyusunan skrpsi.

(6)

tersayang Anto dan Andro yang scnantiasa memberikan pen gertian dan dukungan selama studi hingga selesainya sk.rips i ini.

7. Sahabat-sahabat penulis : Alfred Rio Turu~ Ans i , Mami, Andrie, Bang Opik, Rizva, leba Bangun dan Anda atas dorongan dan keb~rsamaan yang tidak terlupakan.

8. Semua ternan-ternan Angkatan 2004 yang tidak mampu saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan dan dorongan semangatnya ..

9. Semua Pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutk.an namanya satu persatu, terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bennanfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta. Agustus 2008 Penulis

Anastasya Primantary Nugro ho

(7)

UJ

ABSTRACT

The bank indzL\'try in Indonesia has a lot of serious problem. The problems come from the outside or inside the bank. To solve these problems, banks have to find another option of income. The bank can not only depend on interest income.

Fee hosed income is the alternative income for the bank that can make bank survive and settle in the bank industry in Indonesia. Bank can have income from fee based income but how far contribution of the fee based income can increase the income of the hanlc? This is interesting to talk about fee based income at cor porate banking and retail banlcing. This research use 2 (two) ratio for analyze the f ee based income.

Those ratios are fee based income ratio and fee income ratio. Based on the ratio, we

can summarize that the bank which is focus in the retail bankin g can survive with

fee based income from the customer . The banks that focus in the corporate banking

sector try to find customer to do some diversification so the spr ead risk can be

decrease. Fee income ratio and fee based income ratio have to be include in the

annual report of bank. This is important because f ee income ratio and fee based

income ratio could be calculated the activities of bank

(8)
(9)

y

DAFfAR l SI

KAT A PENGANT AR .. ... ... .. i

ABSTRACT ... ......... .. .. ...... .......... iii

DAFf AR lSI ... v

DAITAR TABEL ... ... viii

DAFT AR GRAFIK ... ... ... .... ... .. ix

DAFf AR LAMPIRAN ... ... xi

BAB I PENDAHULUAN l . l. Latar Belakang Masalah ... ... ... I 1.2. ldentifikasi Masalah ... ... ... ... ... ... ... ... 4

1.3. Pembatasan Masalah ... .... ... .. ... ... 8

1 .4. Perumusan Masalah ... ... ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... ... ... 9

1.6. Sistematika Penuli san .... ... ... ... ... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Fee Based Income ..................... 12

2.1 . 1. Definisi Fee Based Income ....... ...... 12

2. 1.2. Sumber Fee Based Incom e ... ... 14

2. 1.2.1. Kegiatan Eksekusi dan Pemrosesan Transaksi ... 14

2.1.2.2. Transaksi Utama ... ... ... ... 15

(10)

2.3 . Peranan Fee Based Income pada Retail Bankin g ... 25

2.3.1. Pengertian Retail Banking ... 26

2.3.2. Konsep Pengembangan Re tail Banking ... 28

2.4. Peranan Fee Based Income pada Corporate Banking ... 28

2.4. 1. Pengertian Corporate Bankin g ... ... 29

2.4.2. Pengelompokan Nasabah Corporat e Banki ng ... 30

2.5. Perbedaan antara Retail Banking dan Corporat e Bank ing ... 32

BAB lli METODE PENELITIAN 3.1 . Jenis dan Pemilihan Obyek Penelitian ... .. ... 36

3 .1.1. Populasi dan Sam pel Penelitian ... ... ... 3 7 3.1.2. Tehnik Sampling ... ... .... ... 38

3. 2. Data ... ... ... .... ... ... ... 39

3.3. Tehnik Pengumpulan Data ... ... ... ... .... ... .40

3.4. Tehnik Pengolahan Data ... ... ... 41

DAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 . Analisa Ratio pada Masing-Masing Bank ... .45

4.2. Analisa Fee Income Ratio pada Masing-Masing Tahun ... 80

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Perhitungan Rasio pada Bank Mandiri Tabel 4.2 Perhitungan Rasio pada Bank Central A sia Tabel 4.3 Perhitungan Rasio pada Bank Negara Indonesia Tabel4.4 Perhitungan Rasio pada Bank Rakyat Indonesia Tabel4.5 Perhitungan Rasio pada Bank Danamon Indonesia Tabel 4.6 Perhitungan Rasio pada Bank lntemasional Indon esia Tabel 4. 7 Perhitungan Rasio pada Bank Permata

Tabel 4.8 Perhitungan Rasio pada Lippo Bank

Tabel 4. 9 Perhitungan Rasio pada Bank Tabungan Negara Tabel4.1 0 Perhitungan Rasio pada Bank Niaga

Tabel 4.11 Perhitungan Rasio pada Citibank N. A

Tabel 4.12 Perhitungan Rasio pada Pan Indonesia Bank Tabel 4.13 Perhitungan Rasio pada Bank Bukopin Tabel 4.14 Perhitungan Rasio pada Deutsche Bank AG Tabel4.15 Perhitungan Rasio pada Bank NISP

Tabel 4. 16 Perhitungan Rasio pada Bank Mega

Tabel 4.17 Perhitungan Rasio pada Bank UOB Indonesia Tabel 4. 18 Perhitungan Rasio pada ABN Amro Bank Tabel 4.19 Perhitungan Rasio pada HSBC

Tabel4.20 Perhitungan Rasio pada Standard Chartered Bank

45 48 51 53 54 55 56 58

59 61 63 64 66 68

70 71

73

74

76

78

(13)

IX

DAFfAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan Industri Pembiayaan Non-Bank 4

Grat1k 1.2 Struktur Pendapatan Bank Tahun 2002 6

Grafik 1.3 Fee Ba'ied Income per Kelompok Bank 7

Grafik 4.1 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Mandiri 45

Grafik 4.2 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Central Asia 48

Grafik 4.3 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Negara Indonesia 51

Grafik 4.4 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Rakyat Indonesia 53

Grafik 4.5 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Danamon Indonesia 54

Grafik 4.6 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Intemasionallndonesia 55

Grafik 4.7 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Permata 57

Grafik 4.8 Perkembangan Fee Income Ratio pada Lippo Bank 58

Grafik 4.9 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Tabungan Negara 60

Grafik 4.10 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Niaga 61

Grafik 4.11 Perkembangan Fee Income Ratio pada Citibank N. A 63

Grafik 4.12 Perkembangan Fee Income Ratio pada Pan Indonesia Bank 64

Grafik 4.13 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Bukopin 66

Grafik 4.14 Perkembangan Fee Income Ratio pada Deutsche Bank AG 68

Grafik 4.15 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank NISP 70

Grafik 4.16 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Mega 7 1

Grafik 4.17 Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank UOB Indonesia 73

(14)
(15)
(16)

1. 1 Latar Belakang Masalah

Bisnis perbankan nasional senantiasa dihadapkan kepada permasalahan yang cukup serius, khususnya dalam tahun-tahun yang akan datang. Kondisi persaingan usaha yang ketat dalam industri perbankan saat ini mendorong bank agar semakinjeli serta waspada menghadapi situasi dan arab perkem bangan pasar yang semak.in volatile dan selalu berubah.

lndustri perbankan nasional pasca krisis moneter dan krisis e konomi yang dimulai pada tahun 1997 dihadapkan pada perubahan situasi dan kondisi politik yang mendasar dan secara makro kemudian mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Kondisi perubahan ini menjadikan dunia perbankan, se bagai salah satu unsur pelaku ekonomi yang menjalankan fungsi intermediasi, tidak dapat menjalan.kan fungsi tersebut secara optimal. Situasi dan kondisi, ba ik perubahan mendasar di bidang ekonomi, moneter maupun finansial menjadi tanta ngan bagi industri perbankan untuk keluar dari kesulitan pasca krisis.

Diketahui bahwa krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997 m embawa

dampak mega bagi dunia perbankan nasional. Ketika masyarakat dihadapkan pada

krisis ekonomi dan finansial global yang begitu menekan akibatnya masyarakat

mempunyai pemikiran irasional terhadap industri perbankan sehingga tak

terelakkan lagi, rush terjadi. Rangkaian tantangan dunia perbankan makin besar

(17)

dengan tingginya tingkat suku bunga deposito dan tabungan saat kucuran kredit berhenti yang berdampak pada meningkatnya beban usaha. Di lain pihak Non Performing Loan (NPL) meningkat tajam akibat kebangkrutan dunia usaha.

Krisis ekonomi dan tinansial global memberikan pelajaran berharga bagi dunia perbankan nasional untuk berbenah. Masa k.risis merupakan pengalaman berharga. Babak barn pun dibuka seiring kondisi ekonomi dan keuangan yang pulih.

T antangan persamgan perbankan nasional dimulai sejak pemerintah mengeluarkan Paket Oktober 1988. Bank-bank baik yang dimiliki pemerintah maupun swasta nasional bertambah seiring ketentuan dan peraturan yang begitu mudah. Ditilik. seusai menghadapi krisis fmansial global 1997, deregulasi Pakto 88 dianggap sebagai sebuah petaka ketimbang berkah bagi industri perbankan nasional, karena pasca krisis pemerintah justt.u lebih meregulasi daripada menderegulasi peraturan kepada bank-bank nasional yang bertahan dan berhasil keluar dari k.risis tersebut.

Industri perbankan nasional pasca krisis memulihkan diri dengan sej umlah tantangan berat. Batas Maksirnum Pemberian Kredit (BMPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan risiko cadangan wajib n1inimum (Reserve Requirement!RR) merupakan ketentuan-ketentuan regulasi dari otoritas perbankan nasional yang harus dipatuhi dengan ketat. Di lain pihak, kelemahan struktural sektor perbankan telah diperparah oleh krisis dan telah mengubah peta persaingan pcrbankan secara

2

(18)

justru banyak yang mengalan1i kerugian besar, sedangkan beberapa bank kecil yang semula tidak diperhitungkan tetap dapat bertahan. Fakta n1enunjukkan bahwa bank yang mengutamakan pemberian kredit kepada usaha korporasi mengalan1i kesulitan besar. Sebaliknya, justru bank yang mengutarnakan usaha pada retail banking dapat bertahan. Keadaan ini telah mendorong bank yang tengah memulihkan diri (recovery) pasca krisis yang masih bertahan mengubah strategi menjadi bank yang memfokuskan diri ke retail banking.

Selain itu di tengah persaingan yang semakin tajam terdapat beberapa faktor penting yang menentukan struktur industri jasa keuangan pasca krisis moneter. Faktor-faktor tersebut seperti permintaan dan preferensi konsurnen, kemajuan teknologi, kerjasama antarlembaga (new institutional arrangement), globalisasi pasar jasa keuangan, peningkatan diversifikasi produk dan perubahan ekonomi (volatility of economic events) secara bersama-sama mempengaruhi pola pertumbuhan industri keuangan.

Akibat perubahan kebutuhan dan preferensi konsumen, pandangan dan keyakinan konswnen semakin peka terhadap tingkat bunga, citra dan brand sebuah bank serta tuntutan akan service excellent pada bank sebagai lembaga jasa keuangan.

Untuk menghadapi tantangan pasca krisis di tengah kondisi pasar yang

telah berubah dan selalu berubah dengan cepat, kalangan perbankan hants juga

mengubah orientasi dalam strategi bertahan dan tents rnaj u. Perubahan peri laku

pasar harus ditanggapi industri perbankan dengan tidak lagi mengandalkan

(19)

pendapatan bunga dari penyaluran kredit ataupun obligasi. Perbankan harus menggali pendapatan dengan memaksimalkan pendapatan non bunga atau fee based income.

Menarik untuk disimak bahwasanyafee besed income saat ini menjadi tren bagi kalangan perbankan menjawab tantangan persaingan yang semak.in ketat.

1. 2 ldentiftkasi Masalah

Perbankan nasional dihadapkan pada kenyataan bahwa perbankan sebagai pelaku ekonomi yang menjalankan fungsi intermediasi tidak lagi menjadi satu- satunya pilihan bagi masyarakat sebagai sumber pendanaan investasi dan kredit.

lndustri pembiayaan non-bank mencapai pertumbuhan 30% per tahun dalam periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 seperti terlihat pada graftk

Grafik 1.1

Pertumbuhan Industri Pembiayaan Non-Bank

30

25

20

15 10 5 0

-

,.... -

-

f-.-~

- -

~

... - -

'':

·,;

~

- - -

- t:i - - -

2002 2003 2004 2005 2006

0 J

Olndustri

Pembiayaan

Nonbank

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, li'Wll'.hi.gn.idyang telah diolah

4

(20)

Selain itu pada tahap awal pemul ihan pasa r ke uangan nasional pasca krisis ekonomi dan tinansial , industri perbankan membutuhkan ruang untuk menerapkan strategi bertahan agar dapat pulih dari kondisi setengah kolaps di masa krisis . Perlu perubahan mcndasar bagi mana j emen institusi bank dalam menjalankan bisnis perbank:an. Rii I ekonomi yang bel urn pulih membuat bank menjadikan Surat Bank Indonesia ( SBI) sebagai penempatan kelebihan dana dan sebagai sarana meraih pendapatan. Namun dalam sepuluh tahun terakhir ini pihak perbankan nasional telah sukses menaikkan sektor pendapatan non bunga dengan meluaskan jangkauan pelayanan (range o f services) yang ditawa.rkan dalam bentuk corporate cash management. Dengan kata lain, fee based income telah menjadi altematif terbaik dan menentukan di kalangan perbankan untuk tetap bertahan keluar dari krisis. Secara umum perbankan yang menghasilkan pendapatan non bunga atau fee based income tertinggi adalah bagian diantara perbankan yang menghasilkan keuntungan terbaik.

Disam.ping isu kredit macet, perbankan nasional ju ga menghadapi kendala

Batas Maksimwn Pemberian Kredit (BMPK), Capital Adequa~y Ratio (CAR),

kelangkaan dana jangka panjang untuk pembiayaan investasi, tingkat suku bunga

yang tidak stabil, tingkat inflasi yang terus meningkat, maupun kebijakan otoritas

moneter yang menyangkut ris iko cadangan wa jib mmtmum (reserve

requirement). Dampak langkah naiknya cadangan wa jib rruru n1un1 membuat

perbankan hanya mempunyai 2 (dua) pilihan untuk meningkatkan pendapatan,

yaitu menaikan suku bunga atau mengharapkan pendapatan di luar suku bunga.

(21)

Pilihan kedua memang tidak mudah, karena selama tru perbankan nasional umumnya sangat bergantung pada penghasilan bunga.

Kondisi-kondisi di atas akan memperberat perbankan nasional yang masih mengandalkan hasil bunga dari pemberian kreditnya, bank dituntut lebih kreatif dalam menciptakan berbagai produk. sehingga ketergantungan dari basil bunga kredit sedikit demi sedikit bisa berkurang. Salah satu antisipasi yang dapat diambil dalam menghadapi lingkungan ekstemal yang berubah itu adalah menggali potensi pendapatan di luar bunga kredit, yaitu melalui produk -produk fee based income.

Pendapatan melalui fee based income mempunyai prospek yang sangat baik bahkan disebut-sebut sebagai tren perbankan di masa depan. Di negara maju fee based income perbankan sudah sangat tinggi. Bahkan ada bank yangfee based income melebihi 60%, sementara di Indonesia lebih dari 80% masih mengandalkan dari suku bunga kredit seperti terlihat pada grafik:

Grafik 1.2

Struktur Pendapatan Bank Tahun 2002

0 Pendapatan Bunga (86,58%)

• Fee

Based

Income (12,24%)

0 Pendapatan Nonoperaslonal (1, 18%)

6

(22)

Grafik 1.3

Fee Based Income per KelompokBank

Sumber: lnfobanlc No 285, Februari 2003

a

Bank Asing (44,03%)

• Bank Campuran (19,71%)

C

Bank BUMN (7,65%)

c

Bank Swasta Nasional Devlsa (8,28%)

• Bank Swasta Nasional Nondevlsa (3,55%)

a BPD

(3,37"1.)

Masalahnya belum semua bank mampu menggali fee based income untuk meningkatkan pendapatannya. Hanya sedikit perhatian terhadap fee based income ini, meskipun fee based income akan merupakan sumber pendapatan yang cukup dominan di masa yang akan datang pada dunia perbankan, atau paling tidak, pendapatan dari fee based income merupakan satu altematif bagi bank untuk memperbaiki struktur pendapatan usaha.

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah diuraikan di atas, dan dengan mempertimbangkan relevansi topik yang dipilih, maka penulis mengajukan skripsi denganjudul:

FEE BASED INCOME SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENENTU

ARAHBANK

(23)

1. 3 Pembatasan Masalah

Mengingat beragamnya detinisi f ee based income, maka dalarn penelitian ini batasan yang digunakan untuk fe e based income adalah semua pendapatan di luar pendapatan bunga dan dihasilkan dari kegiatan operasional bank di luar pinjaman. Sedangkan dalam pelaporannya bank-bank di Indonesia memasuk.kan fee based income dalam kelompok pendapatan ope rasional lainnya.

Sehubungan dengan pembatasan masalah adalah pendapatan dari fee based income maka laporan keuangan yang akan dibahas adalah Laporan Laba

Rugi bank yang antara Lain akan melihat bagaimana struktur Laporan Laba Rugi suatu bank, kemudian dilakuk.an identifikasi fee based income dan bagaimana fee based income ratio danfee income ratio dihitung.

Disamping itu, defmisi atau batasan corporat e banking atau retail banking belum secara jelas dikenal dan masih rancu. Ada kalangan yang berpendapat bahwa defmisi tersebut berdasarkan j umlah transaksi . Sem en tara itu, ada juga yang mendefinisikan berdasarkan entitas atau dasar lainnya . Terle pas dari kurang jelasnya definisi ini, diasumsikan bahwa sektor retail banking adalah transaksi kepada individual customer yang bukan suatu badan usah a. Segmen corporate banking biasanya melayani nasabah yang be rbentuk badan usaha yang jun1lah transaksinya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan individual.

8

(24)

1. 4 Perwnusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka perun1usan masalah yang diidentiftkasi adalah :

1. · Apakah bank yang memfokuskan sektor usahanya di retail banking memperkuat cara bisnisnya dengan fee hased income sebagai sumber pendapatan utama bank?

2. Apakah bank yang bergerak di sektor corporate banking lebih mementingkan pendapatan bunga sebagai sumber pendapatan utama dibandingkan deogan pendapatan dari fee based income?

1. 5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk melihat perananfee based income sebagai salah satu alat penentu arah bank pada retail banking dan corporate banking.

1. Bagi penulis

Memperdalam ilmu pengetahuan teoritis dan praktis, khususnya mengenai perbankan serta meningkatkan kemampuan untuk menginterprestasikan dan menganalisis data.

2. Bagi akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang 'lebih

mendalam dan lebih akurat dalam memecahkan masalah-masalah yang

berhubungan dengan perbankan.

(25)

1. 6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan suatu gambaran mengenai apa yang akan dibahas, berikut ini akan diuraikan mengenai sistematika penulisan, yaitu:

BABI:

BAB II:

BABIII:

PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

LANDASAN TEORI

Menguraikan hasil studi pustaka yang berisi teori-teori yang dijadikan landasan dalam penyusunan penelitian ini antara lain:

Landasan teori yang terdiri dari tinjauan pustaka manajemen lembaga keuangan perbankan dan tingkat profitabilitas bank baik yang berasal dari pendapatan bunga dan pendapatan di luar bunga.

METODOLOGI PENELITIAN

Menyajikan metode penelitian mencakup jenis dan pemilihan obyek penelitian, sumber data, tehnik pengumpulan data, dan tehnik pengolahan data.

10

(26)
(27)

BABU

LANDASAN TEORI

2. l Pengertian Fee Based Income

2. 1. 1 Definisi Fee Based Income

Perubahan kondisi lingkungan menyebabkan terjadinya pergeseran jasa pelayanan perbankan. Secara tradisional, bisnis utama industri perbankan adalah memberikan jasa dalam menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kred it dalam rangka meningkatkan taraf hid up rakyat ban yak. Disamping bisnis utama terse but~

bank juga menawarkan jasa pelayanan um.um. dan khusus yang men ghasilkan pendapatanfee sehingga lazim disebutfee based income. Fee based income yang semula hanya bisnis sampingan dengan perubahan lingkungan peranannya menjadi penting bahkan semak.in dominan.

Fee based income menurut Standar Khusus Akuntansi Perbankan

Indonesia (SKAPI) merupakan imbalan yang diperoleh bank dari pen1beri an komitmen dan jasa-jasa di luar pendapatan komisi dan provisi yang diperoleh dari kredit dan surat-surat berharga (earning asset).

Menurut Sjamsuar Molla (1997), yang dimaksud denganfee based income

adalah pendapatan berupa komisi atau fee dari suatu kegiatan (f ee business)

dengan mengandalkan pelayanan ataujasa. Kegiatan tersebut secara teoritis hanya

(28)

melakukan kegiatan ini pada tahap awalnya dibutuhk:a n s ua tu investasi yang sangat besar. lnvestasi yang dilakukan meliputi sarana pendukung seperti teknologi, sistem dan sarana fisik serta staf pendukung yang profes i o nal. Saat ini fee business banyak dilak.ukan oleh bank-bank di Indonesia ke tika interest based

business mengalami tren yang menurun akibat kualitas perkred itan yang kurang baik.

Rosalina Dwiyanti (1998) menyatakan bahwa f ee based income adalah penghasilan bank yang berasal dari transaksi-transaksi non-kredit. Jenis transaksi bukan kredit tersebut sangat luas dan lebih bervariasi daripada transaksi kredit itu sendiri. Transak.si kredit sebenarnya menghasilkan fe e based income j uga, tetapi porsinya sangat kecil, sedangkan porsi terbesar adalah p enghasilan bunga.

Apabila pendapatan bunga (interest income) berasal dari produk pinjaman yang diberikan kepada nasabah, sedangkan fee based income berasal berbagai produk jasa yang diberikan bank kepada nasabah. Semak.in luas jajaran produk jasa yang dimiliki oleh bank dan semakin kaya produk-produk dengan features yang inovatif dan kreatif, akan semakin menarik bagi nas abah bank untuk memanfaatkannya. Hal ini akan meningkatkan volume transaksi, yang berarti akan meningkatkan penghasilan bank dari sisi non-kredit.

Seperti badan usaha lainnya, kelangsungan hidup s ua tu bank antara lain

ditentukan oleh kemampuannya dalam menghasilkan pendapatan. Bank

tradisional menggantungkan eksistensinya dari selisih antara pe ndapatan bunga

yang diperoleh dari produk pinjaman yang diberikan kepada nas aba h dcnga. n

(29)
(30)

Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, menjadikan produk yang ditawarkan dunia perbankan semakin bcragam dan kompetitif.

Kecenderungan ini membuat biaya tmtuk kegiatan eksekusi dan pemrosesan transaksi semakin murah dan nasabah semakin demanding dengan meminta keragaman jasa yang diinginkan.

Jasa eksekusi dan pemrosesan transaksi adalah murru Jasa pelayanan.

Sehingga laba yang diperoleh dari transaksi ini tergantung dari besamya volume, efisiensi transaksi dan loyalitas pelanggan. Oleh karena itu., besamya volume usaha dan kualitas pelayanan yang diberikan merupakan faktor kunci keberhasilan kegiatan ini. Kegiatan ini semakin efisien dengan penggunaan elek:tronik sehingga keterlibatan manusia semakin rendah.

2. 1. 2. 2 Transaksi Utama

Transaksi jenis ini tidak. semata-mata jasa pelayanan pada nasabah tetapi Juga melibatkan aset perusahaan yang harus diinvestasikan, sehingga jenis transaksi ini mengandung risiko. Adapun jenis transaksi ini dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:

I. Jasa yang diperoleh dari penggunaan rekening tertentu seperti fee deposit account, annual dan transaction fee dari kartu kredit dan sebagainya.

2. Product quasi off balance sheet Wltuk mengelola risk .financial nasabah sepertiforward, swap dan option, hedging dan transaksi valas lainnya.

3. Trading profitability di pasar uang dan modal.

(31)

Dalam transaksi jenis ini sangat bergantung pada jenis transaksinya dan untuk memaksimalisasi jenis transaksi utama ini diperlukan an tara lain:

1. Pemahaman tentang apa yang dibutuhkan oleh nasabah sehingga benar- benar bersifat customer driven.

2. Jaringan elektronik yang online dengan nasabah. Hal ini memungkinkan hubungan antara dealer dengan nasabah dapat dilakukan setiap saat apabila diperlukan.

3. Pelayanan yang terintegrasi. Dengan adanya pelayanan yang terpadu ini akan memberikan keleluasaan kepada nasabah untuk: menjalankan portofolio investasinya.

4. Kemampuan bank dalam melaksanaan strukturisasi dan pengembangan produk baru. Produk baru ini harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah, sehingga perlu penyesuaian persepsi antara bank dengan nasabah.

2. 1. 2. 3 Jasa Konsultasi

Usaha pemberian jasa konsultasi (advisory) ini merupakan jasa pelayanan yang paling sulit dan eksklusifbagi sebuah bank. Jasa ini memerlukan kapabilitas, pengalaman dan imbalan dari sumber daya manusia yang mengelolanya. Biasanya jasa ini meliputi pemberian jasa konsultasi mengenai investasi dan manajemen, promosi dan ekspansi, merger dan akuisisi, perencanaan keuangan nasabah dan

16

(32)

sebagainya. Kegiatan tersebut biasa dilakukan oleh perbankan yang bergerak dalam investment banking.

Menurut Paul F. Jannot pendapatan fee dari bank-bank komersial dibagi atas 3 (tiga) kategori utarna yaitu:

1. Fees for deposit services (checking account, saving accounts, supplies for deposit customers and cash services for deposit customers)

2. Fees for loan services (commercial loans, installment loan and mortgage loans)

3. Fees for others bank services (official and special type check issuance, safe deposit boxes, security transactions, credit cards, collections, utility and tax payments, and miscellaneous services)

2. l. 3 Segmentasi Fee Based Income

Apabila dilihat dari segmen yang dilayani kegiatan fee based ini dapat dibedakan dalam wholesale, retail dan capital market. Segmen wholesale melayani nasabah besar (corporate), retail melayani nasabah perorangan, sedangkan segmen capital market melayani kegiatan di pasar uang dan pasar modal. Seperti yang diungkapkan oleh George M. Bollenbacher dalam bukunya The New Business of Banking, bahwa ada 3 (tiga) kategori sumber pendapatan non interest. Dalam pembahasannya, Bollenbacher mengidentifikasi keberhasilan

sebuah bank dalam menghasilkan pendapatan fee based sebagai basil dari

kombinasi dan peri uasan berbagai kategori sumber. Kombinasi terse but dapat

dilihat dengan menggunakan non interest income matriks yang

mengkombinasikan antara tiga kategori sumber pendapatan dengan tiga kategori

pasar yang dilayani.

(33)

...

,.,., optioN, at}

- Rbk product (IWQJJ, option, ext)

...-

- u.rg.r tl1ld

11Dful6ltlon

II

Personlll jl~t~~nCial

pltMutlng - PenortDI trust

iri8UI'ance

"!''ll'"'t.kan posisi bank dalam mehtlcsan•bn

•••Jilt baad IIICOifle. Sumbu horizontal menUI\iukkan

--bu vertika1

(34)

. memperluas segmen pasarnya. Nrunun sebaliknya dengan tidak tersedianya produk bank untuk melayani salah satu segmen pasar yang n1enjadi konsentrasinya, memberikan peluang bagi bank untuk mengembangkan produknya. Oleh karena itu, dengan matriks tersebut bank dapat mengukur kekuatan dan kekurangannya dalam produk atau kegiatan yang menghasilkan fee based. Selain itu, bank juga dapat mengevaluasi beberapa produknya apakah sudah optimal pemanfaatannya serta memperluas segmen pasar yang belum terlayani.

2. 2 Perkembangan Fee Based Income

Lingkungan industri perbankan sekarang ditandai dengan persaingan yang semakin ketat, pergesaran kebutuhan nasabah, meningkatnya substitusi surnber dana pembiayaan investasi. Keadaan tersebut menimbulkan pergeseran jenis pelayanan yang diberikan oleh perbankan dari bisnis utama yaitu memberikan kredit menjadi bisnis di luar bisnis utama yang menghasilkanfee based income.

Di lain pihak ruang gerak perbankan Indonesia diperluas dengan adanya undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 dimana bank disamping mcnjalankan fungsi pokoknya sebagai lembaga intermediasi juga dimungkinkan untuk melaksanakan kegiatan lain seperti kegiatan anjak piutang dan wali amanat.

Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan.fee based income bagi bank.

(35)

Keadaaan masyarakat yang semakin banking minded secara umum ditandai dengan pergeseran kebutuhan nasabah dan preferensi konsumen perbankan. Konsumen perbankan semakin demanding terhadap jasa-jasa pelayanan baru.

Peter S. Rose dalam bukunya Bank !vlanagement and Financial Services menjelaskan beberapa penyebab semakin berkembangnya jasa pelayanan baru dalam industri perbankan yai tu:

l. Deregulasi dan persaingan yang ketat. Deregulasi menyebabkan semakin banyak cara yang diperkenankan untuk menarik nasabah, sedangkan persaingan yang ketat mendorong manajer bank untuk lebih kreatif.

2. Regulasi permodalan secara intemasional dan upaya mencari pendapatan fee. Bank diharuskan memperkuat permodalan sejalan dengan pertumbuhannya Hal ini yang mendorong bank untuk mengembangkan fee based, menghindari peningkatan aset berisiko.

3. Tren sasaran manajemen perbankan yang menuju financial department store. Perbankan saat ini bergerak secara agresif 1nenjangkau wilayah pelayanan baru dan mengintegrasikan berbagai pelayanan dalam satu paket. Pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan nasabah menginginkan one stop shopping untuk semua kebutuhan jasa finansialnya.

20

(36)

4. K.euntungan diversifikasi, diversifikasi melalui penjualan pelayan baru (product line diversification) dapat mengurangi risk expos ure bank secara individual.

5. Size ejfect. Semakin besar bank semakin luas pasar yang di ' layani, konsekuensinya, jenis pelayanannyajuga harus diperluas.

Perbankan harus secara spesiftk melihat perkembangan jasa pelayanan baru sebagai peluang bagi peningkatan fee based income sesuai karakteristik masing-masing bank. Faktor lingkungan yang berubah dengan cepat menyebabkan perubahan drastis pada industri perbankan. Mauldy Rauf ( 1999) mengatakan bahwa secara spesifik faktor lingkungan yang mendorong perubahan dalam industri perbankan adalah:

l. Teknologi yaitu perkembangan aplikasi teknologi yang sangat pesat terutama di bidang komputer dan infom1asi.

2. Persaingan yang semakin ketat dan dimensi yang semakin meluas~ sem ula hanya domestik menjadi global.

3. Regulasi atau peraturan, baik di lingkup nasional maupun int e masional mengharuskan industri perbankan melakukan penyesuaian-pen yesuaian.

4. Pada lingkup operasional dalam menghadapi perubahan-pe rubahan di a tas,

faktor sumber daya manusia mutlak ditingkatkan baik skill maupun

perilakun ya.

(37)

22

Jika di masa lalu, fungsi perbankan . sebagai lembaga intennediasi, pendapatan perbankan lebih diandalkan dari pendapatan bunga maka di masa yang akan datang terlihat adanya kecenderungan perbankan secara global mengandalkan pendapatan dari sektor fee based income. Meskipun kini sebagian besar pendapatan sektor perbankan dari pendapatan bunga, tetapi telah mulai terlihat meningkatnya pangsa fee based income dalam struktur pendapatan bank.

lndustri perbankan Indonesia pada saat ini sedang mengalami masalah di dalam pemberian pinjaman sementara bank-bank di Indonesia belum siap menawarkanjaringan kegiatanfee based yang menghendaki:

1. Jaringan unit kerja yang luas

2. Sumber daya manusia yang berdedikasi dan terlatih (profesional)

3. Perangkat teknologi yang mendukung kecepatan, akurasi dan kemudahan bekerja bagi operator

4. Ragam atau variasi produk-produk yang ditawarkan oleh perbankan

Seluruh potensi tersebut di atas juga dimaksudkan untuk memberi pelayanan yang lebih baik agar nasabah mendapatkan kepuasan yang maksimal.

· Nasabah memiliki bargaining power dan akan mengambil manfaat dari pelayanan bank yang terbaik.

Sejalan dengan makin meningkatnya biaya-biaya tersebut di luar biaya

bunga, maka pada gilirannya selisih atau spread antara penghimpunan dana

dengan penempatan dana akan semakin menipis. Untuk itulah peran fee based

(38)

income dapat dicapai dengan memperlebar fee based, yaitu memperbanyak jenis

dan volume produk-produk yang menghasilkan fee. Sehingga dengan semakin banyaknya jenis dan volume produk fee based. maka bank akan mempunyai kesempatan terbaik untuk melakukanjual silang produk yang ada pada bank, yang akhimya fee based income ini akan dapat berperan sebagai penyeimbang keuntungan dasar dari bisnis bank.

Menurut Herry Daniel (2002), ada beberapa alasan bagi dunia perbank.an secara global dalam memaksimumkan pendapatanfee di masa yang akan datang.

1. Mengandalkan pendapatan dari interest income temyata sangat riskan karena tingkat suku bunga perbankan secara global sangat tluktuatif

2. Pengalaman perbankan selama ini dalam memaksimumkan pendapatan dari interest income dengan menaikkan suku bunga pinjaman ke tingkat yang lebih tinggi justru menjadi bumerang. Karena pada akhirnya sektor usaha akan kesulitan untuk mengembalikan bunga pinjamannya

3. Fee based income tentunya tidak akan terlalu banyak dipengaruhi oleh

fluktuasi tingkat bunga di pasar lokal, regional dan internasional. Dalam

hal ini untuk memaksimumkan pendapatan fee based itu, hubungan yang

akan dibangun dunia perbankan dengan dunia usaha adalah benar-benar

hubungan setara atau mitra yang sating berbagi benefit dan sating berbagi

risiko.

(39)

Adapun yang menjadi dasar pertimbangan pengembangan fee based income antara lain adalah:

1. Dalam rangka mempertahank.an pendapatan bank atau tingkat profitabilitas, bilamana pendapatan dari kredit menurun maka pendapatan yang bersumber dari non kredit seharusnya dapat ditingkatkan.

2. Untuk meningkatkan pangsa pasar fee based income, yaitu meningkatkan posisi persaingan dengan bank-bank lain, baik swasta maupun asing, yang telah lebih dulu ada di pasar.

3. Risiko yang terkait dalam transaksi ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan transaksi kredit.

4. Transaksi fee based pada urnum.nya tidak dikaitkan dengan persyaratan penyediaan pencadangan modal seperti pada transaksi kredit.

5. Tantangan penggunaan teknologi yang akan menempatkan posisi bank untuk dapat bersaing ke depan yang selanjutnya menuntut kreatifitas bank untuk dapat memanfatkannya melalui produk dan jasa yang baru.

Ada empat alasan mengapa fee based income merupakan salah satu altematif untuk meningkatkan pendapatan bank di masa yang akan datang yaitu:

I. Ketentuan CAR yang membatasi perkembangan aset bank, yang mengakibatkan keterbatasan bank dalam menyalurkan kreditnya

2. Persoalan kredit bermasalah atau kredit macet senantiasa menghantui bank, yang apabila terjadi berarti hilangnya pendapatan bunga

24

(40)

3. Kegiatan fee based income relatif am~ berisiko rendah dan dapat diandalkan

4. Keinginan bank untuk meningkatkan pangsa pasar non perkreditan

Berdasarkan laporan Bankers Almanac ( 1995)~ dapat diketahui bahwa pendapatan Bank of America LTD yang berasal dari others income lebih besar dibandingkan dengan net income. Hal ini menunjukkan bahwafoe based income mempunyai peranan yang penting. Mengenai fee income juga dijelaskan oleh Timothy W Koc~ "Banks increasingly rely on fee income to supplement earnings. Competition among savings and loans, credit unions, brokerage houses, and other commercial bank has raised borrowing costs relative to yields available on loans. This pressure on net interest margins and growth constrains from capital restrictions make new product and fee income the most promising

sources of earning growth".

2. 3 Peranan Fee Based Income pada Retail Banking

Bisnis retail banking searah dengan meningkatnya pendapatan masyarakat

yang diikuti dengan kesadaran untuk melaksanakan berbagai transaksi dengan

bank, sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tents

meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu berkembangnya insttumen-instrumen

keuangan pada era globalisasi telah memberikan altematif kepada perusahaan-

perusahaan besar untuk memperoleh pembiayaan dari luar perbankan baik dari

dalam negeri maupun dari luar negeri. Kesemuanya itu menyebabkan adanya

(41)

pergeseran arab perkembangan pasar perbankan dari corporate banking ke r:etail banking.

2. 3. l Pengertian Retail Banking

Retail banking pada dasamya adalah usaha jasa perbankan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersifat perorangan atau individu, berbeda dengan corporate banlcing yang lebih menitikberatkan pelayanan kepada kebijakan perusahaan.

Menurut Dr Federick S. Hammer dan David C. Melnicoff dalam bukunya The Banker's Handbook, definisi retail banking secara pasti tidak ada dan batasan besarnya pinjaman yang diberikan kepada nasabah tidak tergantung kesepakatan.

Akhirnya para bankir membuat persepsi sendiri, kemudian melakukan pengujian dan penyusunan. Ada empat ciri aturan retail banking:

Bank tradisional yang dalam hubungan dengan nasabah sangat terbatas, tidak dengan group

Memberikan pinjaman kepada rite I akan menghasilkan spread yang tinggi Simpanan ritellebih stabil dan sedikit biaya

Ritel mempunyai produktifitas fee income

Stefan W Kaminsky dalam bukunya Beyond Retail Banking mengemukakan bahwa retail banking adalah bank yang melayani individual atau perorangan yang umumnya berada pada strata berpendapatan menengah ke

26

(42)

goJongan atas yang ingin dilayani secara sendiri atau khusus. Bank yang dalam kegiatannya menitikberatkan pelayanan kepada nasabah perorangan disebut retail banking, sedangkan bank yang titik berat kegiatannya melayani corporate disebut corporate banking.

Retail banking mempunyai volwne per unit lebih kecil dibandingkan dengan segmen corporate banking. Namun demikian hal yang sering dilupakan oleh bank bahwa volume yang kecil biasanya identik dengan biaya per unit yang tinggi, bahkan sering diikuti dengan tingkat margin yang besar dan mampu memberikan kontribusi keuntungan yang berarti.

Retail banking menyediakan jasa-jasa untuk dikonsumsi langsung oleh pasar yang umumnya menyangkut tujuan-tujuan konsumtif. Kebutuhan jasa bank yang demikian tersebut timbul akibat dari berkembangnya kebutuhan mayarakat akan jasa-jasa keuangan yang diantisipasi oleh bank. Jasa bank itu dapat berupa jasa untuk tujuan menabung, jasa berupa kredit perorang~ maupun jasa layanan

pembayaran.

Kebutuhan akan jasa perbankan berkembang, sejalan dengan tingkat

banking minded yang semakin berkembang di masyarakat, sehingga semula hanya

berusaha untuk memenuhi kebutuhan primer me~jadi berusaha memenuhi

kebutuhan sekunder. Perkembangan seperti itu menciptakan pasar yang semakin

luas yang diantisipasi kalangan perbankan dengan menawarkan produk-produk

perbankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

(43)

Produk retail banking yang ditawarkan umumnya adalah produk-produk kebutuhan langsung para nasabah. Beberapa produk. retail banking dapat dikemukakan sebagai berikut:

Tabungan Deposito Kredit

Kartu kredit atau kartu debet Jasa pelayanan

2. 3. 2 Konsep Pengembangan Retail Banking

Robert G. Stemper dalam buk.unya Consumer Banking Strategy mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi untuk mengembangkan bisnis retail banking yaitu fokus pada nasabah, inovasi produk, sistem delivery, struktur organisasi yang memadai dan dukungan sumber daya manusia yang handal.

2. 4 Peranan Fee Based Income pada Corporate Banking

Peranan segmen korporasi pada industri perbankan akan tetap dibutuhkan di masa yang akan datang, mengingat karakteristik dari segmen ini, yakni tidak menimbulkan biaya overhead yang terlalu besar, tidak membutuhkan jaringan cabang yang terlampau luas. Terdapat fenomena pada bank yang bcrgerak dalam

28

(44)
(45)

Secara garis besar nasabah corporate banking dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu nasabah dana (funding) yaitu yang mencmpatkan dananya dalrun bentuk giro, deposito, deposit on call dan nasabah peminjam (borrower) yaitu yang memakai dana dari bank untuk menjalankan usahanya.

Terdapat anggapan, bahwa segmen korporasi mengandung risiko yang tinggi terhadap tingk:at kesehatan bank apabila terjadi penarikan dana atau terjadinya kredit bermasalah dalam jurnlah besar mengingat konsentrasi sumber dana dan alokasi kredit yang dimiliki atau diberikan terbatas kepada beberapa nasabah saja. Meskipun diakui bahwa kandungan risiko pada sektor korporasi memang tinggi terhadap tingkat kesehatan bank apabila terjadi seperti hal diatas, namun harus pula disadari bahwa dalam dunia bisnis ada istilah yang dikenal dengan "high risk, high return" atau dengan kata lain dalam risiko yang tinggi tersebut, terkandung pendapatan (return) yang tinggi. Untuk itu biro-biro korporasi diharapkan dapat mengelola risiko tersebut sebaik-bailcnya agar high risk tersebut dapat climinimalisir.

2. 4. 2 Pengelompokan Nasabah Corporate Banking DUCK

Yaitu kelompok nasabah yang memiliki share of wallet I size of wallet rendah I kecil, demikian pula kontribusi nasabah terhadap pendapatan (revenue) kepada bank masih rendah I kecil. Terhadap kelompok nasabah ini perlu dilakukan

30

(46)

Jika masih dapat ditingkatkan agar diarahkan ke dalam kelompok Jewels atau f/ot Prospect, bahkan mungkin juga Blockbuster.

JEWELS

Yaitu kelompok nasabah yang memiliki share ofwallet I size of wallet rendah I kecil, namun kontribusi nasabah terhadap pendapatan (revenue) kepada bank tinggi I besar. Terhadap kelompok nasabah ini perlu dilakukan penelitian atau kajian apakah kontribusi share of wallet masih dapat ditingkatkan? Jika masih dapat ditingkatkan agar d.iarahkan ke dalam kelompok Blockbuster.

Nasabah dalam kelopok Jewels lebih baik dibandingkan dengan nasabah Duck.

Sebaiknya Relationship Manager (RM) yang menangani nasabah kelompok ini cukup RM junior.

HOT PROSPECT

Y aitu kelompok nasabah yang memiliki share of wallet I size of wallet tinggi I

besar, namun kontribusi nasabah terhadap pendapatan (revenue) kepada bank

rendah I kecil. Terhadap kelompok nasabah ini perlu dilakukan penelitian atau

kajian apakah share of wallet atau kontribusinya masih dapat ditingkatkan? J ika

masih dapat ditingkatkan agar diarahkan ke dalam kelompok Blockbuster. Yang

menangani nasabah kelompok ini sebaiknya RM senior.

(47)

Y.tll••••••--•,.. •• aillld . - . of~t I • • ofwtJllet tingi I . . . , . . . koatiibuai Dl...,.., terbldap peadapatan (revenue) kepada

'-k tlqfltllrR" Sellaikaya RM yq meaanpni n•sehah kelompok ini adalah

RM J'lll •WJ . . . ,...., arau bUa perlu Departemen Head. Biasanya

ner ... . . _ IEelGmpok ini menjadi incaran bagi bank pesaing.

Dtspo melaknbn peaaelompokkan tersebut, dibarapkan penanganan ant..,.,.,..,. , . , _ . abn menjadi lebih optimal, yang pada akbimya akan

dllpet . . . alkla buatunpn bank yang berasa1 dari pendapatanfee based.

---

2. 5 . . bednr aotara Corporate Banlcing dan Retail Banlcing

Di11dtri kanudian bahwa untuk mengaatisipasi kondisi pasar yang

.d ... - acpentasi pasar. yakDi menjadi

U~a!lllllt•IQID dteL Uatut itu, kema~npnen uotuk

••••lll ~rna • ,_ ,...,. wriasi

32

(48)

D1 ...,. iai di"'Dp'ikan perbo!aan retail banlcillg dan corporate

'-W. IMIIIUtiP dari Dale M. Lewison dan M. Wa~ Delozier dengan judul R•ltJUbtg edisi kedua.

RMIIJ BtMklng

• Skala kredit kecil dalam kuantitas - Tempat penjualan terbuka untuk umum

.. Cenderung menggunakan kebijakan satu harga - Harp per unit lebih tinggi

.. Menunggu konsumen datang

.. MIDajemen mulai dengan perencanaan, implementasi, sampai dengan

(49)

...,_ M. Aanin Akb.njab (1997) dalam penelitiannya yang berjudul IW•••• Pmdut Korporasi seblpi Salah Satu Strategi Pengembangao Corporate lbtking pada Bank X dalam Rangka Peningkatan Laba Perusahaan, perbediiD antara seamen korporasi dan segmen ritel adalah sebagai berikut:

SEGMEN RITEL

- Jumlah OMabah yang relatif besar, sebagian besar nasahah perorangan

dengan volmne tnmsabi yang relatif kecil

- Lebih berorientasi kepada produk tabungan dan deposito

- Lokasi nasabah yang tersebar luas sehingga dibutuhkan banyak jaringan

kantor cabang

- lerilakulbMtwior oasabah lebih peka terbadap pelayanan yang aman, cepat diD mudah

34

(50)

Membutuhkan pendekatan dengan pola personal selling yang membutuhkan pembinaan hubungan pribadi secara terns menerus

Beberapa keunggulan retail banking dibandingkan dengan corporate banking antara lain yaitu:

1. Sumber dana dari para penabung umumnya merupakan kelebihan pendapatan masyarakat yang kemudian ditabung dengan tujuan untuk keperluan di masa mendatang atau untuk motif berjaga-jaga menghadapi kondisi yang mendesak. Berbeda dengan sumber dana pada corporate banking yang umumnya lebih banyak berasal dari modal kerja yang belum dioperasikan. Perbedaan sumber dana ini mengak.ibatkan tingkat fluktuasi pada dana retail banking lebih rendah bila dibandingkan dana dari pasar corporate banking.

2. Pada pasar retail banking dianggap sebagai altematif terbaik untuk meny1mpan uang, sedangkan pada corporate banking pemilik dana memandang bank hanya sebagai salah satu alternatif dari penempatan dana.

3. Pada pasar retail banking harga bukanlah menjadi ukuran utama dalan1

memilih bank untuk menempatkan dananya. Hal ini berbeda dengan pasar

corporate banking dengan mudah akan pindah dari satu bank ke bank

Iainnya karena masalah perbedaan suku bunga yang ditawarkan.

(51)
(52)

3. l. 1 Populasi dan Sampel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh bank yang beroperasi di Indonesia pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 serta telah menerbitkan Laporan Keuangan per 31 Desember untuk tahun buku 2002 sampai dengan tahun 2006. Jumlah populasi bank yang beroperasi di Indonesia pada periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 adalah sekitar 132 ban1<.

Struktur persaingan di sektor perbankan Indonesia ternyata memiliki konsentrasi yang cukup tinggi, di mana 20 bank terbesar menguasai pangsa sebesar lebih dari 70o/o sektor perbankan. Berdasarkan jumlah populasi yaitu sek.itar 132 bank di Indonesia, hanya 20 bank yang diambil menjadi sampel penelitian. Hal ini dikarenakan 20 bank tersebut telah memenuhi syarat pengumpulan jumlah sampel. Kontribusi 20 bank tersebut telah mewakili 70°/o dari populasi bank. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan telah menerbitkan dan mempublikasikan Laporan Keuangan auditan untuk tahun buku periode tahun 2002 sampai dengan tahw1 2006.

Pemilihan sampel dimulai tahun 2002 karena tahun 1997 dan tahun 1998 dunia perbankan Indonesia terkena dampak krisis moneter sehingga kemungkinan besar bank terse but berada dalam keadaan tidak stabi I.

b. Sehubungan dengan ruang lingkup pembahasan adalah pendapatan darifee

based income mak.a Iaporan keuangan yang akan dibahas adalah Laporan

Laba Rugi bank, yang antara lain akan melihat bagaimana struktur

(53)

Laporan Laba Rugi suatu bank~ kemudian dilakukan identifikasifee based income dan bagaimana fee based income ratio dan fee income r:atio dihitung.

c. Sampel yang digunakan tennasuk kelornpok perusahaan perbankan yang termasu.k ke dalam 20 bank terbesar di Indonesia. Hal ini berdasarkan pada beberapa alasan yang menyangkut ketersediaan data, perbedaan karakteristik, dan sensitifitas terhadap kejadian.

Berdasarkan hal tersebut maka sampel penelitian ini adalah 20 bank terbesar seperti tersebut di atas. Bank-bank tersebut adalah:

l. Bank Mandiri 11. CitibankN. A

2. Bank Central Asia 12. Pan Indonesia Bank 3. Bank N egara Indonesia 13. Bank Bukopin 4. Bank Rakyat Indonesia 14. Deutsche Bank AG 5. Bank Danamon Indonesia 15. BankNISP

6. Bank Intemasional Indonesia 16. Bank Mega

7. Bank Pennata 17. Bank UOB lndonesia

8. Lippo Bank 18. ABN Amro Bank

9. Bank Tabungan Negara 19. HSBC

1 0. Bank Niaga 20. Standard Chartered Bank

3. l. 2 Tehnik Sampling

Tehnik sampling merupakan tehnik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Pemilihan sampel

38

(54)

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purp ose sampling, yaitu populasi yang dijadikan sampel merupak.an populasi yang memenuhi kriteria tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Menurut Prof. DR. Sugiyono (2006 : 59) Sampling purposive adaJah tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

3. 2 Data

Dalam penelitian ini, penulis memanfaatkan dua sumber data. yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Menurut J. Supranto, M.A. (2000: 10) mengatakan Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi ata.u perorangan, langsung dari objeknya.

Data primer yang d.iperoleh penulis d.i lapangan adalah dengan menggunakan interview/wawancar~ yaitu mengurnpulkan data d engan mengajukan pertanyaan-perta.nyaan tertulis maupun lisan yang telal1 disusun secara sistematis terhadap beberapa sumber, seperti bank yang bersangkutan dan pengamat perbankan.

b. Data Sekunder

Menurut J. Supranto, M.A. (2000 : 1 0) Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentukjadi dan telah diolah oleh pihak lain.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung,

yaitu melalui bacaan atau literatur, maupun laporan atau dokumen.

(55)

Data tersebut meliputi laporan keuangan tahunan yang telah diaudit (annual report) yang terdiri dari nerac~ laba rugi, dan laporan arus kas selama tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Data mengenai foe based income diperoleh dari laporan laba rugi. Dalam laporan laba rugi, fee based income pada bank -bank di Indonesia dimasukkan ke dalam kelompok pendapatan operasional lainnya. Hal ini yang sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Laporan keuangan diperoleh dari laporan tahunan yang dikeluarkan banlc

3. 3 Tehnik Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian yang dilakukan secara langsung ke tempat penelitian sebagai objek penelitian, yaitu ke beberapa bank melalui:

1. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak yang berhubungan dengan judul penulisan.

2. Observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data melalui pengamatan yang berhubungan dengan obyek pen eli tian.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian yang di lakukan dengan membaca buku~ referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian serta penelitian yang telah ada

40

(56)

3. 4 Tehnik Pengolahan Data Rumusfoe based income ratio:

J umlah pendapatan operasional lainnya

Pendapatan bunga bersih + Pendapatan operasionallainnya

Rumus fee income ratio :

Fee income

Pendapatan bunga bersih + Pendapatan operasionallainnya

Terdapat beberapa versi dalam perhitunganfee based income ratio danfee income ratio ini contohnya seperti perhitungan yang dilakukan oleh Biro Riset Info bank.

Diasumsikan bahwa pendapatan non operasional bank tidak

diperhitungkan dikarenakan nilai dari pendapatan non operasional dapat

menyebabkan mislead. Mislead adalah suatu nilai yang dapat menyebabkan

kesalahan penafsiran.

(57)

BABIV

HASIL PENELITIAN

Tahapan yang dilak.ukan dalam analisis data pene litian d imulai dengan melakukan anal isis secara kualitatif data yang telah terkumpul untuk di persiapkan pada tahapan analisis kuantitatif.

Proses pengumpulan data pertama dilakukan dengan cara mendatangi beberapa ~ perpustakaan, dan media cetak untuk mempero leh data Laporan Keuangan Tahunan (annual report) yang di dalamnya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan lain-lain untu k periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Khususnya untuk. data fee based income dapat diperoleh dari laporan laba rugi pada pos pendapatan operasional lainnya dan untuk perhitunganfee income ratio data diperoleh dari laporan laba rugi pada pos fee income.

Data yang dihimpun dalam penulisan ini adalah data time series laporan keuangan tahunan selama 5 tahun, yaitu mulai tahun 2002 sampa i de ngan tahun 2006 gunanya untuk mengetahui besamya jumlah f ee based income yang diperoleh oleh masing-masing bank dan berapa besar dari jwnlah tersebut yang khususnya dihasilkan dari transaksi fee income serta dilal'Ukan perhitungan berapa persen kontribusi fee income terhadap total income banl c

Seperti telah diuraikan pada bab metodologi penelitian bahwa tehnik yan g

(58)

ini mengglUUlkan 2 (dua) perhitungan rasio yaitu fee based income ratio dan fee income ratio. Fee based income ratio merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan operasional lainnya den gan penjumlahan antara pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya. Sedangkan perhitungan fee income ratio diperoleh dari perbandingan antara fee income dengan penjumlahan pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasio nal lainnya.

Jumlah pendapatan operasional lainnya dipero leh dari penjumlahan antara fee income, forex income, marketable securities gain, dan other income. Artinya bahwa fee based income terdiri dari 4 (em pat) komponen. Dari keempat komponenfee based income, penulis berasumsi bahwa yang merupakanfee besed income sesungguhnya adalah pendapatan yang berasal dari pos fee income. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dari 20 sampel bank yang diambil, tidak semua bank melakukan transaksi foreign exchange atau melakukan transaksi penjualan marketable securities. Sedangkan untuk other income, pos-p os yang dilaporkan pada laporan keuangan dari 20 bank tersebut belum tentu memiliki kriteria yang sama. Jika pos yang dibandingkan berbeda atau unsur di da lamnya berbeda, maka basil analisis perbandingannya akan bias. Selain itu, pendapatan yang berasal dari foreign exchange, mark etable securities, dan other income merupakan pendapatan yang insidentil atau dapat diartikan sebagai pendapatan yang hanya sesaat saja.

Foreign exchange income, marketable securities dan other income adalah

pendapatan yang bisa saja diperoleh bank dari hasil o p erasional anak

perusahaannya, bukan hasH dari kegiatan operas ional bank itu sendiri. Uraian

(59)
(60)

sektor corporate banking, pada saat ini mulai memasuki segmen retail banking.

Hal ini disebabkan agar bank yang awalnya mengandalkan bunga sebagai pendapatan utam.anya ini dapat melakukan diversifikasi . risiko sehingga spread risk juga dapat ditekan hingga serendah mungkin.

4.1 Analisa Rasio pada Masing-Masing Bank a. Bank Maod.iri

Tabel4.1

Perbitungao Rasio pada Bank Maodiri

2002 2003 2004

Fee Based Income Ratio 34.61% 32.17% 29.80%

Fee Income Ratio 7.66% 7.83% 9.51%

Graf"Ik 4.1

Perkembangan Fee Income Ratio pada Bank Mandiri

4.00%

2.00%

0 .00%

2002

Bank Mandiri

2003 2004

Tahun

2005 2006

2005 24.10%

13.68%

2006 20.90%

13.42%

(61)

Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.1 maka diperoleh gwnbaran tentang fee income ratio Bank Mandiri seperti trunpak pada grat1k 4.1. Fee income ratio pada Bank Mandiri selama periode penelitian dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 mengalami peningkatan secara terus menerus. Walaupun terdapat sedikit penurunan pada tahun 2006, tetapi diasun1sikan bahwa penurunan tersebut tidak signifikan. Hal ini menandakan bahwa Bank Mandiri yang sebelumnya merupakan corporate banking, kini mulai mengarah kepada retail banking. Bank Mandiri menyadari bahwa apabila hanya mengandalkan pendapatan dari bunga yang diperoleh dari nasabah-nasabah korporatnya maka Bank Mandiri akan kehilangan pangsa pasar retail banking yang begitu luas dan menyebar. Selain itu, dengan arab retail banking Bank Mandiri dapat mendiversiflkasikan risikonya.

Langkah nyata yang diambil oleh Bank Mandiri dalam meraih keuntungan dari fee based income adalah dengan menawarkan fitur-fitur dari produk fee based. Contoh fitur yang dtawarkan antara lain adalah automatic teller machine (A TM) termasuk penyebaran ATM baru dan melakukan kerjaswna dengan A TN1 bersama, kartu kredit dengan potongan-potongan diskon di berbagai pusat perbelanjaan dan restoran, safe deposit box dengan harga teljangkau untuk setiap periode dan ukuran, dan lain-lain.

Peran fee based income pada saat arah Bank Mandiri sebagai corporate banking dan setelah Bank Mandiri mengarah ke retail banking tampak begitu berbeda. Hal ini dapat dilihat apabila kita membandingkanfee based income ratio

46

(62)

memiliki fee based income ratio sebesar 34.61% sedangkan yang dihasilkan dari kegiatan transaksi fee income hanya sebesar 7 .66%. Pada akhir tahun penelitian, fee based income ratio Bank Mandiri sebesar 20.90% dan dapat memperolehfee

income sebesar 13.42%.

Hingga saat ini Bank Mandiri terns meningkatk.an pemasaran fitur-fitur produk fee based agar dapat memperoleh fee based income yang terus meningkat

dan melihat arah perkembangan Bank Mandiri semakin lama tidak menutup

kemungkinan Bank Mandiri ak.an mengandalkan fee based income sebagai

pendapatan utamanya. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan fitur Bank Mandiri

yang ingin menguasai pasar secara wholesale banking dengan cara melayani

transaksi melalui one stop banking.

Referensi

Dokumen terkait