• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

N/A
N/A
Nur Duroh

Academic year: 2023

Membagikan "FENOMENA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI : STUDI KASUS MAHASISWA ANGKATAN 2021 UIN SUNAN KALIJAGA

1)Muamar Anugrah Bagas, 2)Nur Duroh Maslakhah, 3)Rizma Khoirunisa, 4)Dewi Ashary, 5)Putri Cahyaningtyas, 6)Rizki Raihan Afifi,

Prodi Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sunan Kalijaga

[email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Indonesia adalah negara yang beranekaragam sehingga masyarakatnya memiliki berbagai macam perbedaan. Dengan begitu Indonesia memiliki semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika agar Indonesia tetap bersatu walaupun memiliki banyak perbedaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena prasangka dan diskriminasi dikalangan mahasiswa angkatan 2021 UIN Sunan Kalijaga. Pelaksanaan survey ini dilakukan dengan online yaitu melalui pengisian angket kuesioner yang disebar melalui grub-grub angkatan yang dilakukan dari tanggal 11-12 Desember 2022. Partisipan yang mengisi angket kuesioner sebanyak 39 responden. Dan penelitian ini juga menggunakan pendekatan penelitian studi kepustakaan (library research).

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 39 responden sangat tidak setuju terhadap delapan item yang meliputi: perempuan dianggap cengeng, tidak bisa mengambil keputusan, pulang larut malam, bergaul dengan teman x dikarenakan teman y tidak mampu, berteman dengan teman x maka teman y tidak perlu dijenguk, tidak se-circle berarti tidak boleh saling peduli, harus berteman dengan x karena jika berteman dengan y nanti ketularan tidak baiknya si y, perempuan tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh laik-laki, boleh membeda-bedakan teman yang tidak setara. Sedangkan sangat setuju terhadap dua item yaitu perempuan wajib berpendidikan tinggi dan perempuan tidak boleh merokok.

Kata Kunci : Prasangka, Diskriminasi, Angkatan 2021

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara ke-6 yang memiliki pulau terbanyak didunia dengan jumlah 17.504 pulau yang tercatat pada tahun 2021. Indonesia juga merupakan negeri yang memiliki keragaman agama, bahasa, kepercayaan, suku, ras, budaya, adat dan tradisi. Masing-masing daerah yang ada di Indonesia tentunya memiliki cara pandang atau cara berpikir yang berbedabeda walaupun seperti itu, Indonesia memiliki semboyang yang telah ada setelah merdeka yaitu Bhineka Tunngal Ika yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Bhineka Tunggal Ika merupakan cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi kesatuan1. Semboyan Bhineka Tunggal Ika bukanlah hanya semboyan belaka tetapi hal ini menggambarkan keadaan Indoenesia.

Sepanjang reformasi Indonesia menampilkan banyak peristiwa yang menunjukkan setiap daerah memiliki cara pandang yang berbeda. Dapat dilihat dari sebuah konflik antar individu, antar kelompok atau bahkan antar suku yang mengakibatkan perpecahan hingga peperangan antar saudara. Perbedaan yang ada membawa konsekuensi yang berbahaya terutama perpecahan. Perbedaan terjadi karena adanya benturan yang berakar pada kurangnya kesadaran akan perbedaan tersebut2. Hal inilah yang menjadi faktor perpecahan suatu daerah hanya karena perbedaan pandangan bahkan setelah berkonflik rasa persaudaaran akan berkurang dan menjadi tidak harmonis seperti sedia kala.

Konflik yang sering terjadi yaitu konflik kaum pendatang dan kaum lokal, konflik antar agama dan konflik antar madzhab untuk memutuskan suatu perkara. Jumlah etnis Cina di Indonesia paling banyak menduduki perekonomian di Indonesia sehingga masyarakat Indonesia merasa tercurangi sehingga pada tahun 1998 banyak peristiwa konflik. Jika ada toko yang dimiliki oleh orang Cina akan ditutup paksa oleh masyarakat Indonesia yang bahkan barang dagangannya dihancurkan tidak hanya itu saja bahkan jika termasuk keturunan Cina akan diusir bahkan tidak dibolehkan tinggal di tempat lingkungannya. Konflik ini terjadi karena adanya program dari pemerintah untuk menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia sehingga banyak kaum pendatang yang datang ke Indonesia bahkan mereka datang karena kemudahan untuk membuka usahanya di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang merasa tersaingi ini melakukan pemberontakan3.

1 Pursika, I. N. Kajian Analitik Terhadap Semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 2009 hal 42

2 Kuncoro, J. Prasangka dan Diskiriminasi. Proyeksi : Jurnal Psikologi, 2022, Halaman 1-16

3 Sitabuana, T.H. Penyelesaian Masalah Diskriminasi Terhadap Etnis Cina. Semarang : Universitas Diponegoro, 2011

(3)

Di masyarakat tidak hanya terjadi konflik saja tetapi juga sering terjadi pernyataanpernyataan yang sesungguhnya pernyataan tersebut dapat diterima jika pernyataan tersebut telah menyerap di dalam otak dan otak kita menerima pernyataan tersebut. Sehingga ketika memandang suatu hal yang berkaitan dengan pernyataan tersebut, kita akan menerima atau tidaknya tergantung dengan pandangan kita terhadap pernyataan tersebut.

Prasangka gender adalah anggapan yang salah kaprah tentang gender dan jenis kelamin.

Emansipasi perempuan adalah pelepasan diri perempuan dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah serta pembebasan diri dari kekangan hukum yang membatasi kemungkinankemungkinan untuk berkembang dan maju. Prasangka gender dalam novel Sang Maharani adalah (a) harga perempuan hanya terletak pada kecantikannya, (b) perempuan tidak pantas untuk bersekolah tinggi-tinggi karena tugas utama perempuan adalah melayani suami dan bekerja.layaknya ibu rumah tangga, (c) perempuan selalu dianggap satu tingkat lebih rendah dari laki-laki4.

Pernyataan yang sering terjadi di masyarakat yaitu tentang perempuan, yang mana perempuan dianggap tidak berguna bahkan pernyataan ini telah ada sejak zaman dahulu bahkan perempuan dianggap suatu aib yang harus disembunyikan5. Jika ada anak yang baru lahir berjenis kelamin perempuan akan dikubur secara hidup-hidup oleh sang ayah. Perempuan juga dianggap sebagai suatu beban keluarga yang tidak dapat dipekerjakan apapun dan dimanapun bahkan sering juga sebagai korban kekerasan.

Dari kasus konflik di atas memiliki pandangan yag berbeda, yang mana berkonotasi negatif tentang suatu kelompok dan pernyataan tertentu yang dalam hal ini adalah kelompok etnis, anta etnis Cina yang ada di Indonesia dengan masyarakat Indonesia (lokal) dan pernyataan yang sering muncul di masyarakat tentang perempuan yang sering disepelekan oleh pihak tertentu.

Berkaitan dengan pemahaman semboyan Bhineka Tunggal Ika yang selalu diagungkan oleh warganya kepada pihak luar ternyata belum dipahami oleh warganya sendiri. Nilai-nilai budaya bangsa keutuhan, kesatuan dan persatuan negara bangsa harus terpelihara sebagai pondasi nasionalisme6. Cara pandang dapat mempengaruhi seseorang, kelompok, daerah, suku,

4 Haryanti Benedikta. Prasangka Gender dan Emansipasi Perempuan dalam Novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica. 2013

5 Khotimah, K. Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan dalam Sektor Pekerjaan. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak, 2015 Halaman 158-180

6 Rambe, T. Membingkai Kebhinekaan dan Kedaulatan dalam Berbangsa dan Bernegara dari Sudut Pandang Sosial Politik Nasional. Generasi Kampus, 2017 Volume 10 Halaman 2

(4)

ras dan agama mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang tentunya memiliki banyak perbedaan pandangan sehingga munculnya semboyan untuk pemersatu bangsa tetapi hal ini kurangnya kesadaran masyarakat untuk memahami suatu perbedaan yang ada.

METODE PENELITIAN

Pelaksaan pengisian angket kuesioner ini dilakukan secara online melalui platfom google form yang disebarkan melalui grub-grub angkatan yang dilakukan pada tanggal 11-12 Desember 2022. Adapun pengisian angket kuesioner ini kami lakukan kepada para mahasiswa UIN Sunan Kalijaga angkatan 2021. Dengan total partisipan 39 responden.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan penelitian studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian7. Dapat diartikan juga kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Dengan ini penulis menggunakan studi kepustakaan berupa jurnal- jurnal yang berkaitan dengan penulisan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengisian angket kuesioner yang dilakukan oleh peneliti, mendapatkan 39 responden dengan rincian sebagai berikut :

7 Zed, M. Metode Penelitian Literatur. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003

(5)

Gambar 1. Prasangka Terhadap Perempuan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 46,2% responden setuju bahwa perempuan wajib berpendidikan tinggi.

Gambar 2. Prasangka Terhadap Perempuan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 33,3% responden tidak setuju bahwa perempuan tidak boleh berteman dengan banyak laki-laki.

Gambar 3. Prasangka Terhadap Perempuan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 46,2% responden tidak setuju bahwa perempuan tidak boleh bekerja yang biasanya dilakukan oleh laki-laki.

(6)

Gambar 4. Prasangka Terhadap Perempuan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 35,9% responden setuju bahwa perempuan tidak boleh merokok.

Gambar 5. Prasangka Terhadap Perempuan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 41% responden sangat tidak setuju bahwa perempuan mudah menangis dan digoda.

(7)

Gambar 6. Prasangka Terhadap Perempuan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 48,7% responden sangat tidak setuju bahwa perempuan tidak dapat mengambil sebuah keputusan yang penting.

Gambar 7. Prasangka Terhadap Perempuan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 43,6% responden sangat tidak setuju bahwa perempuan pulang larut malam.

(8)

Gambar 8. Diskriminasi Dalam Pertemanan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 41% responden tidak setuju bahwa bergaul dengan teman x, dikarena teman y tidak mampu.

Gambar 9. Diskriminasi Dalam Pertemanan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 46,2% responden sangat tidak setuju bahwa jika saya berteman dengan x maka ketika y sakit maka saya tidak perlu menjenguknya karena saya bukan dari teman y.

(9)

Gambar 10. Diskriminasi Dalam Pertemanan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 61,5% responden sangat tidak setuju bahwa tidak secircle berarti tidak boleh saling peduli.

Gambar 11. Diskriminasi Dalam Pertemanan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 43,6% responden sangat tidak setuju bahwa harus berteman dengan x karena jika berteman dengan y nanti akan ketularan tidak baik dari perilaku y.

(10)

Gambar 11. Diskriminasi Dalam Pertemanan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwasannya sebanyak 64,1% responden sangat tidak setuju bahwa boleh membeda-bedakan teman yang tidak setara dengan saya.

Penelitian ini mendeskripsikan informasi tentang prasangka dan diskriminasi yang didapatkan dari jurnal-jurnal yang terkait.

Pengertian Prasangka

Prasangka (prejudice) adalah suatu sikap ketidak-sukaan yang kuat dan tidak berdasar, atau kebencian terhadap seseorang atau kelompok orang tertentu berdasarkan keyakinan stereotip negatif karena adanya penilaian tanpa melihat karakteristik unik dari seseorang atau sekelompok orang hanya didasari keanggotaan mereka pada kelompok tersebut. Banyak orang yang membentuk dan memiliki prasangka karena dengan berprasangka dapat memainkan sebuah peran penting untuk melindungi atau meningkatkan konsep diri atau citra diri individu.

Prasangka juga adalah sikap antipati yang berlandaskan pada cara menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel, serta prasangka sebagai suatu evaluasi negatif seseorang atau sekelompok orang terhadap orang atau kelompok lain, semata-mata karena orang atau sekelompok orang itu merupakan anggota kelompok lain yang berbeda (outgroup) dari kelompoknya sendiri (ingroup).

Prasangka adalah sebagai persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain dan sikap serta perilakunya terhadap mereka (Sears, 1994). Menurut Newcom, dkk (1985) prasangka ialah sikap yang tidak baik dan dapat dianggap sebagai suatu predisposisi untuk mempersepsi, berfikir, merasa dan bertindak dengan cara-cara yang menentang atau mendekati

(11)

orang-orang lain terutama sebagai anggota-anggota kelompok. Sedangkan menurut Baron &

Byrne (2004) prasangka adalah sikap negatif terhadap anggota kelompok tertentu.

Menurut Carole Wade, Carol Tavis (2007) menyatakan bahwasannya prasangka merupakan ketidaksukaan yang kuat dan tidak berdasar atau kebencian terhadap sebuah kelompok yang didasarkan pada stereotip negatif. Demikian juga menurut Onong Uchjana Effendy (1981), bahwa prasangka adalah salah satu rintangan atau hambatan berat bagi kegiatan komunikasi karena orang yang berprasangka belum melakukan apa-apa sudah dicurigai terlebih dahulu dan menentang komunikator yang melancarkan komunikasi.

Myres (2012) menyatakan prasangka ialah penilaian negatif yang telah dimiliki sebelumnya terhadap satu kelompok dan masing-masing anggota kelompoknya. Myres (2012) juga menyatakan prasangka adalah sikap. Yang dimaksud sikap disinilah ialah kombinasi yang jelas dari perasaan, kecenderungan bertindak dan keyakinan. Seseorang yang memiliki prasangka terhadap pihak lain kemungkinan membenci pihak lain dan perilaku yang ditunjukkan kepada pihak lain tersebut akan berbeda dari biasanya. Prasangka merupakan proses kognitif yang berlangsung setiap hari baik pada orang baru dikenal maupun teman sehari-hari. Informasi yang berhubungan dengan prasangka sering kali diperhatikan lebih atau diproses seacra lebih hati-hati daripada informasi yang tidak berhubungan dengan hal tersebut (Blascivich dkk., 1997).

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwasannya prasangka adalah penilaian yang bersifat negatif atau ketidaksukaan bahkan kebencian terhadap individu atau suatu kelompok tertentu yang diwujudkan melalui sikap yang mana sikap tersebut didasarkan pada keanggotaan pada suatu kelompok. Seseorang yang memiliki prasangka mungkin membenci seseorang yang berbeda dengan dirinya baik dari segi agama, bahasa, kepercayaan, suku, ras, budaya, adat, tradisi atau hal lainnya. Dapat ditarik kesimpulan dalam kesamaan definisi yang telah dipaparkan, bahwa prasangka merupakan suatu siakp sosial seseorang atau kelompok terhadap orang atau kelompok lain berupa penilaian negative yang didasarkan pada keanggotaanya.

Macam-Macam Prasangka

Prasangka juga memiliki berbagai bentuk dan jenis yang diantaranya sebagai berikut : a. Seksisme

(12)

Menurut Doob (2013) menyatakan seksisme merupakan suatu bentuk prasangka terhadap kelompok lain yang memiliki perbedaan gender atau jenis kelamin. Pada hal ini biasanya perempuan sering dikatakan makhluk yang lemah, butuh perlindungan, mudah menangis (cengeng), sering dinomor duakan dalam hal apapun, diabaikan karena beranggapan bahwasnya merupakan tidak penting dan bekerja di dalam bidang domestik.

b. Prasangka Rasial

Menurut Watson (1984) memaparkan prasangka rasial ialah penilaian negatif terhadap seseorang karena orang tersebut menjadi anggota kelompok kelompok rasa tau suku tertentu. Prasangka rasial sering di masyarakat dan menjadi konflik disuatu daerah yang mana hal ini terjadi karena perbedaan yang ada di 2 kelompok tertentu, seperti kelompoknya merasa lebih unggul daripada kelompok lain, perbedaan jumlah kelompok yang ada dimasyarakat misalnya kelompok mayoritas harusnya yang lebih berkuasa, saling menjelekkan kelompok satu dengan lainnya, perbedaan pandangan antara dua kelompok, dll. c. Agisme

Menurut Rodin & Langer (Pines & Maslaach, 1993) mendefinisikan agisme sebagai prasangka terhadap orang yang berusia lanjut dari arti kata lain adalah orang tua (orang sepuh). Prasangka ini bagi orang-orang yang menganut system extended family. Pada hal ini orang tua sering dikatakan sebagai beban, tidak bisa melakukan apapun karena badan sudah tidak kuat seperti dulu, pelupa dan sering sakit-sakitan8

Pengertian Diskriminasi

Diskirimasi adalah prasangka atau perilaku yang membedakan seseorang hanya karena ia berasal dari sebuah identitas sosial (agama, etnis, ras, gender, orientasi sosial) hanya karena identitas sosialnya berbeda ia dipandang atau diperlakukan lebih buruk. Yang biasanya diskriminasi ini sering terjadi dilingkungan masyarakat. Antara dua kelompok ini akan saling menjelek-jelekan kelompok tertentu dan bahkan sampai dikucilkan.

Istilah diskriminasi berasal dari bahasa inggris “discriminate” dan pertama kali digunakan pada abad ke-17. Akar istilah itu berasal dari bahasa latin “discriminat”. Sejak perang sipil Amerika pada abad ke-18, istilah diskriminasi berkembang sebagai kosakata

8 Kuncoro, J. Prasangka dan Diskriminasi. Proyeksi: Jurnal Psikologi, 2009 Volume 2, Halaman 1-16

(13)

bahasa inggris untuk menjelaskan sikap prasangka negatif. Saat itu prasangka yang dimaksud dikaitkan hanya dengan prasangka atas kulit hitam yang menjadi budak, namun penggunaan istilah itu kemudian berkembang juga digunakan untuk semua jenis prasangka dan tindakan negatif kepada semua jenis identitas sosial.

Diskriminasi hampir sama dengan prasangka, bahkan kadang-kadang kedua istilah tersebut digunakan secara bergantian. Perbedaan keduanya adalah bahwa kalau prasangka itu adalah sikap (attitude) sedangkan diskriminasi adalah tindakan (action). Pada dasarnya diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. Perbedaan perlakuan tersebut bisa disebabkan karena warna kulit, golongan, suku, dan bisa pula karena perbedaan jenis kelamin, ekonomi, agama, dan sebagainya9.

Menurut Theodorso (1979) diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelaskelas sosial. Istilah tersebut biasanya untuk menggambarkan suatu tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak demokratis karena saling menjatuhkan. Diskriminasi ialah perilaku yang ditujukkan untuk mencegah suatu kelompok atau membatasi kelompok lain yang berusaha memiliki atau mendapatkan sumber daya (Liliweri, 2005). Dalam hal ini diskriminasi dapat dilakukan melalui kebijakan untuk mengurangi, memusnahkan, menaklukkan, memindahkan, melindungi secara legal, menciptakan pluralisme budaya dan mengasimilasi kelompok lain.

Fulthoni (2009) mengatakan bahwa diskriminasi ialah suatu perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan perorangan atau kelompok berdasarkan sesuatu biasanya bersifat kategorikal atau atribut-atribut khas, seperti ras, suku bangsa, agama ataupun keanggotaan kelas-kelas sosial10

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwasannya diskriminasi terjadi ketika keyakinan atas cap buruk dan prasangka sudah berubah menjadi aksi. Diskriminasi juga merupakan tindakan memperlakukan orang lain secara tidak adil hanya karena dia berasal dari kelompok sosial tertentu. Diskriminasi juga merupakan bentuk tindakan yang merugikan

9 Kuncoro, J. Prasangka dan Diskriminasi. Proyeksi: Jurnal Psikologi, 2009 Volume 2, Halaman 1-16

10 Fulthoni dkk. Memahami Diskriminasi. Jakarta Selatan: The Indonesian Legal Resource Center (ILRC), 2009

(14)

seseorang, jika seseorang terkena diskriminasi mereka akan diperlakukan dengan buruk, sering kali dengan kekerasan fisik. Kadang-kadang ia diperlakukan lebih buruk tanpa alasan kecuali karena ia berasal dari identitas sosial tertentu.

Sumber Prasangka

Prasangka sebagai suatu sikap mempunyai berbagai macam sumber menjadi penyebab, yaitu sebagai berikut :

a. Kompetisi

Menurut Soekanto (1991) menyatakan bahwa salah satu akibat dari interaksi sosial adalah munculnya kompetisi. Kompetisi seringkali membuat individu mempunyai persepsi yang negatif terhadap orang atau kelompok lain dan bahkan menimbulkan kontak fisik.

b. Peran Belajar Sosial (Sosial Learning)

Prasangka bukan merupakan bawaan. Tidak ada seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai kebencian tertentu terhadap orang lain. Kebencian dan sikap negatif pada orang atau kelompok lain merupakan sesuatu yang dipelajarinya dari lingkungan karena prasangka sebagai suatu sikap merupakan hasil belajar sosial11

Macam-Macam Diskriminasi

Prasangka juga memiliki berbagai bentuk dan jenis yang diantaranya sebagai berikut : a. Rasisme

Menurut J. Jones (dalam Brigham, 1911) menyatakan rasisme adalah suatu aspek pembeda secara rasial pada suatu budaya yang diterima oleh banyak orang dan mendorong kompetisi, perbedaan kekuasaan dan perlakuan yang tidak semestinya terhadap kelompok lain.

b. Tokenism

Diskriminasi ini sering terjadi dibidang ekonomi, dimana orang dipekerjakan atau tidak dipekerjakan berdasarkan pertimbangan ras. Tokenism secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pemberian sedikit perlakuan

11 Kuncoro, J. Prasangka dan Diskriminasi. Proyeksi: Jurnal Psikologi, 2009 Volume 2, Halaman 1-16

(15)

positif kepada kelompok tertentu sebagai alasan untuk menolak pemberian positif yang lebih besar. Jadi perlakuan postif yang minimal digunakan sebagai alasan pembenar untuk melakukan diskriminasi pada bidang lain yang lebih besar ppengaruhnya.

c. Reverse Discrimination

Reverse discrimination berarti kecenderungan untuk menilai dan memperlakukan seseorang dari kelompok tertentu (biasanya kelompok yang menjadi target prasangka) dengan lebih baik dibanding perlakuan terhadap kelompok lainnya12

Sumber Diskriminasi

Diskriminasi umumnya sering diawali dengan prasangka. Sumber yang menjadi penyebabnya yaitu sebagai berikut :

a. Kekecewaan

Setengah orang yang kecewa akan meletakkan kekecewaan mereka kepada kambing hitam.

b. Mekanisme Pertahanan Psikologi (Projection)

Seseorang memindahkan kepada orang lain ciri-ciri yang tidak disukai tentang dirinya kepada orang lain.

c. Corak Sosialisasi

Diskriminasi juga adalah fenomena yang dipelajari dan diturunkan dari satu generasi kepada generasi yang lain melalui proses sosialisasi.

d. Persaingan & Eksploitasi

Masyarakat kini adalah lebih materialistik dan hidup dalam persaingan.

Individu atau kumpulan bersaing diantara mereka untuk mendapatkan kekayaan, kemewahan dan kekuasaan.

e. Sejarah

Ditimbulkan karena adanya sejarah pada masa lalu.

f. Mengalami Rasa Tidak Selamat & Rendah Diri

12 Riadi, Muchlisin. Prasangka (Prejudice) – Pengertian, Aspek, Indikator dan Jenis. 27 April 2021.

https://www.kajianpustaka.com/2021/04/prasangka-prejudice.html

(16)

Mereka yang merasa terancam dan rendah diri untuk menenangkan diri maka mereka mencoba dengan merendahkan orang atau kumpulan lain13 Pencegahan dan Penanggulangan

a. Meningkatkan nilai dari kelompok yang diprasangkai

Salah satu cara yang bisa diusahakan sebagai upaya pencegahan prasangka dan diskriminasi adalah dengan cara meningkatkan nilai dari kelompok yang distigmatisasi oleh kelompok lain. Maksudnya adalah kelompok lain yang berbeda dengannya itu sebenarnya juga memiliki nilai dan hal yang bisa dihargai oleh orang lain. Ini berfungsi agar terwujudnya kesadaran dari sebuah kelompok yang diprasangkai tersebut pada dasarnya memiliki kompetensi dan kemampuan sebagaimana kelompok yang menghujat. Hal ini bisa sebagai langkah awal dalam upaya menghargai keberadaan orang lain. Menghargai keberadaan orang lain merupakan salah satu bentuk toleransi. Toleransi merupakan sebuah perilaku yang ditunjukkan dengan meghormati sifat dasar, keyakinan dan perilaku yang ditampakkan oleh orang lain

b. Membuat perbandingan dalam kelompok

Sebagai usaha mencegah terjadinya prasangka dan diskriminasi, melakukan proses perbandingan nilai secara internal dalam sebuah kelompok merupakan hal yang bijak.

Maksudnya adalah sebelum berprasangka dan mendiskriminasikan orang lain, ada baiknya membandingkan hal yang dijadikan bahan perbandingan ditujukan ke dirinya terlebih dahulu. Hal ini sebagai wujud usaha meredam niatan untuk melakukan diskriminasi terhadap orang lain. Melakukan proses memilah-milah sebuah persepsi dan nilai-nilai mana saja yang patut dilakukan akan sangat membantu seseorang untuk melakukan persepsi yang tepat atas lingkungannya. Melakukan perubahan atas persepsi-persepsi yang dimiliki akan sangat bermanfaat dikarenakan persepsi-persepsi inilah yang akan mengarahkan sebuah perilaku dan tindakan yang dilakukan pada nantinya.

c. Mengkondisikan lingkungan.

13 Riadi, Muchlisin. Prasangka (Prejudice) – Pengertian, Aspek, Indikator dan Jenis. 27 April 2021.

https://www.kajianpustaka.com/2021/04/prasangka-prejudice.html

(17)

Mengkondisikan lingkungan bisa dijadikan sebagai alternatif cara dalam meredam dan meminimalkan terjadinya prasangka dan perilaku diskriminasi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengatur agar seseorang tidak melakukan suatu hal yang menyulut terjadi penilaian ekstrim dari kelompok lain. Sebagai contoh seseorang diarahkan untuk melakukan perubahan dalam sikap atau hidup, menyesuaikan cara berpakaian atau beradaptasi cepat dengan lingkungan agar meminimalkan kemungkinan prasangka terjadi.

d. Membuka komunikasi antar kelompok yang berprasangka

Adanya komunikasi antar kelompok yang berprasangka melalui mediasi pihak ketiga diharapkan bisa menyelesaikan konflik prasangka yang telah terjadi. Hanya saja peran emosional juga dilibatkan agar hasil mediasi yang telah dilakukan bukan hanya sebagai suatu formalitas belaka.

Pada konteks prasangka dalam beragama, adanya suatu komunikasi atau dialog antar agama bisa menjadi sebuah alternatif yang dipilih. Hal ini dikarenakan komunikasi antar agama penting dilakukan untuk menghindari perdebatan teologis antar pemeluk agama.

Pesan-pesan agama yang sudah diinterpretasikan selaras secara universal akan menjadi modal terciptanya dialog yang harmonis. Melalui dialog antar agama akan memberikan hak setiap orang untuk mengamalkan keyakinannya dan menyampaikannya kepada orang lain.

Menerima keberadaan orang lain tidak dengan menggunakan persepsi agama yang dianutnya akan menjadi penguat kerukunan dan meminimalisir konflik.

e. Personalisasi anggota out group

Melakukan proses humanisasi pada kelompok yang dianggap out group menjadi penting untuk dilakukan mengatasi prasangka. “Memanusiakan” anggota yang dianggap out group bukan berarti harus memahami semua kebutuhan dari anggota out group tersebut melainkan sebagai wujud penghormatan, menjunjung rasa kemanusiaan dan menunjukkan empati. Pada dasarnya kehadiran agama bertujuan untuk memanusiakan manusia, agar bisa mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki. Artinya dalam berinteraksi sosial, seseorang akan diminta untuk memenuhi hak dan kewajibannya terhadap sesama dan pada akhirnya kesemuanya itu akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Manusia harus bisa hidup bersama dalam interaksi dan interdependensi dengan sesamanya, karena pada dasarnya manusia itu membutuhkan keberadaan orang lain.

(18)

e. Penguatan norma sosial

Pada proses minimalisasi prasangka, penegakan norma sosial menjadi penting untuk dilakukan. Norma sosial yang ada di masyarakat akan mencegah perilaku diskriminasi oleh karena norma sosial tersebut merupakan sebuah kesepakatan dari banyak pihak yang menginginkan sebuah komunitas yang damai. Norma sosial pada dasarnya sama dengan norma kelompok. Norma sosial merupakan hasil dari bermacam-macam interaksi kelompok yang mana didalamnya mencakup nilai sosial, adat istiadat, tradisi, kebiasaan, konvensi dan lain sebagainya. Norma sosial tersebut akan menjadi patokan terkait tingkah laku dan sikap individu yang dikehendaki oleh kelompok tersebut. Artinya norma sosial harus dipatuhi mengingat norma sosial dibuat berdasarkan hubungan timbal balik antar individu-individu yang menjadi anggota kelompok sosial14

SIMPULAN

Prasangka adalah suatu sikap ketidak-sukaan yang kuat dan tidak berdasar, atau kebencian terhadap seseorang atau kelompok orang tertentu berdasarkan keyakinan stereotip negatif karena adanya penilaian tanpa melihat karakteristik unik dari seseorang atau sekelompok orang hanya didasari keanggotaan mereka pada kelompok tersebut. Dibelakang prasangka yang dilanjutkan tentu akan menimbulkan sebuah diskriminasi atas prasangka tersebut. Diskrimniasi sendiri memiliki arti bahwa aksi atau tindakan yang diwujudkan dari adanya prasangka tersebut, dengan cara mengucilkan, mencemooh, dan membedakan perilaku terhadap seseorang yang berbeda dengan kita baik dari ras, agama, suku, warna kulit, dll.

Adapun macam-macam prasangka diantaranya seksisme, prasangka rasial, dan agisme dan diantara macam-macam diskriminasi adalah rasisme, tokenisme, dan reverse discrimination. Sumber prasangka sendiri meliputi kompetisi antar sesama, dan peran belajar (sosial learning) adapun sumber diskrimnasi timbul karena adanya kekecewaan, mekanisme pertahanan psikologi, corak sosial, persaingan dan eksploitasi, sejarah, dan adanya rasa tidak aman.

Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi prasangka dan diskrimnasi anatara lain, meningkatkan nilai dari kelompok yang diprasangkai, membuat perbandingan dalam

14 Rosalina Noor, Triana. Menepis Prasangka dan Diskriminasi dalam Perilaku Beragama untuk Masa Depan Multikulturalisme di Indonesia. Sidoarjo: Fikih, Jurnal Kajian Agama, 2020. Volume 5, Halaman 8-11

(19)

kelompok, mengkondisikan lingkungan, membuka komunikasi antar kelompok yang berprasangka, personalisasi anggota out group, penguatan norma sosial.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai prasangka dan diskriminasi, penulis melakukan survey dengan pengisian kuisoner dikalangan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 21 dengan berbagai pokok pertanyaan mengenai prasangka kepada perempuan dan diskriminasi terhadap teman.

DAFTAR PUSTAKA

Alfandi, M. (2013). PRASANGKA: POTENSI PEMICU KONFLIK INTERNAL UMAT ISLAM. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 21(1), 113-140.

Fulthoni dkk. 2009. MEMAMAHAMI DISKRIMINASI. Jakarta Selatan: The Indonesian Legal Resource Center (ILRC).

Haryanti benedikta, 2013, PRASANGKA GENDER DAN EMANSIPASI PEREMPUAN DALAM NOVEL SANG MAHARANI KARYA AGNES JESSICA

Januar Ali, Deny. 2014. MENJADI INDONESIA TANPA DISKRIMINASI:Data, Teori, dan Solusi: Cerah Budaya.

Khotimah, K. (2015). DISKRIMINASI GENDER TERHADAP PEREMPUAN DALAM SEKTOR PEKERJAAN. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak, 4(1), 158–

180.

Kuncoro, J. (2022). Prasangka dan diskriminasi. Proyeksi: Jurnal Psikologi, 2(2), 1-16.

Pursika, I. N. (2009). Kajian Analitik Terhadap Semboyan ”Bhinneka Tunggal Ika”.

Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 42.

Rambe, T. (2017). Membingkai Kebhinekaan Dan Kedaulatan Dalam Berbangsa Dan Bernegara Dari Sudut Pandang Sosial Politik Nasional. Generasi Kampus, 10(2).

Riadi, Muchlisin. (2020). Diskriminasi (Pengertian, Jenis, Penyebab, Bentuk dan Tindak Pidana). Diakses pada 10/30/2022.

(20)

Riadi, Muchlisin. (2021). Prasangka (Prejudice) - Pengertian, Aspek, Indikator dan Jenis. Diakses pada 10/30/2022.

Rosalina Noor, Triana. (2020). Menepis Prasangka dan Diskriminasi dalam Perilaku Beragama untuk Masa Depan Multikulturalisme di Indonesia. Sidoarjo: Fikih, Jurnal kajian agama.

Sitabuana, T. H. (2011). Penyelesaian Masalah Diskriminasi Terhadap Etnis Cina.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Soeboer, R. (1990). Prasangka dan diskriminasi. Jurnal Psikologi Sosial, 4(3).

Zed, M. (2003). Metode Penelitian Literatur. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Another study conducted by Chen (2021) discovered that student could work out knowledge, solve problems, and develop cognition by doing online peer assessment in a blended

The linguistics features of standard dialect are grammatical form, dominated by  52 present tenses and the least is 3 conditional sentences; vocabulary, dominated