MAKALAH FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM BAGIAN TIMUR
Disusun Oleh :
Aden Dhaedi (1204030118)
Ahmad Paris Mubtadi (1204030007)
Amelia Fauzia Ulfa Achmad (1204030012)
Aryantikah (1204030017)
Diko Acun Pratama (1204030027)
Fadlan Fajri Muharom (1204030033) Faris Aminur Rahman Hanapi (1204030038)
MANAJEMEN DAKWAH 4A FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2022
2
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik dan inayahnya kepada kita semua sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridha-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada jungjungan kita Nabi Muhamad
ﷺ
. karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan sya'faat kelak di hari kiamat.Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini yang membahas mengenai “Filsafat Islam di Dunia Islam Bagian Timur” Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dudi Rustandi S.Sos.I.Mi.Kom. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Dakwah, yang telah membimbing kami dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga selesai
Kami mohon maaf yang sebesar besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.
Juni, 2022
Penyusun
3
DAFTAR ISI Contents
Kata pengantar ...2
DAFTAR ISI ...3
BAB I ...4
PENDAHULUAN ...4
A. Latar Belakang ...4
B. Rumusan Masalah ...5
BAB II...6
PEMBAHASAN ...6
A. Pengertian Filsafat Islam ...6
B. Proses Masuknya Filsafat ke Dunia Islam Timur ...6
C. Faktor-faktor Kemunculan Filsafat Islam ...7
D. perkembangan Filsafat Islam di Dunia Timur...8
E. Tokoh Filsafat Islam di Dunia Timur...8
F. Persamaan dan Perbedaan Filsafat Timur dan Filsafat Barat ... 12
BAB III ... 13
PENUTUP ... 13
Kesimpulan... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 14
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika pemikiran dalam dunia Islam tetap berkembang sampai sekarang. Kenyataan ini dimungkinkan terjadi berkat doktrin yang menghargai akal setinggi mungkin sebagai salah satu sumber pengetahuan dan kebenaran. Bahkan, Al-Quran dan hadis tidak jarang menyuarakan urgensi penalaran, penelitian, dan pemikiran. Banyak istilah dipakai untuk menunjuk pengertian ini, antara lain nazhar, tadabur, dan tafakkur. Berdasarkan doktrin inilah filsafat lahir di negeri negeri Islam. Kontribusi para filsuf di negeri-negeri Islam terhadap perkembangan tradisi intelektual Barat banyak diakui oleh para ilmuwan di Barat, seperti yang dapat kita lihat misalnya dalam tulisan Nicholas Rescher, profesor filsafat di Universitas Pittsburg. Rescher menampilkan nama-nama filsuf seperti al-Kindi, Yahya ibnu Adi, Ibnu Sina, Ibnu Shalah, dan Ibnu Assal.
Matahari peradaban Islam mulai terbit manakala terjadi transformasi pengetahuan melalui penerjemahan pustaka pustaka Yunani, Syria, Persia, Hindu, serta peradaban lain.
Aktivitas penerjemahan merupakan pintu gerbang menuju terbukanya cakrawala pemikiran filsafat. Dalam hal ini, kedokteran dan pengobatan memiliki daya pikat tersendiri dibanding keilmuan lain. Bahkan, kedua ilmu ini menjadi lokomotif penarik gerbong bidang-bidang lain.
Seluruh pusat peradaban, dan cendekiawan Muslim dari Transoxiana sampai Andalusia
dikonsolidasikan dalam suatu alam spiritual baru. Pada abad I SM Iskandariyah merupakan pusat sains dan filsafat Yunani yang mempertemukan Hellenisme dan Neo Platonisme. Dari
Iskandariyah (Alexandria) berkembang ke Antiokia Nissibis dan Edessa yang dibawa oleh kelompok Monophysit dan Kristen Nestorian.
Muncul sederet filsuf di dunia Islam, baik di belahan Timur maupun Barat. Filsuf yang muncul di kawasan Timur antara lain Ya'qub bin Ishaq al-Kindi (w. 261/873), Abu Bakr ar-Razi (w. 133/925), Abu Nasr al-Farabi (w. 339/950), Ibnu Sina, Ibnu Miskawaih, Ikhwan ash-Shafa, dan al-Ghazali. Sedangkan di zona Barat muncul Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, dan Ibnu Rusyd.
Nama-nama ini merupakan filsuf paling populer di zamannya dan dikenal sebagai punggawa filsafat. Beberapa filsuf lain yang kurang tersohor, tapi memiliki kontribusi yang tidak sedikit bagi khazanah filsafat adalah al Amiri, Suhraward i, dan ath-Thusi. Di Bagdad ada sekelompok filsuf yang secara akademis dekat dengan filsuf Kristen, Abu Bisr Matta bin Yunus (328/940) dan muridnya Yahya bin Adi oleh infrastruktur yang menyatukan semua kawasan. Buku buku ilmu pengetahuan mudah didapat, dan Bait al-Hikmah berperan sebagai pusat kegiatan
intelektual dan penerjemahan. Kegairahan pemerintah tercermin dari besarnya imbalan sebuah karya terjemahan, yaitu emas seberat buku yang diterjemahkan.
5 B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari filsafat islam?
2. Bagaimana proses masuknya filsafat ke dunia islam timur?
3. Apa faktor-faktor kemunculan filsafat islam di dunia bagian timur?
4. Bagaima perkembangan filsafat islam di dunia bagian timur?
5. Siapa saja tokoh filsafat islam di dunia bagian timur?
6. Apa persamaan dan perbedaan filsafat islam dan dan filsafat barat?
6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Islam
Filsafat Islam bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ‘mencari Tuhan’, dalam filsafat Islam justru Tuhan
‘sudah ditemukan.
Islam dengan kebudayaannya telah berjalan selama 15 abad. Dalam perjalanan yang demikian panjang terdapat 5 abad perjalanan yang menakjubkan dalam kegiatan pemikiran filsafat, yaitu antara abad ke 7 hingga abad ke 12. Dalam kurun waktu lima abad itu para ahli pikir Islam merenungkan kedudukan manusia didalam hubungannya dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan, dengan menggunakan akal pikirnya.mereka berpikir secara sistematis dan analitis serta kritis sehingga lahirlah para filsuf Islam yang mempunyai kemampuan tinggi karena kebijaksanaannya
B. Proses Masuknya Filsafat ke Dunia Islam Timur
Filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Para Muslim di zaman klasik Islam sangat menghargai pemikiran dari filsafat Yunani sejauh tidak bertentangan dengan ajaran pokok Islam. Mulanya, Karya-filsuf muslim klasik menemukan karya Filsafat Yunani seperti Plato, Aristoteles, Pitagoras, Demokritos dan Plotinus, yang kemudian disesuaikan dengan ajaran atau syari'ah Islam. Pada akhirnya, para Muslim membangun satu corak filsafat baru yang kini dikenal sebagai filsafat Islam. Dan karena dihasilkan dalam zaman klasik Islam, maka filsafat sering disebut dengan Filsafat klasik Islam.
Ketika Iskandariyah didirikan oleh Iskandar Agung pada tahun 332SM, filsafat mulai merambah dunia timur. Di Iskandariyah ini, filsafat menjadi benar-benar mendunia, karena semua karya filosof Yunani diperkenalkan dan filsafat dijadikan go international. Pada akhirnya, penaklukan Iskandariyah, termasuk Mesir, Suriah, dan Irak yang notabene sebagai pusat -pusat Hellenisme, oleh tentara Islam, membawa bangsa Arab-Islam untuk bersentuhan dengan peradaban-peradaban Yunani dan peradaban-peradaban Timur Tengah lain seperti mistis Mesir, Phoenisia, Persia, Yahudi, dan Kristen. Persentuhan kaum muslimin dengan tradisi Hellenistik ini pada akhirnya mempengaruhi cara dan gaya berfikir kaum muslimin. Lebih lanjut, perkembangan filsafat memasuki kawasan Timur juga melalui Jundishapur. Pada waktu itu Kaisar Bizantium, Justinianus menutup sekolah-sekolah tinggi filsafat di Athena karena sekolah-sekolah itu dianggap bersimpati kepada kaum pagan.
7 Filsafat Islam merupakan Filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim.
Berkembangnya ilmu filsafat di dunia Islam ini pada akhirnya telah menghasilkan nomor yang terkenal dari kalangan Muslim. Mereka antara lain Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd
C. Faktor-faktor Kemunculan Filsafat Islam
Terdapat dua factor yang mempengaruhi munculnya filsafat islam di dunia bagian timur yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Diantara factor eksternal adalah Filsafat yunani. Di antara faktor yang mendorong tumbuhnya filsafat Islam adalah filsafat yunani. Inti filsaf at yunani sangat berseberangan dengan filsafat Islam. Oleh karena itu, tatkala Islam ingin menerapkan filsafatnya yang menggambarkan peradabannya dan berhubungan dengan struktur sosialnya, tidak bisa terelakkan terjadinya perbedaan sangat mencolok, perdebatan yang amat sengit, serta metodologi dan materi yang saling bertentangan antara keduanya. Selain filsafat yunani, tumbuhnya filsafat Islam juga tidak terlepas dari aliran genostik di daerah timur seperti Irak dan Iran. Aliran ini juga mencoba menghancurkan struktur Islam sejak Islam berhasil memorak-porandakan kepercayaan dan ritual aliran ini. Aliran ini termasuk aliran yang sangat destruktif dalam menentang Islam dengan pedang dan tulisan. Pengaruh aliran ini masih ada sampai sekarang, yaitu dalam aliran syi‟ah garis keras, Ismailiyyah, dan Baha`iyyah.
Faktor Internal:
1. Faktor bahasa. Karakteristik bahasa arab yang acap kali memiliki kandungan makna lebih dari satu menjadi salah satu faktor lahirnya filsafat Islam. Kandungan multi-interpretasi al-qur`an maupun hadis menyebabkan adanya perbedaan paradigma dan pemahaman teks, sehingga tidak mengherankan jika mengakibatkan munculnya berbagai term seperti af‟âlul „ibâd; apakah dihasilkan manusia ataukah ciptaan Tuhan, manzilah baina manzilatain, serta amar ma‟ruf nahi munkar dan persoalan-persoalan lain yang menjadi bahasan para filsuf dan mutakalimin di dalam kerangka pemikiran filsafat.
2. Faktor politik. Setelah Rasulullah wafat, perpolitikan kaum muslimin terombang ambing. Masalah kekhalifahan menjadi penyebab utama terpecah-belahnya kaum muslimin ke dalam berbagai aliran. Setiap aliran mencoba menerapkan kaidah dan keyakinannya. Akhirnya banyak sekali muncul aliran-aliran dalam keagamaan seperti syi‟ah, murji‟ah, khawarij, dengan berbagai cabang yang ada di dalamnya. Keguncangan politik itulah yang akhirnya mendorong kaum muslimin untuk berfilsafat dalam rangka membela kepercayaan masing-masing aliran dari ancaman dan mengokohkan apa yang mereka yakini kebenarannya.
3. Faktor ekonomi. juga merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang turut serta melatarbelakangi lahirnya filsafat Islam. Islam telah menjelaskan panjang lebar mengenai prinsip keadilan ekonomi di dalam lingkungan masyarakat Islam. Akan tetapi, pada zaman ke khalifahan Utsman bin Affan, kaum muslimin merasa tidak adanya keadilan dalam pembagian harta benda seperti yang telah digariskan oleh Islam. Perasaan itulah yang mendorong munculnya syi‟ah serta banyak kaum muslimin yang berpaling kapada Ali bin Abi Thalib yang menyamakan antara orang kaya dan orang miskin
8
D. perkembangan Filsafat Islam di Dunia Timur
Berkembangnya paham bahwa menjadikan jiwa sebagai sarana guna meraih kesuksesan, sumber petunjuk, rezeki & kesmbuhan; sebuah ajaran keyakinan yang kontradiktif dengan konsep tauhid (uluhiyah & rububiyah) dalam islam. Hukum tarik-menarik (semesta mendukung, the law of attraction) & kekuatan benak bawah sadar ialah dua misal konsep yang sangat terkenal di bidang manajemen pengembangan diri, yang membias dari doktrin islam.
Hukum tarik-menarik internal (the internal law of attraction) yang dikamuflasekan dengan doktrin islam dengan memakai hadits-hadits mengenai prasangka baik & sikap optimistik menurut konsep filsafat timur tentang alam semesta & keberadaan mengatakan bahwa wujud mutlakiahlah kesadaran atau pikiran, bahwa dunia luar semata bayang-bayang & melulu ada dalam benak (filsafat idealisme).
Adapun yang terakhir dan yang paling riskan ialah ajaran spiritualisme murni. Konsep ini disajikan dalam format kursus atau program pelatihan spiritual Timur teoritis-normatif dengan tanpa penyamaran software praktis. Konsep-konsep tersebut lantas diberi legitimasi lewat upaya islamisasi & peminjaman teknologi syarat.
E. Tokoh Filsafat Islam di Dunia Timur
Diantara para filosof Islam yang lahir di wilayah timur adalah Al-Kindi, Al-Ghazali, Al- Farabi, Ibnu Sina dan lain-lain. Dan di makalah ini hanya akan dijelaskan dua filosof saja yang merupakan para filosof di dunia Islam wilayah timur.
a) Al-Kindi
Al-Kindi, nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’kub ibnu Ishaq ibnu Al-Shabbah ibnu
‘Imran ibnu Muhammad ibnu Al-Asy’as ibnu Qais Al-Kindi. Kindah, pada siapa nama Al-Kindi dinisbatkan, adalah suatu kabilah terkemuka pra-Islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman. Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185H (801M) dari keluarga kaya dan terhormat. Salah satu usaha Al-Kindi memperkenalkan filsafat ke dalam dunia Islam dengan cara mengetok hati umat supaya menerima kebenaran walaupun darimana sumbernya.
Menurutnya kita tidak pada tempatnya malu mengakui kebenaran darimana saja sumbernya. Telah dipaparkan bahwa Al-Kindi orang Islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan agama, atau antara akal dan wahyu. Menurutnya antara keduanya tidaklah bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu tentang kebenaran.
Sedangkan kebenaran itu adalah satu (tidak banyak).
Al-Kindi dikenang sebagai filsuf Muslim Arab pertama yang merintis jalan bagi penetrasi filsafat ke dunia Islam. Ia juga merupakan filsuf Arab keturunan raja Yaman di Kindah,
sedangkan mayoritas filsuf berasal dari Persia, Turki atau Berber. Keseluruhan karya al-Kindi mencapai 270 buah, namun sebagian dinyatakan raib. Ibnu al-Nadim dan al-Qifti
mengklasifikasi karya-karyanya ke dalam 17 bidang, meliputi filsafat, logika, ilmu hitung, globular, musik, astronomi, geometri, sperikal, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik, metereologi, dimensi, benda-benda pertama, logam, dan kimia. Sejumlah karyanya
9 diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan memancarkan pengaruh yang dahsyat bagi cakrawala pemikiran Eropa abad pertengahan.
Di samping menerbitkan buku tentang pemikirannya sendiri, al-Kindi juga
menerjemahkan literatur-literatur Yunani, seperti Metaphysica, Poetica and Hermeneutica karya Aristoteles, Geography karya Ptolemy, dan Isagoge buah tangan Prophyry. Al-Kindi juga memberi komentar buku-buku Aristoteles, seperti Analytica Posteriora, Sophistica Elenchi, dan the Categories. Adapun karyanya di bidang filsafat antara lain: Kitab al-Kindi ila al-Mu'tashim billah fi Falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama); Kitab al-Falsafah al-Dakhilah wa al-Masail al-Mantiqiyyah al-Muqtashah wa ma fauqa al- Thabi'iyyah; Kitab fi Annahu fi Tanalu al- Falsafah illa bi al-Ilm al Riyadhiyah; Kitab fi Qasha Aristhuthalish fi al-Ma'qulat; Kitab Ji Ma'iyah al-Ilm wa Aqsamihi; Risalah fi Hudud al-Asyya' wa Rusumiha; Risalah fi Annahu Jawahir la Ajsam; Kitab Ibarah al-Jawami' al-Fikriyah; Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al Ruhaniyah; dan Risalah fi al-Ibanah an al-Illat al-Fa'ilat al Qaribah li al-Kaun wa al-Fasad.
Para sarjana, khususnya orientalis, mempelajari karya karya al-Kindi berdasarkan terjemahan Latinnya. Baru-baru ini peta pemikiran al-Kindi mulai menemui titik terang berkat penemuan 25 karyanya yang sempat hilang. Salah satunya berjudul Rasail al-Kindi al-Falsafiyah dan telah diedit serta diterbitkan di Kairo dalam dua jilid (jilid pertama tahun 1950, dan jilid berikutnya tahun 1953)."
b) Al-Ghazali
Al-Ghazali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad ibnu Ahmad Al-Ghazali Al-Thusi.
Ia dilahirkan pada tahun 450H/1058 M di Ghazal, Thus, provinsi Khurasan, Republik Islam Iran.dengan demikian ia adalah keturunan Persia asli. Al-Ghazali melontarkan sanggahan luar biasa keras terhadap pemikiran para filosof. Adapun yang dimaksudkan para filosof disini dalam berbagai literatur disebutkan ialah selain Aristoteles dan Plato, juga Al-Farabi dan Ibnu Sina karena kedua filosof muslim ini dipandang Al-Ghazali sangat bertanggung jawab dalam menerima dan menyebarluaskan pemikiran filosof dari Yunani (Sokrates, Aristoteles, dan Plato) di dunia Islam. Kritik pedas tersebut ia tuangkan dalam bukunya yang terkenal Tahafut al-Falasifat. Dalam buku ini ia mendemonstrasikan kepalsuan para filosof beserta doktrin-doktrin mereka.
c) Al – Farabi
Nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. Sebutan Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah seorang Iran dan menikah dengan seorang wanita Turkestan. Al-Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada masanya dan mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya, baik yang sampai kepada kita maupun yang tidak, menunjukkan bahwa ia mendalami ilmu-ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantik. Sebagian besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang
10 logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai pengulas Aristoteles.
Pendidikan dasar al-Farabi dimulai dengan mempelajari dasar-dasar ilmu agama dan bahasa. Ilmu agama meliputi Al-Quran, hadis, tafsir, dan fikih. Dan bahasa meliputi bahasa Arab, Persia, dan Turki. Ia juga mempelajari matematika dan filsafat serta melakukan pengembaraan untuk mendalami ilmu-ilmu lain. Sejak muda hingga dewasa, ia bergelut dengan dunia ilmu. Ia mengunjungi Bagdad dan belajar pada ahli logika, Abu Bisyr Matta ibnu Yunus dan Yuhanna ibnu Khaylan di Harran.
Di bidang filsafat, ia melahap habis karya-karya Aristoteles, sampai-sampai ia membaca de Anima Aristoteles sebanyak 200 kali, dan Physics 40 kali.32 Berkat keseriusannya mendalami karya-karya Aristoteles, ia pun dijuluki sebagai Guru Kedua. Selama 20 tahun tinggal di Bagdad, al-Farabi tertarik pada pusat kebudayaan Aleppo, tempat berkumpulnya manusia manusia hebat di lingkungan istana Saif al-Daulah al Hamadani.33 Kecerdasan dan kemahirannya pula yang membawanya ke lingkaran istana. Ibnu Khalikan memujinya sebagai filsuf Muslim terbesar yang tak tertandingi dalam dunia sains dan filsafat. Sistem filsafatnya merupakan sintesis dari Platonisme, Aristotelianisme, dan Sufisme.
Karya-karya al-Farabi diklasifikasikan ke dalam logika dan non logika. Di bidang logika, ia memberi komentar atas Or ganon karya Aristoteles," dan menulis pengantar logika.36 Sedangkan dalam ranah non-logika, ia meringkas tulisan Plato The Laws; mengomentari Nicomachean Ethics, Physics, Meteo rology, de Caelo et de Mundo on the Movement of the Heavenly Sphere Aristoteles, mengulas komentar Alexander Aphrodisias tentang jiwa (de Anima), ditambah tulisan pribadi tentang jiwa (on the soul), daya jiwa (on the power of the soul), kesatuan dan satu (unity and the one), aql dan ma'qul (the intelligence and intelligible), menulis makalah tentang substansi (substance), waktu (time), ruang serta ukuran (space and measure), dan kekosongan (vacuum), mengulas al-Majasta Ptolemy, dan berbagai ulasan tentang persoalan Euchid."7
Karya-karya al-Farabi beredar di Timur dan Barat pada abad 10 dan 11 M, sebagaimana terlihat pada terjemahannya ke bahasa Yunani dan Latin hingga memengaruhi cakrawala pemikiran sarjana Yahudi dan Kristen. Karya al-Farabi juga diterjemahkan ke bahasa Eropa modern, sehingga beberapa filsuf Barat terpengaruh oleh aroma filsafatnya. Misalnya Albert the Great dan Thomas Aquinas yang acap kali mengutip pemikiran al-Farabi dan menyamakannya dengan Spencer dan Rousseou. Dalam hal metode deduktif, ia disamakan dengan Spinoza.
Pemikiran filsafat al-Farabi menjadi dasar pijakan Ibnu Sina. Secara garis besar, obyek kajian filsafat al-Farabi ada lima, yaitu ontologi, metafisika teologis, konsep kosmologi yang berkaitan dengan teori emanasi, jiwa rasional, dan filsafat politik.
11 Ikhwan Ash-Shafa (ABAD IV H/10 M)
Tokoh dan Karya Tulis Ikhwan ash-Shafa Pasca wafatnya al-Farabi, muncul sekelompok anak manusia yang menamakan dirinya Ikhwan ash-Shafa (saudara saudara yang mementingkan kesucian jiwa). Kelompok ini mewariskan sebuah adikarya ensiklopedis tentang ilmu pengetahuan dan filsafat dengan judul Rasail Ikhwan ash-Shafa. Karya ini berisi 50 risalah yang mengulas pelbagai bidang keilmuan meliputi matematika, fisika, jiwa, metafisika dan sebagainya.
Identitas masing-masing anggota kelompok tersebut tidak jelas karena saling dirahasiakan.
Menurut laporan al-Sijistani (w. 391 H/1000 M), mereka masing-masing adalah Abu Sulaiman al- Busti (terkenal dengan gelar al-Muqaddasi), Abu al-Hasan al-Zanjani, Abu al-Hasan al-Aufi, dan Zayd ibnu Rif'ah. Kalangan Syiah mengklaim Ikhwan ash-Shafa sebagai bagian dari kelompok mereka. Risalah ensiklopedis buah tangan mereka bersumber dari informasi Abu Hayyan al Tauhidi (w. 414 H/1023 M), dan diduga kuat berasal dari masa keempat Hijriah. Mereka menjadikan Basrah sebagai tempat melangsungkan aktivitas-aktivitas rahasia dengan Baghdad sebagai cabangnya. Jemaat Ikhwan ash-Shafa terdiri atas 4 kelompok, yaitu al-Ikhwan al-Abrar al-Ruhama (para saudara yang baik dan dikasihi) dengan usia anggota rata rata 15-30 tahun, Ikhwan al-Ahyar al-Fudhala (para saudara yang terbaik d an utama) dengan usia 30-40 tahun, Ikhwan al Fudhala al-Kiram (para saudara yang utama dan mulia), antara 40-50 tahun, dan kalangan elit yang hatinya telah terbuka bagi setiap kebenaran dengan usia rata-rata 50 tahun ke atas.
Aktivitas mereka yang penuh rahasia terkonsentrasi pada kajian ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama sebagaimana tertulis dalam kumpulan risalah mereka. Upaya merahasiakan diri ini setidaknya dimaksudkan untuk menyelematkan diri dari pihak-pihak yang mencurigai dan memusuhi filsafat, atau penguasa yang kontra dengan ideologi mereka
d) Ibnu Sina
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, di mana Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran, dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H. Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-buku yang khusus untuk soal-soal kejiwaan atau pun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan filsafat. Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia pemikiran Arab sejak abad kesepuluh Masehi sampai akhir abad ke-19 Masehi, terutama pada Gundissalinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon, dan Dun Scott. Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa
12 penyakit yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun
F. Persamaan dan Perbedaan Filsafat Timur dan Filsafat Barat
Persamaannya:
1. Baik di Barat maupun di Timur para failasuf di kedua belahan tersebut sama-sama menempuh jalan falsafah dengan tetap berdasarkan pada sendi-sendi metafisis.
2. mereka yang di Timur dan di Barat secara global membahas mengenai Ketuhanan, baik itu pembahasan yang mengenai sifat-sifat-Nya, hubungan antara Tuhan dan alam semesta, dan lain sebagainya.
3. sama-sama membahas mengenai Jiwa.
Perbedaannya:
• Filsafat Islam di Timur coraknya lebih kepada nuansa keagamaan. Jadi, disini membahas mengenai bagaimana mempersatukan ummat dengan falsafah yang menyudut kepada ranah keagamaan secara saling berhubungan. Sedangkan di Barat, falsafah hadir melalui jalan sains. Mereka tidak terlalu disibukkan dengan perlawanan terhadap hegemoni budaya lokal yang dianggap dapat membahayakan eksistensi akidah mereka.
• Falsafah Islam di Barat, dalam pembahasan mengenai alam, mereka sepakat mengenai keqadiman alam, yang berarti mereka bersepakat bahwa kehadiran alam ini adalah sebuah konsekuensi logis dengan adanya Tuhan. Berbeda di Timur, lebih menekankan teori penciptaan dengan emanasi para failasuf-failasufnya. Seperti al-Farâbî, Ibn Sînâ, Ibn Miskawayh, dan Ikhwan al-Shâfâ’
13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .
Dalam kurun waktu lima abad itu para ahli pikir Islam merenungkan kedudukan manusia didalam hubungannya dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan, dengan menggunakan akal pikirnya.mereka berpikir secara sistematis dan analitis serta kritis sehingga lahirlah para filsuf Islam yang mempunyai kemampuan tinggi karena kebijaksanaannya Filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke- 2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Para Muslim di zaman klasik Islam sangat menghargai pemikiran dari filsafat Yunani sejauh tidak bertentangan dengan ajaran pokok Islam.
Dan karena dihasilkan dalam zaman klasik Islam, maka filsafat sering disebut dengan Filsafat klasik Islam.
Pada akhirnya, penaklukan Iskandariyah, termasuk Mesir, Suriah, dan Irak yang notabene sebagai pusat-pusat Hellenisme, oleh tentara Islam, membawa bangsa Arab-Islam untuk bersentuhan dengan peradaban-peradaban Yunani dan peradaban-peradaban Timur Tengah lain seperti mistis Mesir, Phoenisia, Persia, Yahudi, dan Kristen. Mereka antara lain Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd Terdapat dua factor yang mempengaruhi munculnya filsafat islam di dunia bagian timur yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Selain filsafat yunani, tumbuhnya filsafat Islam juga tidak terlepas dari aliran genostik di daerah timur seperti Irak dan Iran.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/wamsdien/5755491b729773f81b69f2c4/persamaan-dan-perbedaan- falsafah-islam-di-timur-dan-barat?page=2&page_images=1
https://makinbill.files.wordpress.com/2012/10/pengantar-filsafat-islam-3-filsafat-dunia-timur-islam.pdf https://ansarbinbarani.blogspot.com/2018/12/perkembangan-filsafat-islam-di-dunia-timur.html?m=1 http://mudrik678.blogspot.com/2015/05/filsafat-islam-di-dunia-islam-wilayah.html
https://www.neraca.co.id/article/20323/transformasi-filsafat-yunani-ke-filsafat-islam Drajat amroeni, Filsafat Islam, (Medan: Erlangga, 2006)