GAJAH SEBAGAI IDE PENCIPTAAN TEKO DARI TANAH LIAT
Alvian Azis
20207244039
BAB I Latar Belakang
Indonesia yang dikenal dengan kesenian yang beragam mulai dari seni rupa, seni kerajinan, seni tari, dan berbagai seni lainnya yang sudah berkembang lama di negara ini. Seni kerajinan atau juga sering dikenal
sebagai seni kriya berkembang sangat baik di Indonesia, mulai dari kerajinan kayu, keramik, tekstil, batik, dan lain sebagainya, keramik yang berbahan dari tanah liat sangat mudah ditemukan, terlebih lagi di beberapa daerah yang memang menjadikan tanah liat sebagai sumber penghasilan dan komoditas.
Berbagai macam produk kerajinan kemudian juga dapat diciptakan dengan menggunakan bahan-bahan dengan dasar tanah liat. Hasil kerajinan dari tanah liat pun tidak hanya dapat dijadikan sebagai hiasan rumah, namun juga dapat dijadikan sebagai barang tradisional dan barang antik seperti gelas, piring, gerabah, dan masih banyak lagi, yang masing-masing memiliki nilai jual tersendiri. Kerajinan dari tanah liat merupakan suatu barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan seseorang.
Tanah liat pada dasarnya sering digunakan sebagai jenis bahan baku yang berasal dari tanah tertentu serta memiliki sifat lengket dan mudah dibentuk untuk dijadikan suatu barang
kerajinan. Warna tanah liat juga terbagi menjadi beberapa, yaitu tanah liat berwarna merah, putih, coklat, dan masih banyak lagi. dari beragam jenis tanah liat pun terdapat manfaat
yang masing-masing berbeda.
Teko tanah liat yang sudah dikenal sedari dulu digunakan untuk tempat menyaring daun
daun teh dan agar teh yang dituang bersih. Teko sering digunakan untuk acara-acara minum teh di beberapa negara sambil menikmati udara sejuk pagi hari, termasuk di Indonesia itu sendiri.
Di era sekarang teko sudah banyak sekali terbuat dari berbagai macam bahan, ada yang dari
plastik, logam, atau tanah liat. Teko yang terbuat dari tanah liat sudah banyak digunakan
pada zaman dahulu dikarenakan bahan tanah liat yang mampu menjaga suhu panas tetap
stabil. Dan teko yang terbuat dari tanah liat memiliki nilai histori yang kekal. Tanah liat
yang berasal dari alam memiliki hasil warna abstrack unik dan susah ditiru dengan cara
manual.
BAB II TINJAUAN
Tinjauan teori pada penelitian teko tanah liat dengan gajah sebagai ide penciptaan sebagai berikut : a. Kajian tentang Tanah Liat
• Wikipedia (2013), lempung atau tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silika yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Mahida (1984), medefinisikan tanah liat sebagai campuran partikel-partikel pasir dan debu dengan bagian-bagian tanah liat yang
mempunyai sifat-sifat karakteristik yang berlainan dalam ukuran yang kira- kira sama. Salah satu ciri partikel-partikel tanah liat yaitu mempunyai muatan ion positif yang dapat dipertukarkan. Material tanah liat mempunyai daya serap yang baik terhadap perubahan kadar kelembapan karena tanah liat mempunyai luas permukaan yang sangat besar.
b. Kajian Tentang Teko
Teko adalah suatu wadah yang digunakan untuk menjerang daun teh atau campuran herbal dengan air yang hampir mendidih. Teh dapat ditempatkan dalam kantung teh celup atau dibiarkan tersebar. Jika dibiarkan tersebar, diperlukan saringan teh untuk menangkap daun-daun teh di dalam teko sewaktu akan menuang.
Teko biasanya memiliki tutup di bagian atasnya untuk tempat memasukkan teh dan air, gagang untuk
memegangnya, serta cerat untuk menyajikan teh tersebut. Beberapa jenis teko memiliki penyaring terpasang pada bagian ujung sebelah dalam dari cerat tersebut. Kadang dibuat suatu lubang kecil di tutup teko sebagai tempat pembuangan kelebihan udara di dalam teko untuk mencegah percikan sewaktu teh dituangkan.
c. Kajian tentang gajah
Gajah adalah mamalia besar dari famili Elephantidae dan ordo Proboscidea. Secara tradisional, terdapat dua spesies yang diakui, yaitu gajah afrika (Loxodonta africana) dan gajah asia (Elephas maximus), walaupun beberapa bukti menunjukkan bahwa gajah semak afrika dan gajah hutan afrika merupakan spesies yang berbeda (L. africana dan L. cyclotis). Gajah tersebar di seluruh Afrika sub-Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Elephantidae adalah satu-satunya famili dari ordo Proboscidea yang masih ada; famili lain yang kini sudah punah termasuk mamut dan mastodon. Gajah afrika jantan merupakan hewan darat terbesar dengan tinggi hingga 4 m dan massa yang juga dapat mencapai 7.000 kg. Gajah memiliki ciri-ciri khusus, dan yang paling mencolok adalah belalai atau proboscis yang digunakan untuk banyak hal, terutama untuk bernapas, menghisap air, dan mengambil benda. Gigi serinya tumbuh menjadi taring yang dapat digunakan sebagai senjata dan alat untuk memindahkan benda atau menggali. Daun telinganya yang besar membantu mengatur suhu tubuh mereka. Gajah afrika memiliki telinga yang lebih besar dan punggung yang cekung, sementara telinga gajah asia lebih kecil dan punggungnya cembung.
BAB III Metode Penciptaan
a. Penelitian Kuantitatif
Menurut Robert Donmoyer (dalam Norjanah: 2014), penelitian kuantitatif adalah pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menampilkan data dalam bentuk numerik (angka) daripada naratif. Penelitian ini biasanya dilakukan apabila hendak memperoleh hasil yang akurat karena mengandalkan penghitungan. kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. (Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif).
b. Metode Penelitian Kuantitatif
Metode yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif, khususnya kuantitatif analitik adalah metode deduktif. Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadikan acuan dalam mencari kebenaran selanjutnya.
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik (2000: 6) menyatakan bahwa pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan: a) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; b) menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; dan c) melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual.