• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERPINDAHAN TERMINAL DI KOTA PADANG DARI TERMINAL LINTAS ANDALAS KE TERMINAL REGIONAL BINGKUANG

TAHUN 1998-2002

Rifky Sixkrianza1 Hendra Naldi2 Meri Erawati3

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

This research describes about the relocation of Andalas Bus Station to regional Bingkuang Bus station from 1998 to 2002. The problems of the research are : Why did Andalas station relocate to region Bingkuang station, How was the process of the relocation, What is the society’s reaction of this relocation station and the effect for it.

This research is a history research that contained of four steps, they are heuristic, criticism, interpretation and historiography. The heuristic process sourced from some articles or documents, like archives, newspaper, books, other research and etc. This process also sourced from oral sources, like some interviews with the offenders of history and also with society. The next step is criticizing the sources that we have got and mix them correctly. The last thing to do of this historiography is write them all into a thesis.

The result of the research showed that: 1) The relocation of Andalas Station to Bingkuang Station caused by the location of Andalas Station is no longer representative and most of the time, it can caused the traffic jam. The Government of Padang have to relocate it to the suburbs in Aiepacah.

2) This relocation station had been in two steps. First, it was in 1998 and 2002. There was a rejection from the society of this relocation. 3) At first, the relocation of Andalas Station to Bingkuang Station was well accepted by the society, but after this station had worked for several times, they did some kind of rejection reactions. It impacted to the economical and the system of Padang transportation.

Keyword: Andalas Station, Bus, Regional Bingkuang Station of Padang, The passengers

1 Mahasiswa STKIP (PGRI) Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Sejarah STKIP (PGRI) Sumatera Barat

3 Dosen Program Studi Sejarah STKIP (PGRI) Sumatera Barat

(3)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kotamadya Padang merupakan pusat dari sistim pemukiman atau sistim kota-kota di Provinsi Sumatera Barat yang sekaligus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi utama dan pusat kegiatan transportasi atau terminal jasa dan distribusi karena ditunjang oleh adanya pelabuhan (Teluk Bayur dan Muara), Lapangan Udara Tabing dan Terminal Lintas Andalas. Mengingat posisi strategis yang diemban Kotamadya Padang tersebut, semua fasilitas pelayanan yang berskala regional, mutlak untuk dilengkapi dan disempurnakan sesuai dengan fungsi yang diembannya.4 Namun kota Padang sejak beberapa tahun silam sudah tidak memiliki terminal yang fungsional, hal ini bermula sejak Pemda Kota Padang menutup pengoperasian Terminal Lintas Andalas dan memindahkanya ke kawasan Aiepacah pada tahun 1998.

Kebijakan pemindahan yang dicanangkan oleh Pemda Kota Padang tersebut bertujuan sebagai salah satu solusi untuk mengurai kepadatan arus transportasi ditengah kota yang menunjukan peningkatan disetiap tahunnya, kebijakan yang diambil tersebut malah semakin memperkeruh keadaan dan memunculkan persoalan baru disektor ekonomi dan sektor transportasi itu sendiri, dilihat dari sektor transportasi, kemunduran sistim transportasi di Kota Padang dapat kita

4 Rencana Teknik Ruang Kota Kawasan Terminal Regional dan Sekitarnya (250 Ha), Hal II 3

amati secara seksama sejak beberapa tahun silam sampai dewasa ini, faktanya Kota Padang menjelma menjadi kota yang mempunyai banyak terminal (Terminal Bayangan), yang keberadaan terminal tersebut bahkan hampir diseluruh sudut kota.

B. Rumusan dan Batasan Masalah Batasan spasial penelitian ini adalah Kota Padang, sementara itu batasan temporalnya adalah Tahun 1998. Tahun 1998 diambil sebagai batasan temporal karena tahun 1998 mulai dihentikan pengoperasian Terminal Lintas Andalas, dan pemerintah mulai mengujicoba terminal Aiepacah.

Sedangkan tahun 2002 diambil sebagai batasan akhir karena pada tahun ini terminal Aiepacah dioperasikan kembali dan terminal Aiepacah benar-benar ditetapkan Pemda Kota Padang sebagai terminal bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), sedangkan Terminal Lintas Andalas ditetapkan sebagai terminal angkutan kota, berdasarkan Perda No. 218 tahun 2002.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa yang melatar belakangi dipindahkannya Terminal Lintas Andalas?

2. Bagaimana proses pemindahan terminal dari Terminal Lintas Andalas ke Terminal Regional Bingkuang dan apa dampak dari pemindahan tersebut?

(4)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Beberapa rumusan dan batasan masalah diatas maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai sebagai berikut :

1. Menjelaskan kondisi yang melatar belakangi dipindahkanya Terminal Lintas Andalas ke Terminal Regional Bingkuang

2. Menjelaskan proses pemindahan terminal dari Terminal Lintas Andalas ke Terminal Regional Bingkuang dan dampak yang muncul dari masyarakat terhadap pemindahan terminal tersebut.

2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis dapat menjadi sumbangan ilmu bagi disiplin ilmu sosisal terutama ilmu sejarah.

2. Menambah wawasan pembaca atau penulis.

D. Tinjauan Pustaka 1. Kerangka Konseptual

Beberapa konsep yang dipakai dalam penelitian ini perlu mendapat penjelasan agar penelitian lebih terarah, konsep pertama yang digunakan adalah konsep terminal.

Terminal adalah titik awal atau akhir operasional. Terminal berfungsi sebagai transit pengangkutan, melaksanakan pengisian bahan bakar, oli dan mengadakan perbaikan alat-alat angkutan dan sebagai penghubung (link) intermoda transportasi. Terminal didirikan dengan tujuan tempat bongkar muat barang, turun naik penumpang dan perubahan roda

angkutan dari suatu angkutan ke angkutan lainya, dan terminal juga dipandang sebagai lalu lintas ekonomi dan kelancaran mobilitas orang.5 Terminal juga diartikan sebagai batas atau ujung atau penghabisan, dengan kata lain terminal merupakan suatu arena tempat pemberhentian pada akhir suatu trayek atau sarana pada akhir suatu trayek utama.6 Terminal yang dikaji dalam penelitian ini adalah Terminal Lintas Andalas dan Terminal Regional Bingkuang, kedua terminal tersebut dikategorikan sebagai terminal yang bertipe A.

Pembagian terminal dan penjelasanya kajian mengenai terminal adalah bahasan yang tidak dapat dilepaskan dari konsep transportasi. Terminal merupakan bagian dari empat unsur yang tercantum dalam sistem transportasi. Unsur-unsur yang mencakup sistim transportasi antara lain ruang untuk bergerak (jalan), tempat awal atau akhir pergerakan (terminal), yang bergerak (alat angkut) dan pengelolaan (yang mengkoordinir ketiga unsur sebelumnya).7 Konsep transportasi itu sendiri menurut Rustian Kamaluddin adalah mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari

5 Abbas Salim, Manajemen Transportasi.(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 1993), hal 103-104

6 Radsiks Purba, ”Angkutan Muatan Laut I”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)

7 Fidel Miro,”Perencanaan Transportasi”.(Jakarta: Erlangga, 2005)

(5)

suatu tempat ke tempat lainnya.8 Selain itu transportasi merupakan salah satu komponen penting dari segenap usaha yang ditempuh manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam. Kegiatan transportasi merupakan serangkaian proses yang ditujukan untuk mendistribusikan atau memindahkan kelebihan produksi pada suatu tempat ke tempat lain yang mengalami kekurangan atau tidak memiliki kekayaan sama sekali.

Transportasi dapat diartikan sebagai perpindahan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya atau dari tempat asal ke tempat tujuan dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia, hewan atau mesin.9 Adapun defenisi sistim transportasi tersebut adalah pada dasarnya kegiatan transportasi merupakan kegiatan jasa yang melayani pergerakan dari seluruh kegiatan-kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu kota, oleh karena itu pola kegiatan perkembangan dan perencanaan sektor ini harus sesuai dengan pola dan perkembangan kegiatan kota secara keseluruhan serta harus sesuai dengan struktur dan fungsi kota.

Pemindahan terminal merupakan kebijakan dari pemerintah, oleh sebab itu perlu defenisi kebijakan. Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang

8 Rustian Kamaluddin,”Ekonomi Transportasi, Karakteristik, Teori dan Kebijakan” (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003)

9 Sani Zulfiar, Transportasi (Suatu Pengantar). (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2010. hal 2

diusul oleh seseorang, kelompok pemerintah dan lingkungan tertentu sehubung dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.10

Kebijakan pemerintah juga merupakan faktor penting terhadap pemindahan terminal ini, kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan publik karena terkait dengan orang banyak/umum. Kebijakan publik dipandang sebagai pedoman atau penuntun yang dipilih oleh pengambil keputusan untuk mengendalikan aspek tertentu dari masalah sosial, kebijakan publik memberikan arah tindakan bagi prilaku dimasa depan sekaligus merupakan suatu kesatuan arah bagi sejumlah program dan proyek yang membutuhkan keputusan-keputusan besar dan kecil. Arah tindakan ini dihasilkan melalui proses pemilihan oleh pengambil kebijakan dari semua alternatif pilihan yang tersedia sehingga tindakan ini merupakan tindakan yang disengaja, pilihan tersebut tidak bermaksud memecahkan semua masalah, tetapi memberikan solusi dari suatu situasi yang terbatas.11 Pada penulisan sejarah, penelitian ini dikategorikan dalam sejarah perkotaan.

Kota berfungsi sebagai pembangunan daerah dan mata rantai penghubung ke kawasan

10 Imawan, Riswandha. “Kebijakan Publik” (Yogyakarta : Program PascaSarjana Magister Administrasi Publik UGM,1999)

11 Ibid.

(6)

pedesaan, kota tidak hanya merupakan pusat pemukiman dari penduduk, kegiatan sosial ekonomi, politik dan administrasi tetapi kota juga merupakan pusat penyediaan fasilitas, industri, perdagangan, transportasi dan kegiatan lainya yang dibutuhkan bagi penunjang pertumbuhan daerah belakang.12 2. Studi Relevan

Kajian mengenai Kota Padang terutama terminal telah diteliti oleh beberapa kalangan sejarahwan dan peneliti sebelumnya baik berupa skripsi, laporan penelitian maupun buku-buku yang telah diterbitkan, antara lain skripsi Efrianto (2004) “Perluasan Kota Dan Konflik Tanah Di Kota Padang, studi kasus Pembangunan Terminal Aiepacah 1992- 2002”.13

Selanjutnya skripsi Meri Erawati dengan judul ”Terminal Lintas Andalas Di Kota Padang Tahun 1972-2002”.14 Selanjutnya skripsi Wiwin Sulastri Ningsih yang membahas tentang ”Pasang Surut Terminal

12 Departeman Dalam Negeri, Kebijaksanaan Departemen Dalam Negeri di Bidang Pembinaan Perkotaan di Indonesia ( Jakarta: Departemen Dalam Negeri, 1990) Hal. 10

13 Efrianto, “Perluasan Kota Padang dan Konflik Tanah Dikota Padang : Studi Kasus Pembangunan Terminal Aiepacah 1992-2002”, Skripsi, (Padang : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya Universitas Andalas, 2004

14 Meri Erawati, “Terminal Lintas Andalas di Kota Padang Tahun 1971- 2002”.Skripsi, (Padang : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya Universitas Andalas, 2009)

Kiliran Jao di Kabupaten Sijunjung Tahun 1994 – 2013”.15

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah, yang bertujuan menguji dan menganalisis secara kritis peninggalan dan rekaman masa lalu dan merekontruksi kehidupan sosial pada masa lampau.16 Metode ini terdiri dari empat tahap yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.17 Heuristik Merupakan tahap pertama yang dilakukan oleh seorang peneliti.

Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan mencari sumber yang berkaitan dengan penelitian ini.

Pengumpulkan sumber dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan.

Setelah dikumpulkan sumber, maka dilakukan kritik sumber terhadap data yang didapat secara interen dan eksteren. Kritik sumber bertujuan untuk memastikan kebenaran dan mencari keaslian sumber.

Kritik tesebut berupa kritik eksteren dan kritik interen.Kritik Interen dilakukan untuk mendapatkan kredibilitas sedangkan kritik

15 Wiwin Sulastri Ningsih “Pasang surut Terminal Kiliran Jao di Kabupaten Sijunjung Tahun 1994-2013”, Skripsi (Padang : Jurusan Pendidikan Sejarah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sumatera Barat, 2014).

16 Louis Gosehalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta : Universitas Indonesia Press. 1985). Hal 56

17 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta Yayasan Benteng Budaya . 1999) hal 89

(7)

ekstern dilakukan untuk mendapatkan otentitas.

Interpretasi yaitu tahap data yang diperoleh dari lapangan wawancara dan data sekunder serta dari studi kepustakaan yang telah melalui tahap kritikan kemudian dilakukan analisis dan di interpretasi dengan cara menghubungkan fakta-fakta yang diteliti sehingga terdapat fakta yang siap disajikan.

Historiografi yaitu melakukan penulisan dalam bentuk karya ilmiah setelah didapati data fakta yang betul-betul akurat dan valid, barulah ditulis dalam bentuk skripsi.

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM KOTA

PADANG SEBELUM TAHUN 1998 Menurut sejarahnya semenjak Kota Padang berubah fungsinya secara de facto menjadi Ibu Kota Pronvinsi Sumatera Barat tahun 1959,18 yang sebelumnya Ibu Kota Sumatera Barat adalah Bukittinggi. Sejalan dengan itu Kota Padang ditetapkan sebagai provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 1959 pemerintah Kota Padang mulai berbenah dan membangun fasilitas-faslitas penting yang dapat membantu perkembangan kota.

Semenjak itu pula Kota Padang mulai menunjukan perkembangannya. Sejak tahun

18 Diawal tahun 1950 tersebut Kota Padang berstatus Kotapraja. Sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Tengah Adalah Kotapraja Bukit Tinggi. Mardanas Safwan, et al., Sejarah Kota Padang, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventaris dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1987).

1965 status Kota Padang mengalami perubahan dari Kotapraja menjadi Kotamadya Padang.19 Pada awalnya Kota Padang hanya terbagi kedalam tiga kecamatan yaitu Padang Barat, Padang Timur, Padang Selatan dengan luas keseluruhan 33 km2.

Perkembangan Kota Padang memunculkan minat masyarakat dari luar daerah Kota Padang untuk berurbanisasi ke Kota Padang yang terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga berdampak terhadap laju pertumbuhan penduduk. Urbanisasi ini mengakibatkan keadaan kota semakin sempit sehingga tidak sebanding lagi dengan luas Kota Padang.

Pertumbuhan penduduk ini merupakan masalah baru bagi Kota Padang sehingga Hasan Basri Durin menyatakan bahwa perluasan Kota Padang merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak.20 Selain itu Pemda Kota Padang memperkirakan akan terjadinya lonjakan kepadatan penduduk di Kota Padang dimasa yang akan datang. Untuk mengantisipasi hal tersebut Pemda Kota Padang berencana untuk memekarkan kawasan Padang dengan cara menarik kawasan yang ada disekitar kota, Daerah yang bergabung tersebut meliputi daerah Kenagarian Koto Tangah, Nanggalo, Pauh IX,

19 Padang Kota Tercinta Pintu Gerbang Pantai Barat Indonesia, Hal 30

20 Freek Colombjin “Patches Of Padang The History Of An Twon In The Twentieth Century And The Use Of Urban Space” Disertasi (Belanda : Leiden University, 1994), hal. 156

(8)

Pauh V, Limau Manis, Nan XX, Lubuk Kilangan, Bungus, dan Teluk Kabung. Setelah resmi diperluas pada tanggal 24 Maret 1980 maka Kota Padang berubah menjadi sebelas kecamatan, dan kecamatan yang baru bergabung tersebut diperuntukan sebagai kawasan pengembangan kota seperti untuk pemukiman, pendidikan, perindustrian, transportasi, perumahan dan lain sebagainya.

Perubahan batas wilayah Kota Padang telah melalui pertimbangan dan disetujui oleh Presiden Soeharto melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Maret 1980 No. 17 tahun 1980 yang berisi tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang.21 Untuk memperlihatkan luas setiap kecamatan beserta jumlah kelurahan yang berada di Kotamadya Padang lihat tabel berikut :

21 a. Bahwa dengan perkembangan di Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat umumnya dan Kotamadya Daerah Tingkat II Padang sebagai Ibu Kota Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat khususnya, yang dalam kenyataanya semakin meningkat, sehingga tidak dapat menampung lagi segala aspirasi dan kebutuhan masyarakat di daerah tersebut, terutama di bidang pembangunan.

b. Bahwa berhubung dengan itu, perlu diadakan perluasan wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang dengan memisahkan sebagian wilayah dari Kabupaten Daerah Tingkat II Padang Pariaman, untuk dimasukan ke dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang.

Tabel 1 Luas dan Jumlah Kelurahan di Wilayah Kotamadya Padang No Kecamatan Luas

%

Jml.

Kelurahan 1 Padang Utara 808 1,16 18 buah 2 Padang Barat 700 1,01 30 buah 3 Padang Selatan 1.003 1,44 24 buah 4 Padang Timur 815 1,17 27 buah 5 Koto Tangah 23.225 33,42 24 buah 6 Nanggalo 807 1,16 7 buah 7 Kuranji 5.741 8,26 9 buah 8 Pauh 14.629 21,05 13 buah 9 Lubuk

Kilangan

8.599 12,37 7 buah 10 Lubuk

Begalung

3.091 4,45 21 buah 11 Bungus Teluk

Kabung

10.078 14,51 13 buah Kotamadya Padang 69.496 100 193 buah

Sumber : Monografi Kodya DT. II Padang

Prediksi Pemda tentang akan terjadi lunjakan penduduk Kota Padang tersebut ternyata terbukti benar adanya menurut hasil sensus penduduk tahun 1980 tercatat sebanyak 480.607 jiwa dan pada tahun 1990 sebanyak 631.543 jiwa dari data tersebut terdapat laju pertumbuhan penduduk dalam periode 1980- 1990 adalah 2,76%.22 Dan pada periode 1990- 1998 jumlah penduduk Kota Padang terus mengalami peningkatan menjadi 784,849 jiwa dengan laju pertumbuhan 2,76%.23

Meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi pertambahan motoritas kepemilikan kendaraan masyarakat. Dibidang perhubungan darat Kota Padang telah dapat menambah 6.65% per tahun jalur jalan yaitu dari 412 km tahun 1983 menjadi 549 km tahun 1988 hal ini adalah untuk menampung jumlah kendaraan bermotor yang semakin memacu

22 Ibid.Hal 15

23 Padang Dalam Angka TAhun 1998.

(9)

kedalam kehidupan masyarakat dari 43,827 buah tahun 1981 menjadi 69.771 tahun 1988, dengan kenaikan rata-rata sebesar 8,45% per tahun.24

Pertumbuhan kendaraan ini lebih besar dari jumlah pertambahan jalan yang dilewati kendaraan tersebut, hal ini menunjukan bahwa kebutuhan akan angkutan darat semakin mendesak, jumlah yang terbesar terdapat pada kendaraan mobil beban rata-rata 26,94 per tahun.25

B. Kebijakan dan Alasan Pemindahan Terminal Lintas Andalas

Pemindahan terminal yang terjadi di Kota Padang tidak lepas dari kebijakan pemerintah.

Kebijakan yang diputuskan Pemda Kota Padang dalam penilitian ini adalah kebijakan memindahkan Terminal Lintas Andalas ke kawasan Aiepacah, melihat kondisi Terminal Lintas Andalas yang berlokasi di tengah kota sudah tidak representatif lagi, sebab dengan pertumbuhan jumlah angkutan mengakibatkan turn over (keluar masuk) kendaraan ke Terminal Lintas Andalas Padang semakin tinggi, yang mengakibatkan tingginya tingkat kemacetan jalan dipusat kota, selain itu kondisi Terminal Lintas Andalas yang berada dipusat kota tidak bisa dipertahankan lagi karena terlalu padat.

Bahkan banyak Angkutan yang memarkirkan

24 Rencana Teknik Ruang Kota Kawasan Terminal Regional Dan Sekitarnya (250 Ha) Padang Tahun 1993 Hal II-85

25 Ibid.

kendaraannya diluar terminal karena tidak tertampung lagi oleh Terminal Lintas Andalas sehingga perlu adanya pemindahan terminal ke kawasan yang lebih luas. Salah seorang sopir Mustikarilla juga mengemukakan pendapatnya tentang pemindahan terminal ini sebagai berikut :

Alah sapatuiknyo terminal andaleh ko dipindahan ka tampek nan labiah laweh, sabab indak tamuek lai oto masuak ka terminal ko lai do, oto samakin banyak, untuak kalua masuak ka terminal ko jo namua sajam manunggu dek macet”.26

”Sudah seharusnya Terminal Lintas Andalas dipindahkan ke kawasan yang lebih luas, karena Terminal Lintas Andalas sudah tidak dapat lagi menampung volume kendaraan yang terus bertambah, untuk keluar masuk terminal saja mesti menunggu beberapa jam karena macet”

Turn Over (keluar masuk) penumpang dan kendaraan di Terminal Lintas Andalas terus meningkat, peningkatan tersebut dapat dilihat salah satunya pada tahun 1976 jumlah kendaraan yang keluar masuk Terminal Lintas Andalas adalah ± 149.207 unit dengan jumlah penumpang yang keluar masuk ± 2.683.480 orang.27 Sedangkan jumlah kendaraan serta volume penumpang yang keluar masuk Terminal Lintas Andalas pada tahun 1978-1979 dapat dilihat pada tabel berikut :

26 Wawancara dengan Iwan, Mantan Sopir Mustikarilla, Pada Tanggal 20 Mai Tahun 2015 di Air Haji

27 Meri Erawati, “Terminal Lintas Andalas di Kota Padang Tahun 1971- 2002”.Skripsi, (Padang : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya Universitas Andalas, 2009)

(10)

Tabel 2 Jumlah Kendaraan dan penumpang Keluar Masuk Pada Terminal

Lintas Andalas Padang Tahun 1978-1979 (buah)

No BULAN Kendaraan Penumpang 1978 1979 1978 1979 1 Januari 12.753 15.120 242.418 301.016 2 Februari 12.837 13.276 240.448 259.456 3 Maret 13.072 14.868 251.819 293.429 4 April 14.071 14.238 261.853 290.925 5 Mei 15.007 13.950 282.021 282.897 6 Juni 15.907 14.356 299.458 320.328 7 Juli 14.816 14.997 311.344 336.393 8 Agustus 16.138 15.779 320.290 355.047 9 September 17.830 13.466 451.898 314.850 10 Oktober 16.821 15.969 314.225 322.769 11 November 15.407 12.552 318.545 263.200 12 Desember 16.020 14.990 302.150 300.096 Jumlah 180.679 173.561 3.596.460 3.640.406

Sumber : Monografi Kotamadya Daerah Tingkat II Padang, Team Perencanaan Pembangunan Daerah (TEPPEDA) Pemerintah Tingkat II Padang 1980 Peningkatan jumlah penumpang terjadi pada tahun 1985 yakni mencapai 200%.

Jumlah pemakai jasa angkutan adalah sebanyak 7.225.556 orang sedangkan jumlah Perusahaan Oto (PO) bis umum tahun 1985 adalah 268 buah dan meningkat lagi pada tahun 1986 sebanyak 10 buah dengan berbagai jurusan kota dan propinsi.28 Sehingga tahun 1997 ada sekitar 21 perusahaan Oto yang berdomisili di Kota Padang.

Kemacetan itu sendiri tidak serta merta disebebkan oleh keberadaan terminal Lintas Andalas yang sudah melebihi kapasitasnya tetapi juga karena peningkatan keberadaan kendaraan yang terus menunjukan grafik menanjak, ada beberapa jenis kendaraan

28 Laporan Tahunan DLLAJR Provinsi Daerah Tingkat 1 Sumatera Barat 1986.

yang beroperasi di Kota Padang, ada kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.

Angkutan kendaraan bermotor untuk penumpang terdiri dari kendaraan jenis bus (ukuran besar) dan bis kota untuk melayani jalur-jalur tertentu, sedangkan jenis oplet dengan beberapa tipe seperti : Mikrolet, Taksi, dan Bemo yang dapat melayani angkutan penumpang dari jalur utama ke pusat konsentrasi kegiatan dan pemukiman penduduk atau kedaerah pinggiran kota.

Disamping itu juga terdapat berbagai jenis kendaraan pribadi, seperti : Sedan, Jeep, Minibus, Sepeda Motor, dll. Angkutan tidak bermotor adalah bendi yaitu sejenis angkutan ditarik dengan tenaga kuda yang melayani angkutan jarak dekat kepusat kota.

Sama halnya dengan angkutan penumpang, kendaraan angkutan barang juga dapat dibedakan atas angkutan barang dengan kendaraan bermotor terdiri : Truck, Pick Up.

Sedangkan angkutan barang yang tidak bermotor adalah becak yang melayani angkutan jarak dekat terutama dipusat kota dan beberapa pasar lainya di Kotamadya Padang.

Semua jenis angkutan yang disebutkan diatas dapat dikatakan bertambah cukup pesat setiap tahunnya dikota padang, yakni sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi di Kota Padang, sebagai gambaran pada tahun 1986 jumlah bis kota 71 buah, maka pada tahun

(11)

1993 telah menjadi 325 buah, berarti terjadi kenaikan 45% per tahun. Sedangkan oplet termasuk mikrolet pada tahun 1986 berjumlah sebanyak 1148 buah menjadi 1443 buah pada tahun 1993. Penambahan kendaraan ini tidak begitu menonjol karena untuk kendaraan hanya dilakukan peremajaan oplet yang sudah ada. Begitupun juga dengan taksi pada tahun 1993 telah berjumlah 365 buah, sedangkan untuk kendaraan bemo mengalami pengurangan yaitu pada tahun 1986 berjumlah 181 unit kendaraan, menjadi 136 kendaraan pada tahun 1993.29 Untuk melihat jumlah ketersediaan kendaraan yang ada di Kota Padang pada tahun 1991-1993 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4 Ketersediaan Angkutan di Kota Padang Tahun 1991-1993 No. Jenis

Kendaraan 1991 1992 1993 1 Sepeda

Motor

47.580 52.238 53.680 2 Mobil

Penumpang

21.627 21.949 22.850 3 Mobil

Barang

14.604 15.429 16.127 4 Mobil Bus 3.432 3.476 4.367 Jumlah 87.243 93.092 97.024 Sumber : Data dan Informasi Serta Lembaran

Isian, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan di Kotamadya Dati II Padang

Berdasarkan alasan dan data statistik tersebut maka Terminal Lintas Andalas dipindahkan ke kawasan pinggiran kota, dan kawasan yang dipilih tersebut adalah

29 Data dan Informasi Serta Lembaran Isian, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan di Kotamadya Dati II Padang Tahun 1994, hal 9

Aiepacah, Sesuai dengan perubahan status Koto Tangah dari kenagarian menjadi kecamatan, dan kawasan Aiepacah juga ditetapkan sebagai salah satu sub pusat perkembangan dari Kota Padang.30 Tidak hanya pemindahan terminal yang akan direncanakan ke kawasan Koto Tangah, tetapi kawasan Koto Tangah juga dipilih sebagai kawasan pengembangan kota yang lebih diperuntukan untuk lahan pemukiman dan industri, karena kawasan ini dilalui jalan By- Pass yang direncanakan akan menghubungkan Lapangan Pesawat Udara Ketaping (Bandara Internasional Minangkabau), Pelabuhan Teluk bayur dan dikawasan Batang Anai juga akan direncanakan dibangun kawasan industri dengan sebutan Padang Industri Park (PIP), selain itu dengan selesainya jalan By-Pass tersebut berarti telah terbukanya daerah strategis baru Kodya Padang untuk kawasan industri, jasa, dan perdagangan yang dapat memancing para investor untuk menanamkan modalnya di Kotamadya Padang.31 Selain itu jalan By-Pass direncanakan akan menjadi jalan arteri primer kota yang selama ini adalah Jl.

Adinegoro sampai ke Jl. Pemuda. Perencanaan pengoptimalan jalan By-pass sebagai jalan primer kota juga merupakan upaya untuk mengurai kemacetan ditengah kota, dengan

30 Lembaran Arsip dikeluarkan oleh Kabag Pembangunan Kota Padang Tentang

Pengoptimalan Terminal Aia Pacah tahun 2003”.

31 Lembaran Surat Permohonan Kredit Untuk Pembangunan Terminal Regional Kotamadya Padang

(12)

adanya jalan By-pass akan berperan untuk mengurangi tekanan terhadap kepadatan lalu lintas dipusat kota.32

Alasan Pemda Kota Padang mengarahkan pengembangan kota ke Koto Tangah untuk dijadikan sentral perkembangan ekonomi yang baru karena dari semua kecamatan yang bergabung ke Kota Padang, Koto Tangah merupakan kawasan yang paling luas, dan menurut topografis daerah Aiepacah yang sebagian besar merupakan lahan kurang produktif dan perekonomian masyarakat yang masih tergolong lemah, dan juga masih termasuk kawasan yang tersisolir dan belum berkembang, sehingga sebagai langkah awalnya Pemda Kota Padang berencana mendirikan terminal di kawasan tersebut, dengan adanya terminal akan mendorong muncul dan tumbuhnya berbagai sektor ekonomi baru, sehingga bisa mengangakat taraf kehidupan masyarakat Koto Tangah dan memajukan perekonomiannya serta sebagai solusi untuk menguraikan kepadatan arus transportasi tengah kota, mengingat masalah keadaan transportasi di Kotamadya Daerah Tingkat II Padang menunjukan kondisi yang perlu mendapat perhatian yang serius dan dalam rangka usaha peningkatan penertiban arus lalu intas dipusat kota tersebut maka terminal yang ada perlu dipindahkan dari pusat

32 “Tindak Lanjut Jalan Bypass Kota Padang Bangun Terminal” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 27 Oktober 1993

kota.33 Pembangunan fisik terminal mulai dilaksanakan pada tahun 1995. Dana APBD dan pinjaman dari pemerintahan pusat sebagai sumber dana untuk pembangunan terminal tersebut. Pada tahun 1997 pembangunan fisik terminal Aiepacah yang bertipe A telah selesai dan siap untuk dioperasikan. Untuk melihat lokasi penetapan terminal yang dierencanakan pemerintah dapat dilihat pada peta dibawah ini:

Gambar 2

Peta Lokasi Terminal Regional Bingkuang Di Kota Padang

Sumber : Fahrezi-ilmaestro.blogspot.com C. Proses Pemindahan Terminal Lintas

Andalas ke Terminal Regional Bingkuang

Solusi untuk mengatasi kepadatan arus lalu lintas salah satunya adalah dengan

33 Lembaran Surat Keputusan Walikotamadya Padang tentang Penetapan Sebagian Daerah kelurahan Aiepacah kecamatan Koto Tangah dan Kelurahan Sungai Sapih Kecamatan Kuranji Sebagai Lokasi Pembangunan Terminal Regional Kotamadya Padang Tahun 1993.

(13)

cara mulai mengoperasikan terminal Aiepacah sebagai pengganti Terminal Lintas Andalas dengan status ujicoba, dikatakan ujicoba karena sarana dan prasarana di terminal Aiepcah belum mencerminkan selayaknya sebuah terminal yang bertipe A, selain itu ujicoba dilakukan untuk menguji kelayakan dan kesiapan pemindahan terminal sebelum izin resmi diajukan ke dinas perhubungan.

Pada tanggal 19 April 1998 terminal Aiepacah mulai diujicoba dan semua mobil AKAP dan AKDP diperintahkan untuk masuk ke terminal Aiepacah oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ), untuk memperlancar pengoperasian terminal Dinas LLAJ dibantu oleh Polisi Pamong Praja, Anggota Kepolisian dan Anggota TNI untuk membantu pengoperasian terminal dilapangan, mereka akan ditempatkan didaerah-daerah strategis yang selama ini dilewati bus umum AKAP dan AKDP seperti di simpang Gaung bagi bus yang datang dari Selatan Padang, di simpang By-Pass Lubuk Begalung bagi Bus yang berasal dari Timur Kota Padang dan simpang Kalumpang bagi bus yang berasal dari Utara Kota Padang.34

Hari pertama proses ujicoba terminal DLLAJ berhasil memindahkan angkutan AKAP dan AKDP dari Terminal Lintas Andalas ke Terminal Aiepacah, tapi kendala yang ditemukan dalam proses ujicoba terminal

34 “100 Petugas DLLAJ Dikerahkan”

Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 18 April 1998.

pada hari pertama adalah tidak berfungsinya secara optimal kendaraan yang telah disiapkan oleh DLLAJ sebagai sarana transportasi dari pusat kota ke terminal dan dari terminal ke pusat kota.35 Selain itu masyarakatpun yang sebagai pengguna jasa angkutan menjadi bingung terhadap pemindahan terminal karena kurangnya sosialisasi Pemda kepada masyarakat tentang pemindahan terminal ke Aiepacah terutama masyarakat yang berasal dari luar daerah.

Setelah empat hari proses ujicoba terminal Aiepacah terjadi penolakan oleh para angkutan AKAP dan AKDP, yaitu munculnya terminal kaget/terminal bayangan. Angkutan AKAP dan AKDP memilih tidak masuk terminal Aiepacah untuk menurun dan menaikan penumpang, tetapi lebih memilih di kawasan-kawasan yang potensial adanya penumpang seperti di Simpang Kalumpang Koto Tangah, Simpang Tabing, Simpang By- Pass dekat desa Duku untuk arah Utara Padang, dan untuk arah selatan di Simpang By-Pass Lubuk Begalung.36

Persoalan ini disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana pendukung pengoperasian terminal terhadap penumpang seperti tidak optimalnya akses untuk menuju terminal, angkutan kota yang merupakan salah

35 “Sopir Tinggal Dituntun Rambu”

Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 20 April 1998

36 “Muncul Terminal Kaget dan Pungli” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 24 April 1998.

(14)

satu sarana transportasi untuk mencapai terminal kurang optimal perannya, dan menyebabkan keengganan dan kebingungan penumpang untuk menuju terminal, sehingga terminal menjadi sepi dan para angkutan mengalami kerugian, akibatnya para angkutan lebih memilih tidak memarkir kendaraanya didalam terminal. Persoalan dalam pengoperasian terminal Aiepacah tidak hanya terkendala karena akses yang kurang memadai tetapi juga terdapat didalam terminal itu sendiri seperti kurangnya sarana dan prasarana didalam terminal baik sarana dan prasarana untuk angkutan AKAP dan AKDP, seperti belum adanya ruang istirahat untuk sopir, belum adanya terminal untuk angkutan kota, belum adanya bengkel dan tempat menjual onderdil untuk keperluan kendaraan di dalam terminal dan juga belum adanya areal pertokoan. Salah seorang knek mobil AKDP mengatakan tidak mungkin baginya untuk membeli keperluan onderdil mobil yang nantinya mendadak mesti harus membelinya ke Pasar Raya.37

Penolakan terhadap pemindahan terminal semakin tidak terkendali, seperti yang dilakukan para agen angkutan AKAP dan AKDP yang memaksa penumpang untuk turun dari angkutan kota yang menuju terminal Aiepacah supaya berhenti diterminal bayangan tersebut, para agen memaksa para penumpang untuk turun dari angkutan dan mengatakan

37 Wawancara Dengan Rinto (32 Tahun) Mantan Knek Angkutan Mustikarilla

kalau di dalam terminal tidak ada lagi angkutan yang menunggu mereka, karena semua angkutan sudah keluar dari terminal dan membuat terminal bayangan sesuai dengan jurusan kota masing-masing.

Mendengar hal tersebut tentu para penumpang mau saja untuk turun diterminal bayangan dan menjadikan terminal Aiepacah semakin sepi.

Selain itu lokasi terminal yang berada di pinggir kota juga menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap minat penumpang untuk keterminal, bertambahnya jarak tentu akan menambah waktu untuk sampai keterminal dan juga akan bertambah besarnya biaya operasional untuk menuju terminal, sehingga masyarakat sangat mengeluhkan keadaan seperti ini apalagi para pedagang yang berasal dari luar daerah Kota Padang. Melihat kondisi ini Dharman Syarif berpendapat bahwa keputusan pemindahan terminal ini terkesan tergesa-gesa dan pemaksaan kehendak.38

Hari kelima pengoperasian terminal juga muncul penolakan oleh 300 Angkutan Kota jurusan Pasar Raya-Tabing, mereka melakukan aksi mogok beroperasi dengan alasan bergabungnya rute Bus Kota dengan Angkutan Kota yang berwarna putih dengan jurusan Pasar Raya – Terminal Aiepacah, mereka menuntut supaya Bus kota tidak menjalani rute yang selama ini menjadi rute angkutan putih tersebut, karena akan

38 Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 26 April 1998.

(15)

menyebabkan pendapatan mereka menjadi berkurang.39 Aksi mogok dimulai pada jam 07.00 WIB di depan Taman Budaya Sumbar, tindakan tersebut mengakibatkan banyak pelajar, karyawan, dan pegawai negeri terlantar. Kemudian aksi mogok angkutan putih ini dilanjutkan ke Taman Makam Pahlawan Lolong, disana para sopir menghentikan angkutan yang sama dan memaksa para penumpang untuk turun dari angkutan.

Aksi mogok beroperasi juga dilakukan oleh 86 armada angkutan Kuala, mereka melakukan aksi mogok karena mereka meminta DLLAJ untuk memberikannya izin untuk memasuki Kota Padang. Sehubungan dengan dioperasikannya terminal Aiepacah, maka Kuala ditetapkan sebagai mobil AKDP oleh DLLAJ dan tidak di perbolehkan masuk ke kota untuk mencari penumpang, tetapi harus memasuki terminal seperti angkutan AKAP dan AKDP lainnya.40

Persoalan lain yang terjadi disekitar kawasan terminal juga bermunculan berbagai kasus perkelahian masal antara pemuda Aiepacah dengan preman dari Terminal Lintas Andalas, sehingga memunculkan kesan bahwa kawasan terminal tidak aman bagi penumpang

39 “Persoalan Lahan 300 Angkot Mogok”Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 23 April 1998.

40 “Giliran Kuala Yang Mogok”

Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 29 April 1998.

serta bagi mobil angkutan AKDP dan AKAP.41

Keadaan didalam terminal semakin memburuk karena berdasarkan himbauan dari Mentri Perhubungan RI melarang masyarakat berjualan didalam kawasan terminal, untuk menjalankan himbauan ini kepala terminal memerintahkan penertiban para pedagang yang berjualan didalam kawasan terminal.

Operasi penertiban pedagang didalam kawasan terminal telah memicu amuk massa terhadap Kaur Pemberangkatan Benny Pasaribu.42 Sehingga para pedagang mencari tempat yang potensial untuk berjualan diluar terminal, baik masayarakat yang baru berjualan maupun pedagang yang berasal dari Terminal Lintas Andalas, banyaknya masyarakat yang berjualan diluar terminal berdampak buruk terhadap keindahan dan kebersihan terminal.43 Lain halnya dengan pedagang yang berada di lantai dua terminal, selama terminal dioperasikan jual belinya menurun, bahkan tidak mencapai Rp.25000 sementara sewaktu di Terminal Lintas Andalas pedagang tersebut

41 Wawancara Dengan Ujang 44 Tahun Agen P.o Setangkai di P.o Setangkai 11 Juni 2015.

42 Efrianto”Perluasan Kota Padang dan Konflik Tanah di Kota Padang : Studi Kasus Pembangunan Terminal Aia Pacah 1992-2002”. Skripsi, (Padang : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya Universitas Andalas, 2004) hal 58

43 “Aie Pacah Hidupkan Pedagang Kecil” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 22 April 1998.

(16)

bisa mencapai omset RP.250.000 – Rp.300.000.44

Pada masa pemindahan terminal ini juga terjadi persoalan yang berskala Nasional yaitu terjadinya reformasi. Gejolak reformasi semakin berdampak buruk terhadap pemidahan terminal ini, karena terjadi ketidakstabilan politik diseluruh Indonesia.

Kondisi zaman reformasi sangat mempengaruhi setiap kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah, lengsernya kedudukan Soeharto sebagai Presiden membuat masyarakat menjadi lebih berani mengeluarkan pendapatnya termasuk terhadap kebijakan pemindahan Terminal Lintas Andalas ke Aiepacah oleh Pemda Kota Padang. Penolakan masyarakat terhadap pemindahan Terminal Lintas Andalas semakin menguat sejak terjadinya reformasi tersebut sehingga masyarakat memaksa Pemda Kota Padang untuk menunda pemakaian terminal Aiepacah dan meminta untuk mengaktifkan kembali Terminal Lintas Andalas.45

Pemda juga melakukan beberapa cara untuk mengatasi persoalan yang terjadi selama pengoperasian terminal supaya terminal Aiepacah ini tetap beroperasi. Salah satu usaha yang dilakukan Pemda dan DLLAJ adalah mengganti kepala unit pengelola terminal dari

44 “Kapling-mengkapling Marak, Tarif Baru, Tekong Dingin” Dalam Harian Singgalang Edisi 23 April 1998

45 Wawancara dengan Iswan Ismael mantan kepala operasional Terminal Regional Bingkuang di kantor Dishub Kota Padang tanggal 6 Mai 2015

Iswan Ismael ke Suherman Bahar, dengan pergantian kepala terminal ini Pemda berharap pengoperasian akan terus berjalan dan terminal tetap beroperasi. Dan upaya yang dilakukan Pemda lainya dibolehkannya angkutan AKDP memasuki pusat kota hanya sampai jam 06.00 WIB, setelah jam tersebut angkutan AKDP tersebut harus masuk terminal Aiepacah, upaya ini dilakukan untuk memudahkan penumpang yang hendak berpergian pagi hari.46 Tetapi upaya yang dilakukan Pemda untuk tetap mempertahankan pengoperasian terminal tetap gagal.

Akibat banyaknya persoalan yang muncul dalam pengoperasian terminal Aiepacah, maka satu-persatu mobil AKAP dan AKDP mulai kembali ke Terminal Lintas Andalas, kembalinya mobil AKDP dan AKAP keterminal lama diawali dengan kembalinya mobil ANS ke Terminal Lintas Andalas.47

Pemda Kota Padang terus berupaya untuk membenahi segala kekurangan sarana dan prasarana yang terjadi pada masa ujicoba terminal Aiepacah pada tahun 1998, upaya yang dilakukan Pemda tersebut membuahkan hasil sehingga terminal Aiepacah bisa difungsikan kembali pada tahun 2002 dan diberi nama Terminal Regional Bingkuang.

Namun walaupun telah dilengkapi sarana dan

46 “Kapling-mengkapling Marak, Tarif Baru, Tekong Dingin” Dalam Harian Singgalang Edisi 23 April 1998

47 “AKAP dan AKDP Rujuk Keterminal Lintas Andalas” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 25 Mai 1998.

(17)

prasarana pendukung, Terminal Regional Bingkuang tetap sepi pengunjung dan pemanfaatan dari terminal itu sendiri tetap tidak optimal, alasan yang muncul dari pengoperasian terminal tahap II ini masih berkisaran persoalan yang muncul pada masa ujicoba terminal 1998.

D. Dampak Pindahnya Terminal Terhadap Masyarakat

Dampak dari pemindahan terminal tersebut tentu akan memberikan dampak yang berbeda kalau dilihat dari sisi positif dan negatifnya. Dilihat dari sisi positifnya pemindahan terminal akan menguraikan persoalan kepadatan transportasi tengah kota, supaya terciptanya transportasi kota padang yang nyaman dan tertib. Selain itu keberadaan terminal di Aiepacah ini juga akan memberikan peluang usaha yang menjanjikan terhadap masyarakat Aiepacah dengan memanfaatkan keberadaan terminal, dan keberadaan terminal juga akan menumbuh kembangankan kawasan Aiepacah karena perkembangan sebuah kota akan mengikuti arah pusat transportasi. Sedangkan bagi pemerintah pungutan retribusi dari terminal juga akan menambah pasokan Pendapatan Asli Daerah, namun kalau dilihat dari sisi negatifnya, penyebab utama kesemberautan alur transportasi Kota Padang adalah berawal dari penutupan Terminal Lintas Andalas dan menggantinya dengan Terminal Regional Bingkuang pada masa pemerintahan Zuiyen

Rais.48 Berawal dari penutupan Terminal Lintas Andalas tersebut sehingga memunculkan dampak negatif terhadap beberapa faktor yang perlu diperhatikan seperti :

1. Dampak Terhadap Ekonomi

Dampak negatif yang muncul bagi masyarakat sekitar kawasan terminal Aiepacah dari pembangunan terminal tersebut adalah hilangnya mata pencaharian petani setempat, karena sebagian tanah yang terpakai untuk pembangunan fisik terminal merupakan areal persawahan yang produktif dan dialiri oleh saluran irigasi. Pemindahan terminal juga sangat berdampak buruk terhadap masyarakat Terminal Lintas Andalas itu sendiri seperti Pedagang, Agen, Buruh, Pengamen dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya di Terminal Lintas Andalas, karena sebagaian besar dari mereka akan kehilangan pekerjaan mereka. Ketidak sanggupan mereka untuk pindah keterminal yang baru lantaran sewa toko yang sangat mahal di Terminal Regional Bingkuang menjadikan tidak semua para pedagang yang berasal dari Terminal Lintas Andalas mampu untuk menyewanya dan pindah ke terminal yang baru, selain itu sebagian besar masyarakat Aiepacah tentunya telah melihat peluang tersebut dan mendominasi lahan untuk berdagang di Terminal Regional Bingkuang sehingga makin

48 “Realitas Padang Semakin Terang”

Dalam Harian Haluan Edisi 26 September 2011

(18)

mempersempit kesempatan untuk pedagang yang berasal dari Terminal Andalas untuk mendapatkan lahan untuk berdagang.

Sejak dipindahkanya Terminal Lintas Andalas berdampak serius terhadap sektor informal Kota Padang seperti para pedagang di Kota Padang, karena sulitnya transportasi dalam Kota Padang sehingga pedagang luar daerah mengalihkan aktivitasnya ke Bukit Tinggi.49 Para pedagang yang berada di kota Padang mengalami kurugian hingga 50 persen.50

Keluhan terhadap pemindahan terminal juga disampaikan oleh seorang pedagang pakaian jadi yang berasal dari luar daerah Efrianto kepada penulis, setelah 14 hari pemindahan Terminal Lintas Andalas ke Terminal Regional Bingkuang dia tidak lagi membeli barang dagangannya di Padang. Dia beralasan bahwa jauhnya lokasi Terminal Regional Bingkuang menjadi penyebabnya, hal tersebut mengakibatkan bertambahnya biaya operasional untuk menuju terminal, biasanya sebelum terminal dipindahkan dia hanya tinggal menggunakan jasa buruh angkat saja untuk menuju terminal, karena lokasi terminal tidak terlalu jauh jaraknya dari Pasar Raya sehingga memudahkannya untuk membawa barang dagangannya menuju mobil, sedangkan setelah terminal pindah dia mesti mengeluarkan biaya dua kali lipat

49 “Pedagang Pasar Raya Padang Protes Pendirian Mal” Dalam Harian Tempo.co Edisi Jum’at 4 Februari 2005

50 Ibid.

setelah menggunakan jasa buruh angkat dipasar raya, dia mesti menyewa lagi angkutan barang untuk menuju Terminal Regional Bingkuang, sesampainya diterminal bingkuang dia mesti menggunakan jasa buruh angkut lagi untuk menuju mobil angkutan ketempat asalnya, biaya operasional yang sangat tinggi menjadikan alasanya untuk pindah berbelanja ke Bukit Tinggi. Selain itu harga barang di Bukit Tinggi juga lebih murah dan banyak pilihanya dibandingkan di Padang.51

2. Dampak Terhadap Transportasi Sejak terminal dipindahkan ternyata keadaan transportasi tengah kota semakin tidak kondusif, para angkutan AKAP dan AKDP menolak untuk masuk ke terminal yang baru, begitupun dengan angkutan kota yang juga menolak untuk masuk ke Terminal Lintas Andalas, sehingga terminal tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan menyebabkan penumpang terlantar diterminal, karena para angkutan memilih keluar terminal dan membuat terminal bayangan dibeberapa titik di tengah kota. Kawasan terminal bayangan ini dahulunya merupakan kawasan yang cukup lancar seperti Simpang Kalumpang, Depan kampus UNP, Simpang Gaung dan lainya.

Tetapi semenjak adanya kebijakan pemindahan Terminal Lintas Andalas ke Terminal Regional Bingkuang maka kawasan tersebut berubah menjadi kawasan macet yang

51 Wawancara Dengan Efrianto (52 Tahun) Pedagang Luar Daerah Kota Padang di Pasar Raya Tanggal 5 Juni 2015

(19)

baru, sebelumnya kawasan yang sering terjadi macet hanya di Jl. Pasar Baru, Jl. Pasar Raya, Jl. M. Yamin dan Simpang masuk Terminal Lintas Andalas di Jl. Pemuda.52

Keberadaan terminal bayangan merupakan salah satu bentuk penolakan akibat

kegagalan pemerintah dalam

mengimplementasikan kebijakannya dalam mengoptimalkan Terminal Regional Bingkuang sebagai terminal regional Kota Padang yang representatif. Kegagalan dalam mengoptimalkan Terminal Regional tersebut menjadikan para angkutan melakukan aktivitas selayaknya diterminal di badan-badan jalan kota seperti bus-bus yang seenaknya saja memarkirkankendaraanya dibadan jalan kemudian melakukan kegiatan menaikan dan menurunkan penumpang disembarang tempat sehingga menyebabkan kurangnya kapasitas jalan dan menggangu kinerja lalu lintas serta menggangu keindahan kota. Berikut ini adalah foto Terminal Bayangan yang ada di Kota Padang yang dimanfaatkan para penumpang.

Gambar 4

Terminal Bayangan Arah Selatan (Simpang Gaung Teluk Bayur) Juli 2015

Sumber : Dokumen Rifky Sixkrianza

52 “Pemko Kota Padang Berhasil Pindahkan Terminal ke Jalan Raya” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 20 September 2002

Gambar 5

Terminal Bayangan Arah Utara (Depan Kampus UNP) Juli 2015

Sumber : Dokumen Rifky Sixkrianza Gambar 6

Terminal Bayangan Arah Timur (Simpang Bandar Buat) Juli 2015

Sumber : Dokumen Rifky Sixkrianza

Gambar diatas menunjukan bahwa tidak maunya para angkutan untuk masuk keterminal Regional Bingkuang, arah selatan sendiri untuk penumpang yang menuju arah selatan seperti Painan, Batang Kapas, Surantih, Kambang, Balaiselasa, Air Haji, Indrapura, Tapan Lunang silaut. Sedangkan arah Utara untuk tujuan Padang Panjang, Bukit Tinggi, Payakumbuh Batu Sangkar, dan arah Timur untuk tujuan Alahan Panjang, Solok, Sawahlunto, Sijunjung Dharmasraya, Muarolabuh.

Terus meningkatnya aktifitas diterminal bayangan menjadikan Terminal Regional menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tidak adanya penumpang datang

(20)

keterminal mengakibatkan para pedagang diterminal mengalami kerugian. Kemudian satu persatu diantara mereka memilih untuk pindah dari pada bertahan diterminal yang masih tetap sepi pengunjung, terkadang walau ada pengunjung itupun cuma sekedar menunggu bus berangkat dan tidak berbelanja.

Aktifitas di Terminal Regional Bingkuang benar-benar berhenti sejak terjadi gempa bumi di Kota Padang tahun 2009, bangunan terminal hancur dan pada akhirnya kawasan terminal disulap menjadi Gedung Balaikota Padang yang baru, sebab gedung Balaikota yang lama juga hancur akibat gempa.

PENUTUP A. Kesimpulan

Masalah tidak berfungsinya secara optimal Terminal Regional Bingkuang di Aiepacah tidak lepas dari kegagalan Pemda Kota Padang dalam mengimplementasikan kebijakannya terhadap pemindahan Terminal Lintas Andalas ke Terminal Regional Bingkuang yang berada dikawasan Aiepacah, kurang tepatnya pemilihan lokasi yang terlalu jauh dari pusat kota menjadi salah satu penyebabnya, selain itu tidak adanya jalan arteri yang langsung dari terminal ke pusat kota maupun sebaliknya, sehingga banyak hal yang menjadi alasan Terminal Regional Bingkuang tidak berfungsi secara optimal, Seperti jarak, waktu, biaya operasional, akses dan lain sebagainya. Sehingga dalam proses pemindahan muncul aksi penolakan dan persoalan dari berbagai pihak seperti pedagang, sopir, penumpang, dan umumnya

bagi masyarakat yang memanfaatkan keberadaan Terminal Lintas Andalas.

Selain itu kurang tegasnya pihak terkait dalam merealisasikan pemindahan terminal, hal tersebut juga menjadi alasan tidak berfungsinya terminal sebagaimana mestinya. Kegagalan pemindahan terminal juga disebabkan perubahan pemilihan lokasi terminal yang sebelumnya ditetapkan dilubuk buaya, namun setelah dilakukan revisi RUTK Kota Padang tahun 1983-2003 lokasi tersebut dipindahkan ke kawasan Aiepacah dengan berbagai alasan kepentingan.

B. Saran

Pemda Kota Padang untuk kedepanya diharapkan apabila membangun terminal regional Kota Padang kembali, supaya lebih mempertimbangkan pemilihan lokasi terminal dan akses keterminal, supaya tidak terjadi lagi keselahan yang sama, pembangunan yang menghabiskan biaya yang sangat besar tapi menjadi percuma dan tidak bisa difungsi sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA A. Arsip

Rencana Teknik Ruang Kota Kawasan Terminal Regional dan Sekitarnya (250 Ha) Padang Tahun 1993 Laporan Tahunan DLLAJR Provinsi Daerah Tingkat 1 Sumatera Barat 1986.

Data dan Informasi Serta Lembaran Isian, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan di Kotamadya Dati II Padang Tahun 1994, hal 9

Lembaran Arsip dikeluarkan oleh Kabag Pembangunan Kota Padang Tentang

Pengoptimalan Terminal Aia Pacah tahun 2003”.

(21)

Lembaran Surat Permohonan Kredit Untuk Pembangunan Terminal Regional Kotamadya Padang

Lembaran Surat Keputusan Walikotamadya Padang tentang Penetapan Sebagian Daerah kelurahan Aiepacah kecamatan Koto Tangah dan Kelurahan Sungai Sapih Kecamatan Kuranji Sebagai Lokasi Pembangunan Terminal Regional Kotamadya Padang Tahun 1993.

B. Sumber Buku

Abbas Salim, Manajemen transportasi.(

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 1993).

Amran Mustafa Ali, “Padang Kota Tercinta Pintu Gerbang Pantai Barat Indonesia” (Padang : Citra Utama Abadi, 1991).

Colombjin Freek, “Paco-paco Kota Padang Sejarah Sebuah Kota di Indonesia Pada Abad ke 20 dan Penggunaa Ruang Kota” (Yogyakarta : Ombak, Agustus 2006).

Imawan, Riswandha. “Kebijakan Publik”

(Yogyakarta : Program PascaSarjana Magister Administrasi Publik UGM,1999)

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta Yayasan Benteng Budaya . 1999).

Louis Gosehalk, Mengerti Sejarah, terj.

Nugroho Notosusanto (Jakarta : Universitas Indonesia Press. 1985).

Padang Dalam Angka TAhun 1998.

C. Makalah dan Skripsi

Efrianto, “Perluasan Kota dan Konflik Tanah di Kota Padanng Studi Kasus Pembangunan Terminal Aie Pacah 1992-2002 Skripsi (Padang : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas, 2004)

Meri Erawati, “Terminal Lintas Andalas di Kota Padang Tahun 1971-2002”.

Skripsi, (Padang: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya Universitas Andalas,2009).

D. Sumber Surat Kabar dan Internet “Tindak Lanjut Jalan Bypass Kota Padang

Bangun Terminal” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 27 Oktober 1993

“100 Petugas DLLAJ Dikerahkan” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 18 April 1998.

“Sopir Tinggal Dituntun Rambu” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 20 April 1998

“Muncul Terminal Kaget dan Pungli” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 24 April 1998.

Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 26 April 1998.

“Persoalan Lahan 300 Angkot Mogok”Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 23 April 1998.

“Giliran Kuala Yang Mogok” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 29 April 1998.

“Aie Pacah Hidupkan Pedagang Kecil” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 22 April 1998.

“Kapling-mengkapling Marak, Tarif Baru, Tekong Dingin” Dalam Harian Singgalang Edisi 23 April 1998 “AKAP dan AKDP Rujuk Keterminal Lintas

Andalas” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 25 Mai 1998.

“Realitas Padang Semakin Terang” Dalam Harian Haluan Edisi 26 September 2011

“Pedagang Pasar Raya Padang Protes Pendirian Mal” Dalam Harian Tempo.co Edisi Jum’at 4 Februari 2005

“Pemko Kota Padang Berhasil Pindahkan Terminal ke Jalan Raya” Dalam Harian Umum Singgalang Edisi 20 September 2002

Referensi

Dokumen terkait

Pada awalnya mansyur masuk sebagai tentara sukarela bentukan Jepang setelah ia menikah dengan seorang gadis bernama Absah tahun 1944, dan ingin merdeka dari penjajahan Jepang, nama

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kemamuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan

Tujuan Belanda menduduki kota Padang karena kota Padang merupakan kota yang berkembang pada abad ke 20 dan akan dijadikan basis pertahanan di Sumatera Barat selain Bukitingggi.2 Salah

Pendidikan Anak Petani Sawit Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal tertinggi yang dicapai seseorang dengan mendapat tanda kelulusan ijazah untuk

Kedua, Pembelajaran media picture and picture dilihat dari minat siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar geografi IPS Terpadu dikelas VII.3 MTsN Lubuk Buaya Padang, diperoleh skor

Strategi inilah yang ingin dikaji lebih mendalam melalui sebuah tulisan dengan judul : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI P Studi Strategi Kenaikan Perolehan Suara pada Pemilu

Seiring dengan perkembangan Kabupaten Muara Bungo, maka pondok pesantren Diniyyah di bawah pimpinan Rosmaini ini akan memperoleh perhatian yang besar dari masyarakat Muara Bungo untuk

Banjir yang melanda di Kenagarian Kampung Tengah Tapan mengakibatkan prasarana sekolah, kesehatan, pemerintahan yang ada di Kenagarian Kampung Tengah Tapan tergolong Rusak dengan