• Tidak ada hasil yang ditemukan

2,18, fruit weight t

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan " 2,18, fruit weight t"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LEBAH Trigona sp. UNTUK EFEKTIVITAS PENYERBUKAN TANAMAN PARE (Momordica charantia L.) DI PALAK JUHA KECAMATAN

VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN Aderianto Syahputra, Jasmi, Lince Meriko

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Pare inlcluded monoceus plant which has male flower and female flower that seperate so it needs pollination agen to help the pollination proccess. Based on this phenomena there has been research about using Trigona sp. bees to efektiveness of pollination in pare plant which use experimental metode two treatment and one treatment of pare uses 9 unit pare plant. Based on t-test showed interest pare flowers that managed to be fruit t

h

1.78<t

t

2,18, fruit weight t

h

1,92<t

t

2,18 and seed number 2,21 t

h

>t

t

2.18. Environmental factors such as temperature 24,9-27,8

0

C, humidity 75%-93%, wind speed 0,2-3,6 Knot and solar radiation with a range of undetectable up to 9.7 hours. The number of female pare flowers that appear when the plants are 38-44 days old pare the pollination process by using Trigona sp. was 6 of interest and which manages to be pollinated fruit after 17 days is as much as 6 pieces with a percentage of 100%. The number of female flowers Pare without using bees is 8 that manages to be the fruit is 2 pieces with a percentage of 25%. Based on the data obtained it can be concluded that the use of bees Trigona. sp effective to increase the number of seeds pare (Momordica charantia L.).

Keywords: Effectiveness, Momordica charantia L., pollinators, production, Trigona sp.

PENDAHULUAN

Indonesia termasuk negara beriklim tropis yang kaya dengan hasil pertanian.

Salah satu hasil pertanian Indonesia adalah tanaman pare. Tanaman pare biasanya digunakan sebagai bahan pencampur makanan, selain sebagai makanan pare juga digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit (Cahyadi, 2009). Menurut Mukti (2012) buah pare memiliki khasiat antara lain anti inflamasi dan antelmintik.

Tanaman pare cocok ditanam di dataran rendah, seperti tegalan maupun di pekarangan. Tanaman pare yang ditanam di dataran tinggi, memiliki buah yang kecil dan pertumbuhan buahnya kurang normal (Sunarjono, 2013).

Tanaman pare merupakan tanaman yang proses penyerbukannya adalah proses penyerbukan silang. Tanaman pare membutuhkan agen untuk dapat melakukan

penyerbukannya tersebut, diantaranya bantuan angin dan serangga. Salah satu serangga yang efektif dalam membantu proses penyerbukan adalah lebah. Lebah banyak digunakan sebagai polinator yang memiliki fungsi sangat penting sebagai hewan dalam membantu penyerbukan tanaman, khususnya pada tanaman yang tidak bisa melakukan penyerbukan sendiri.

Lebah membantu proses penyerbukan silang sehingga produktivitas tanaman budidaya meningkat (Liferdi, 2008).

Penyerbukan adalah transfer serbuk sari ke kepala putik. Kejadian ini merupakan tahap awal dari proses reproduksi (Ashari, 1998). Tumbuhan tidak dapat bergerak melakukan perkawinan, untuk melaksanakan reproduksi seksual maka tumbuhan membutuhkan sarana bantuan dari luar untuk membantu proses penyerbukan (Widhiono, 2015).

(2)

Lebah merupakan serangga penyerbuk yang efektif dan mampu meningkatkan produksi pertanian. Kenaikan produksi sebagai hasil penyerbukan lebah madu di suatu areal perkebunan diperoleh paling sedikit 15% bahkan ada yang bisa mencapai 300% (Hendro dan Anggoro, 1977 dalam Salmah, 1989).

Salah satu lebah yang berperan pada penyerbukan adalah Trigona sp. Trigona atau dikenal dengan nama Galo-galo merupakan lebah yang termasuk ke dalam golongan lebah tak bersengat, menghasilkan madu, dan juga berfungsi sebagai serangga penyerbuk (Salmah, 1990).

Trigona sp. dilengkapi dengan keranjang khusus pada tungkai kaki belakangnya yang disebut corbicula yang berfungsi untuk mengangkut polen dari bunga yang telah dikunjunginya (Widhiono, 2015). Trigona sp. (Galo-galo) sangat membantu proses penyerbukan di alam, terutama di hutan-hutan. Begitu juga untuk tanaman yang mempunyai bunga yang kecil, dimana serangga lain sulit untuk melakukan penyerbukan (Salmah, 1989).

Salah satu tanaman yang bisa dikunjungi oleh Trigona sp. adalah tanaman pare (Momordica charantia L.).

Tanaman pare memiliki bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah, sehingga ada kemungkinan proses penyerbukan tidak berjalan dengan baik.

Jika proses penyerbukan tidak berjalan dengan baik, maka akan menyebabkan produksi dari tanaman tersebut tidak semaksimal bunga yang telah dihasilkannya. Dari permasalahan tersebut maka peneliti telah melakukan penelitian tentang pemanfaatan lebah Trigona sp.

untuk efektifitas penyerbukan tanaman pare (Momordica charantia L.) di Palak Juha Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei 2016 di Palak Juha, Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman. Di lokasi penelitian ini, lebah madu Trigona sp.

bersarang pada kotak setup-setup yang telah disediakan. Setup-setup diletakkan pada

bawah pepohonan yang tidak terkena cahaya matahari langsung.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, alat tulis, kertas penanda, kayu, jaring, paku, gunting, papan, polybag, timbangan digital. Bahan yang digunakan adalah koloni Trigona sp. dan tanaman pare (Momordica charantia L.).

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan dua perlakuan.

Perlakuan pertama, tanaman pare dengan menggunakan lebah dan perlakuan kedua, tanaman pare tanpa menggunakan lebah.

Lebah dimasukkan ke dalam rumah percobaan tanaman pare yang menggunakan lebah pada saat usia tanaman pare 38-48 hari. Pada hari ke 38-44, bunga yang muncul akan ditandai dengan pemberian label pada tangkai atau batang pada bunga. Koloni lebah dimasukkan kedalam rumah percobaan pukul 19.00 WIB dan pengamatan dilakukan setiap pukul 08.00- 10.00 WIB selama satu minggu. Koloni lebah dikeluarkan dari rumah percobaan setelah dilakukan pengamatan. Setelah hari ke 45, koloni lebah tidak lagi dimasukkan ke dalam rumah percobaan. Buah pare akan dipanen dihitung setelah 17 hari terjadinya penyerbukan. Panen dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan menggunakan pisau atau gunting agar tidak merusak tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian tentang pemanfaatan lebah Trigona sp. untuk efektivitas penyerbukan tanaman pare (Momordica charantia L.) pengamatan jumlah bunga menjadi buah, berat buah, jumlah biji pare menggunakan lebah dan tanpa menggunakan lebah, analisis t-test, serta data unsur-unsur cuaca di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 1, 2 dan 3.

(3)

Tabel 1. Rata-rata jumlah bunga, jumlah bunga yang menjadi buah, berat buah, jumlah biji pare dengan menggunakan Trigona sp. dan tanpa menggunakan Trigona sp.

L : Menggunakan lebah TL : Tanpa menggunakan Lebah

Tabel 2. Hasil analisis t-test beberapa parameter pemanfaatan Lebah Trigona sp. tentang jumlah bunga yang menjadi buah, berat buah dan jumlah biji pare.

ns : non signifikan/tidak berbeda nyata (t hitung < ttabel α 5 %)

* : signifikan/berbeda nyata (thitung > ttabel α 5 %)

Tabel 3. Data unsur-unsur cuaca di sekitar lokasi penelitian.

Waktu Pengamatan

(Hari)

Kecepatan Angin

(Knot) Suhu ˚C Kelembaban (%) Lama penyinaran matahari (Jam)

1 2,4 26.5 84 1.5

2 0.8 26.6 86 Tidak terdeteksi

3 0.9 25.8 89 5.1

4 1.6 25.4 90 Tidak terdeteksi

5 0.2 25.4 93 4

6 1.6 25.6 87 1.9

7 1.6 26.2 86 3.5

8 2.9 25.4 89 3.5

9 1.3 26.0 86 0.5

10 2.4 27.8 75 3.7

11 3.2 26.7 86 6.5

12 3.6 27.5 78 7.0

13 2.1 26.7 80 8.5

14 1.3 25.8 82 8.2

15 1.4 27.1 79 5.5

16 1.8 26.3 81 9.3

17 1.5 26.2 89 4.8

18 2.1 26.4 83 7.6

19 1.4 25.1 79 9.7

20 0.9 25.5 89 4.0

21 0.9 25.7 92 2.4

22 0.5 25.4 88 2.6

23 1.5 24.9 90 4.5

24 2.0 25.7 85 8.0

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Sicincin (2016).

Waktu Pengama-

tan (Hari)

Jumlah Bunga

Jumlah bunga yang menjadi

buah

Berat Buah Jumlah Biji

L TL L TL L Rata-

rata TL Rata-

rata L Rata-

rata TL Rata- rata

1 1 2 1 1 157,5 157,5 45,2 45,2 29 29 12 12

2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 1 1 1 0 94,8 94,8 0 0 23 23 0 0

4 1 2 1 0 50,7 50,7 0 0 8 8 0 0

5 2 1 2 0 512,4 256,2 0 0 59 29,5 0 0

6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 1 1 1 1 176,7 176,7 43,2 43,2 26 26 9 9

Jumlah 6 8 6 2 992,1 88,4 145 21

Rata-

rata 0,86 1,14 0,86 0,28 141,73 12,63 20,7 3

Perlakuan

Jml. Bunga ♀ menjadi

Buah Berat Buah Jumlah Biji

thitung ttabel thitung ttabel thitung ttabel

Menggunakan Lebah dan Tanpa

Lebah

1,78 ns 2,18 1,92 ns 2,18 2,21* 2,18

(4)

Pembahasan

a. Jumlah bunga yang menjadi buah Dari hasil penelitian jumlah bunga betina yang menjadi buah pada tanaman pare menggunakan lebah terdapat pada pengamatan hari pertama, ketiga, keempat, kelima dan ketujuh, sama dengan jumlah buah yang dihasilkannya. Rata-rata jumlah bunga yang menjadi buah pada tanaman pare menggunakan lebah adalah 100%. Hal ini karena lebah Trigona sp. berkunjung pada bunga tanaman pare dalam keadaan mekar, sehingga terjadi proses polinasi.

Raju and Ezradanam (2002), melaporkan bahwa lebah bekerja mengunjungi bunga untuk mengumpulkan nektar dan serbuk sari. Schoonhoven et al., (1998) juga melaporkan bahwa lebah memperoleh keuntungan dari serbuk sari dan nektar (sebagai pakan) sedangkan tumbuhan juga mendapatkan keuntungan berupa penyerbukan yang dibantu oleh lebah.

b. Berat buah

Buah terberat pada tanaman pare yang menggunakan lebah terdapat pada pengamatan hari kelima, buah terberat tanpa menggunakan lebah terdapat pada pengamatan hari pertama. Buah pare yang menggunakan lebah memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan buah tanpa menggunakan lebah. Bunga yang ada pada pare tanpa menggunakan lebah berhasil menjadi buah sehingga mempengaruhi berat buah dari pare tersebut. Seperti yang dilaporkan oleh Kearns & Inouye (1997) dalam Apituley, dkk (2012), bahwa proses penyerbukan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas buah dan biji yang terbentuk.

c. Jumlah biji

Dilihat dari jumlah biji tanaman pare yang menggunakan lebah dengan jumlah biji tanaman pare tanpa menggunakan lebah menunjukkan hasil yang berbeda nyata.

Didapatkan hasil yang berbeda dari jumlah biji dalam buah pare yang menggunakan lebah diduga kerja dari lebah sebagai serangga penyerbuk berhasil mentransfer serbuk sari ke kepala putik. Atmowidi (2008), melaporkan bahwa serangga

penyerbuk berpengaruh positif terhadap hasil panen tanaman Brassica rapa di Jawa Barat. Jumlah polong, jumlah biji per polong dan bobot biji pertanaman lebih tinggi pada perlakuan tanaman yang terbuka (diserbuki oleh serangga) dibandingkan dengan perlakuan tanaman yang tertutup (tidak diserbuki oleh serangga).

Tanaman pare yang menggunakan lebah dan tanaman pare tanpa menggunakan lebah, didapatkan hasil bahwa proses penyerbukan yang dibantu oleh Trigona sp.

efektif untuk peningkatan jumlah biji buah pare, hal tersebut dikarenakan letak bunga jantan dan bunga betina tanaman pare terpisah namun tetap dalam satu tumbuhan yang sama. Lebah Trigona sp. lebih efektif menangkap dan membawa serbuk sari (pollen) ketika lebah tersebut menyentuh kepala sari (anther) suatu bunga. Serbuk sari yang lengket memfasilitasi serangga dalam membantu penyerbukan tanaman (Schoonhoven et al., 1998).

Dalam mengunjungi bunga, angin sangat mempengaruhi aktivitas pencarian pakan pada lebah, angin dengan kecepatan 24-34 km/jam berdampak buruk terhadap aktivitas lebah madu dalam mencari pakan (Kasper et al., 2008). Selain itu, intensitas cahaya matahari yang rendah, juga menyebabkan lebah sulit untuk mengambil serbuksari dalam jumlah yang lebih banyak, dikarenakan serbuksari dalam keadaan basah (Ruslan, 2015). Lebah sangat memerlukan cahaya dalam beraktivitas. Kunjungan lebah pada bunga sangat ditentukan oleh cahaya, karena lebah akan memulai aktivitas ketika cahaya sudah muncul. Menurut Drickamer et al (2002), lebah menggunakan cahaya sebagai kompas untuk menunjukkan arah dan jarak sumber pakan dari sarang.

Dalam beraktivitas mencari pakan, lebah juga dipengaruhi oleh suhu. Menurut Amano (2004) dalam Ruslan (2015), Trigona sp. tidak bisa bertoleransi pada suhu rendah, tetapi lebah ini bisa bertahan pada suhu 34-360C. Faktor kelembaban mempengaruhi perilaku pencarian pakan bagi lebah, dimana kelembaban yang tinggi menyebabkan kandungan gula dalam nektar yang disekresikan oleh bunga relatif lebih rendah. Kelembaban yang tinggi

(5)

menyebabkan kandungan gula dalam nektar yang disekresikan oleh bunga relatif rendah (Ruslan, 2015). Widhiono (2015), menya- takan nektar adalah cairan gula yang berguna sebagai sumber pakan dan energi bagi serangga penyerbuk. Jika nektar yang disekresikan oleh bunga rendah, maka aktivitas kunjungan Trigona sp. pada bunga akan rendah pula sehingga berdampak buruk terhadap jumlah bunga yang menjadi buah.

KESIMPULAN

Trigona sp. efektif dalam membantu penyerbukan tanaman pare. Penyerbukan yang dilakukan dengan lebah memiliki persentase bunga yang berkembang menjadi buah lebih tinggi dari tanaman pare tanpa menggunakan lebah dengan persentase kenaikan 75%, dan memiliki produksi buah lebih berat dan jumlah biji yang dihasilkan juga lebih banyak.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Renny Risdawati, Nursyahra, Febri Yanti yang telah memberikan saran serta kritikan dalam penulisan artikel ini dan kepada Bapak Ajo Malin yang telah banyak membantu serta menyediakan tempat dan setup Trigona sp.

dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Apituley FL, Leksono AS, Yanuwiadi B.

2012. Kajian Komposisi Serangga Penyerbuk Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill.) Di Desa Poncokusumo Kabupaten Malang. Jurnal Kajian Komposisi Serangga. Hlm 85-96.

Ashari, I. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.

Atmowidi T. 2008. Keanekaragaman dan Perilaku Kunjungan Serangga Penyerbuk serta

Pengaruhnya dalam

Pembentukan Biji Tanaman Caisin (Brassica rapa L.:

Brassicaceae). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Cahyadi, R. 2009. Uji Toksisitas Etanol Buah Pare (Momordicha charantia L.) Terhadap Larva Artemia Salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Skripsi. Universitas Diponegoro.

Drickamer, L.C., Vessey, S.H. dan Jokob, E.M. 2002, Animal Behavior. McGraw-Hill Companies, New York.

Liferdi, L. 2008. Lebah Polinator Utama Pada Tanaman Hortikultura.

Balai penelitian tanaman buah tropika. Jurnal Iptek Hortikultura No. 4-Agustus 2008.

Mukti, D. 2012. Uji Efektivitas Anti- bakteri Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. Skripsi..

Universitas Pakuan.

Raju, AJS. and Ezardanama, V., 2002, Pollination ecologi and fruiting behaviour in a monocious species, Jatropha curcas L.(Euphorbiaceae). Curr. Sci.

Vol.83:1395-1398.

Ruslan, W., Afriani, Miswan, Elijonnaldi, Nurdiyah, M. Sataral, Fitrallisan dan Fahri. 2015.

Frekuensi Kunjungan Lebah Apis cerana dan Trigona sp. Sebagai Penyerbuk Pada Tanaman Brassica rapa. Jurnal of Natural Science Vol 4.

Salmah, S. 1989. Jenis lebah Penghasil

Madu dan Potensinya di

Sumatera Barat. Laporan

(6)

Penelitian. BKS-B dan USAID Pusat Penelitian Universitas Andalas. Padang.

Salmah, S. 1990. Penyuluhan Cara Beternak Lebah Madu. Team FMIPA Universitas Andalas.

Padang.

Schoonhoven LM, Jermy T, van Loon JJA. 1998.Insert Plant Biology, From Physiology to Evolution.

London: Chapman&Hall.

Widhiono. I. 2015. Strategi Konservasi

Serangga Pollinator. Universitas

Jendral Soedirman. Purwokerto.

Referensi

Dokumen terkait

Wulandari, D., Khairudin., dan Suryani, K., (2014), Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Berbasis Power Point iSpring Presenter Pada Mata Pelajaran

Many Western agencies required pastoral candidates to display “intellectual, social, and spiritual qualifications as judged by Western standards,” resulting in an even lower number of