• Tidak ada hasil yang ditemukan

FITROH LAPORAN PKL

N/A
N/A
FITROH AINUN NUR WASHI Mahasiswa D4 Teknologi Radiologi Pencitraan 2022

Academic year: 2024

Membagikan "FITROH LAPORAN PKL"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN SKOLIOSIS PROGRAM PADA PASIEN DENGAN KLINIS SKOLIOSIS DI INSTALASI RADIOLOGI

RS SATYA NEGARA

Disusun oleh :

Fitroh Ainun Nur Washi (P21130222025) Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Radiologi Pencitraan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II Tahun 2023

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI RADIOLOGI

PENCITRAAN Judul Laporan :

Tanggal Praktik : 2 Oktober – 10 November 2023 Nama Rumah Sakit : RS SATYA NEGARA

Disusun Oleh:

Fitroh Ainun Nur Washi NIM: P21130222025

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh Clinical Instructor (CI) dan akan dilaporkan sebagai salah satu syarat dalam memenuhi mata kuliah Praktik Kerja Lapangan Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Radiologi Pencitraan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

Jakarta, 12 November 2023 PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN SKOLIOSIS PROGRAM PADA PASIEN DENGAN KLINIS SKOLIOSIS DI INSTALASI RADIOLOGI RS SATYA NEGARA

Menyatakan, Mahasiswa

Fitroh Ainun Nur Washi NIM : P21130222025

Menyetujui, Clinical Instructor

Wiwin Noviarny Pakpahan NIP : -

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan praktikum ini dengan baik. Laporan praktikum ini disusun sebagai bagian dari praktik kerja lapangan yang berjudul PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN SKOLIOSIS PROGRAM PADA PASIEN DENGAN KLINIS SKOLIOSIS DI INSTALASI RADIOLOGI RS SATYA NEGARA ” untuk memenuhi syarat Praktik Kerja Lapangan (PKL) pertama yang dilaksanakan mulai tanggal 2 Oktober – 10 November 2023 di instalasi radiologi RS Satya Negara

Dengan diadakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL), mahasiswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Diantaranya, mahasiswa mampu mengenal dunia kerja dan mampu menerapkan materi yang telah dipelajari sebelumnya dan dapat diterapkan di dunia kerja, serta dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam dunia kerja.

Saya menyadari bahwa laporan ini belum tentu sempurna, dan saya sangat menghargai saran dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan di masa depan. Semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan wawasan kepada pembaca dan diri saya pribadi tentang hasil praktikum ini.

Jakarta, 12 November 2023

Fitroh Ainun Nur Washi P21130222025

(4)

iii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRACT ... 1

ABSTRAK ... 2

BAB I ... 3

PENDAHULUAN ... 3

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 4

1.4 Manfaat Penulisan ... 4

BAB II ... 5

DASAR TEORI ... 5

2.1 Anatomi Columna Vertebrae ... 5

2.2 Klasifikasi Columna Vertebrae ... 7

2.3 Skoliosis ... 8

BAB III ... 11

PROSEDUR PEMERIKSAAN ... 11

3.1 Identitas Pasien ... 11

3.2 Teknik Pemeriksaan Skoliosis Program... 11

3.3 Hasil Radiografi ... 14

3.4 Hasil Ekspertise ... 14

BAB IV ... 16

PENUTUP ... 16

4.1 Kesimpulan ... 16

4.2 Saran ... 16

4.3 Ucapan Terima Kasih ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... iv

(5)

1

MANAGEMENT OF SKOLIOSIS EXAMINATION PROGRAM IN PATIENTS WITH CLINICAL SKOLIOSIS IN THE RADIOLOGICAL INSTALLATION OF

SATYA NEGARA HOSPITAL

Fitroh Ainun Nur Washi

Health Polytechnic of the Ministry of Health Jakarta II Email : p21130222025@poltekkesjkt2.ac.id

ABSTRACT

Scoliosis is a structural disorder of the spine that can have a significant impact on patients' health and quality of life. This study aims to evaluate the effectiveness of the scoliosis screening program specifically in the Radiology Installation in detecting, measuring, and monitoring scoliosis in patients with clinical scoliosis..

The type of research method used in this report uses a qualitative descriptive method with an observational approach. The place of research for case reports at Satya Negara Hospital with the object of this research is patients with clinical scoliosis..

The results showed that the scoliosis examination program at the Radiology Installation was able to provide an accurate picture of the degree of spinal deformity in patients with clinical scoliosis. Radiographic examination has an important role in detecting and measuring the angle of scoliosis and monitoring its progression over time. Scoliosis screening in the Radiology Department was shown to be effective in supporting early detection and monitoring of scoliosis in patients with clinical scoliosis.

Keywords: Scoliosis, Radiology, Lumbar bending

(6)

2

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN SKOLIOSIS PROGRAM PADA PASIEN DENGAN KLINIS SKOLIOSIS DI INSTALASI RADIOLOGI

RS SATYA NEGARA

Fitroh Ainun Nur Washi

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Email : p21130222025@poltekkesjkt2.ac.id

ABSTRAK

Skoliosis merupakan kelainan struktural tulang belakang yang dapat berdampak signifikan pada kesehatan dan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan program pemeriksaan skoliosis khususnya di Instalasi Radiologi dalam mendeteksi, mengukur, dan memantau skoliosis pada pasien dengan klinis skoliosis.

Jenis metode penelitian yang digunakan pada laporan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan observatif. Tempat penelitian laporan kasus di Rumah Sakit Satya Negara dengan objek dari penelitian ini yaitu pasien dengan klinis scoliosis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pemeriksaan skoliosis di Instalasi Radiologi mampu memberikan gambaran yang akurat tentang derajat kelainan tulang belakang pada pasien dengan klinis skoliosis. Pemeriksaan radiografi memiliki peran penting dalam mendeteksi dan mengukur sudut skoliosis serta memantau perkembangannya seiring waktu. Pemeriksaan skoliosis di Instalasi Radiologi terbukti efektif dalam mendukung deteksi dini dan pemantauan skoliosis pada pasien dengan klinis scoliosis

Kata kunci : Skoliosis, Radiologi, Lumbal bending

(7)

3 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Columna vertebrae merupakan fondasi utama tulang tubuh yang menyokong kepala, ekstremitas atas, dan rongga dada. Tulang belakang memiliki fungsi menopang struktur tubuh dan sistem saraf tubuh, sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan dan sensasi. Kelainan pada tulang belakang dapat menyebabkan hasil yang melemahkan kualitas hidup. Columna Vertebrae (tulang belakang) pada manusia terdiri dari 33 ruas yang meliputi 7 tulang belakang leher, 12 tulang belakang dada, 5 tulang belakang pinggang, 5 tulang belakang sakral, dan 4 tulang belakang ekor.

Bersama dengan tengkorak, tulang rusuk, dan tulang dada, vertebra ini membentuk sistem kerangka aksial.

Skoliosis merupakan bentuk kelainan pada tulang belakang yang digambarkan dengan adanya digresi atau penyimpangan pada tulang belakang ke arah lateral dan rotasional. Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas yang terjadi pada 3 bidang gerak yaitu sagital, frontal, dan transversal (Thompson et al.,2019). Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang dimana tulang belakang mengalami pembengkokan ke arah samping (lateral curvature) membentuk huruf “S”

atau “C” (Frenkel, 2011).

Menurut Bontrager (2014), pemeriksaan skoliosis dilakukan menggunakan beberapa proyeksi yaitu Antero Posterior (AP) atau Postero Anterior (PA) dengan posisi pasien erect, Lateral dengan posisi pasien erect, Metode Ferguson dan bending kanan dan kiri. Proyeksi yang paling sering dilakukan adalah Proyeksi Antero Posterior (AP) atau Postero Anterior (PA) dengan posisi pasien erect dan Lateral dengan posisi erect. Posisi pasien erect (berdiri) bertujuan untuk menampakkan penuh vertebra yang skoliosis sehingga akan tampak tingkat kelengkungan (kurvatura) pada kolumna verterba. Proyeksi Postero Anterior (PA) lebih direkomendasikan dari pada proyeksi Antero Posterior (AP) karena dapat mengurangi dosis radiasi terhadap organ yang sensitif terhadap radiasi, seperti organ dada perempuan dan kelenjar tiroid.

(8)

4 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan radiologi skoliosis program pada pasien dengan klinis skoliosis di Instalasi Radiologi RS Satya Negara?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan skoliosis program dengan klinis skoliosis di Instalasi Radiologi RS Satya Negara.

2. Mengetahui gambaran radiografi skoliosis program dengan klinis scoliosis.

3. Menyelesaikan laporan tugas praktik kerja lapangan di RS Satya Negara.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Sebagai sarana informasi dalam bidang Radiologi bagi penulis maupun pembaca khususnya mahasiswa/i.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis, dan pembaca tentang pemeriksaan skoliosis program dengan klinis skoliosis di Instalasi Radiologi RS Satya Negara.

(9)

5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Anatomi Columna Vertebrae

Panjang rangkaian tulang

belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57-67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah di antaranya adalah tulang-tulang terpisah dan 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Jika dilihat dari samping, kolumna vertebralis memperlihatkan 4 (empat) kurva atau lengkung. Di daerah vertebrae cervicalis melengkung ke depan (Lordotic curve), di daerah vertebrae thoracalis melengkung ke belakang (Kyphotic curve), di daerah vertebrae lumbal melengkung ke depan (Lordotic curve), dan di daerah pelvis (sacrum dan coccyx) melengkung ke belakang (Kyphotic curve). Walaupun tiap daerah vertebra mempunyai perbedaan ukuran dan bentuk, tetapi semua memiliki persamaan struktur dasar. Tiap vertebra terdiri dari korpus, pedikel, lamina, prosessus tranversus, prosessus spinosus, prosessus artikularis superior dan inferior (Ryan et al., 2004).

Semua tulang belakang memiliki struktur dasar yang sama. Masing-masing terdiri dari corpus vertebra anterior, dan arcus vertebra posterior.

(10)

6

Badan (corpus) vertebra membentuk bagian anterior dari setiap ruas tulang belakang. Komponen ini berfungsi sebagai penahan beban, Badan (corpus) vertebrae bagian bawah memiliki bentuk yang lebih besar disbanding bagian yang atas (untuk mendukung peningkatan berat badan dengan lebih baik). Aspek superior dan inferior dari badan vertebra dilapisi dengan tulang rawan hialin (hyaline cartilage). Badan vertebra yang berdekatan dipisahkan oleh diskus intervertebralis fibrokartilago.

Lengkungan pada tulang belakang membentuk aspek lateral dan posterior dari setiap tulang belakang. Dengan gabungan antara corpus vertebrae dan arcus vertebrae membentuk lubang tertutup - foramen vertebra. Foramina dari semua tulang belakang (foramen intervertebrae) berbaris membentuk kanal vertebra, yang membungkus sumsum tulang belakang.

Lengkungan tulang belakang (Arcus Vertebrae) memiliki beberapa tonjolan tulang, yang berfungsi sebagai tempat perlekatan otot dan ligamen:

Prosessus spinosus - setiap vertebra memiliki satu prosessus spinosus, yang berpusat di bagian belakang pada titik lengkung.

Prosessus transversal - setiap vertebra memiliki dua prosessus transversal, yang memanjang ke arah lateral dan posterior dari badan vertebra. Pada vertebra toraks, prosessus transversal berhubungan dengan tulang rusuk.

Pedicles - menghubungkan badan vertebra ke prosessus transversus.

Lamina - menghubungkan prosessus transversus dan prosessus spinosus.

Prosessus artikularis - membentuk sendi antara satu vertebra dan vertebra lainnya. Proses artikular terletak di persimpangan lamina dan pedikel.

(11)

7 2.2 Klasifikasi Columna Vertebrae

a. Vertebrae Cervicalis

V. cervicalis memiliki 7 ruas. Mereka memiliki tiga fitur pembeda utama:

- Proses spinosus bifid - proses spinosus bercabang dua pada bagian ujung distalnya. Pengecualian untuk hal ini adalah C1 (tidak ada prosessus spinosus) dan C7 (prosessus spinosus lebih panjang daripada C2-C6 dan mungkin tidak bercabang dua)

- Foramina transversal - sebuah lubang pada setiap proses transversal, yang dilalui oleh arteri vertebralis menuju otak.

Dua ruas tulang leher yang unik. C1 dan C2 (masing-masing disebut atlas dan axis), dikhususkan untuk memungkinkan pergerakan kepala.

b. Vertebrae Thoracalis

Terdapat dua belas vertebrae toraks berukuran sedang, dan bertambah besar dari superior ke inferior. Fungsi khusus mereka adalah untuk berhubungan dengan tulang rusuk, sehingga menghasilkan tulang dada.

pada vertebrae thoracal procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang- tulang rusuk. Bagian ini dikenal dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal'.

Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12. (Newell,1983)

(12)

8 c. Vertebrae Lumbal

Columna vertebrae lumbalis terdiri dari 5 ruas tulang belakang dan memiliki discus intervertebralis pada setiap ruasnya. Vertebrae lumbalis ini berukuran lebih besar dan secara struktural lebih padat karena untuk menahan tekanan berat tubuh, vertebrae lumbalis membentuk kerangka untuk menopang dinding posterior dari abdomen. (Newell,1983)

d. Sacrum dan Coccyx

Sakrum adalah kumpulan dari lima vertebra yang menyatu. Hal ini tergambar sebagai segitiga terbalik, dengan puncaknya mengarah ke bawah. Pada sisi lateral sakrum terdapat sisi-sisi untuk berhubungan dengan panggul pada sendi sakroiliaka.

Tulang ekor adalah tulang kecil yang berhubungan dengan ujung sacrum Os Coccygeus merupakan ujung bawah dari vertebrae yang dimana Os Coccygeus memiliki jumlah 4 buah. (Newell,1983).

2.3 Skoliosis

Skoliosis adalah kelengkungan pada tulang belakang (tulang punggung) yang tidak normal. Tulang belakang memang memiliki kelengkungan alami, namun pada skoliosis tulang belakang bisa saja berputar dan membentuk lengkungan dari sisi ke sisi. Lengkungannya bisa seringan 10 derajat, atau separah 100 derajat atau lebih.

Sebagian besar kasus skoliosis pada oreang dewasa adalah ringan dan tidak memerlukan perawatan. Tergantung

(13)

9

pada derajat kelengkungan tulang. Perawatan biasanya dilakukan untuk meredakan gejala, namun tidak untuk memperbaiki bentuk kurva. Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa sakit, mencegah perubahan bentuk kurva menjadi lebih buruk dan meningkatkan fungsi.

Secara umum, sebagian besar skoliosis pada remaja terjadi pada bagian torakal.

Sedanhgkan pada orang dewasa, masalah utama biasanya terjadi pada bagian lumbal atau tulang belakang bagian bawah. Bagian tulang belakang ini paling rentan terhadap perubahan yang terlihat dengan penuaan atau degenerasi.

Menurut WebMD skoliosis dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya :

Skoliosis idiopatik adalah skoliosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hingga mencapai 80% kasus, dokter masih tidak bisa menemukan penyebab pasti tulang belakang yang melengkung.

Skoliosis kongenital dimulai saat punggung bayi mulai berkembang sebelum lahir. Masalah dengan tulang-tulang kecil di punggung, yang disebut vertebra, dapat menyebabkan tulang belakang melengkung. Vertebra mungkin tidak lengkap atau gagal membelah dengan benar. Dokter mungkin menemukan kondisi langka ini ketika anak lahir. Atau mereka mungkin tidak menemukannya sampai usia remaja.

Skoliosis neuromuskular disebabkan oleh kelainan seperti spina bifida, cerebral palsy, atau cedera tulang belakang. Kondisi-kondisi ini terkadang merusak otot-otot sehingga tidak dapat menopang tulang belakang dengan benar.

Hal itu dapat menyebabkan punggung melengkung.

Skoliosis degeneratif terjadi pada orang dewasa, skoliosis ini biasanya terjadi di punggung bawah karena cakram dan sendi tulang belakang yang mulai menua seiring dengan bertambahnya usia.

Jika skoliosis berlanjut tanpa pengobatan, kelainan bentuk tulang belakang dapat menekan saraf yang berdekatan, yang menyebabkan kelemahan, mati rasa, dan sensasi seperti tersengat listrik di kaki (kesemutan)

Berbagai tes pencitraan dapat digunakan untuk mendiagnosis skoliosis.

Penyedia layanan kesehatan hampir selalu memulai dengan sinar-X, di mana

(14)

10

pengukuran Cobb angle pada tulang belakang-dihitung. Sudut Cobb minimal 10 derajat diperlukan untuk mendiagnosis scoliosis

Selain mengukur sudut Cobb, tes pencitraan seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) tulang belakang dapat digunakan untuk memvisualisasikan kelengkungan tulang belakang dengan lebih baik dan mendiagnosis jenis skoliosis tertentu, seperti skoliosis degeneratif.

Anak-anak dengan skoliosis kongenital mungkin memiliki peningkatan risiko memiliki kelainan sistem tubuh lainnya. Karena itu, tes pencitraan tambahan-seperti ultrasonografi ginjal atau kandung kemih (disebut renal ultrasound) atau jantung (disebut ekokardiogram)-mungkin direkomendasikan.

Ada tiga jenis utama kelainan kelengkungan tulang belakang, termasuk:

Lordosis. Juga disebut swayback, tulang belakang penderita lordosis melengkung secara signifikan ke dalam di bagian punggung bawah.

Kifosis. Ini adalah punggung atas yang melengkung secara tidak normal (kelengkungan lebih dari 50 derajat).

Skoliosis. Seseorang dengan skoliosis memiliki lengkungan ke samping pada tulang belakangnya. Lengkungan ini sering berbentuk S atau C.

(15)

11 BAB III

PROSEDUR PEMERIKSAAN 3.1 Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. WK

Umur : 31 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Pemeriksaan : Skoliosis program Klinis : Skoliosis

Tanggal Pemeriksaan : 8 November 2023

3.2 Teknik Pemeriksaan Skoliosis Program 1) Indikasi Pemeriksaan : Skoliosis

2) Prosedur Pemeriksaan:

1. Melihat nama, permintaan foto dan klinis pada surat pengantar 2. Memahami diagnosis dan pemeriksaan apa yang akan dilakukan 3. Menginput data pasien dalam komputer

4. Mengatur pesawat sinar-X dan menyesuaikan arah sinarnya serta factor eksposi 5. Memanggil nama pasien dengan jelas

6. Mempersilakan masuk kedalam ruangan pemeriksaan dengan memastikan identitas pasien

7. Pasien melepaskan barang barang yang memungkinkan dapat mengganggu foto di sekitar objek

3) Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus, yang diperlukan pada pemeriksaan ini adalah pasien yang akan diperiksa cukup kooperatif selama pemeriksaan dan benda- benda yang bersifat logam disekitar perut dan panggul harus dilepaskan.

(16)

12 4) Alat dan Bahan

Imaging Plate Uk. 43cm x 43cm Printer

Komputer dan Image Reader Pesawat Sinar-X konvensional Merk : GE

5) Teknik Pemeriksaan

➢ Proyeksi AP Erect

- Posisi Pasien : Pasien berdiri tegak dan menempel bucky stand

- Posisi objek : Atur Mid Sagittal Plane (MSP) tubuh pasien pada pertengahan kaset kedua tangan berada disamping tubuh. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak selama di eksposi. Atur luas kolimasi dengan objek yang diperiksa - Central Point (CP) : Processus xyphoideus

- Central Ray (CR) : Horizontal tegak lurus kaset

(17)

13 - FFD : 150 cm

➢ Proyeksi Lateral

- Posisi pasien : Pasien berdiri tegak menghadap kearah salah satu sisi

- Posisi objek : Atur Mid Coronal Plane (MCP) tubuh pada pertengahan kaset.

Kedua tangan tangan lurus ke depan, intruksikan pasien untuk tidak bergerak selama di eksposi. Atur luas kolimasi sesuai dengan objek yang diperiksa - Central Point (CP) : Processus xyphoideus

- Central Ray (CR) : Horizontal tegak lurus kaset - FFD : 150 cm

➢ Proyeksi Bending Kanan dan Bending Kiri

- Posisi pasien : Pasien berdiri tegak dan menempel bucky stand

- Posisi objek : Posisikan Mid Sagittal Plane (MSP) tubuh pasien pada pertengahan bucky stand dan intruksikan pasien mengangkat kedua tangan diatas kepala untuk membantu kelengkungan tubuh pasien. Untuk bending kanan, seluruh tubuh di fleksikan kearah kanan semaksimal mungkin, dan untuk bending kiri, seluruh tubuh difleksikan ke arah kiri semaksimal mungkin.

Intruksikan pasien untuk tidak bergerak selama ekposi.

- Central Point (CP) : Processus xyphoideus - Central Ray (CR) : Horizontal tegak lurus kaset - FFD : 150 cm

(18)

14 3.3 Hasil Radiografi

AP Erect Lateral

Bending Kanan Bending Kiri

3.4 Hasil Ekspertise

THORAKOLUMBAL AP-LATERAL DENGAN BENDING KANAN-KIRI

• Tampak konveksitas thorakolumbal ke kiri mulai dari T10 s/d L4 dengan apex pada 11-12 dan Cobb angle +/- 29 derajat.

• Pada posisi bending kanan Cobb angle bertambah menjadi +/- 40 derajat dan pada posisi bending kiri Cobb angle berkurang menjadi +/-9 derajat.

(19)

15

• Tampak grade I-II rotasi vertebra.

• Densitas tulang baik. Tidak tampak listhesis.

• Besar dan bentuk korpus vertebrae dalam batas normal.

• Tidak tampak penyempitan bermakna celah diskus.

• Jaringan lunak paravertebral tidak tampak menebal.

Kesimpulan :

Thorakolumbal Levoscoliosis seperti dideskripsikan di atas

(20)

16 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Penyebab skoliosis pada orang dewasa bervariasi, tergantung dari jenis skoliosisnya. Bentuk skoliosis dewasa yang paling umum adalah degeneratif (tulang belakang melengkung seiring bertambahnya usia). Skoliosis dewasa mungkin merupakan kasus skoliosis pediatrik yang tidak ditemukan hingga dewasa. Pada beberapa kasus, skoliosis remaja dapat menimbulkan gejala seiring dengan bertambahnya usia dan memerlukan pengobatan. Skoliosis idiopatik (berasal dari penyebab yang tidak diketahui) biasanya ditemukan selama pertumbuhan di masa kanak-kanak atau remaja. Bila dimulai atau ditemukan setelah pubertas, ini disebut skoliosis idiopatik dewasa karena kurva ditemukan setelah pertumbuhan tulang yang lengkap.

Kegunaan dari masing-masing posisi yaitu posisi AP untuk mengukur derajat kemiringan columna vertebrae, posisi lateral berguna untuk melihat apakah scoliosis diikuti dengan kelengkungan ke arah anterior atau posterior, bending (R/L) untuk menilai jenis scoliosis serta melihat fleksibilitas dari columna vertebrae.

4.2 Saran

1. Pada saat melakukan proyeksi AP erect hendaknya kepala pasien menghadap lurus ke depan sehingga tidak ada rotasi dari kepala dan columna vertebra cervicalis.

2. Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi yang diterima oleh pasien agar radiasi yang diterima dapat diminimalisir.

4.3 Ucapan Terima Kasih

Dapat terlaksananya kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini tidak lepas dari dukungan dan partisipasi berbagai pihak sehingga penulis dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan baik dan benar, oleh karena itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(21)

17

1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan,

2. Orang tua serta saudara yang selalu memberikan motivasi dan semangat, 3. Bapak Dr. Nursama Heru A, S.Si, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik

Radiodiagostik dan Radioterapi,

4. Dosen dan Instruktur Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, 5. Kak Wiwin selaku Kepala Ruangan dan Clinical Instructor (Cl) dan rekan-

rekan staf radiographer di Instalasi Radiologi RS Satya Negara.

6. Yura Yunita dan Idgitaf yang karya-karyanya selalu menemani dan menjadi inspirasi bagi saya selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan.

(22)

iv

DAFTAR PUSTAKA

Bontranger, Kenneth L, MA.RT, LRJ. (2014). Texbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy. EightEdition. St. Louis: CV. Mosby Company.

Cleveland Clinic medical professional. (2019). Adult Scoliosis. Diakses melalui : https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15837-adult-scoliosis pada 9 November 2023, pukul 22.50

Cluett, Jonathan. (2023). What Is Scoliosis? An abnormal curvature of the spine. verywell health. Diakses melalui : https://www.verywellhealth.com/scoliosis-lateral-curve-of- the-spine-2548780 pada 10 November 2023, pukul 18.13

DeSai. C, Reddy. V, Agarwal. A. (2023). Anatomy, Back, Vertebral Column. National Library of Medicine, National Institutes of Health. Diakses melalui : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525969/ pada 8 November 2023, Pukul 21.43

Jones, Oliver. (2022). The Vertebral Column. TeachMe Anatomy. Diakses melalui : https://teachmeanatomy.info/back/bones/vertebral-column/ pada 8 November 2023, pukul 20.52

Newell, F. W. (1983). Sobotta Atlas of Human Anatomy. American Journal of Ophthalmology. Diakses melalui : https://doi.org/10.1016/s0002-9394(14)77808-0 pada 7 November 2023, pukul 20.00

Wang J, dkk. (2018). Measurement of scoliosis Cobb angle by end vertebra tilt angle method. J Orthop Surg Res. 13(1):223. doi:10.1186/s13018-018-0928-5

WebMD. (2023). Scoliosis. Diakses melalui : https://www.webmd.com/back- pain/causes-scoliosis pada 10 November 2023, pukul 19.03

Yueniwati, Yuyun. (2014). Prosedur Pemeriksaan Radiologi untuk Mendeteksi Kelainan dan Cedera Tulang Belakang. Malang : Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Referensi

Dokumen terkait