• Tidak ada hasil yang ditemukan

forest potensial of taman hutan raya

N/A
N/A
Hendriik Jemeo

Academic year: 2023

Membagikan "forest potensial of taman hutan raya "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan kumpulan pohon-pohon atau tumbuhan berkayu yang menempati suatu wilayah yang luas dan mampu menciptakan iklim yang berbeda dengan luarnya sehingga keberadaan hutan wajib kita syukuri karena hal itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Dalam istilah pengelolaan hutan konservasional, inventore hutan diperlukan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat tertentu dengan dominasi pohon-pohonan selalu mengalami perubahan setiap waktu.Oleh karena itu jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga selalu berubah.Hal itu menyebabkan inventore hutan tidak mudah untuk dilaksanakan, namun adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh inventorehutan justru mendorong perkembangan tekhnik inventore hutan itu sendiri dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.

Nilai kekayaan suatu hutan tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan hutan yang ada pada inventore yang ada serta taksiran perubahan yang terjadi, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor yang lain di luarnya. Semua itu merupakan elemen-elemen yang terkandung di dalamnya yang akan dicatat dalam suatu inventore hutan.

Suatu inventarisasi hutan lengkap dipandang dari segi penaksiran kayu harus berisi deskripsi areal berhutan serta pemilikannya, penaksiran volume (parameter lain seperti berat) pohon-pohon yang masih berdiri, dan penaksiran tambah-tumbuh dan pengeluaran hasil. Dalam inventarisasi tertentu, dapat diberikan tekanan atau pembatasan pada satu atau beberapa masalah tersebut, bergantung pada asas tujuan. Tetapi untuk suatu penilaian yang menyeluruh

(2)

terhadap suatu areal hutan dan terutama bermaksud untuk mengelolanya berdasar asas hasil lestari, semua elemen itu harus dikuasai.

Kegiatan inventarisasi tegakan di Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johanes sebagai salah satu tahapan awal yang sangat penting dalam mengetahui potensi tegakan terutama dalam blok pemanfaatan. Di dalam kegiatan inventarisasi hutan, keadaan tegakan, komposisi serta penyebaran jenis pohon memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan tindakan-tindakan silvikultur yang akan diterapkan. Ketelitian data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi potensi tegakan tersebut merupakan kunci dari tercapainya kelestarian pengusahaan dan kelestarian sumberdaya hutan yang akan dikelola.

B. Tujuan

Tujuan dari paktikum ini adalah untuk mengetahui potensi tegakan pada blok pemanfaatan Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johanes.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutan

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparam lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominai pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan tidak hanya berperan bagi spesies hewan, spesies tumbuhan, atau kelompok etnik.

Setidaknya ada empat manfaat hutan yang berpengaruh global terhadap bumi sebagai habitat yang lebih luas. Empat manfaat tersebut adalah; hutan sebagai tempat resapan air, hutan sebagai payung raksasa, huttan sebagai paru-paru dunia, dan hutan sebagai wadah kebutuhan primer (Rammang, 2013).

Dari sudut pandang orang ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Ahli silvikultur mempunyai pandangan berbeda dengan ahli manajemen hutan atau ahli ekologi atau ahli-ahli ilmu lainnya.

Menurut ahli silvika, hutan merupakan suatu assosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohonan atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuaai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan (Arief, 2001).

Fungsi hutan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh manusia dalam memanipulasi penggunaan dan pemanfaatan sumber daya hutan untuk kepentingan kehidupan dan lingkungan. Dengan diterimanya posisi masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan sumber daya hutan di smua fungsi hutan (produksi, lindung dan konservasi), maka semangat dan kesadaran masyarakat dapat didorong untuk membangun, memelihara, dan mmanfaatkan sumber daya hutan secara lestari. Ketergantungan antara hutan dan masyarakat terhadap produksi dan jasa hasil hutan. Hutan sebagai sumber daya juga

(4)

memerlukan masyarakat untuk mengelolanya (Rammang, 2013 dalam Awang, 2000).

Sairlay 2004 dalam arief, 1994, manyatakan bahwa hutan merupakan suatu ekosistem natural yang telah mencapai keseimbangan klimaks dan merupakan komunitas pertumbuhan paling besar yang berkemampuan untuk pulih kembali dari perubahan yang dideritanya sejauh hal tersebut tidak melampauiatas- batas yang tidak tolerir.

B. Taman Hutan Raya

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam umtuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penilitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Hutan Raya, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam,

2. Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau satwa, dan

3. Merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun buatan, pada wilayah yang ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang ekosistemnya sudah berubah.

Salah satu keistimewaan lain dari Taman Hutan Raya adalah dalam penyelenggarannya dilimpahkan pada pemerintah daerah dilakukan oleh unit pengelola yang dibentuk oeh Gubernur atau Bupati/Walikota.

Rammang (2013, dalam Napitu, 2007) mengemukakan bahwa sesuai dengan fungsinya Taman Hutan Raya dapat dimanfaatkan untuk :

 Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut)

 Ilmu pengetahuan dan Pendidikan

 Kegiatan penunjang bididaya

 Pariwisata dan rekreasi serta pelestarian budaya

(5)

C. Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johanes

Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johohes terletak di dataran pulau timor, secara administrasi pemerintah termasuk ke dalam wilayah kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang. Kawasan ini termasuk 45 Km sebelah timur Kota Kupang, ibu kota Povinsi NTT, yang dapat ditempuh dengan dengan perjalanan sekitar 40 menit. Kawasan Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johohes merupakan salah satu kawasan Pelestarian Alam, di mana pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Kehutanan Provinsi NTT (Dinas Kehutanan Provinsi, 2006).

Pengusulan Taman Hutan Raya ini didukung dengan rekomendasi Gubernur NTT nomor 522.4/621-BLH/94 tanggal 27 Desember 1994 dengan luas kawasan yang di usulkan adalah 1900 ha yang merupakan hasil intersepsi tata batas yang dilakukan oleh Balai Planalogi Kehutanan VII Bali pada tahun 1975/976. Berdasarkan usulan tersebut maka tahun 1996 terbitlah Kebutuhan Presiden Nomor 80 Tahun 1996 Tanggal 11 Oktober 1996 Tentang Pembangunan Kelompok Hutan Sisimeni Sanam (RTK.185) Pulau Timor Kabupaten Kupang sebagai Taman Hutan Raya Prof. Ir Herman Johannes (Dinas Kehutanan NTT, 2006).

Pemberian Taman Hutan Raya Prof. Ir Herman Johannes berdasarkan rekomandasi Gubernur NTT yang menyebut bahwa Prof. Ir Herman Johannes adalah putra daerah NTT yang pernah menduduki jabatan penting di Indonesia.

Lahan yang digunakan sebagai lokasi pembuatan tanaman adalah kawasan hutan Sisimeni Sanam (RTK. 183) Pulau Timor dengan fungsi Taman Hutan Raya.

Status kawasan Hutan Taman Raya Prof. Ir Herman Johannes telah dilakukan penataan batas yang dituangkan dalam Berita Acara Tata Batas Fungsi pada tanggal 08 Januari 1998 oleh Panitia Tata Batas Fungsi Kabupaten Kupang dan telah di sahkan oleh Kepala Badab Plaologi Kehutanan tanggal 25 Oktober 2002 (Dinas Kehutanan Provinsi NTT, 2006).

Kesepakatan mengenai Taman Hutan Raya yaitu kelompok hutan Sisimeni Sanam didasarkan pada beberapa hal antara lain; kawasan tersebut masih utuh, luas kawasan yang cukup mewakili, keadaan potensi yang relatif baik, dan

(6)

merupakan cuplikan dari tipe ekosistem tropis dan hutan musim. Terjaganya kawasan ini tidak terlepas dari peran Raja Amarasi dengan mempertahankan fungsi kelompok hutan Sisimeni Sanam sebagai suaka margasatwa dan pelanggaran masyarakat ketika itu untuk membuka hutan untk dijadikan lahan (Upa, dkk., 1999).

Menurut Dinas Kehutanan Provinsi NTT (2006), dalam upaya mencapai tujuan pengelolaannya kawasan Taman Hutan Raya Prof. Ir Herman Johannes ditata ke dalam blok-blok pengelolaan yaitu blok perlindungan, blok pemanfaatan, blok pembinaan dan rehabilitasi.

 Blok perlindungan

Dalam blok perlindungan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut : 1. Monitoring sumberdaya hayati dan ekosistemnya serta wisata terbatas.

2. Dapat dibangun sarana dan prasarana untuk kegiatan monitoring.

3. Tidak dapat di lakukan kegiatan yang bersifat mengubah bentang lahan.

 Blok pemanfaatan

Dalam blok pemanfaatan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut : 1. Kegiatan pemanfaatan kawasan dan potensinya dalam bentuk kegiatan

penelitian, pendidika, dan wisata alam.

2. Dapat digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan penangkaran jenis sepanjang untuk menunjang kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya, dan sumber plasma nutfah oleh masyarakat setempat.

3. Dapat dibangun sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan dan wisata alam (bumi perkemahan, Caravan, penginapan remaja, usaha makanan dan minuman, sarana wisata tirta, wisata budaya dan penjualan cendra mata) ang dalam pembangunannya harus diperhatikan gaya arsitektur daerah setempat.

4. Tidak dapat digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan yang bersifat mengubah bentang lahan.

 Blok pembinaan dan rehabilitasi

(7)

Jika dijumpai adanya kerusakan potensi dalam kawasan Taman Hutan Raya Prof. Ir Herman Johannes, setelah melalui pengkajian yang seksama, maka dapat dilangsungkan kegiatan berupa:

1. Pembinaan habitat dan pembinaan populasi.

2. Rehabilitasi kawasan.

3. Pengendalian dan/atau pemusnahan jenis tumbuhan dan/atau satwa pengganggu.

D. Pengukuran Volume

Volume pohon adalah ukuran tiga dimensi, yang tergantung dari lbds (atau diameter pangkal), tinggi atau panjang batang, dan faktor bentuk batang. Cara penentuan volume batang dibedakan antara cara langsung dan cara tidak langsung.

Penentuan volume cara langsung hanya bisa dilakukan untuk kayu dalam bentuk sortimen (log), dengan menggunakan alat yang namanya xylometer, yaitu berupa bak persegi yang diisi air. Sortimen yang akan diukur volumenya dimasukkan ke dalam bak berisi air, volume kayu adalah pertambahan tinggi air dalam bak dikalikan luas penampang bak. Kalau bak diisi penuh air, maka volume air yang tumpah adalah sama dengan volume kayu yang dimasukkan. Sedangkan penentuan volume cara tidak langsung, dilakukan dengan metode grafis atau dengan menggunakan persamaan volume (Dephutbun, 1998).

E. Potensi Hutan

Potensi hutan adalah nilai kekayaan yang terkandung dalam suatu lahan hutan, baik yang secara nyata ada pada saat pe gamatan maupun prakiraan pengembangan/pertumbuhannya pada masa mendatang. Potensi Hutan meliputi potensi fisik dan potensi hayati (biologis).Potensi fisik terkait dengan kondisi tanah, kondisi iklim dan kondisi topografi lahan hutan sedangkan potensi hayati meliputi struktur dan komposisi vegetasi khususnya pohon, serta terdapat satwa dalam hutan yang bersangkutan. Definisi Hutan Lestari adalah hutan yang sumber daya lamnya tetap tersedia secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini dan generasi masa depan.

(8)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Prakikum ini di laksanakan pada tanggal 16 April 2016 dari pukul 08.00- 15.00 WITA. Bertempat di Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johanes Desa Kotabes Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang gunakan adalah sebagai berikut : 1. GPS,

2. Phi band, 3. Meteran rol, 4. Tali rafiah, 5. Alat tulis, 6. Kamera, dan 7. Tali sheet

C. Langkah-langkah Pengumpulan Data

1. Membuat petak ukur pada tegakan. Pohon 40 m x 25 m, tiang 10m x 10m, pancang 5m x 5m, semai 2m x 2m.

2. Mengukur diameter (pohon >20m, tiang 10-, pancang) dan tinggi total 3. Menghitung volume dengan menggunakan rumus V= 1

4π d2x0,7xTT ; dengan V= volume (m3), π = 3,14, d= diameter (m), TT= tinggi total (m), dan 0,7 adalah faktor koreksi.

(9)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Umum

Desa Kotabes merupakan salah satu desa dari 8 desa dan 1 kelurahan di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang yang sebagian wilayahnya berada dalam Kawasan Taman Hutan Raya Prof. Ir Herman Johannes dengan luas wilayah 12,66 Km2. Desa Kotabes terdapat Kantor Resort Polisi Hutan (KRPH) Dinas Kehutanan Kabupaten Kupang serta pos penjagaan dan perumahan bagi Satuan Polisi Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi NTT. Desa Kotabes terdiri dari 4 Dusun yaitu: Hausisi, Ekam, Oebaki, dan Bisoni.

Desa Kotabes berada pada Ketinggian antara 500-700 mdpl, dengan kondisi topografi dari datar, landai hingga curam. Bahkan pada beberapa tempat terdapat areal yang berbukit. Kondisi topografi areal dapat disajikan pada tabel.

Tabei 1. Kondisi topografi desa kotabes kabupate kupang Lereng (%) Klasifikasi Persentase Luas (%)

0 – 8 Datar 20

9 – 15 Landai 50

16 – 25 Agak curam 30

26 – 40 Curam -

>40 Sangat curam -

Total 100

Pola usaha tani penduduk sekitar Taman Hutan Raya Prof. Ir Herman Johannes pada umumnya dilakukan dengan tebas bakar. Pola usaha tani yang dilakukan oleh sebagian penduduk desa terssebut cenderung lebih suka memanfaatkan lahan miring karena menurut petani tanah miring lebih sedikit mengalami gangguan gulma (Upa, dkk,. 1999).

Tabel 2. Faktor pendorong dan penekan dari kondisi topografi di Desa Kotabes

(10)

No Faktor Pendorong No Faktor Penekan 1 Kondisi tanah yang subur 1 Top soil yang tipis

2 Akses Desa Kotabes dengan ibukota Kecamatan,

Kabupaten, dan Provinsi baik

2 Masyarakat tidak bercocok pada lahan yang agak landai

3 Budaya tebas bakar oleh masyarakat dalam pengelolaan lahan pertanian Secara umum Kabupaten Kupang beriklim tropis dan kering yang cenderung dipengaruhi oleh angin dan dikategorikan sebagai daerah beriklim kering (semi arid). Hal ini dikarenakan curah hujan yang relatif rendah dan keadaan vegetasi pulau Timor sendiri yang didominasi oleh savana dan stepa.

Curah hujan rata-rata didaerah ini sekitar 131.075 mm/tahun dengan hari hujan sebanyak 89 hari. Musim hujan terjadi pada awal bulan Desember dan berlagsung hingga bulan Maret, dengan puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari. Musim hujan berlangsung sangat pendek sekitar 3-5 bulan dan terjadi pada bulan Desember sampai April, sedagkan musim kemarau berlangsung selama 7 – 8 bulan. Dengan demikian kondisi curah hujan di Taman Hutan Raya Prof. Ir Herman Johannes Desa Kotabes sama dengan iklim Kabupaten Kupang pada umumnya (Dinas Kehutanan Provinsi NTT, 2012).

Secara umum masyarakat Desa Kotabes bermata pencaharian petani dan sebagian kecil pekerjaan sampingannya menjadi peternak dan masih sangat tergantung terhadap sumberdaya hutan baik dalam bentuk kayu bakar maupun persediaan air. badan Pusat Statistik 2011 mengungkapkan bahwa sekitar 95%

penduduknya menggantungkan hidupnya dari pertanian dan peternakan, sisanya 5% adalah pedagang , PNS/TNI/POLRI/ dan pensiunan.

B. Hasil Pengukuran a. Plot 1

(11)

Tingkat semai

Tabel 3. Tingkat semai plot 1 No Jenis Jumlah

1 A 66

2 B 12

3 C 6

4 D 2

5 E 35

Tingkat Pancang

Tabel 4. Tingkat Pancang plot 1 No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3)

1 Sirsak 20 3 6,36943 300 6687,898 0,007

2 Sirsak 18 3 5,73248 300 5417,197 0,005

3 Jeruk 25 5 7,96178 500 17416,4 0,017

4 Jeruk 24 5 7,64331 500 16050,96 0,016

Total 0,045572

Tingkat Pohon

Tabel 5. Tingkat pohon plot 1

No Jenis K TT

(m) D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 1 Kemiri 152 20 48,408 2000 2575286,624 2,5753

(12)

2 Kemiri 180 20 57,325 2000 3611464,968 3,6115 3 Kemiri 182 21 57,962 2100 3876773,885 3,8768 4 Kapuk 124 20 39,49 2000 1713885,35 1,7139 5 pohon X 78 6 24,841 600 203445,8599 0,2034 6 Kemiri 112 20 35,669 2000 1398216,561 1,3982 7 Kemiri 120 20 38,217 2000 1605095,541 1,6051 8 Pulai 244 20 77,707 2000 6636178,344 6,6362 9 pohon X 97 10 30,892 1000 524386,9427 0,5244 10 pohon Z 122 12 38,854 1200 995426,7516 0,9954 11 Kemiri 73 7 23,248 700 207898,8854 0,2079 12 pohon X 137 22 43,631 2200 2301294,586 2,3013 13 Aren 139 13 44,268 1300 1399849,522 1,3998 14 Aren 111 10 35,35 1000 686679,9363 0,6867 15 Sengon 63 14 20,064 1400 309683,121 0,3097 16 Kemiri 97 16 30,892 1600 839019,1083 0,839 17 Kapuk 67 14 21,338 1400 350256,3694 0,3503 18 Kemiri 65 13 20,701 1300 306110,6688 0,3061 19 Kemiri 86 16 27,389 1600 659515,9236 0,6595

Total 30,2

Berdasarkan hasil pengamatan pada plot 1 diketahui tingkat semai terdapat 5 spesies belum teridentifikasi, tingkat pancang terdapat 2 spesies yang telah teridentifikasi dengan total volume 0,045572 m3, dan pada tingkat pohon terdapat 5 spesies yang telah teridentifikasi dan 3 spesies belum teridentifikasi dengan total volume 30,2 m3. Sedangkan tingkat tiang tidak terdapat pada plot ini. Dan didominasi oleh Kemiri.

b. Plot 2

Tingkat Semai

Tabel 6. Tingkat semai plot 2 No Jenis Jumlah

1 F 347

Tingkat Tiang

Tabel 7. Tingkat Tiang plot 2 No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 1 pohon X 38 6 12,1019 600 48286,62 0,048287

(13)

Tingkat Pohon

Tabel 8. Tingkat pohon plot2

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 19 kemiri 86 16 27,389 1600 659515,9236 0,6595 20 pohon X 89 12 28,344 1200 529748,4076 0,5297

21 Pohon F 85 8 27,07 800 322133,758 0,3221

22 pohon G 90 10 28,662 1000 451433,121 0,4514 23 pohon X 136 21 43,312 2100 2164738,854 2,1647 24 pohon X 190 19 60,51 1900 3822691,083 3,8227 25 mahoni 84 14 26,752 1400 550547,7707 0,5505

26 aren 76 8 24,204 800 257528,6624 0,2575

27 pohon Y 63 9 20,064 900 199082,0064 0,1991

28 bubuk 68 6 21,656 600 154624,2038 0,1546

29 pohon I 87 10 27,707 1000 421839,172 0,4218 30 kemiri 92 17 29,299 1700 801923,5669 0,8019 31 kemiri 114 18 36,306 1800 1303738,854 1,3037 32 kemiri 70 15 22,293 1500 409633,758 0,4096 33 pohon Y 118 13 37,58 1300 1008824,841 1,0088 34 pohon X 67 6 21,338 600 150109,8726 0,1501 35 kemiri 210 25 66,879 2500 6144506,369 6,1445 36 pohon H 116 10 36,943 1000 749936,3057 0,7499

Total 20,1025

Berdasarkan hasil pengamatan pada plot 2 diketahui tingkat semai terdapat 1 spesies belum teridentifikasi, tingkat tiang terdapat 1 spesies yang telah teridentifikasi dengan total volume 0,048287 m3, dan pada tingkat pohon terdapat 4 spesies yang telah teridentifikasi dan 6 spesies belum teridentifikasi dengan total volume 20,1025 m3. Sedangkan tingkat pancang tidak terdapat pada plot ini. Pada plot ini didominasi oleh Kemiri dan pohon X yang belum teridentifikasi.

c. Plot 3

Tingkat Semai

Tabel 9. Tingkat Semai plot 3 No Jenis Jumla

h

(14)

1. F 8

2. J 1

3. Aren 4

Tingkat Pancang

Tabel 10. Tingkat Pancang plot 3

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 1. pohon Y 19 3 6,05096 300 6035,828 0,006 2. Pohon F 28 4 8,9172 400 17477,71 0,017

Total 0,0235

Tngkat Tiang

Tabel 11. Tingkat Tiang Plot 3

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3) V (m3)

2 pohon

Y

59 6 18,789

8 600 116402,9

0,11640 3

3 pohon

Y

46 9 14,649

7 900 106136,9

0,10613 7

4 pohon

Y 38 10

12,101

9 1000 80477,71

0,08047 8

5 pohon

Y

53 10

16,879 1000 156552,5

0,15655 3

Total 0,45957

Tingkat Pohon

Tabel 12. Tingkat pohon plot 3

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 1 kemiri 65 13 20,701 1300 306110,6688 0,3061 2 pohon Y 69 7 21,975 700 185739,6497 0,1857

(15)

3 mahoni 109 12 34,713 1200 794589,172 0,7946 4 kemiri 120 20 38,217 2000 1605095,541 1,6051

5 aren 92 8 29,299 800 377375,7962 0,3774

6 pohon Y 97 12 30,892 1200 629264,3312 0,6293 7 pohon Y 86 10 27,389 1000 412197,4522 0,4122 8 pohon X 109 16 34,713 1600 1059452,229 1,0595 9 pohon Y 93 11 29,618 1100 530233,2803 0,5302 10 pohon Y 70 12 22,293 1200 327707,0064 0,3277 11 pohon Y 203 25 64,65 2500 5741699,841 5,7417 12 pohon Y 82 14 26,115 1400 524643,3121 0,5246

Total 12,49411

Berdasarkan hasil pengamatan pada plot 3 diketahui tingkat semai terdapat 1 spesies telah teridentifikasi dan 2 spesies belum teridentifikasi, tingkat pancang terdapat 2 spesies yang telah teridentifikasi dengan total volume 0,0235 m3, pada tingkat tiang terdapat 1 spesies yang belum teridentifikasi dengan total volume 0,45957 m3, dan dan pada tingkat pohon terdapat 3 spesies telah teridentifikasi dan 2 belum teridentifikasi dengan total volume 12,494 m3. Pada plot ini sangat didominasi oleh pohon Y yang belum teridentifikasi.

d. Plot 4

Tingkat Semai

Tabel 13. Tingkat Semai plot 4

No Jenis Jumla

h

1. F 8

2. L 16

3. M 6

Tingkat Pancang

Tabel 14. Tingkat pohon plot 4

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3)

1 pohon Y 22 2 7,00637 200 5394,904 0,005

2 pohon Y 27 4 8,59873 400 16251,59 0,016

3 Pohon Y 22 2 7,00637 200 5394,904 0,005

Total 0,027

(16)

Tingkat Tiang

Tabel 15. Tingkat Tiang plot 4

No Jenis K TT

(m) D

(cm) TT

(cm) V

(cm3) V

(m3)

1 Pulai 39 2 12,4204 200 16953,82 0,016954

2 pohon Y 53 8 16,879 800 125242 0,125242

3 Pohon Y 58 15 18,4713 1500 281226,1 0,281226

4 pohon X 3 5 10,5096 500 30346,34 0,030346

Total 0,453768

Tingkat Pohon

Tabel 16. Tingkat pohon plot4

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3)

1 pohon Y 80 14 25,478 1400 499363,0573 0,4994

2 sengon 203 30 64,65 3000 6890039,809 6,89

3 Aren 138 8 43,949 800 849095,5414 0,8491

4 Pohon Y

69 15 21,975 1500 398013,535 0,398

5 pohon Y 87 12 27,707 1200 506207,0064 0,5062

6 pohon Y 67 15 21,338 1500 375274,6815 0,3753

7 pohon X 127 16 40,446 1600 1438254,777 1,4383

8 pohon Y 127 17 40,446 1700 1528145,701 1,5281

9 pohon Y 160 16 50,955 1600 2282802,548 2,2828

10 Timu 200 19 63,694 1900 4235668,79 4,2357

11 Timu 127 19 40,446 1900 1707927,548 1,7079

12 pohon Y 114 20 36,306 2000 1448598,726 1,4486

13 pohon Y 207 30 65,924 3000 7164243,631 7,1642

14 pohon Y 89 9 28,344 900 397311,3057 0,3973

15 Matani 67 9 21,338 900 225164,8089 0,2252

16 Pohon Y 100 11 31,847 1100 613057,3248 0,6131

17 Matani 63 12 20,064 1200 265442,6752 0,2654

18 pohon Y 68 5 21,656 500 128853,5032 0,1289

Total 30,953

Berdasarkan hasil pengamatan pada plot 4 diketahui tingkat semai terdapat 3 spesies belum teridentifikasi, tingkat pancang terdapat 1 spesies yang belum teridentifikasi dengan total volume 0,027 m3, pada tingkat tiang terdapat 1 spesies yang telah teridentifikasi dan 2 spesies belum teridentifikasi dengan total volume 0,453768 m3. Dan pada tingkat pohon

(17)

terdapan 4 pohon yang telah teridentifikasi dan 1 spesies yang belum teridentifikasi dengan total volume 30,953 m3. Pada plot ini didominasi oleh Pohon Y yang belum teridentifikasi.

e. Plot 5

Tingkat Semai

Tabel 17. Tingkat semai plot 5

No Jenis Jumlah

1 Jahe Hutan 14

2 Flamboyan 3

Tingkat Pancang

Tabel 18. Tingkat pohon plot 5 No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 1 pohon W 19 3 6,05096 300 6035,828 0,006

Tingkat Tiang

Tabel 19. Tingkat pohon plot 5

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3)

1 pohon W 47 7 14,968

2 700 86179,14 0,086179

2 pohon Y 37 5 11,783

4 500 38148,89 0,038149

Total 0,124328

Tingkat Pohon

Tabel 20. Tingkat pohon plot 5 No Jenis K TT

(m) D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 1 pohon Y 107 12 34,076 1200 765697,4522 0,7657 2 Beringin 354 12 112,74 1200 8381006,369 8,381 3 sengon 116 21 36,943 2100 1574866,242 1,5749

(18)

4 Pohon Y 79 16 25,159 1600 556522,293 0,5565 5 pohon Y 104 18 33,121 1800 1085044,586 1,085 6 pohon Y 87 12 27,707 1200 506207,0064 0,5062 7 pulai 194 23 61,783 2300 4824359,873 4,8244 8 pulai 96 21 30,573 2100 1078624,204 1,0786 9 kemiri 142 24 45,223 2400 2697095,541 2,6971 10 pohon K 210 32 66,879 3200 7864968,153 7,865 11 Pohon L 180 21 57,325 2100 3792038,217 3,792 12 pohon L 71 10 22,611 1000 280947,4522 0,2809

Total 33.4074

Berdasarkan hasil pengamatan pada plot 5 diketahui tingkat semai terdapat 2 spesies yang telah teridentifikasi, tingkat pancang terdapat 1 spesies yang belum teridentifikasi dengan total volume 0,006 m3, tingkat pancang terdapat 2 spesies yang belum teridentifikasi dengan total volumr 0,124328 m3, dan pada tingkat pohon terdapat 4 spesies yang telah teridentifikasi dan 3 spesies belum teridentifikasi dengan total volume 33.4074 m3. Pada plot ini didominasi oleh Pohon Y yang belum teridentifikasi.

f. Plot 6

Tingkat Semai

Tabel 21. Tingkat Semai plot 6

No Jenis Jumlah

1 Pohon F 6

2 Pohon W 3

Tingkat Pancang

Tabel 22. Tingkat pohon plot 6 No Jenis K TT

(m) D

(cm) TT

(cm) V

(cm3) V

(m3)

1 pohon Y 24 4 7,64331 400 12840,76 0,013

Tingkat Tiang

Tabel 23. Tingkat pohon plot 6

No Jenis K TT D TT V V

(19)

(m) (cm) (cm) (cm3) (m3)

1 pulai 36 9 11,465 900 65006,37 0,065006

2 pohon Y 51 7 16,242 700 101472,1 0,101472

Total 0,166749

Tingkat Pohon

Tabel 24. Tingkat pohon plot 6

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 1 Pohon M 77 12 24,522 1200 396525,4777 0,3965 2 kemiri 94 25 29,936 2500 1231130,573 1,2311

3 kemiri 10

6

25

33,758 2500 1565525,478 1,5655

4 kemiri 12

4 25 39,49 2500 2142356,688 2,1424

5 kemiri 11

2 25

35,669 2500 1747770,701 1,7478

6 kemiri 12

5 25

39,809 2500 2177050,159 2,1771

7 kemiri 12

0

23

38,217 2300 1845859,873 1,8459

8 Pohon L 11

7

18

37,261 1800 1373259,554 1,3733

9 Pohon X 64 9 20,382 900 205452,2293 0,2055

Total 12,685

Berdasarkan hasil pengamatan pada plot 6 diketahui tingkat semai terdapat 2 spesies belum teridentifikasi, tingkat pancang terdapat 1 spesies yang belum teridentifikasi dengan total volume 0,013 m3, pada tingkat tiang terdapat 1 spesies yang telah teridentifikasi dn spesies belum teridentifikai dengan total volume 0,166749 m3, dan pada tingkat pohon terdapat 1 spesies yang telah teridentifikasi dan 3 spesies belum teridentifikasi dengan total volume 12,685 m3. Pada plot ini didominasi oleh Kemiri.

g. Plot 7

Tingkat Semai

Tabel 25. Tingkat pohon plot7

No Jenis Jumlah

(20)

1 Kemiri 3

2 Pohon X 2

3 Beringin 3

4 Kesambi 1

Tingkat Tiang

Tabel 26. Tingkat pohon plot 7

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3)

14 pohon L 47 9 14,9682 900 110801,8 0,110802

Tingkat Pohon

Tabel 27. Tingkat pohon plot 7

No Jenis K TT

(m) D

(cm) TT

(cm) V

(cm3) V

(m3) 1 Pohon X 10

3

12

32,8025 1200 709519,1 0,709519 2 pohon X 79 16 25,1592 1600 556522,3 0,556522

3 Timu 70 10 22,293 1000 273089,2 0,273089

4 Pohon Y 10 2

16

32,4841 1600 927745,2 0,927745

Total 2,46688

Berdasarkan hasil pengamatan pada plot 7 diketahui tingkat semai terdapat 3 yang telah teridentifikasi dan 1 spesies belum teridentifikasi, tingkat tiang terdapat 1 spesies yang belum teridentifikasi dengan total volume 0,110802 m3, dan pada tingkat pohon terdapat 1 spesies yang telah teridentifikasi dan 3 spesies belum teridentifikasi dengan total volume 2,46688 m3. Sedangkan tingkat pancang tidak terdapat pada plot ini. Dan didominasi oleh pohon X yang belum teridentifikasi.

.

h. Plot 8

Tingkat Semai

Tabel 28. Tingkat pohon plot 8

No Jenis Jumlah

(21)

1 Pulai 1

2 Pohon F 3

Tingkat Pancang

Tabel 29. Tingkat pohon plot 8

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3)

1 pohon Y 27 4 8,59873 400 16251,59 0,016

Tingkat Pohon

Tabel 30. Tingkat pohon plot 8

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 1 pohon Y 138 23 43,949 2300 2441150 2,44115

2 Pohon X 75 8

23,8854 800 250796,2

0,25079 6

3 Pohon Y 64 6

20,3822 600 136968,2

0,13696 8

4 Pulai 193 25

61,465 2500 5189948

5,18994 8

5 Pulai 180 20

57,3248 2000 3611465

3,61146 5

6 Pohon Y 80 17

25,4777 1700 606369,4

0,60636 9

7 Pohon W 74 24

23,5669 2400 732458,6

0,73245 9

8 kemiri 183 27

58,2803 2700 5039348

5,03934 8

Total 18,0085

Berdasarkan hasil pengamatan pada plot 8 diketahui tingkat semai terdapat 1 yang telah teridentifikasi dan 1 spesies belum teridentifikasi, tingkat pancang terdapat 1 spesies yang belum teridentifikasi dengan total volume 0,016 m3, dan pada tingkat pohon terdapat 2 spesies yang telah teridentifikasi dan 3 spesies belum teridentifikasi dengan total volume 18,0085 m3. Sedangkan tingkat tiang tidak terdapat pada plot ini. Dan didominasi oleh pohon Y yang belum teridentifikasi.

Tabel 31. Hasil pengukuran tingkat pohon pada 8 petak

(22)

N

o Jenis K TT

(m) D

(cm) TT

(cm) V

(cm3) V

(m3) 1 Kemiri 152 20 48,41 2000 2575286,624 2,5753 2 Kemiri 180 20 57,32 2000 3611464,968 3,6115 3 Kemiri 182 21 57,96 2100 3876773,885 3,8768 4 Kapuk 124 20 39,49 2000 1713885,35 1,7139 5 Pohon X 78 6 24,84 600 203445,8599 0,2034 6 Kemiri 112 20 35,67 2000 1398216,561 1,3982 7 Kemiri 120 20 38,22 2000 1605095,541 1,6051 8 Pulai 244 20 77,71 2000 6636178,344 6,6362 9 Pohon X 97 10 30,89 1000 524386,9427 0,5244 10 Pohon Z 122 12 38,85 1200 995426,7516 0,9954 11 Kemiri 73 7 23,25 700 207898,8854 0,2079 12 Pohon X 137 22 43,63 2200 2301294,586 2,3013 13 Aren 139 13 44,27 1300 1399849,522 1,3998 14 Aren 111 10 35,35 1000 686679,9363 0,6867 15 Sengon 63 14 20,06 1400 309683,121 0,3097 16 Kemiri 97 16 30,89 1600 839019,1083 0,839 17 Kapuk 67 14 21,34 1400 350256,3694 0,3503 18 Kemiri 65 13 20,7 1300 306110,6688 0,3061 19 Kemiri 86 16 27,39 1600 659515,9236 0,6595 20 Pohon X 89 12 28,34 1200 529748,4076 0,5297 21 Pohon F 85 8 27,07 800 322133,758 0,3221 22 Pohon G 90 10 28,66 1000 451433,121 0,4514 23 Pohon X 136 21 43,31 2100 2164738,854 2,1647 24 Pohon X 190 19 60,51 1900 3822691,083 3,8227 25 Mahoni 84 14 26,75 1400 550547,7707 0,5505 26 Aren 76 8 24,2 800 257528,6624 0,2575 27 Pohon Y 63 9 20,06 900 199082,0064 0,1991 28 Bubuk 68 6 21,66 600 154624,2038 0,1546 29 Pohon I 87 10 27,71 1000 421839,172 0,4218 30 Kemiri 92 17 29,3 1700 801923,5669 0,8019 31 Kemiri 114 18 36,31 1800 1303738,854 1,3037 32 Kemiri 70 15 22,29 1500 409633,758 0,4096 33 Pohon Y 118 13 37,58 1300 1008824,841 1,0088 34 Pohon X 67 6 21,34 600 150109,8726 0,1501 35 Kemiri 210 25 66,88 2500 6144506,369 6,1445 36 Pohon H 116 10 36,94 1000 749936,3057 0,7499 37 Kemiri 65 13 20,7 1300 306110,6688 0,3061 38 Pohon Y 69 7 21,97 700 185739,6497 0,1857 39 Mahoni 109 12 34,71 1200 794589,172 0,7946

(23)

40 Kemiri 120 20 38,22 2000 1605095,541 1,6051 41 Aren 92 8 29,3 800 377375,7962 0,3774 42 Pohon Y 97 12 30,89 1200 629264,3312 0,6293 43 Pohon Y 86 10 27,39 1000 412197,4522 0,4122 44 Pohon X 109 16 34,71 1600 1059452,229 1,0595 45 Pohon Y 93 11 29,62 1100 530233,2803 0,5302 46 Pohon Y 70 12 22,29 1200 327707,0064 0,3277 47 Pohon Y 203 25 64,65 2500 5741699,841 5,7417 48 Pohon Y 82 14 26,11 1400 524643,3121 0,5246 49 Pohon Y 80 14 25,48 1400 499363,0573 0,4994 50 Sengon 203 30 64,65 3000 6890039,809 6,89 51 Aren 138 8 43,95 800 849095,5414 0,8491 52 Pohon Y 69 15 21,97 1500 398013,535 0,398 53 Pohon Y 87 12 27,71 1200 506207,0064 0,5062 54 Pohon Y 67 15 21,34 1500 375274,6815 0,3753 55 Pohon X 127 16 40,45 1600 1438254,777 1,4383 56 Pohon Y 127 17 40,45 1700 1528145,701 1,5281 57 Pohon Y 160 16 50,96 1600 2282802,548 2,2828 58 Timu 200 19 63,69 1900 4235668,79 4,2357 59 Timu 127 19 40,45 1900 1707927,548 1,7079 60 Pohon Y 114 20 36,31 2000 1448598,726 1,4486 61 Pohon Y 207 30 65,92 3000 7164243,631 7,1642 62 Pohon Y 89 9 28,34 900 397311,3057 0,3973 63 Matani 67 9 21,34 900 225164,8089 0,2252 64 Pohon Y 100 11 31,85 1100 613057,3248 0,6131 65 Matani 63 12 20,06 1200 265442,6752 0,2654 66 Pohon Y 68 5 21,66 500 128853,5032 0,1289 67 Pohon Y 107 12 34,08 1200 765697,4522 0,7657 68 Beringin 354 12 112,7 1200 8381006,369 8,381 69 Sengon 116 21 36,94 2100 1574866,242 1,5749 70 Pohon Y 79 16 25,16 1600 556522,293 0,5565 71 Pohon Y 104 18 33,12 1800 1085044,586 1,085 72 Pohon Y 87 12 27,71 1200 506207,0064 0,5062 73 Pulai 194 23 61,78 2300 4824359,873 4,8244 74 Pulai 96 21 30,57 2100 1078624,204 1,0786 75 Kemiri 142 24 45,22 2400 2697095,541 2,6971 76 Pohon K 210 32 66,88 3200 7864968,153 7,865 77 Pohon L 180 21 57,32 2100 3792038,217 3,792 78 Pohon L 71 10 22,61 1000 280947,4522 0,2809 79 Pohon M 77 12 24,52 1200 396525,4777 0,3965

(24)

80 Kemiri 94 25 29,94 2500 1231130,573 1,2311 81 Kemiri 106 25 33,76 2500 1565525,478 1,5655 82 Kemiri 124 25 39,49 2500 2142356,688 2,1424 83 Kemiri 112 25 35,67 2500 1747770,701 1,7478 84 Kemiri 125 25 39,81 2500 2177050,159 2,1771 85 Kemiri 120 23 38,22 2300 1845859,873 1,8459 86 Pohon L 117 18 37,26 1800 1373259,554 1,3733 87 Pohon X 64 9 20,38 900 205452,2293 0,2055 88 Pohon X 103 12 32,8 1200 709519,1083 0,7095 89 Pohon X 79 16 25,16 1600 556522,293 0,5565 90 Timu 70 10 22,29 1000 273089,172 0,2731 91 Pohon Y 102 16 32,48 1600 927745,2229 0,9277 92 Pohon Y 138 23 43,95 2300 2441149,682 2,4411 93 Pohon X 75 8 23,89 800 250796,1783 0,2508 94 Pohon Y 64 6 20,38 600 136968,1529 0,137 95 Pulai 193 25 61,46 2500 5189948,248 5,1899 96 Pulai 180 20 57,32 2000 3611464,968 3,6115 97 Pohon Y 80 17 25,48 1700 606369,4268 0,6064 98 Pohon W 74 24

23,57 2400 732458,5987 0,7325 99 Kemiri 183 27 58,28 2700 5039347,93 5,0393

Total 159658769,9 159,66

Tabel 31. Hasil pengukuran tingkat tiang pada 8 petak

No Jenis K TT

(m) D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3)

1 pohon X 38 6 12,1 600 48286,62 0,048

(25)

2 pohon Y 59 6 18,79 600 116402,9 0,116 3 pohon Y 46 9 14,65 900 106136,9 0,106 4 pohon Y 38 10 12,1 1000 80477,71 0,08 5 pohon Y 53 10 16,88 1000 156552,5 0,157

6 pulai 39 2 12,42 200 16953,82 0,017

7 pohon Y 53 8 16,88 800 125242 0,125

8 Pohon Y 58 15 18,47 1500 281226,1 0,281 9 pohon X 33 5 10,51 500 30346,34 0,03 10 pohon W 47 7 14,97 700 86179,14 0,086 11 pohon Y 37 5 11,78 500 38148,89 0,038

12 pulai 36 9 11,46 900 65006,37 0,065

13 pohon Y 51 7 16,24 700 101472,1 0,101 14 pohon L 47 9 14,97 900 110801,8 0,111

Total 1363233 1,363

Tabel 31. Hasil pengukuran tingkat pancang pada 8 petak

No Jenis K TT

(m)

D (cm)

TT (cm)

V (cm3)

V (m3) 1 Sirsak 20 3 6,36943 300 6687,898 0,007 2 Sirsak 18 3 5,73248 300 5417,197 0,005 3 jeruk 25 5 7,96178 500 17416,4 0,017 4 jeruk 24 5 7,64331 500 16050,96 0,016 5 pohon Y 19 3 6,05096 300 6035,828 0,006 6 Pohon F 28 4 8,9172 400 17477,71 0,017 7 pohon Y 22 2 7,00637 200 5394,904 0,005 8 pohon Y 27 4 8,59873 400 16251,59 0,016 9 Pohon Y 22 2 7,00637 200 5394,904 0,005 10 pohon W 19 3 6,05096 300 6035,828 0,006 11 pohon Y 24 4 7,64331 400 12840,76 0,013 12 pohon Y 27 4 8,59873 400 16251,59 0,016

Total 131255,6 0,131

Dari hasil pengukuran yang di lakukan pada 8 plot sampel diperoleh hasil sebagai berikut: pada tingkat pohon memiliki total volume 159,66 m3, tingkat tiang 1,363 m3, dan pada tingkat pancang 0,131 m3. Sehingga total volume pada blok pemanfaatan adalah 161,154 m3.

C. Pembahasan

(26)

Penentuan metode sampling jalur sistematik berkaitan dengan penandaan petak ukur pengamatan. Petak ukur ini berbasis pada plot persegi yang umumnya dibuat tegak lurus garis kontur agar keragaman karakteristik tegakan yang diukur dapat terwakili. Adanya penentuan petak ukur ini tidak lepas dari pengamatan, pengukuran, dan penandaan pohon inti yang meliputi jumlah, jenis, keliling, diameter, tinggi total, dan volume tegakan pohon.

Kawasan Hutan Raya Prof, Ir. Herman Johanes Desa Kotabes merupakan kawasan hutan alam yang wilayahnya cukup luas, oleh karena itu diperlukan suatu pengamatan potensi tegakan hutan. Dan untuk mengetahui potensi tegakan tersebut maka diadakan inventarisasi hutan di lakukan pada blok pemanfaatan dengan melakukan pengamatan, pengukuran, dan penaksiran dari sampel (contoh) yang diambil. Kotabes termasuk hutan sekunder sehingga vegetasi dalam blok pemanfaatan dalam proses perkembangan dan jumlah vegetasi yang masih sedikit.

Dari hasil praktikum inventarisasi hutan di blok pemanfaatan pada Hutan Raya Prof, Ir. Herman Johanes Desa Kotabes yang telah dilaksanakan diperoleh hasil pengukuran volume rata-rata pohon dengan pengambilan sampel sebanyak 8 plot dan dengan jumlah pohon semua plot adalah 99 pohon plot berukuran 40 x 25 m, tiang sebanyak 14 pada plot berukuran 10 x 10 m, dan pancang sebanyak 12 pada plot berukuran 5 x 5 m.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam praktikum ini dapat diketahui volume tegakan rata-rata tingkat pohon 1,612 m3, juga diperoleh volume tegakan rata-rata tiang sebesar 0,097 m3, dan volume rata-rata tegakan pancang sebesar 0,010 m3.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

(27)

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembaasan, dapat disimpulkan bahawa, pada blok pemanfaat dengan plot 8 plot sampel memiliki potensi pada tingkat pohon 1,612 m3, tingkat tiang 0,097 m3, dan tingkat pancang 0,010 m3.

Dari hasil pengukuran yang di lakukan pada 8 plot sampel diperoleh hasil sebagai berikut: pada tingkat pohon memiliki total volume 159,66 m3, tingkat tiang 1,363 m3, dan pada tingkat pancang 0,131 m3. Sehingga total volume pada blok pemanfaatan adalah 161,154 m3.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Rammang, N. 2013. Tingkat Kerusakan dan Strategi Pengelolaan Taman Hutan Raya Prof. Ir. Heman Yohanes [Tesis]. Program Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Udayana. Bali.

Sairlay, M. 2004. Analisis Faktor-Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengamanan Kawasan Hutan Di Kelurahan Fatukoa Kecamatan Maulafa Kota Kupang [Skripsi]. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik. Universitas Nusa Cendana. Kupang.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999. Tentang Kehutanan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis SWOT strategi pengembangan objek wisata air terjun Bawin Kameloh berada pada kuadran I dengan nilai X (faktor internal) = 2,197, dan nilai

Unsur modal sosial yang paling berpengaruh terhadap perlawanan masyarakat adalah kepercayaan yang tinggi terhadap tokoh masyarakat, kerjasama dan kepedulian yang

Berdasarkan hasil angket validasi tahap 1 diperoleh jumlah skor yakni 34 apabila dipersentasekan yaitu 60,71% dengan kategori “kurang baik”. Pada validasi pertama