• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM TIMUR IBNU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM TIMUR IBNU"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM TIMUR

( IBNU SINA )

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Filsafat Islam

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Disusun oleh kelompok 6:

Elin Siti Fatonah : 1210202050

Fitrianis Tamara R : 1210202064

Hanifah Qonitah : 1210202070

Laela Qodariah : 1210202096

BANDUNG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat itu membingungkan. Namun dari filsafat itulah kita dapat mengetahui esensi suatu hal. Hingga kini, filsafat masih saja menjadi kajian wajib di berbagai ajang pendidikan. Dalam islam juga ada filsafat Islam, filsafat yang mengupas tentang keberadaan Islam itu sendiri. Dan salah satu pengembangnya adalah Ibnu Sina, seorang dokter, ulama, psikolog, seniman, bahkan politisi. Namun menariknya Ibnu Sina juga seorang filosof muslim yang berani melawan kekangan filsafat Yunani, bahkan buah pemikirannya ini pun juga dikonsumsi oleh para pelajar barat.

Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina dalam banyak hal unik, sedang diantara para filosof muslim ia tidak hanya unik, tapi juga memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu-satunya filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa abad.

(3)

B. Rumusan Masalah

Lalu seperti apakah filsafatnya Ibnu Sina itu? Berikut kami mencoba menyajikan makalah yang membahas mengenai filsafat Ibnu Sina. Selamat membaca.

1. Siapakah Ibnu Sina?

2. Apa karya-karya dari Ibnu Sina?

3. Bagaimana pemikiran-pemikiran Ibnu Sina? 4. Bagaimana filsafat Ibnu Sina?

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Sina

Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan sampai sekarang, sosok Ibnu Sina (371/980 M-428/1037 M) merupakan sosok filsuf muslim yang sangat unik dan dikenal dengan kecerdasannya.1 Adapun nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain

Ibn Abdillah Ibn Sina, nama pendeknya Abu Ali. Juga dikenal sebagai Asy-Syaih Ar-Rais. Ibnu Sina lahir di Afsahan (Desa kecil dekat Bukhara, Ibu Kota Dinasti Samaniyah dimana ayahnya seorang Gubernur Kharmayathnah pada pemerintahan Dinasti Saman-Bukhara). Di Bukhara ia dibesarkan serta belajar falsafah kedokteran dan ilmu - ilmu agama Islam. Dan Jumlah karya yang ditulis ibnu sina (diperkirakan antara 100 sampai 250 buah judul). kualitas karya dan keterlibatannya dalam praktik kedokteran, mengajar, dan politik semuanya menunjukkan tingkat kemampuan yang luar biasa.

Ia mempunyai ingatan dan kecerdasan yang luar biasa sehingga dalam usia 10 tahun telah mampu menghafal al-Qur’an, sebagian sastra Arab, dan ia juga hafal kitab metafisika karangan aristoteles, setelah membacanya 40 kali. Ia juga mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi. Dalam usianya yang belum melebihi enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Tidak hanya teori – teori kedokteran yang ia pelajari, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati orang – orang sakit. ketika berumur 17 tahun ia pernah mengobati pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu Sina mendapat sambutan baik sekali dikalangan masyarakat.2

Ibnu Sina mempelajari beberapa bidang ilmu pengetahuan, antara lain:

1. Ilmu-ilmu agama dimulainya belajar Quran pada tahun 375 H. Sewaktu umurnya umurnya baru 5 tahun. Kemudian terus mempelajari ilmu-ilmu Islam lainnya seperti tafsir, fikih, ushuluddin, tasawuf dan lainnya. Dalam 5 tahun, pada waktu dia mencapai

1 Dedi Suriyadi, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009, hal. 122

(5)

usia 10 tahun, Ibnu Sina sudah hafal Al-Quran dan sudah menguasai segala cabang ilmu-ilmu agama.

2. Ilmu-ilmu falsafah, setelah umurnya mencapai 10 tahun dia sudah menguasai ilmu-ilmu agama, ayahnya mulai menyuruhnya belajar ilmu falsafah dengan segala cabangnya. Dan disuruh belajar kepada seorang saudagar rempah-rempah untuk mempelajari “ilmu hitung india”.

3. Ilmu politik tidak kalah pentingnya untuk diketahui, bahwa ilmu politik telah diperkenalkan kepada Ibnu Sina pada umur mudanya. Ayahnya adalah seorang terkemuka dari aliran “Isma’iliyyah” dan partai syi’ah. Pada waktu itu pemimpin propagandis aliran yang terpusat di Mesir dibawah pimpinan Fathimiyah, sering kali berkunjung dan berunding dengan ayahnya untuk meluaskan sayap partai itu didaerah Bukhara. Ibnu Sina selalu duduk mendengarkan segala uraian mereka. Saudaranta Abdul Harist mengikuti aliran ayahnya, menjadi pengikut yang setia dan ptertarik kepada partai Isma’iliyyah, tetapi Ibnu Sina tidak tertarik kepada aliran itu.

4. Ilmu kedokteran. Di dalam tingkat terakhir, Ibnu Sina kedokteran. Dipelajarinya ilmu itu sewaktu umurnya 16 tahun, dan dalam waktu 18 bulan (1 ½ tahun) seleseilah dan dikuasainya.

(6)

sendiri ringkasan karya ensiklopedi ini. Ia menyebutkan Kitab Al-Najat atau kitab penyelamat yang jauh lebih luas dibaca daripada As-Syifa sendiri.

Dalam pendahuluan Al-Syifa yang meninjau seluruh bidang ilmu pengetahuan Yunani-Arab, Ibnu Sina melahirkan kesulitan metodologikan yang mendasar. Adapun tujuan dalam karya ini, menurutnya adalah untuk mencarikan ilmu-ilmu yang dianggap berasal dari nenek moyang tanpa menghapus nilai-nilainya.

Meskipun dia di akui sebagai seorang tokoh dalam keimanan, ibadah dan keilmuan, tetapi baginya minum-minuman keras itu boleh, selama tidak untuk memuaskan hawa nafsu. Minum-minuman keras dilarang karena bisa menimbulkan permusuhan dan pertikaian, sedangkan apabila dia minum tidak demikian malah menajamkan pikiran. Dalam al-Muniqdz min al-Dhalal, al-Ghazali bahwa Ibnu Sina pernah berjanji kepada Allah dalam salah satu wasiatnya, antara lain bahwa dia akan menghormati syari’at tidak melalaikan ibadah ruhani maupun jasmani dan tidak akan minum-minuman keras untuk memuaskan nafsu, melainkan demi kesehatan dan obat. Kehidupan Ibnu Sina penuh dengan aktifitas -aktifitas kerja keras. Waktunya dihabiskan untuk urusan negara dan menulis, sehingga dia mempunyai sakit maag yang tidak dapat terobati. Di usia 58 tahun (428 H/1037 M) Ibnu Sina meninggal dan dikuburkan di Hamazan.

B. Karya-karya Ibnu Sina

Jumlah karya yang ditulis Ibnu Sina (diperkirakan antara 100sampai 250 buah judul). Kualitas karya dan keterampilannya dalam praktik kedokteran, mengajar, dan politik. Semuanya menunjukkan tingkat kemampuan yang luar biasa.3

Karya - karya Ibnu Sina yang ternama dalam lapangan Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat adalah resum dari kitab As-Shifa. Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain dari pada itu, ia banyak menulis karangan - karangan pendek yang dinamakan Maqallah. Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia memperoleh inspirasi dalam sesuatu bentuk baru dan segera dikarangnya.4

3 Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm:125

(7)

Sekalipun ia hidup dalam waktu penuh kegoncangan dan sering sibuk dengan soal negara, ia menulis sekitar dua ratus lima puluh karya. Diantaranya karya yang paling masyhur adalah “Qanun” yang merupakan ikhtisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di Timur. Buku ini dterjemahkan ke baasa Latin dan diajarkan berabad lamanya di Universita Barat. Karya keduanya adalah ensiklopedinya yang monumental “Kitab As-Syifa”. Karya ini merupakan titik puncak filsafat paripatetik dalam Islam.

Ibnu Sina meskipun disibukkan oleh kegiatan politik namun karena kecerdasannya, menyebabkan ia mampu menulis beberapa buku. Ia sangat berjasa bagi para ilmuwan dengan karya-karya yang sangat berguna. Adapun karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal adalah:

1. As-Syifa (The Book of Recovery or The Book of Remedy)

As-Syifa yaitu buku tentang penemuan, atau buku tentang penyembuhan.

Buku ini dikenal didalam bahasa Latin dengan nama Sanatio, atau Sufficienta. Seluruh buku ini terdiri atas 18 jilid, naskah selengkapnya sekarang ini tersimpan di Oxford University London. Mulai ditulis pada usia 22 tahun (1022 M) dan berakhir pada tahun wafatnya (1037 M). Isinya terbagi atas 4 bagian, yaitu :

a. Logika (termasuk didalamnya terorika dan syair) meliputi dasar karangan Aristoteles tentang logika dengan dimasukkan segala materi dari penulis-penulis Yunani kemudiannya.

b. Fisika (termasuk psichologi, pertanian, dan hewan). Bagian-bagian Fisika meliputi kosmologi, meteorologi, udara, waktu, kekosongan dan gambaran).

c. Matematika. Bagian matematika mengandung pandangan yang berpusat dari elemen-elemen Euclid, garis besar dari Almagest-nya Ptolemy, dan ikhtisar-ikhtisar tentang aritmetika dan ilmu musik.

d. Metafisika. Bagian falsafah, poko pikiran Ibnu sina menggabungkan pendapat Aristoteles dengan elemen-elemennya Neo Platonic dan menyusun dasar percobaan untuk menyesuaikan ide-ide Yunani dengan kepercayaan-kepercayaan.

(8)

2. Al-Syarat Wat-Tanbihat

Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling baik. Pernah diterbitkan di Leiden tahun 1892 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dan diterbitkan di Kairo juga. Al-Syarat wat Tanbihat, Kemudian diterbitkan di Kairo lagi pada tahun 1947 di bawah asuhan Dr. Sulaiman Dunia.

3. Al-Hikmat Al-Masyriqiyyah

Buku ini banyak dibicarakan orang karena tidak jelasnya maksud judul buku. Ada yang menyatakan buku ini mengenai tasawuf dan naskahnya yang masih ada memuat bagian logika. Tetapi menurut Carlos Nillino, berisi filsafat timur sebagai imbangan dari filsafat barat.

4. Al-Qanun

Al-Qanun atau canon of medicine, menurut penyebutan orang-orang barat. Buku ini pernah diterjemahkan kedalam bahasa latin dan pernah sampai menjadi buku standar untuk Universitas di Eropa sampai akhir abad ketujuhbelas Masehi. Buku tersebut pernah diterbitkan di Roma tahun 1593 M dan India tahub 1523 H. Risalah-risalah lain yang banyak jumlahnya dalam lapangan filsafat, etika, logika dan psikologi.

5. Sadidiyya. Buku ilmu kedokteran. 6. Al-Musiqa. Buku tentang musik.

7. Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.

8. Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.Danesh Namesh. Buku filsafat. 9. Danesh Nameh. Buku filsafat.

10. Uyun-ul Hikmah. Buku filsafat terdiri atas 10 jilid.

11. Mujiz, kabir wa Shaghir. Sebuah buku yang menerangkan tentang dasar - dasar ilmu logika secara lengkap.

12. Al-Inshaf. Buku tentang Keadilan Sejati.

13. Al-Hudud. Berisikan istilah - istilah dan pengertian - pengertian yang dipakai didalam ilmu filsafat.

(9)

Al-‘Isyq, dan Tahshil As-Sa’adah. Puisi terpentingnya adalah Al-Urjuzah fi Ath-Thibb, Al-Qoshidah Al-Muzdawiyyah dan masih banyak karya lain yang ditulis dalam bentuk puisi ke dalam bahasa persia.5

C. Pemikiran dan Filsafat Ibnu Sina 1. Pemikiran Ibnu Sina

Ibnu Sina adalah seorang pemikir islam yang terbesar dan sangat Berjaya namanya di timur dan di barat. Namun, menurut De Boer, ia tidak mengimbangi Al-Farabi dalam kedalaman pemikiran dan kreatifitas. Ia juga seorang penyair, tapi tidak dapat menyamai Al-Firdausi. Begitu pula ilmunya cukup mendalam, tapi tidak sedalam ilmu Al-Biruni.

Namun demikian yang membuat Ibnu Sina sangat populer adalah produktifitasnya dalam menulis dengan gaya bahasa yang jelas serta kemahirannya menyajikan permasalahan yang dikutip dari pelbagai sumber dalam suatu sistimatika yang rapih, dimana ilmu falsafah yunani terjalin kuat dengan hikmah ketimuran. Ia tidak meninggalkan suatu madzhab falsafah yang khas, selain dari membalut falsafah kuno dengan pakaian baru (ajaran islam).6

2. Filsafat Ibnu Sina

Untuk mengetahui filsafat Ibnu Sina, terlebih dahulu perlu diketahui kerangka berpikir Ibnu Sina. Kerangka pikirannya itu terlihat dari segi pembagian ilmu dan tujuan filsafat yag dibuat oleh Ibnu Sina.

Ibnu Sina memahami tujuan filsafat adalah penetapan realitas segala sesuatu, sepanjag hal itu mungkin bagi mausia. Ada dua tipe filsafat yaitu teoritis dan praktis. Yang pertama mencari pengetahuan tentang kebenaran, sedangkan yang kedua pengetahuan tentang kebaikan.

5 Shams Inati, “Ibnu Sina” dalam Ensiklopedia Tematis Filsafat Islam, Bandung: Mizan, 2003, hlm. 286

(10)

Filsafat teoritis adalah pengetahuan tentang hal-hal yang ada bukan karna pilihan dan tindakan kita, sedangkan filsafat praktis adalah pengetahuan tentang hal-hal yang ada berdasarkan pilihan dan tindakan kita.7

Ilmu teoritis bertujuan untuk membersihakan jiwa melalui makrifah. Sedagkan ilmu praktis bertujuan untuk beramal sesuai dengan makrifah. Selanjutnya ilmu teoritis itu dibagi kepada empat bagian: fisika ,metafisika, matematika, ketuhanan, dan ilmu kulli yang membahas hal-hal yang berkaitan atau tidak berkaitan dengan materi, seperti kesatuan, kebanyakan, bagian, seluruh, dan sebab akibat. Demikian pula ilmu praktis terbagi menjadi empat bagian: akhlak, mengatur rumah tangga, mengatur Negara dan kenabian.8

a. Metafisika

Menurut Ibnu Sina, metafisika adalah ilmu yang memberikan pengetahuan tentang prinsip-prisip filsafat teoritis. Ini dilakukan dengan cara mendemonstrasikan perolehan sempurna prinsip-prinsip tersebut melalui intelek. Metafisika berhubungan dengan maujud (eksisten atau yang ada). Sepajang ia ada, maksudnya, berhubungan degan maujud mutlak atau umum dan berhubungan dengan apa yang terkait dengannya.9

Metafisika juga dapat diartikan dengan ilmu yang membahas sesuatu yang berada diluar alam empiris, dan bagian yang terpenting darinya adalah “ilmu ketuhanan” karena pokok pembahasannya menurut aristoteles adalah tuhan sebagai “sebab pertama” bagi segala yang ada. Sesuai dengan konsepsi itu, ibnu sina mengatakan bahwa ilmu ilahi adalah ilmu yang membahas wujud yang mutlak, yakni tuhan, dzat dan sifat-sifatnya.10

b. Teori Fisika

Ibnu Sina mengatakan bahwa alam jisim ini terdiri dari dua dasar: materi dan forma. Keduanya merupaka kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dan juga alam ini mempunyai sifat-sifat seperti gerak, diam, dan sebagainya. Pendapat ini berasal dari aristoteles dan juga dianut oleh al-farabi.

7 Dedi Supriyadi,M.Ag, “pengantar filsafat islam” (Bandung: Pustaka Setia: 2009), hlm. 126-127

(11)

Adapun diantara hal-hal yang melekat pada (lawahiq) jisim adalah:

1. Gerak dan diam

Yang dimaksud dengan gerak adalah “pertukaran suatu keadaan yang menetap pada jisim secara perlahan-lahan menuju arah tertentu”. Jadi, gerak adalah peralihan dari satu tempat ketempat lain, perubahan dari putih menjadi hitam, dan juga bertambah dan berkurangnya sesuatu disebut gerak.

Adapun diam, kata ibnu sina adalah “tidak adanya gerak pada apa yang sifatnya dapat bergerak”.

Ibnu Sina berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berada dalam gerak. Kajian yang dikemukakan ibnu sina dalam masalah ini adalah bersifat teori. Yang objek kajiannya adalah segala maujudat.

Gerak ada dua macam yaitu :

1) Gerak paksaan (harakah qahriah) yang timbul sebagai akibat dorongan dari luar dan yang menimpa sesuatu benda kemudian menggerakkannya.

2) Gerak bukan paksaan, dan gerak ini terbagi menjadi dua yaitu :

a) Gerak sesuai dengan ketentuan hukum alam, seperti jatuhnya batu dari atas ke bawah.

b) Gerak yang terjadi dengan melawan hukum alam, seperti manusia yang berjalan di bumi, sedang berat badannya seharusnya menyebabkan ia diam, atau seperti burung yang terbang menjulang di udara, yang seharusnya jatuh (tetap) di sarangnya di atas bumi. Gerak yang berlawanan dengan ketentuan alam tersebut menghendaki adanya penggerak khusus yang melebihi unsur – unsur benda yang bergerak. Penggerak tersebut ialah jiwa.

(12)

2. Zaman

Zaman berkaitan dengan gerak, dan hanya dengan adanya gerak, zaman dapat terbayang adanya. Zaman itu bukanlah sesuatu yang tidak ada lalu ada, tapi terjadinya penciptaan tidaklah didahului zaman, tetapi didahului oleh dzat. Dan zaman itu sendiri adalah ukuran gerak melingkar dari segi maju dan mundur. Oleh karena zaman adalah kabar atau ukuran gerak, maka zaman tidak didahului oleh ketiadaan, demikian pula halnya gerak. Jika demikian,gerak dan zaman adalah kadim, begitu pula halnya jisim.

3. Ruang (tempat)

Ruang adalah sesuatu yang ada padanya terdapat jisim, meliputinya dan berpisah dengannya pada waktu gerak. Juga ruang menyamai jisim karena tidak mungkin ada dua jisim pada satu ruang dan pada waktu yang sama.11

c. Filsafat wujud

Bagi Ibnu Sina sifat wujudlah yang terpenting dan yang mempunyai kedudukan diatas segala sifat lain, walaupun esensi sendiri (quiddity) sediri. Esensi, dalam faham Ibnu Sina, terdapat dalam akal, sedangkan wujud terdapat diluar akal. Wujudlah yang membuat tiap esensi yang dalam akal mempunyai kenyataan di luar akal.

Kalau dikombinasikan, esensi dan wujud dapat dapat mempunyai kombinasi sebagai berikut:

1) Esensi yang tidak dapat mempunyai wujud.

2) Esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud. 3) Esensi yang tidak boleh dan tidak mesti mempunyai wujud.

Dengan argument ini Ibnu Sina ingin membuktikan adanya tuhan menurut logika.12

d. Filsafat jiwa atau filsafat manusia

Ibu Sina seperti Al-Farabi, berpendapat bahwa jiwa adalah wujud rohani yang berad dalam tubuh. Wujud imateri yang tidak berada dalam atau tidak langsung mengendalikan tubuh disebut akal. Akan tetapi, apabila mengedalikan secara langsung di

11 Dr.Ahmad Daudy. Ibid, hlm.75-76

(13)

sebut jiwa. Badan bisa berubah-ubah secara fisik, tetapi jiwa ada sebelum badan itu ada dan dan berubah.13

Ibnu sina membagi jiwa menjadi tiga bagian: 1. Jiwa tumbuh – tumbuhan, dengan daya - daya :

 Makan ( nutrition)

 Tumbuh ( growth)

 Berkembang biak ( reproduction) 2. Jiwa binatang, dengan daya - daya :

 Gerak (locomotion)

 Menangkap ( perception) dengan dua bagian :

 Menagkap dari luar dengan panca indera

 Menangkap dari dalam dengan indera - indera dalam:

 Indera bersama yang menerima segala apa yang ditangkap oleh panca indera.

 Representasi yang menyimpan segala apa yang diterima oleh indera bersama.

 Imaginasi yang dapat menyusun apa yang disimpan dalam representasi

 Estimasi yang dapat menangkap hal - hal abstraks yang terlepas dari materi umpamanya keharusan lari bagi kambing dari anjing serigala.

 Rekoleksi yang menyimpan hal - hal abstrak yang diterima oleh estimasi. 3. Jiwa manusia, dengan daya - daya :

 Praktis yang hubungannya dengan badan dan Teoritis yang hubungannya adalah dengan hal - hal abstrak. Daya ini mempunyai tingkatan :

a. Akal materiil yang semata - mata mempunyai potensi untuk berfikir dan belum dilatih walaupun sedikitpun.

b. Intelectual in habits, yang telah mulai dilatih untuk berfikir tentang hal - hal abstrak.

c. Akal actuil, yang telah dapat berfikir tentang hal - hal abstrak. d. Akal mustafad yaitu akal yang telah sanggup berfikir tentang hal

-hal abstrak dengan tak perlu pada daya upaya.14

13 Dedi Supriyadi, ibid, hal. 137-138

(14)

Sifat seseorang bergantung pada jiwa mana dari ketiga macam jiwa tumbuh -tumbuhan, binatang dan manusia yang berpengaruh pada dirinya, maka orang itu dapat menyerupai binatang, tetapi jika jiwa manuisa yang mempunyai pengaruh atas dirinya, maka orang itu dekat menyerupai malaikat dan dekat dengan kesempurnaan.

Menurut Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir didunia ini. Sungguh pun jiwa manusia tidak mempunyai fungsi - fungsi fisik, dan dengan demikian tak berhajat pada badan untuk menjalankan tugasnya sebagai daya yang berfikir, jiwa masih berhajat pada badan karena pada permulaan wujudnya badanlah yang menolong jiwa manusia untuk dapat berfikir.15

e. Filsafat tentang kenabian

Berbeda dengan Ar-Razi, ibnu sina menegaskan adanya kenabian. Alasan logis yang disampaikan ibnu sina bahwa adanya perbedaan keunggulan atau keutamaan pada segenap wujud, dan pada akhirnya menegaskan bahwa para nabi yang akal teoritis mereka mengaktual dengan sempurna secara langsung lebih utama dari pada mereka (filusuf), yang akal teoritis mereka mengaktual sempurna secara tidak langsung (yakni dengan perantaraan seperti latihan dan belajar keras).

Ibnu Sina bukan saja mengakui adanya nabi dan rosul serta kenabian dan kerasulan, melainkan pula menegaskan bahwa para nabi dan rasul lebih tinggi dari pada filusuf.16

f. Kekadiman Alam

Menurut Ibnu Sina: “alam ini diciptakan dari maeri awal, yakni Al hayulal ula, jadi dari bahan yang sudah ada, jadi Tuhan menjadikan alam menjadi bentuk yang lain dari materi itu, maka alam qodim secara zaman, namun tidak qodim secara dzat”.

Menurut Ibnu Rusyd : “Inilah alam keseluruhan, perselisihan disini berkenaan dengan waktu yang lalu dan wujud yang lalu. Wujud ini memiliki segi persamaan dengan

15 http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm

(15)

wujud muhdats dan wujud al-Qadim. Maka mereka yang terkesan dengan persamaan wujud qadim akan menamakannya qadim pula, begitu pun mereka yang terkesan dengan wujud muhdats akan menamakan muhdats pula”.

kedua filosof ini menyatakan bahwa alam ini qodim secara zaman, namun tidak secara dzat.17

Ibnu sina menjelaskan bahwa yang qodim itu mempunyai lima pengertian, yaitu: 1) Dalam arti zaman, seperti jalan ini lebih qodim (dahulu) dari pada rumah itu. 2) Dalam arti martabat, seperti orang ini lebih qodim martabatnya disisi sultan. 3) Dalam arti kemuliaan, seperti ilmu hikmah mendahului tari menari.

4) Dalam arti watak atau tabi’at, seperti satu mendahului dua dalam tabi’atnya. 5) Dalam arti kausalitas, seperti terbit matahari sebab adanya siang.

Berpijak atas dasar ini, maka alam ini qodim dalam arti zaman, karena ia telah melimpah dari allah sejak azali. Akan tetapi, ia baru dan kemudian dari allah dalam segi kemuliaan, tabi’at, sebab, dan martabat.18

g. Tentang Pengetahuan Tuhan

Menurut Ibnu Sina: “Allah hanya mengetahui dengan ilmuNya yang Kulli, sebab dalam alam selalu terjadi perubahan, seandainya Allah juga mengetahui yang juz'iyyat (rinci) maka akan terjadi pula perubahan ilmu Allah, dan itu mustahil terjadi padaNya”.

Sedangakan menurut Ibnu Rusyd: “Cara Tuhan berbeda mengetahu yang juz’iyat dengan cara manusia mengetahuinya, pengetahuan manusia kepada juz’iyat merupakan efek dari objek yang telah diketahui, yang tercipta bersamaan dengan terciptanya objek tersebut serta berubah bersama perubahannya. Sedangkan pengetahuan Tuhan merupakan kebalikannya, pengetahuan-Nya merupakan sebab bagi obyek yang diketahui-Nya. Artinya, karena pengetahuan Tuhan bersifat qadim yakni semenjak azali Tuhan mengetahui yang juz’I tersebut, bahkan sejak sebelum yang juz’I berwujud seperti wujud saat ini”.

Kesimpulannya adalah: bahwa dua filosof ini adalah sepakat tentang cara Allah mengetahui hal-hal yang parsial (rinsi) adalah dengan ilmuNya yang kulli (umum).

17 http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm

(16)

h. Tentang Teori Emanasi

Menurut Ibnu Sina, “sebagai Al Kholiq, Allah menciptakan alam ini tanpa ada perantara zaman, jadi alam ini qodim secara zaman, namun hanya Allah yang qodim secara dzat, Allah berta'aqqul (menggunakan akalNya), kemudian muncul energi dahsyat membentuk materi awal (al hayulal ula), kemudian Ia rubah bentuk materi awal itu menjadi alam, hal ini sesuai dengan sunnatulloh bahwa biji berubah menjadi anak pohon, anak pohon menjadi pohon, pohon berbuah dan buah jatuh menjadi tanah. Jadi pohon tidak ada begitu saja, juga sejalan dengan konsep penciptaan alam dalam Al Qur'an”.

Menurut Ibnu Rusyd, “penciptaan bukanlah creatio ex nihilo, tapi juga bukan emanasi tapi penciptaan adalah proses perubahan dari waktu ke waktu. Menurut pandangan ini, kekuatan kreatif terus-menerus bekerja dalam dunia, menggerakannya dan menjaganya. Adalah mudah untuk menyatukan pandangan ini dengan konsep evolusi, jadi emanasi tidaklah masuk akal, sebab akan menggambarkan sebuah hayalan dalam penciptaan alam ini”.

Kesimpulannya adalah: untuk teori emenasi ini, Ibnu Rusyd menolak, ia lebih berpendapat bahwa alam ini diciptakan secara evolusi, dan hubungan sebab akibat.19

i. Akhlak dan politik

Dua masalah ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pemikiran klasik karna jika akhlak lebih ditekankan pada hubungan yang seyogianya terjadi antara individu dengan orang lain, maka politik menjangkau hubungan yang seharusnya berlaku antara penguasa dengan rakyat umum. Jadi politik pada dasarnya adalah akhlak. Pemikiran ini telah dikemukakan sebelumnya oleh aristoteles yang kemudian diambil oleh Al-Farabi dan dilanjutkan oleh Ibnu Sina.

Untuk dapat manusia mengetahui akhlak dirinya, Ibnu Sina mengemukakan dua cara:

1) Mengenal akhlaknya sendiri.

2) Mengenal akhlak diri melalui orang lain. Sifat-sifat terpuji dan tercela:

(17)

 Keutamaan dan keburukan daya keinginan.

 Keutamaan dan keburukan daya marah.

 Keutamaan dan keburukan daya berpikir. Pembinaan akhlak

Akhlak yang baik tidak akan terjadi dengan sendirinya tanpa usaha pembinaan. Dalam hal ini, Ibnu Sina memberikan dua cara: cara kebiasaan (adat) dan cara pemikiran.20

D. Pengaruh Pemikiran Ibnu Sina

Ibnu Sina mulai menjadi terkenal setelah berhasil menyembuhkan penyakit Putera Nub Ibn Nas al-Samani yang gagal diobati oleh doktor yang lain. Kehebatan dan kepakaran dalam bidang pengobatan tidak ada bandingannya sehingga beliau diberikan gelar al-Syeikh al-Rais (Mahaguru Pertama).

Kemasyhurannya melampaui wilayah dan negara Islam. Bukunya Al Qanun fil Tabib telah diterbitkan di Rom pada tahun 1593 sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Precepts of Medicine. Dalam jangka waktu tidak sampai 100 tahun, buku ini telah dicetak ke dalam 15 bahasa. Pada abad ke-17, buku tersebut telah dijadikan sebagai bahan rujukan dasar di universitas-universitas Italia dan Perancis. Malahan hingga abad ke-19, bukunya masih dicetak ulang dan digunakan oleh para pelajar kedokteran.

Ibnu Sina juga telah menghasilkan sebuah buku yang diberi judul Remedis for The Herart yang mengandung sajak-sajak pengobatan. Dalam buku itu, beliau telah menceritakan dan menguraiakan 760 jenis penyakit bersama dengan cara mengobatinya. Hasil tulisan Ibnu Sina sebenarnya tidak terbatas kepada ilmu pengobatan saja. Tetapi turut melingkupi bidang dan ilmu lain seperti metafisik, musik, astronomi, philogi (ilmu bahasa), syair, prosa, dan agama.

Penguasaannya dalam berbagai ilmu itu telah menjadikannya seorang tokoh sarjana yang serba bisa. Beliau tidak sekedar menguasainya tetapi berhasil mencapai tahap zenith yaitu puncak kecemerlangan tertinggi dalam bidang yang digelutinya.

(18)

Disamping menjadi zenith dalam bidang pengobatan, Ibnu Sina juga menduduki rangking yang tinggi dalam bidang ilmu logika sehingga digelar guru ketiga. Dalam bidang penulisan, Ibnu Sina telah menghasilkan ratusan karya termasuk kumpulan risalah yang mengandung hasil sastra kreatif.

Perkara yang lebih menakjubkan pada Ibnu Sina ialah beliau juga merupakan seorang ahli falsafah yang terkenal. Beliau pernah menulis sebuah buku berjudul al-Najah yang membicarakan persoalan falsafah. Pemikiran falsafah Ibnu Sina banyak dipengaruhi oleh aliran falsafah al-Farabi yang telah menghidupkan pemikiran Aristoteles. Oleh sebab itu, pandangan pengobatan Ibnu Sina turut dipengaruhi oleh asas dan teori pengobatan Yunani khususnya Hippocrates

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya dibidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.

Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia pikir Arab sejak abad ke sepuluh Masehi sampai akhir abad ke 19 M, terutama pada Gundisallinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon dan Dun Scot.

Pengaruh Ibnu Sina di Dunia barat dan Timur

(19)

Ar-Razi dan Nashirudin Ath-Thusi atas Shadruddin Asy-Syirazi atas bagian-bagian dari Asy-Syifa.

Diantara pemikir timur terkemuka yang mencerminkan pemikiran Ibnu Sina adalah Suhrawardi, dan Asy-Syirazi yang menggunakan teori–teori iluminasi dari filsafat timur-Nya Ibnu Sina. Begitu juga urayan-urayan mereka mengenai wujud dan esensi diilhami oleh pandangan Ibnu Sina tentang subyek ini. Ibnu Al-‘Ibri begitu setia dengan analisis Ibnu Sina mengenai hubungan tuhan dengan dunia, keberadaan keburukan, dan hakikat dan kesatuan jiwa manusia, dan kemustahilan pra-eksistensi dan perpindahan jiwa (reinkarnasi).

Akan tetapi tidak semua orang merasakan dampak pemikiran Ibnu Sina dengan tanggapan yang positif. Ibnu sina juga mendapat kritikan keras, seperti dari Al-Ghazali dan Asy-Syahrastani di timur, dan Thomas Aquinas di barat. Kritik-kritik ini terutama menolak gagasannya tentang sifat dasar tuhan, pengetahuannya tentang hal-hal partikular dan hubungannya dengan dunia dan kekekalan jiwa. Bahkan, mulla shadara pengikut Ibnu Sina, juga menolak keras pandangan kekekalan alam semesta dan ketidakmungkinan kebangkitan jasmani. Juga, Ibnu Rusyd, dalam karya terkenalnya, Tahafut At-Tahafut,

yang berusaha membela filsafat sebagaimana yang terkandung, khususnya dalam karya-karya Ibnu Sina, menuduh bahwa Ibnu Sina kadang-kadang menyalahpahami dan mendistorsi Aristoteles.21

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah ke Eropa. Kontribusi ibnu sina terhadap pemikiran dan ilmu pengetahuan amatlah besar, diakui berpengaruh signifikan kepada para ilmuwan, pemikir dan filusuf generasi-generasi sesudahnya. Berkat prestasinya dalam ilmu medis, Ibnu Sina memperoleh julukan “Father of Doctors” (Bapak Para Dokter). Natsir Arsyad menyebutkan bahwa dokter kawakan Ibnu Sina pernah dijuluki sebagai Medicorum Principal atau “Raja Diraja Dokter”, oleh kaum Latin Skolastik. Julukan lain pernah diberikan kepada Ibnu Sina, misalnya, adalah “Raja Obat”. Dalam dunia Islam sendiri, Ibnu Sina dianggap sebagai zenith, puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran.

(20)

George Sarton, menyatakan bahwa prestasi medis Ibnu Sina sedemikian lengkap sehingga mengecilkan sumbangan lainnya dari seluruh dunia, seolah-olah mereka hanya membuat penemuan lebih kecil, dan sementara itu penyelidikan orisinal menyusut beberapa abad setelah masa Ibnu Sina. Sarton juga menguraikan pengaruh Ibnu Sina sangat besar terhadap ruang lingkup juga perkembangan ilmu kedokteran Barat. Karya ilmiah (textbook) ibnu sina merupakan referensi dasar utama ilmu medis di Eropa dalam periode waktu lebih panjang dari buku-buku lainnya .

Sepertinya kontribusi terpenting dari Ibnu Sina dan diwariskan Ibnu Sina kepada dunia kedokteran adalah dalam ilmu medisnya, yaitu Qanun fi al-Thibb (Canon of Medicine, Konstitusi Ilmu Kedokteran). Seyyed Hossein Nasr menyebutkan bahwa karya besar Qanun itu adalah karya paling banyak dibaca juga besar pengaruhnya pada ilmu medis Islam dan Eropa. Karya besar ini merupakan satu dari buku yang paling sering dicetak di Eropa pada masa Renaisans dalam terjemahan Latinnya oleh Gerard dari Cremona. Buku teks standar ini terdiri dari lima bagian pokok: prinsip-prinsip umum, obat-obatan, penyakit organ-organ tertentu, penyakit lokal bertendensi menjalar memulai pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya, Bukhara. Pengetahuan yang pertama kali yang dia pelajari adalah membaca al-Qur ke seluruh tubuh, seumpama demam, dan obat-obatan majemuk. Arsyad juga menyebutkan bahwa buku Qanun Ibnu Sina sejak zaman dinasti Han di Cina telah menjadi buku standar karya-karya medis Cina. Pada Abad Pertengahan, sejumlah besar karya Ibnu Sina telah diterjemahkan dalam bahasa Latin dan Hebrew, karya Ibnu Sina dalam bidang bahasa tersebut merupakan bahasa-bahasa pengantar ilmu pengetahuan masa itu.

(21)

dan juga pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan dan keterangan yang luas.

Selain kepandaiannya sebagai flosof dan dokter, ibnu sina pun penyair. Ilmu-ilmu pengetahuan seperti Ilmu-ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada ditulisnya dalam bentuk syair, dapat ditemukan melalui buku-buku dikarangnya untuk ilmu logika dengan syair. Kebanyakan buku-bukunya telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika orang-orang Eropa diabad tengah, mulai mempergunakan buku-buku itu sebagai textbook, di berbagai universitas. Oleh karena itu nama ibnu sina dalam abad pertengahan di Eropa sangat berpengaruh. Dalam dunia Islam kitab-kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya, akan tetapi karena bahasanya baik diiringi caranya menulis sangat terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku -bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.

Dapat disimpulkan bahwa begitu besarnya pengaruh dari Ibnu Sina mengenai pemikiran yang beliau/Ibnu Sina tuangkan kepada kita. Ide-ide cemerlang dari Ibnu Sina memberikan dampak signifikan dalam ilmu pengetahuan, untuk itulah mari kita memperbanyak syukur karena kita dapat mengetahui ilmu-ilmu dari Ibnu Sina melalui karya-karyanya.22

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

 politik, kesenian, dan filsafat. Ia juga seorang yang produktif menelurkan karya. Salah satu karyanya adalah as-Syifa’ yang memuat tentang filsafat.

(22)

 Jalan fikiran ibnu Sina bertolak dari konsepsi makhluk dan mengembangkan dengan argumentasi ontologia. Secara garis besar, ia membagi sesuatu yang ada atas dua sisi. Yaitu Fisika dan Metafisika.

 Ibnu Sina menganggap Tuhan adalah sebab yang efficient dari alam. Tuhan bertindak dalam alam yang bergerak terus-menerus dalam wujud yang ada, sebagai sebab dirinya sendiri atau dibutuhkan oleh yang lain.

B. Saran

Demikian makalah yang kami sajikan. Penulisan karya ilmiah atau makalah dan yang sejenisnya, pasti tidak akan sempurna baik dari segi isi atau cara penulisan. Oleh karena itu saran dari pembaca penyusun harapkan Saran dan kritiknya sebagai bahan evaluasi., demi kesempurnaan keilmuan penyusun. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Cet.VI.

(23)

Nasution, Hasyimsyah. 2002. Filsafat Islam. Jakarta: Penerbit Gaya Media Pertama.

Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Sudarsono, 2010. Filsafat Islam. Bandung: Rieneka cipta.

Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia

Ya’kub, Hamzah. 1992. Filsafat Agama: Titik Temu Akal Dengan Wahyu. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm

Referensi

Dokumen terkait

STEL batas paparan jangka pendek: 2) batas paparan jangka pendek: nilai batas yang di atasnya paparan hendaknya tidak terjadi dan yang terkait dengan jangka 15-menit (kecuali

Maka dari itu, pada saat mana kita bersyukur kepada Allah atas hal itu, suatu keharusan bagi kita semua yang hadir atau yang telah bergabung dalam Jalsah ini untuk berterima

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa secara ekonomi sesungguhnya wakaf uang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia, karena dengan model wakaf ini daya

Dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran proses pembelajaran matematika di SMK khususnya pada materi ruang dimensi tiga sebaiknya dilakukan dilakukan

Penelitian lainnya juga yang dilakukan oleh Piter (2015) tentang hubungan antara sikap kerja dengan nyeri punggung bawah pada petani di Desa Pinasungkulan Utara

PT Rema Tip Top Indonesia (No Doubt Smart Control) merupakan perusahaan alarm mobil dengan mengaplikasikan sistem kendali mobil jarak jauh pada produk alarmnya yang

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh video pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SDN Inti Tondo Palu?.. Subyek dalam

Kebijakan anti kemiskinan yang terdesentralisasi seperti Program Nasio­ nal Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) lebih mampu menjawab persoalan lokal. Namun karena benefit