• Tidak ada hasil yang ditemukan

fi -ro,r. - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "fi -ro,r. - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

-_--

g

PROFIL PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELINq YANG

SUDAII MENIKAH DENGAN YANG

BELU1VI

MEMKAH

(studi Kajian

pada

Prodi Bimbingan

dan

Konsellng Angkatan

2012 dan

201j STKIP

PGf,.d Sumatera

Barat faAaigy

ARTIKEL

Oleh:

SRI

MELIA NOFYIANI

1r060121

PROGR{M STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAII TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

{sTKrP) PcRr SLTItr

TE&A.

BAR{T

P.4.I}ANG 2016

fi -ro,r.,

(2)

PROFIL PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING YANG

SUDAH MENIKAH DENGAN YANG BELUM MENIKAH

(Studi Kajian pada Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 dan 2013 STKIP PGRI Sumatera Barat Padang)

Oleh:

Sri Melia Nofviani Jarudin, M.A. Ph.D Fuaddillah Putra, M.Pd Kons

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated their students counseling a married or unmarried difficult to manage time between family responsibilities and education, students who are married is difficult to understand the spouse, family, often do not go to lectures and often late to class. The purpose of this study to describe: 1) Profile student achievement counseling married force 2012 and 2013, 2) Profile student achievement counseling unmarried 2012 and 2013. This type of research is quantitative descriptive. The study population was a student of guidance and counseling force in 2012 and 2013 amounted to 377 people. Stratified random sampling technique, totaling 78 people.

Tool collects data that is the result of the GPA (cumulative grade point) inquiri students and data analysis using ordinal data. The results showed that: 1) Profile student learning achievement counseling married at a very satisfying criteria, 2) Profile student achievement counseling unmarried a very satisfying criteria.

Keywords: academic achievement, married PENDAHULUAN

Manusia dilahirkan dengan ketidaktahuan dan ketidakberdayaan, sejalan dengan pertumbuhan usia, manusia mulai belajar untuk mengenali lingkungannya dan memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan. Salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut adalah melalui pendidikan. Salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam memberikan ilmu pengetahuan dan mengembangkan keterampilan mahasiswa adalah perguruan tinggi.

Prayitno (2004:3) menyatakan bahwa tujuan perguruan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian. Oleh karena itu di perguruan tinggi seluruh aspek individu baik secara sosial, fisik, mental, psikis dan kepribadian dapat dibina serta ditumbuhkembangkan. Jadi tujuan perguruan

tinggi adalah untuk mewujudkan manusia menjadi orang yang profesional, berkemampuan tinggi dan dapat menerapkan serta mengembangkan ilmu pengetahuan baik ilmu teknologi dan ilmu-ilmu yang lain melalui proses belajar.

Menurut Syah (2011:62) belajar adalah suatu kegiatan dan berproses merupakan unsur yang sangat menyelengarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya Menurut Sukirman (Oktarina 2013:10) belajar merupakan bimbingan dan penguasaan dari guru masih mendominasi kegiatan belajar di sekolah menengah, sedangkan belajar di perguruan tinggi sebagian besar ditentukan oleh mahasiswa sendiri. Sebagai seorang mahasiswa yang sedang mengalami proses belajar mahasiswa diperlakukan sebagai manusia yang dewasa yang dapat mengatur dirinya sendiri terutama kegiatan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksinya dalam

(3)

lingkungan, sedangkan belajar di perguruan tinggi sebangian besar ditentukan oleh mahasiswa tersebut.

Menurut Tohirin (2014:179) pembelajaran atau hasil belajar merupakan suatu proses yang kondisional, artinya terkait erat dengan kondisi-kondisi tertentu, seperti kondisi yang ada dalam diri (motivasi, kesehatan dan lain-lain) mahasiswa maupun yang berasal dari luar diri mahasiswa (lingkungan keluarga, cuaca dan sebagainya).

Seluruh aktivitas belajar mahasiswa diarahkan untuk mendapatkan prestasi belajar sebaik mungkin, oleh karena itu setiap mahasiswa perlu didorong untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari proses belajar yang terkait dengan kondisi-kondisi mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran atau evaluasi dari proses belajar yang akan mencapai prestasi belajar.

Menurut Ervin (2013:3) prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang atau mahasiswa dalam usaha belajarnya yang kemudian disimbolkan dengan nilai dan angka atau huruf yang menunjukkan tingkat-tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Angka atau huruf tersebut dicatumkan dalam bentuk rapor ataupun Lembaran Hasil Semester (LHS), dimana dengan LHS dapat memperlihatkan bagaimana tingkat kemajuan atau prestasi belajar mahasiswa dalam satu periode. Menurut Syah (2009:149) prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil belajar atau hasil penilaian yang menyeluruh, dengan meliputi: prestasi belajar dalam bentuk kemampuan pengetahuan dan pengertian. Hal ini juga meliputi ingatan, pemahaman, penegasan, sintesis, analisis, dan evaluasi, prestasi belajar dalam bentuk keterampilan intelektual dan keterampilan sosial dan prestasi belajar dalam bentuk sikap atau nilai.

Menurut Nana (Tohirin 2014 : 172- 177) pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar mahasiswa, merujuk pada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor, oleh karena itu, ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Ketiga aspek diatas tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang mahasiswa yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang ditunjukan dengan nilai yang

diberikan guru setelah melalui kegiatan belajar selama periode tertentu.

Menurut Muliawan (Ervin 2003:8) kendala yang banyak dialami mahasiswa, mulai dari hambatan psikologis, intelektual, maupun pengalaman yang dimiliki. Dari segi psikologis, sering sekali mahasiswa tidak mendapatkan dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya, terutama orang tua.

Hambatan lainnya, situasi dan kondisi sosial budaya dilingkungan sekolah yang tidak mendukung untuk menumbuhkan semangat belajar tersebut. Sedangkan dari segi intelektual, mahasiswa dalam masa tumbuh kembang dan belajar yang banyak. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, baik faktor yang ada dalam diri mahaiswa maupun yang datang dari luar diri.

Menurut Muliawan (Ervin 2003:10) ada faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri mahasiswa (intern) dan bisa juga berasal dari luar diri mahasiswa (ekstern).

Faktor intern dapat berupa kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kesehatan dan kebiasaan.

Sedangkan faktor ekstern dapat berasal dari keluarga dan masyarakat. Faktor yang dari luar diri salah satunya menurut Wowo (2011:

226-268) faktor ekonomi merupakan salah satu wujud investasi dalam pendidikan. Jadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan luar diri peserta didik serta faktor ekonomi yang sangat menunjang dalam proses pendidikan.

Menurut Harvighurst (Monks, 1992 )bahwa salah satu harapan masyarakat yang harus dikuasai oleh setiap orang dewasa adalah mencari pasangan hidup. Hal ini biasanya dimulai dengan berkenalan dengan lawan jenis hingga kemudian berpacaran dan akhirnya melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Menurut Syara’ (Syafe’i, 2014:163) nikah adalah akad yang sangat kuat antara wali calon istri dan calon mempelai laki-laki dengan ucapan-ucapan tertentu dan memenuhi syarat rukun perkawinan. Perkawinan atau pernikahan menurut hukum islam adalah suatu ikatan lahir dan batin anatara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan untuk berketurunan, yang dilaksanakan menurut ketentuan hukum syariat islam. Sedangkan menurut Undang- Undang No. I Tahun 1974, Bab I, Pasal I, perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

(4)

kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

Namun pada kenyataannya orang yang sudah menikah seringkali timbul berbagai permasalahan apalagi menikah disaat masih kuliah akan lebih mudah timbul permasalahan-permasalahan baru, karena selain memikirkan keluarga juga harus memikirkan studinya.

Menurut Prayitno (Nur Rahman, 2010) ada beberapa faktor yang menyebabkan orang ingin melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Faktor pertama karena gengsi, artinya apabila mereka kuliah dan mendapatkan gelar kesarjanaan mereka akan dipandang “keren” oleh orang lain dan akan mendapatkan status sosial yang tinggi dalam masyarakat. Faktor kedua adalah karena ilmu itu sendiri, seseorang ingin menuntut ilmu di perguruan tinggi karena ingin mendapatkan ilmu yang sebanyak banyaknya. Faktor ketiga adalah karena dorongan ingin mendapatkan pekerjaan dan kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gelar. Menurut Nur Rahman (2010) perkembangan prestasi belajar yang diraih setelah menikah tidak ada yang menurun, tetapi setidaknya tetap bertahan bahkan semakin meningkat.

Berdasarkan hasil dari wawancara pada 1 Oktober 2015 dengan beberapa orang mahasiswa bimbingan konseling yang sudah menikah didapatkan bahwa mahasiswa yang sudah menikah seringkali harus mengatur waktu antara tanggung jawab dalam keluarga dan tanggung jawab akan pendidikan.Hal ini dikarenakan seorang mahasiswa yang telah menikah harus mampu membagi waktu untuk bekerja, waktu untuk keluarga dan waktu untuk pendidikan. Di sinilah muncul berbagai masalah yang menyebabkan konflik pada dirinya antara waktu untuk keluarga dan waktu untuk menyelesaikan studinya, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar. Setelah menikah permasalahan-permasalahan baru akan muncul, diantaranya bagaimana memahami pasangan hidup baru, bagaimana cara membagi waktu antara keluarga dan perkuliahan, bagaimana mendidik anak, bagaimana mencari rumah, apakah ikut mertua atau cari kontrakan, bagaimana bersikap kepada mertua, tetangga dan lain-lain, apalagi masih harus memikirkan pelajaran.

Mahasiswa yang belum menikah sering tidak masuk dan terlambat saat jam perkuliahan dan seringkali menunda-nunda waktu untuk mengerjakan tugas. Hal-hal inilah yang dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar pada

mahasiswa yang telah menikah maupun yang belum menikah.

Berdasarkan sejumlah fenomena yang ditemui di lingkungan kampus, Penulis menjadi tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam suatu penelitian“ Profil Prestasi Belajar Mahasiswa Bimbingan dan Konseling yangsudah menikah (Studi kajian pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 dan 2012 STKIP PGRI Sumatera Barat)”.

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Profil prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikahangkatan 2012 dan 2013 di STKIP PGRI Sumatera Barat.

2. Profil prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang belum menikahangkatan 2012 dan 2013 di STKIP PGRI Sumatera Barat.

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan“Bagaimanakah profil prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah dengan belum menikah (Studi kajian pada Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 dan 2013 di STKIP PGRI Sumatera Barat)?”

Dari latar belakang permasalahan maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengatahui:

1. Profil prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah angkatan 2012 dan 2013 di STKIP PGRI Sumatera Barat.

2. Profil prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang belum menikah angkatan 2012 dan 2013 di STKIP PGRI Sumatera Barat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Lehman (Yusuf, 2005:83) penelitian deskriptif adalah Salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskriptifkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba mengambarkan fenomena secara detail.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat sebanyak 377 orang.

Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik stratified random sampling dan total random sampling, berjumlah 78 orang.

(5)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ordinal. Menurut Iskandar (2009:80-81) data ordinal merupakan skala yang bedasarkan kepada ranking, yang diurut dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Jadi data ordinal yang dimaksud yaitu melihat selisih, ukuran tentang bagaimana profil prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang menikah dengan belum menikah (Suatu Kajian pada Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 dan 2013 STKIP PGRI Sumatera Barat).

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data di peroleh langsung dari responden yaitu mahasiswa Bimbingkan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat Padang.

Dalam penelitian ini mengunakan barometer dalam mengukur prestasi belajar mahasiswa yang menikah dengan yang belum menikah karena dalam penelitian ini bertujuan untuk meneliti prestasi belajarnya.

Perkembangan prestasi ini dapat diketahui melalui Indeks Prestasi Komulatif (IPK) sementara itu indeks angka yang menunjukan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara komulatif sampai pada semester sekarang. Menurut Prayati (Nur rahman 2010:19) perhitungan IPK dengan mengunakan rumus sebagai berikut:

IPK ={ ∑[ 1 2]}+{ ∑ [ 1 2] }+ ….

1+∑ 2+ ….

Ket:

IPK = Indeks Prestasi Komulatif Bn = Bobot Nilai

K = Harga SKS masing-masing 1,2 = Menunjukan jumlah sampel HASIL

1. Profil prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah (studi pada angkatan 2012 dan 2013)

Berdasarkan hasil analisis data, dapat dilihat dari segi prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah angkatan 2012 dan 2013, yang berjumlah 12 orang mahasiswa berada pada kategori yang sangat memuaskan.

2. Profil prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang belum menikah (studi pada angkatan 2012 dan 2013)

Berdasarkan hasil analisis data, dapat dilihat dari segi prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang

belum menikah angkatan 2012 dan 2013, yang berjumlah 66 orang mahasiswa berada pada kategori yang sangat memuaskan.

Menurut Nur Rahman (2010) perkembangan prestasi belajar mahasiswa yang diraih setelah menikah tidak ada yang menurun, tetapi setidaknya tetap bertahan bahkan semakin meningkat.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar mahasiswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama satu periode tertentu yang dinyatakan dalam bentuk lapor ataupun LHS bagi mahasiswa di perguruan tinggi.

Menurut Tirtonegoro (1984:4), menjelaskan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap mahasiswa dalam periode tertentu. Sejalan dengan pendapat Sudjana (Tohirin 2014:172) menjelaskan prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang merupakan ukuran keberhasilan siswa. Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar mahasiswa, merujuk pada aspek-aspek kognitif, afektif, psikomotor. Oleh karena itu ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Artinya prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan dari ketiga aspek di atas tidak berdiri sendiri tetapi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki.

Menurut Tohirin (2014:179) pembelajaran atau hasil belajar merupakan suatu proses yang kondisional, artinya terkait erat dengan kondisi-kondisi tertentu, seperti kondisi yang ada dalam diri (motivasi, kesehatan dan lain-lain) mahasiswa maupun yang berasal dari luar diri mahasiswa (lingkungan keluarga, cuaca dan sebagainya).

Seluruh aktivitas belajar mahasiswa diarahkan untuk mendapatkan prestasi belajar sebaik mungkin, oleh karena itu setiap mahasiswa perlu didorong untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari proses belajar yang terkait dengan kondisi-kondisi mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran atau evaluasi dari proses belajar yang akan mencapai prestasi belajar.

Menurut Ervin (2013:3) prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang atau

(6)

mahasiswa dalam usaha belajarnya yang kemudian disimbolkan dengan nilai dan angka atau huruf yang menunjukkan tingkat-tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Angka atau huruf tersebut dicatumkan dalam bentuk rapor ataupun Lembaran Hasil Semester (LHS), dimana dengan LHS dapat memperlihatkan bagaimana tingkat kemajuan atau prestasi belajar mahasiswa dalam satu periode. Menurut Syah (2009:149) prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil belajar atau hasil penilaian yang menyeluruh, dengan meliputi:

1. Prestasi belajar dalam bentuk kemampuan pengetahuan dan pengertian. Hal ini juga meliputi ingatan, pemahaman, penegasan, sintesis, analisis, dan evaluasi.

2. Prestasi belajar dalam bentuk keterampilan intelektual dan keterampilan sosial.

3. Prestasi belajar dalam bentuk sikap atau nilai.

Menurut Nana (Tohirin 2014 : 172- 177) pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar mahasiswa, merujuk pada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor, oleh karena itu, ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Ketiga aspek diatas tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang mahasiswa yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang ditunjukan dengan nilai yang diberikan guru setelah melalui kegiatan belajar selama periode tertentu.

Menurut Muliawan (Ervin 2003:8) kendala yang banyak dialami mahasiswa, mulai dari hambatan psikologis, intelektual, maupun pengalaman yang dimiliki. Dari segi psikologis, sering sekali mahasiswa tidak mendapatkan dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya, terutama orang tua.

Hambatan lainnya, situasi dan kondisi sosial budaya dilingkungan sekolah yang tidak mendukung untuk menumbuhkan semangat belajar tersebut. Sedangkan dari segi intelektual, mahasiswa dalam masa tumbuh kembang dan belajar yang banyak. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, baik faktor yang ada dalam diri mahaiswa maupun yang datang dari luar diri.

Menurut Muliawan (Ervin 2003:10) ada faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, faktor tersebut bisa berasal dari

dalam diri mahasiswa (intern) dan bisa juga berasal dari luar diri mahasiswa (ekstern).

Faktor intern dapat berupa kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kesehatan dan kebiasaan.

Sedangkan faktor ekstern dapat berasal dari keluarga dan masyarakat. Faktor yang dari luar diri salah satunya menurut Wowo (2011:

226-268) faktor ekonomi merupakan salah satu wujud investasi dalam pendidikan. Jadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan luar diri peserta didik serta faktor ekonomi yang sangat menunjang dalam proses pendidikan. Dari Faktor di atas dapat mempergaruhi prestasi belajar mahasiswa baik mahasiswa yang telah menikah maupun yang belum menikah, mahasiswa yang telah menikah sangat mempengaruhi prestasi belajarnya baik dalam faktor ekonomi maupun faktor eksternal dan internal.

Mahasiswa adalah salah satu manusia yang telah dewasa yang telah dibolehakan untuk mencari pasangan hidup atau di anjurkan untuk mencari pasangan hidup atau menikah. Menurut Harvighurst (Monks, 1992) bahwa salah satu harapan masyarakat yang harus dikuasai oleh setiap orang dewasa adalah mencari pasangan hidup. Hal ini biasanya dimulai dengan berkenalan dengan lawan jenis hingga kemudian berpacaran dan akhirnya melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Menurut Syara’ (Syafe’i, 2014:163) nikah adalah akad yang sangat kuat antara wali calon istri dan calon mempelai laki-laki dengan ucapan-ucapan tertentu dan memenuhi syarat rukun perkawinan. Perkawinan atau pernikahan menurut hukum islam adalah suatu ikatan lahir dan batin anatara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan untuk berketurunan, yang dilaksanakan menurut ketentuan hukum syariat islam. Sedangkan menurut Undang- Undang No. I Tahun 1974, Bab I, Pasal I, perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

Namun pada kenyataannya orang yang sudah menikah seringkali timbul berbagai permasalahan apalagi menikah disaat masih kuliah akan lebih mudah timbul permasalahan-permasalahan baru, karena selain memikirkan keluarga juga harus memikirkan studinya.

Menurut Slameto (2001:10-14) mengemukan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

(7)

a. Faktor internal

Individu yang dapat mempengaruhi presatasi belajar, faktor tersebut terdiri dari:

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

1) fisiologis, yaitu yang berhubungan dengan kesehatan fisik atau panca indra peserta didik pendengaran, penglihatan, serta kemampuan kinestetik.

2) Faktor psikologis, yaitu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antaranya yaitu:

a) Intelegensi, pada umumnya presatasi belajar yang diperoleh peserta didik berhubungan erat dengan tingkat intelegensi yang dimiliki peserta didik. Hasil belajar umumnya mengambarkan tingkat kemampuan intelegensi seseorang.

b) Sikap, sikap dapat diartikan sebagai kecendrungan seseorang dalam mengambil keputusan atau tindakan.

c) Motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.

Motivasi belajar merupakan energi Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luat diri individu.

Faktor untuk melakukan usaha belajar. Motivasi sangat penting dalam mencapai presatasi belajar.

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan keluarga, yaitu kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, perhatian orang tua dan hubungan antara anggota keluarga. Suasana lingkungan tersebut pada gilirannya akan memberikan dampak terhadap kinerja belajar peserta didik. Lingkungan keluarga yang baik akan memberikan dampak yang baik terhadap perilaku belajar peserta didik, seperti adanya sarana, fasilitas, serta perhatian orang tua terhadap pendidikan anak dirumah. Sebaliknya kurangnya perhatian orang tua dan sarana yang diberikan terhadap pendidikan anak menyebabkan timbulnya hambatan dalam belajar.

2) Lingkungan sekolah, yaitu mencakup kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, kompetensi pendidik dalam berinteraksi, beban kurikulum, metode dan media pembelajaran yang digunakan, serta peraturan yang ada di sekolah. Suasana lingkungan tersebut tersebut

menyebabkan kenyamanan atau ketidak nyamanan peserta didik dalam kengiatan belajar di sekolah. Oleh karena itu sangat mempengaruhi kualitas atau hasil belajar peserta didik.

3) Lingkungan sosial dan budaya masyarakat, lingkungan sosial budaya masyarakat dalam konteks pendidikan terutama bersumber dari pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan partisipasi peserta didik terhadap pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas faktor yang mempengaruhi prestasi belajar baik mahasaiswa yang sudah menikah dengan yang belum menikah yaitu terdapat dua baik faktor ekternal maupun faktor internal. Faktor internal yaitu seperti faktor fisiologis, psikologis, dan faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat dari luar diri mahasiswa seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

Mahasiswa yang menikah pada masa studinya yaitu mahasiswa yang memiliki dua tanggung jawab antara pendidikan dan keluarga yang mana menikah Menurut Zahry (Syafei, 2014:163) bahwa pernikahan menurut istilah hukum islam sama dengan nikah atau zawaj. Nikah menurut bahasa berarti menghimpun, sedangkan menurut terminologi adalah akad yang menghalalkanpergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban di antara keduanya. Sedangkan menurut Syara’ nikah adalah akad yang sangat kuat antara wali calon istri dan calon mempelai laki-laki dengan ucapan-ucapan tertentu dan memenuhi syarat serta rukun perkawinan. Menurut Modul (Mahfud, 2011:36) nikah atau pernikahan adalah ikatan suci berdasarkan agama yang menghalalkan pergaulan serta menentukan batas-batas hak dan kewajiban antara seorang suami dengan seorang perempuan yang tidak mempunyai hubungan kekeluargaan (bukan mahram).

Jadi pernikahan atau perkawinan menurut hukum islam adalah suatu ikatan lahir dan bathin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan untuk berketurunan, yang dilaksanakan menurut ketentuan hukum Syariat Islam. Mahasiswa yang sudah menikah mempunyai dua tangung jawab yang harus dipenuhi baik tangung jawab dalam berkeluarga maupun tangung jawab dalam soal pendidikan, sedangkan mahasiswa yang belum menikah hanya mempunyai tangung jawab dalam soal pendidikan saja.

(8)

Menurut Syafei (2004:168) syarat pernikahan dalam islam tidak semata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan biasa, akan tetapi mempunyai nilai ibadah.

Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu segera melaksanakannya, karena dengan perkawinan dapat mengurangi maksiat penglihatan, memelihara diri dari perbuatan zina. Menurut Wahbah Az-zuhaili (Yaswirman, 2013:195) bahwa persyaratan pernikahan terbagi empat yakni ada syarat yang terkait dengan akad pernikahan, ada yang terkait dengan sahnya pernikahan dan ada pula kebolehan meneruskan pernikahan, selain itu ada pula syarat yang dilazimkan. Pertama, syarat akad maksudnya yang terkait dengan kesempurnaan rukun atau prinsip perkawinan. Menurut mayoritas ulama fiqih, jika salah satu persyaratan itu tidak terpenuhi, maka perkawinan terancam batal. Syarat ini tersimpul dalam beberapa syarat yang ditujukan kepada kedua mempelai serta yang terdapat dalam ijab kabul. Kedua, syarat yang harus disempurnakan berdasarkan susunan akad.

Menurut Mazhab (Yaswirman 2013:196) jika salah satu persyaratan itu tidak terpenuhi, maka pernikahan dianggap rusak, namun mayoritas ulama mengatakan batal.

Syarat ini mencakup beberapa macam yaitu:

1) dihalalkan pada waktu berikutnya seperti mengawini dua bersaudara setelah salah satu meninggal, atau dihalalkan sejak awal, 2) tidak dibatasi oleh waktu tertentu, 3) ada saksi, 4) keduanya sama-sama rela atau bebas berikhtiar, 5) jelas identitasnya, 6) bukan ketika ihram, 7) ada mahar, 8) berakad tidak diam-daim, 9) salah satu pihak tidak berpenyakit yang menyebabkan kematian, 10) ada wali.

Menurut Yaswirman (2013:195) persyaratan bagi kedua belah pihak yaitu:

a. Harus yang bersangkutan melakukan akad terhadap ddirinya atau sebagai wakil dari yang akan nikah, keduanya harus cakap bertindak hukum (baligh berakal), jika tidak, maka akadnya tidak boleh dilansungkan atau berakibat batal, sebab disini tidak terdapat kesempurnaan maksud dan tujuan akad yang dibenarkan oleh agama.

b. Kedua belah pihak dapat mendengarkan dan memahami ucapan satu sama lain ketika mengucap akad, kendati melalui perantara seperti surat bagi pihak

yang tidak hadir untuk menunjukkan persetujuan kesukarelaan keduanya, khusus bagi perempuan disyaratkan benar- benar perempuan sejati, bukan waria dan tidak termasuk perempuan yang haram dinikahi.

Adapun larangan pernikahan menurut Syafei (2014:188) larangan-larangan pernikahan adalah: larangan karena agama, larangan pernikahan karena hubungan darah, larangan pernikahan karena hubungan pernikahan, larangan pernikahan karena hubungan sepersusuan, dan larangan pernikahan khusus bagi wanita, yaitu larangan poliandri (bersuami lebih dari satu) dan tidak adapun larangan pernikahan bagi seseorang yang sedang menjalani perkuliahan apabila kedua belah pihaknya sanggup untuk menjalani kehidupannya baik kehidupan berkeluarga maupun dalam pendidikan, karena allah menganjurkan tuntutlah ilmu sampai keujung lahat.

Menurut Yaswirman (2013:204) larangan pernikahan yang tercantum dalam Alquran termasuk ayat-ayat yang sudah dirinci tentang perempuan-perempuan yang haram dinikahi, namun karena faktor keharaman berbeda, maka ulama fikih membaginya lagi kepada kedua bangian, yakni: haram selama- lamanya dan haram untuk sementara waktu.

1) Haram nikah selama-lamanya

Haram nikah selama-lamanya sisebabkan oleh faktor hubungan nasab, hubungan semenda dan sesusuan. Karena nasab yakni ibu termasuk nenek menurut garis lurus ke atas, anak perempuan termasuk cucu garis lurus kebawah, saudara perempuan kandung, saudara perempuan bapak, saudara perempuan bapak, saudara perempuan ibu, anak perempuan dari saudara perempuan kandung dan faktor hubungan semenda.

2) Haram nikah untuk sementara waktu Haram nikah untuk sementara waktu mencakup mengumpulkan dua orang bersaudara atau semahram, istri yang telah ditalak tiga, nikah dengan budak, poligami lebih dari empat istri, nikah dengan istri orang lain, nikah dengan perempuan yang dalam masa idah, nikah dengan perempuan non muslim dan dalam keadaan ihram.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa larangan dalam pernikahan yaitu terbagi dua larangan pernikahan untuk selama-lamanya dan larangan pernikahan untuk sementara waktu yang telah ditentukan, dan tidak adapun larangan bagi mahasiswa yang ingin menikah

(9)

ketika dalam proses atau masa perkuliahan.

Berdasarkan definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah dengan yang belum menikah angkatan 2012 dan 2013 adalah untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar mahasiswa yang sudah menikah dengan mahasiswa yang belum menikah mempunyai tangung jawab antara perkuliahan dengan keluarga.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan pengolahan data yang dilakukan terkait dengan prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah dengan yang belum menikah sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan dari penelitian. Maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah angkatan 2012 dilihat dari Indeks Prestasi Komulatif (IPK) diperoleh rata-rata IPK dari 10 mahasiswa yaitu 3,08 artinya prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah dikategorikan sangat memuaskan dan Prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah angkatan 2013 dilihat dari Indeks Prestasi Komulatif (IPK) diperoleh rata-rata IPK dari 2 mahasiswa yaitu 3,23 artinya prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang sudah menikah sangat memuaskan.

2. Prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang belum menikah angkatan 2012 dilihat dari Indeks Prestasi Komulatif (IPK) diperoleh rata-rata IPK dari 29 mahasiswa yaitu 3,23 artinya prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang belum menikah termasuk dalam kategori yang sangat memuaskan dan prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang belum menikah angkatan 2013 dilihat dari Indeks Prestasi Komulatif (IPK) diperoleh rata-rata dari 37 mahasiwa yaitu 3,45 artinya prestasi belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang belum menikah sangat memuaskan.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, berikut dikemukakan beberapa saran untuk:

1. Mahasiswa BK

Kepada mahasiswa peneliti berharap agar terus mempertahankan prestasi belajar bagi prestasi yang tinggi, dan yang lain agar dapat lebih meningkatkan cara belajar yang lebih baik.

2. Pengelola Program studi Bimbingan Konseling

Kepada pengelolah program studi yang telah memberikan pengajaran dan penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, sehinggga pengelola program studi Bimbingan dan Konseling dapat menerjunkan para konselor muda yang dapat memberikan pengajaran serta penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling secara berkualitas dan kuantitas, sehingga dapat membentuk dan menanamkan kepribadian yang lebah baik kepada peserta didik di sekolah.

KEPUSTAKAAN

Ervin, Oknilia. 2013. Profil Peserta Didik yang memiliki Prestasi Belajar Tinggi dan Kemampuan Ekonomi Rendah (Studi Kasus di SMA Negeri 13 Padang). Skipsi. Padang: STKIP PGRI Padang.

Iskandar. 2009. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuanlitatif dan kualitatif).Jakatra: Gaung Persada Press.

Kusnawa, Wowo Surnayo.2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mahfud, Rois. 2011. Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Palangka Raya: Erlangga Nur Rohman, Hadi. 2010. Implikasi Pernikahan Pada Masa Studi Terhadap Prestasi Belajar. (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Angkatan Tahun 2006-2007). Skipsi. Yogyakarta:

Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.

Oktarina, Rini. 2013. Persiapan Mahasiswa Mengikuti Perkuliahan di Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat. Skipsi. Padang:

STKIP Padang.

(10)

Prayitno, dkk. 2004. Materi Pengenalan Kampus Bagi Mahasiswa Baru.

Padang. UNP Press.

Slameto. 2001. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Salah Tiga:

Rineka Cipta.

Syafei, Imam. 2014. Pendididkan Karakter di Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Wali Pers.

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi belajar.

Jakarta: Rajawali Pers.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan Ketujuh belas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tohirin. 2014. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Intelegenci dan Kompetensi). Jakarta:

Rajawali Pers.

Yaswirman. 2013. Hukum Keluarga Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam Masyarakat Matrilineal Minang Kabau.Jakarta:

Rajawali Pers.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metode Penelitian.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

As a whole, the interpretation of data resulted between pretest, posttest of cycle 1 and posttest cycle 2 are as follows: In the pretest, the average score of students on the